GASTROENTERITIS AKUT
A. Definisi
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung dan
usus yang ditandai buang air besar konsistensi cair dengan frekuensi lebih dari 3
kali/hari dapat atau tanpa lendir dan darah (Murwani,2009). Diare adalah suatu
kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering biasanya tiga kali atau
lebih dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Dapat disimpulkan diare merupakan gangguan sistem pencernaan yang
menyerang lambung dan usus ditandai dengan adanya peningkatan pengeluaran
tinja yang berbentuk cair atau lunak dengan frekuensi lebih dari 3 kali/hari.
Gambar 1.1
Sumber : Pearce (2009)
1. Mulut
Mulut merupakan awal bagian dari sistem pencernaan yang terdiri atas bagian
luar yang sempit (vestibula) yaitu ruangan diantara gusi dengan bibir dan pipi.
Bagian dalam terdiri atas rongga mulut, didalam mulut terdapat lidah
merupakan organ otot yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu untuk
proses mengunyah (mastikasi), menelan (deglution), bicara (spech) dan
pengecap, kemudian terdapat kelenjar air utama yaitu : glandula parotis,
glandula sublingualis, glandula submaksilaris.selain lidah terdapat pula gigi
yang merupakan salah satu alat bantu sistem pencernaan yang berperan
sebagai alat pengunyah dan bicara.
2. Pharing
Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa, panjang sekitar
12 cm, terbentang tegak lurus antara basis cranii yaitu setinggi vertebra
cervikalis VI hingga setinggi tulang rawan cricoidea. Pharing berperan
penting untuk jalan masuk makanan yang sedang di cerna mulut dan jalan
masuknya udara.
3. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung. Panjang
sekitar 25 cm mulai dari pharing sampai pintu masuk cardiac lambung.
Lapisan dinding dari dalam keluar lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot
melingkar esofagus terletak dibelakang trakhea dan depan tulang belakang
setelah melalui torak menembus difragma masuk .kedalam abdomen
menyambung dengan lambung.
4. Gaster (lambung)
Gaster merupakan bagian terlebar dari tractus gastrointestinal dan merupkan
lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti huruf “J” terletak dibagian atas agak
kekiri sedikit pada rongga abdomen dibawah diafragma.
C. Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2010, etiologi
diare akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
D. Manifestasi Klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, tanda
dan gejalanya meliputi :
1. Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elestyisitas kulit
menurun ) ubun-ubun dan nada cekung, membran mukosa kering.
3. Muntah
4. Demam
5. Nyeri Abdomen
6. Membran mukosa mulut dan bibir kering
7. Fontanel Cekung
8. Perubahan tanda-tanda vital
9. Feses berdarah dan berlendir
10. Tidak nafsu makan
11. Badan lemas
E. Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah
1. Diare Akut
Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare
akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba
frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas atau saluran
kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar (laktasif). Diare akut
biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda
tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2. Diare Kronik
Diare Kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi
dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14 hari.Kerap
kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi,
penyakit inflasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi
laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari
pelaksanaan diare akut yang memadai.
F. Komplikasi
Beberapa komplikasi menurut Nelwan (2014) :
Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
Syok hipovolemik
Inflammatory bowel disease
Kejang
Sepsis
Gagal Ginjal Akut
Ileus Paralitik
Malnutrisi
Gangguan tumbuh kembang pada anak
G. Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah
PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal
Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses)
b. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80
mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa
cairan rehidrasi oral: Cairan rehidrasi oral yang mengandung
NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama
oralit dan cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-
komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan
yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi: Jumlah cairan
yang keluar bersama tinja dan muntah dan perubahan tanda-tanda
dehidrasi (Wicaksana, 2011).
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral
4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal),
Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-
14 hari oral atau IV).
3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x
sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
Pathway
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan darah yang meliputi darah perifer lengkap, ureum, kreatinin,
elektrolit (Na+, K+, C_).
b. Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam basa),
c. pemeriksaan toksik (C. Difficile)
d. antigen (E. Hystolitica).
e. Pemeriksaan Feses meliputi analisa feses (rutin: leukosit difeses.
f. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
J. Pencegahan
1. Menggunakan air bersih dan santasi yang baik.
2. Memasak makanan dan air minum hingga matang.
3. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
4. Menghindari makanan yang telah tekontaminasi oleh lalat.
5. Tidak mengkonsumsi makanan yang basi.
6. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare.
7. Makan dan minum secara teratur.
8. Segera mencuci pakaian-pakaian kotor.
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat
2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan, hubungan dengan pasien, alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Alasan utama datang ke rumah sakit
2) Keluhan utama (saat pengkajian)
3) Riwayat kesehatan sekarang
4) Riwayat kesehatan terdahulu
5) Riwayat pengobatan dan alergi
c. Riwayat Keluarga
d. Catatan Penanganan Kasus (Dimulai saat pasien di rawat di ruang rawat
sampai pengambilan kasus kelolaan)
e. Pengkajian Keperawatan (12 Domain)
1) Peningkatan kesehatan
2) Nutrisi
3) Eliminasi dan pertukaran
4) Aktivitas/Istirahat
5) Persepsi/Kognitif
6) Persepsi diri
7) Peran hubungan
8) Seksualitas dan Reproduksi
9) Toleransi/Koping Stress
10) Prinsip Hidup
11) Keselamatan/Perlindungan
12) Kenyamanan
f. Terapi
g. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Mual
b. Nyeri
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
d. Resiko ketidakseimbangan elektrolit