Anda di halaman 1dari 70

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA BOOKLET

TERHADAP KECEMASAN KELUARGA PASIEN PRE OPERASI


SECTIO CAESAREA DI RSUD DR. H. ABDOEL MOELOEK PROVINSI
LAMPUNG

PROPOSAL SKRIPSI

APRILIA SETYA NINGTYAS

1714301008

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pre operasi adalah bagian dari keperawatan perioperative dan
merupakan persiapan awal sebelum melakukan tindakan operasi. Menurut
Kozier (2010) fase pra operatif dimulai ketika keputusan untuk melakukan
pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi.
Tindakan operasi yang direncanakan dapat menimbulkan respon fisiologi dan
psikologi pada pasien. Respon psikologi yang biasanya terjadi pada pasien
pre operasi yaitu kecemasan.
Sectio caesarea yaitu suatu cara melahiran janin dengan sayatan pada
dinding uterus meelalui dinding depan perut. Menurut Sarwono (1991)
section caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding depanrahim
dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Jitowiyono, 2010). Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau
suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam vagina (Padila, 2015).
Kecemasan yaitu suatu kondisi psikologis atau bentuk emosi individu
berupa ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran yang berkenaan dengan
perasaan terancam serta ketakutan oleh ketidakpastian di masa mendatang
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Menurut Nanda (2012), kecemasan
adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disertai oleh respon
autonomi (penyebab sering tidak spesifik atau tidak diketahui pada setiap
individu) perasaan cemas tersebut timbul akibat dari antisipasi diri terhadap
bahaya. Kecemasan merupakan keadaan emosi dan pengalaman perasaan
seseorang dimana keduanya merupakan merupakan kekuatan yang tidak
dapat dilihat secara langsung (Stuart, 2016).
Menurut WHO (2016), ada sekitar 3,6% dari seluruh manusia di dunia
mengalami gangguan kecemasan. Munurut Riskesdas (2018), prevelansi di
Indonesia menunjukkan angka sebesar 9,8% yang terjadi gangguan
kecemasan. Prevelansi anggota keluarga yang mengalami kecemasan dari
beberapa penelitian rata – rata adalah 35% - 73%. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Neneng Astuti, Yesi Sulastri (2012), menunjukan bahwa
sebanyak 72% keluarga mengalami kecemasan dengan tingkat kecemasan
yang beragam yaitu ringan, sedang hingga berat. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Muhammad Hepi Lukmantara (2014), didapatkan bahwa
sebanyak 56% keluarga pasien pre operasi section caesarea mengalami
kecemasan, yaitu sebanyak 28% keluarga pasien mengalami kecemasan berat
dan 16% keluarga mengalami kecemasan ringan.
Tindakan pembedahan akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan
pada pasien walaupun respons individu pada tindakan tersebut berbeda-beda.
Beberapa pasien menyatakan ketakutan dan menolak tindakan pembedahan,
tetapi klien tersebut tidak tahu apa yang jadi penyebabnya. Tetapi, ada
beberapa pasien yang menyatakan ketakutannya dengan jelas dan spesifik.
Menurut Smeltzer & Bare (1996), segala prosedur pembedahan selalu
didahului oleh reaksi emosional seseorang baik tersembunyi atau jelas,
normal dan abnormal. Perubahan yang dimaksudkan ialah perubahan
kecemasan ibu dalam menghadapi praoperasi yang semula memiliki
kecemasan yang berlebihan atau kecemasan yang tidak nyata tentang operasi
menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan tanpa disertai
kecemasan yang berlebihan.
Respon psikologis yang dapat dialami pada keluarga maupun pasien
sebelum dan sesudah dilakukan pembedahan yaitu kecemasan. Respon
psikologis dari proses pembedahan sangat beragam diantaranya cemas
ringan, sedang, berat hingga panik, tergantung respon dari setiap individu.
Selain dari respon pasien sendiri cemas juga seringkali dirasakan pada
keluarga pasien. Respon cemas dari keluarga pasien pun beragam bisa
dikarenakan cemas akan kondisi pasien setelah operasi hingga cemas apabila
operasi mengalami kegagalan. Stres atau cemas yang dihadapi dan dialami
oleh salah satu anggota keluarga mempengaruhi seluruh keluarga.
Kecemasan yang diperlihatkan oleh anggota keluarga pasien adalah akibat
yang diperkirakan dari aktivitas respons stress, suatu mekanisme yang
bersifat sedikit protektif dan adaptif yang dipicu oleh sistem neuroendokrin
sebagai respons terhadap stressor (Morton, 2012).
Dampak dari kecemasan akan mempengaruhi pikiran dan motivasi
sehingga keluarga tidak mampu mengembangkan peran dan fungsinya yang
bersifat mendukung terhadap proses penyembuhan dan pemulihan anggota
keluarganya yang sedang sakit (Keltner, 1995; Sibuea, 2010).
Berdasarkan dampak yang dapat mempengaruhi kecemasan keluarga
pasien tersebut, maka informasi yang diberikan melalui pendidikan kesehatan
menjadi salah satu hal yang penting. Pada hakekatnya pendidikan kesehatan
merupakan suatu kegiatan atau usaha individu untuk menyampaikan
informasi lebih khususnya pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok,
individu dengan harapan bahwa dengan adanya peran tersebut dapat
menumbuhkan pengetahuan tentang kesehatan, dan pengetahuan tersebut
diharapkan berpengaruh terhadap perilakunya, dengan kata lain pengetahuan
tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
Pendidikan kesehatan merupakan cara yang efektif untuk menyampaikan
suatu informasi guna meningkatkan pengetahuan seseorang.
Media dalam pendidikan kesehatan sangat penting dalam penyampaian
materi yang akan disampaikan. Booklet merupakan salah satu media yang
digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan yang berbentuk buku yang
berisikan tulisan dan gambar. Dewa (2012) mengatakan bahwa kelebihan dari
booklet adalah dapat disajikan lebih lengkap, dapat disimpan lama, mudah
dibawa dan dapat memberikan informasi yang lebih detail yang mungkin
belum didapatkan saat disampaikan secara lisan. Kelebihan booklet
dibandingkan dengan media yang lain yaitu biaya yang dikeluarkan lebih
murah dibandingkan dengan menggunakan media audio visual, booklet
mudah dibawa dan dapat dibaca kembali jika pembaca lupa tentang informasi
yang terdapat di dalam booklet. Sedangkan audio visual membutuhkan biaya
yang cukup menguras kantong. Selain itu Media booklet lebih efektif karena
memiliki kelebihan yang dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
walaupun tidak harus disampaikan secara keseluruhan. Sedangkan media
leaflet juga memiliki kelebihan namun masih kurang efektif karena pesan
yang disajikan terlalu singkat dan padat (Artini dkk, 2014). Media booklet
juga tidak memerlukan arus listrik yang kadang menjadi kendala pendidikan
kesehatan dengan media slide (Notoadmojo, 2012).
Booklet sebagai media yang digunakan untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga pasien sectio caecarea mempunyai pengaruh yang
besar terhadap pemahaman keluarga pasien sectio caecarea. Bentuk dan
tampilan booklet yang terdiri atas gambar dan tulisan memudahkan seseorang
dalam memahami informasi yang disampaikan perawat. Selain teks, booklet
juga berisi visual (gambar) sehingga dapat menimbulkan rasa keindahan serta
meningkatkan pemahaman dan gairah dalam belajar, lebih terperinci dan
jelas, mudah dimengerti, dan tidak menimbulkan salah persepsi (Sukariaji
2017).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ariyance H,
dkk (2020) didapatkan hasil bahwa ada pengaruh terhadap tingkat kecemasan
pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan dengan media booklet. Pada penelitian yang dilakukan oleh Artini,
dkk (2014) didapatkan hasil bahwa pendidikan kesehatan dengan media
booklet lebih efektif meningkatkan pengetahuan tentang chikungunya
dibandingkan media leaflet. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh
Sukariaji, dkk (2017) didapatkan hasil bahwa pendidikan kesehatan
menggunakan booklet spinal anestesi efektif dan dapat digunakan untuk
melengkapi intervensi yang sudah ada di rumah sakit untuk mengurangi
kecemasan pada pasien sectio caesarea.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, dalam
penelitian ini booklet yang digunakan berisi tentang cara mengatasi
kecemasan terhadap keluarga pasien pre operasi sectio caesarea dengan
pendidikan kesehatan prosedur operasi sectio caesarea. Sedangkan dalam
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Artini, dkk (2014) booklet berisi
tentang chikungunya meliputi pengertian, etiologi, penyebab serta
penatalaksanaannya. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sukariaji, dkk (2017) booklet yang diteliti berisi tentang spinal anastesi yang
meliputi : pengertian, etiologi, serta penyebab penggunaan spinal anastesi.
Berdasarkan latar belakang dan studi pendahuluan tersebut, peneliti
tertarik untuk mengambil judul penelitian “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
dengan Media Booklet Terhadap Kecemasan Keluarga Pasien Pre Operasi
Sectio Caesarea”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media booklet tentang pengaruh pendidikan kesehatan
dengan media booklet terhadap kecemasan keluarga pasien pre operasi sectio
caesarea. Jika nilai p value >0,05 (α) maka Ho diterima dan jika nilai p value
<0,05 (α) maka Ho ditolak yang artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan
media booklet tentang pengaruh penggunaan booklet relaksasi genggam jari
terhadap pengetahuan keluarga pasien pre operasi dalam mengatasi
kecemasan.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media booklet
terhadap kecemasan keluarga pasien pre operasi sectio caesarea?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan dengan media booklet terhadap kecemasan keluarga
pasien pre operasi sectio caesarea.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

a) Untuk mengetahui distribusi frekuensi rata – rata kecemasan


keluarga pasien pre operasi sectio caesarea sebelum diberikan
pendidikan kesehatan dengan media booklet.

b) Untuk mengetahui distribusi frekuensi rata – rata tingkat kecemasan


keluarga pasien pre operasi sectio caesarea sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan media booklet.

c) Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan media


booklet terhadap kecemasan keluarga pasien pre operasi sectio
caesarea.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi
mahasiswa keperawatan atau perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan memberikan pendidikan kesehatan dengan media
booklet terhadap keluarga pasien pre operasi sectio caesarea yang
mengalami kecemasan.
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini dapat menjadi masukan yang bisa digunakan untuk
merancang kebijakan pelayanan keperawatan khususnya pada keluarga
pasien pre operasi sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
keluarga tentang cara mengatasi kecemasan pada keluarga pasien pre
operasi.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini mengenai pengaruh pendidikan kesehatan
dengan media booklet terhadap kecemasan keluarga pasien pre operasi.
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah keluarga pasien pre operasi.
Penelitian ini dilakukan bulan Maret – April 2021. Penelitian ini
menggunakan metode Quasi eksperimen dengan rancangan one group pretest
– posttest.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Operasi sesar atau sering disebut dengan sectio caesarea adalah
melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding
Rahim (uterus).
Section caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau
suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam vagina (Padila,
2015). Jenis – jenis sectio caesarea :
a. Sectio caesarea klasik (corporal)
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira sepanjang
10 cm.
b. Sectio caesarea ismika (profunda)
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira –
kira 10 cm.
2. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran normal mungkin
akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin. Hal – hal lain
yang menjadi pertimbangan disarankan bedah sesar antara lain :
1. Proses persalinan normal lama / kegagalan proses persalinan
normal.
2. Detak jantung janin melambat
3. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
4. Bayi besar (BBL > 4,2 kg)
5. Masalah plasenta seperti plasenta previa ( ari – ari menutupi jalan
lahir)
6. Disproporsi cevalo – pelvik (ketidakseimbangan antara ukuran
kepala bayi dan panggul)
7. Hydrocephalus (kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal)
8. Ibu menderita hipertensi ( tekanan darah tinggi)
9. Panggul sempit
10. Sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan
perineum / pervaginam ( oleh proses persalinan sebelumnya atau
penyakit crohn
11. Partus dengan komplikasi
12. Problema plasenta ( contoh : solusio plasenta atau plasenta terlepas
dari dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan)
13. Kegagalan persalinan dengan induksi
14. Kehamilan post – term (kehamilan > 42 minggu)
15. Ibu mengidap infeksi, seperti infeksi herpes genital atau HIV.
16. Primi muda atau tua (ibu hamil pertama pada usia < 20 tahun, atau
ibu hamil pertama pada usia > 35 tahun).
3. Kontra Indikasi
a. Janin mati
b. Syok
c. Anemia berat
d. Kelainan kongenital berat
e. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
f. Minimnya fasilitas operasi sectio caesarea
4. Komplikasi
a. Infeksipuerperal (Nifas)
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi dsertai dengan dehidrasi
dan perut sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
b. Perdarahan
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Perdarahan pada plasenta bed
c. Komplikasi – komplikasi lain seperti luka kandung kemih,
embolisme paru – paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi
d. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
e. Penggunaan anestesi tertentu dapat menimbulkan efek pada ibu dan
bayi seperti syok, trauma dan mual-mual serta hilang nafsu makan.
Pada bayi yang baru dilahirkan akan terlihat lemah akibat pengaruh
anestesi.
5. Anestesi tindakan sectio caesarea
a. Pengertian
Spinal anestesi atau blok subarakhnoid adalah salah satu
teknik regional anestesi dengan cara menyuntikkan obat anestesi
lokal secara langsung kedalam cairan serebrospinalis, tepatnya di
dalam ruang subarakhnoid pada regio lumbal dibawah lumbal dua
dan pada regio sakralis diatas vetrebra sakralis satu. Atau disuntikan
ke dalam cairan serebrospinal yang mengelilingi saraf tulang
belakang. Tujuannya adalah untuk menghilangkan sensasi dan
menimbulkan blok motorik. Setelah dilakukan penyuntikan spinal
anestesi, dalam waktu 5 – 10 menit pasien akan merasakan berat,
kesemutan, hingga tidak bisa menggerakan sama sekali kakinya.
Sehingga area tubuh yang berada dibawah muai dari perut hingga
kaki juga sudah tidak dapat merasakan nyeri. Efek dari spinal
anestesi biasanya akan berlangsung selama 1 – 3 jam.
b. Efek samping
Jika anestesi mencapai thoraks bagian atas dan medula
spinalis dalam konsentrasi yang tinggi, dapat terjadi paralisis
respiratori. Mual, muntah, dan nyeri dapat terjadi selama
pembedahan ketika digunakan anestesi spinal. Sebagai aturan, reaksi
ini terjadi akibat traksi berbagai struktur, terutama sekali pada
struktur di dalam rongga abdomen (Keat Sally, 2013).
6. Persiapan Pre operasi
a. Persiapan fisik
Berbagai persiapan yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum dilakukan tindakan operasi menurut Majid (2011), yaitu:
1) Pemasangan infus
2) Berpuasa selama 8 jam
3) pencukuran daerah operasi
4) pemasangan kateter
5) anestesi
6) latihan nafas
7) penyuntikan
8) pemberian obat – obatan
9) latihan batuk post operasi.
10) Pengecekan status kesehatan fisik secara umum, meliputi
identitas klien penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi dan lain-
lain.
11) Status nutrisi, kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur
tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan
atas, kadar protei darah (albumin dan globulin) dan
keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
dikoreksi sebelum pembedahan untuk memeberikan protein yang
cukup untuk perbaikan jaringan.
b. Persiapan psikis
Peranan perawat dalam mempersiapkan mental pasien pre operasi
menurut Taylor (2010), adalah dengan cara:
1) Membantu pasien mengetahui tentang prosedur tindakan yang
akan di alami pasien sebelum operasi, memberikan informasi
pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami pasien
selama proses operasi, menunjukkan kepada pasien kamar
operasi dan lain-lain.
2) Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka
diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi operasi,
3) Memberikan penjelasan terlebih dahulu prosedur tindakan setiap
sebelum tindakan persiapan pre operasi.
4) Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
menanyakan tentang segala prosedur yang ada.
5) Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa
bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
7. Prosedur tindakan
a. Daver Catheter di pasang dan wanita berbaring dalam letak
tredelenburg ringan.
b. insisi pada dinding perut pada garis tengah dari simfisis sampai
beberapa cm di bawah pusat.
c. Setelah peritorium dibuka, dipasang spekulum perut dan lapangan
operasi dipisahkan dari rongga perut dengan satu kasa panjang atau
lebih. Peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah dipegang
dengan piset, plikovesitas. Uterina dibuka dan insisi diteruskan
melintang jauh ke lateral.
d. Kemudian kandung kencing depan uterus didorong ke bawah dengan
jari. Pada segmen bawah uterus yang sudah tidak ditutup lagi oleh
peritoneum serta kandung kencing yang biasanya sudah menipis,
diadakan insisi melintang selebar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri
agak melengkung ke atas untuk menghindari terbukanya cabang-
cabang arteria uterine. Karena uterus dalam kehamilan tidak jarang
memutar ke kanan, sebelum membuat insisi, posisi uterus diperiksa
dahulu dengan memperhatikan ligamenta rocundo kanan dan kiri, di
tengah-tengah insisi diteruskan sampai dinding uterus terbuka dan
ketuban tampak.
e. kemudian luka yang terakhir ini dilebarkan dengan gunting berujung
tumpul mengikuti sayatan yang telah dibuat terlebih dahulu.
f. Kemudian ketuban dipecahkan dan air ketuban yang keluar diisap.
g. Setelah itu spekulum perut diangkat dan lengan dimasukkan ke
dalam uterus di belakang kepala janin dan dengan memegang kepala
dari belakang dengan jari-jari tangan penolong. Diusahakan lahirnya
kepala melalui lubang insisi.
h. Jika dialami kesulitan untuk melahirkan kepala janin dengan tangan,
dapat dipasang dengan cunan boerma.
i. Sesudah kepala janin badan terus dilahirkan muka dan mulut terus
dibersihkan.
j. Tali pusat dipotong dan bayi diserahkan pada orang lain untuk
diurus.
k. Diberikan suntikan 10 satuan oksitosin dalam dinding uterus/
intravena, pinggir luka insisi dipegang dengan beberapa Cunam
ovum dan plasenta serta selaput ketuban dikeluarkan secara manual.
l. Tangan untuk sementara dimasukkan ke dalam rongga uterus untuk
mempermudah jahitan luka, tangan ini diangkat sebelum luka uterus
ditutup.
m. Jahitan otot uterus dilakukan dalam dua lapisan yaitu lapisan pertama
terdiri atas jahitan simpul dengan cagut dan dimulai dari ujung yang
satu ke ujung yang lain, lapisan kedua terdiri atas jahitan menerus
sehingga luka pada miomtrium tertutup rapi.
n. Setelah dinding selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi
o. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka
dinding perut dijahit.
B. Kecemasan
1. Pengertian
Menurut Stuart (2016), kecemasan adalah rasa takut yang tidak
jelas disertai dengan perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi,
dan ketidakamanan. Seseorang merasa dirinya sedang terancam.
Pengalaman ansietas dimulai pada masa bayi dan berlanjut sepanjang
hidup. Pengalaman seseorang diketahui berakhir dengan rasa takut
terbesar pada kematian.
Menurut Kaplan, dkk (2010), kecemasan adalah respons terhadap
situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi
menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum
pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.
Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas
yang berebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat
fungsi seseorang dalam kehidupannya.
2. Tingkat Kecemasan
Peplau (1963) dalam Stuart (2016) mengidentifikasi empat tingkat
ansietas dengan penjelasan efeknya :
a. Ansietas ringan terjadi saat ketegangan hidup sehari – hari. Selama
tahap ini seseorang waspada dan lapang persepsi meningkat.
Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar, dan menangkap
lebih dari sebelumnya, jenis ansietas ringan dapat memotivasi belajar
dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas sedang, dimana seseorang hanya berfokus pada hal yang
penting saja lapang persepsi menyempit sehingga kurang melihat,
mendengar, dan menangkap. Sesorang memblokir area tertentu tetapi
masih mampu mengikuti perintah jika diarahkan untuk
melakukannya.
c. Ansietas berat ditandai dengan penurunan yang signifikan di lapang
persepsi. Cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ansietas, dan banyak arahan yang dibutuhkan untuk fokus pada area
lain.
d. Panik berkaitan dengan rasa takut dan teror, sebagian orang yang
mengalami kepanikan tidak dapat melakukan hal – hal bahkan
dengan arahan. Gejala panic adalah peningkatan aktivitas motoric,
penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyempit, dan kehilangan pemikiran rasional. Orang
panik tidak mampu berkomunikasi atau berfungsi secara efektif.
Tingkat ansietas ini tidak dapat bertahan tanpa batas waktu, karena
tidak kompatibel dengan kehidupan. Kondisi panik yang
berkepanjangan akan menghasilkan kelelahan dan kematian. Tapi
panik dapat diobati dengan aman dan efektif.
3. Rentang respon kecemasan
Perawat harus mampu untuk mengidentifikasi tingkat ansietas yang
dialami oleh klien melalui pengamatan perilaku. Gambar 2.1
menunjukkan rentang respons ansietas dari respons paling adaptif
antisipasi ke respons yang paling maladaptif yaitu panik.

Gambar 2.1 Rentang respons ansietas.

4. Penyebab Terjadinya Kecemasan


a. Faktor predisposisi
1) Biologis, menurut Stuart dan Laria (1998) otak mengandung
reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu
mengatur ansietas. Prnghambat GABA juga berperan utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya dengan endorphin. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2) Keluarga, gangguan ansietas berlangsung pada keluarga.
Gangguan panik diperkirakan sekitar 40%. Seseorang yang
memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, tiga kali
lebih mungkin untuk mengalami PTSD setelah peristiwa
traumatik. Meskipun bukti kuat dari kerentanan genetic, tetapi
tidak ada gen tunggal atau spesifik yang secara jelas
diidentifikasi terkait gangguan ansietas. Hal ini disebabkan,
sebagian peran penting bahwa lingkungan bermain dalam
interaksi dengan kerentanan genetic pada gangguan jiwa.
3) Psikologis, teori belajar mempercayai bahwa seseorang yang
telah terpapar kekhawatiran yang intens dalam kehidupan awal
lebih cenderung mengalami ansietas di kemudian hari,
sehingga pengaruh orang tua adalah penting,
4) Perilaku, ansietas dapat menjadi produk frustasi yang
disebabkan oleh sesuatu yang mengganggu pencapaian tujuan
yang diinginkan. Ansietas juga mungkin timbul melalui konflik
yang terjadi ketika seseorang mengalami dua dorongan
persaingan dan harus memilih di antara mereka. Hubungan
timbal balik terjadi antara konflik dan kekhawatiran. Konflik
menghasilkan ansietas, dan kekhawatiran meningkatkan
persepsi konflik dengan menghasilkan perasaan tidak berdaya.
b. Faktor Presipitasi
1) Ancaman terhadap integritas fisik
Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi
ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya
kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari – hari.
Ancaman ini mungkin berasal dari sumber internal atau
eksternal. Sumber eksternal dapat berupa paparan terhadap
infeksi virus dan bakteri, polusi lingkungan, dan bahaya
kemanan. Sumber internal meliputi kegagalan sistem tubuh
seperti jantung, sistem kekbalan tubuh, atau pengaturan suhu
tubuh.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi
seseorang. Kedua sumber eksternal dan internal dapat
mengancam harga diri. Sumber eksternal meliputi hilangnya
nilai seseorang karena kematian, perceraian, atau relokasi.
Sumber internal melipui masalah intrapersonal di rumah atau di
tempat kerja atau ketika mendapatkan peran baru seperti
menjadi orang tua, mahasiswa atau karyawan.
5. Kecemasan terhadap Pembedahan
a. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan dan stress pre
operasi :
1) Kemungkinan pasien bereaksi dengan adanya stress dan
kecemasan yang tinggi
2) Sejumlah peristiwa yang menimbulkan stress yang telah terjadi
akhir – akhir ini pada kehidupan pasien atau keluarga pasien.
3) Persepsi pasien terhadap hospitalisasi dan pengalaman
pembedahan.
4) Pentingnya pembedahan untuk pasien
5) Berbagai hal yang tidak diketahui yang dihadapi pasien pada saat
masuk rumah sakit.
6) Tingkat harga diri dan image / gambaran diri pasien.
7) Sistem keyakinan dan keagamaan pasien.
b. Hal - hal yang dapat meningkatkan kecemasan pasien
1) Ambigiutas (hal yang mendua) terjadi akibat adanya
ketidakpastian atau hal – hal yang tidak jelas mengenai
lingkungan rumah sakit, prosedur pre operasi, prosedur intra
operasi, dan peristiwa yang terjadi saat post operasi.
2) Persepsi yang menimbulkan konflik
Terjadi jika pengalaman operasi yang akan dilaluinya berbeda
dengan apa yang dipikirkannya.
3) Kesalahpahaman timbul misalnya jika diberikan informasi yang
tidak akurat, jika terminology / istilah – istilah yang digunakan
tidak dimengerti, dan peristiwa – peristiwa / prosedur tidak
diinformasikan dengan jelas.
6. Penatalaksanaan Kecemasan
a. Farmakologi
Benzodiazepine merupakan obat antikecemasan, obat ini hanya
digunakan untuk jangka pendek, tidak dianjurkan untuk dikonsumsi
terus menerus / jangka panjang. Pengobatan ini menyebabkan
toleransi dan ketergantungan, oleh karena itu tidak dianjurkan untuk
penggunaan jangka panjang. Obat aniti kecemasan
nonbenzodiazepine yang sering digunakan lainnya yaitu buspirone
(buspar) dan berbagai anti depresan lainnya.
b. Non-farmakologi
Untuk mengatasi kecemasan dengan non farmakologi banyak sekali
jenisnya. Salah satunya adalah Dengan menggunakan edukasi
kesehatan. Pendidikan kesehatan terhadap pasien merupakan salah
satu cara untuk mengatasi tingakat kecemasan pasien yang akan
menjalani operasi. Dengan adanya pengetahuan prosedur
pembedahan dapat membantu mengurangi dampak kecemasan
dimana pasien yang seharusnya menjalani operasi pada hari yang
yang ditentukan harus tertunda karena kondisi pasien yang tidak
memungkinkan dilakukannya operasi. Selain pendidikan kesehatan,
cara mengatasi kecemasan dengan nonfarmakologis terdiri dari
beberapa teknik diantaranya yaitu :
- Hipnosis lima jari
- Imagery
- Biofeedback
- Meditasi
- Dengan mendengarkan music klasik
- Relaksasi
- Distraksi
7. Alat ukur kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang
apakah ringan, sedang, berat atau panik menggunakan alat ukur
(instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for
Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang
masing – masing kelompok dirinci lagi dengan gejala – gejala yang lebih
spesifik. Masing – masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score)
antara 0-4. yang artinya yaitu :
0 = tidak ada gejala (keluhan)
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala panik
Masing-masing nilai angka (score) dari 14 kelompok gejala
tersebut dijumlahkan dan hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui
derajat kecemasan seseorang, yaitu:
Total nilai (score):

< 14 = tidak ada kecemasan

14-20 = kecemasan ringan

21-27 = kecemasan sedang

28-41 = kecemasan berat

42-56 = panik (kecemasan sangat berat)

Menurut (Saputro & Fazris, 2017) Hamilton Anxiety Rating Scale


(HARS), pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun
1956, untuk mengukur semua tanda kecemasan baik psikis maupun
somatik.
C. Keluarga
1. Pengertian Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa sansekerta (kula dan warga)


kulawarga yang berarti anggota kelompok kerabat. Depkes RI (1998)
mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orag yang berkumpul dan tinggal di
suatutempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut friedman (1998) keluarga merupakan sebuah kelompok


kecil yang terdiri dari individu – individu yang memiliki hubungan erat
satu sama lain, saling tergantung yang diorganisir dalam satu unit
tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Depkes RI (1998) mengemukakan alasan keluarga sebagai salah


satu unit dalam pelayan kesehatan adalah ;

a. Keluarga merupakan unit terkecil dari komunitas / masyarakat,


keluarga merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat. Dari keluarga yang sehat akan tercipta komunitas yang
sehat demikian sebaliknya.
b. Keluarga sebagai kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan yang ada. Jika
salah satu anggota keluarga sakit atau mengalami masalah kesehatan
maka akan mempengaruhi kesehatan anggota keluarga secara
keseluruhan.
c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Misalnya ibu
hamil yang akan melahirkan dengan operasi sesar, jika keluarga
cemas maka akan berpengaruh pada psikologis ibu yang akan
melahirkan, ibu akan ikut merasakan kecemasan yang dirasakan oleh
keluarganya.
d. Dalam penyelesaian masalah kesehatan, keluarga sebagai pengambil
keputusan. Keluarga pada akhirnya yangmenentukan apakah masalah
kesehatan akan dihilangkan, dibiarkan atau bahkan mendatangkan
masalah kesehatan lain.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
mengatasi berbagai masalah kesehatan masyarakat.
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga yang ada di Indonesia yaitu:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ibu.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ayah.
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubunga dengan suami atau istri.
3. Fungsi Keluarga
Friedman (1998) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungsn dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikosossial. Anggota keluarga
mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan
memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih saying.
Reinforcemen dan support dipelajari dan dikembangkan melalui
interaksi keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dialami individu yang menghasilkan interaksi social dan belajar
berperan dalam lingkungan social (Gegas, 1979 dan Friedman,
1998). Sosialisasi dimulai sejakindividu dilahirkan dan berakhir
setelah meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu
melakukan sosialisasi.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol.
d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,
pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.
Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan dalam keluarga sangat penting
untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat orang yang
sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau
pertolongan tenaga professional. Kemampuan ini sangat
mempengaruhi kesehatan individu dan keluarga. Tugas kesehtan
keluarga menurut Friedman yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumahyang sehat
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
4. Tipe Keluarga
Susman (1974), Macklin (1988) menjelaskan tipe – tipe keluarga
sebagai berikut :
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya
keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga
dengan orangtua campuran atau orangtua tiri.
2) Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
3) Keluarga dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi
dari perceraian.
4) Bujangan dewasa sendirian.
5) Keluarga besar, terdiri keluarga inti dan orang – orang yang
berhubungan.
6) Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua
dan anak – anaknya sudah berpisah.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu
dan anak.
2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan
pada hokum tertentu.
3) Pasangan kupul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.
4) Keluarga gay atau lesbian, orang – orang berjenis kelamin yang
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
5) Keluarga komuni, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu
pasangan monogamy dengan anak –anak secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber yang sama.
5. Faktor – faktor penyebab kecemasan keluarga
Adanya faktor yang menyebabkan kecemasan keluarga ( Sentana,
2016 dalam Aliefa, 2018) :
a. Umur
Umur dipandang sebagai suatu keadaaan yang menjadi dasar
kematangan dan perkembangan seseorang. Semakin lanjut usia
seseorang semakin meningkat pula kedewasaan teknis dan tingkat
kedewasaan psikologisnya yang menunjukkan kematangan jiwa,
dalam arti semakin bijaksana, mampu berpikir secara rasional, dapat
mengendalikan emosi dan bertoleransi terhadap orang lain.
b. Jenis kelamin
Pada umumnya seorang laki – laki dewasa mempunyai mental yang
kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya
dibandingkan perempuan. Perempuan cemas akan
ketidakmampuannya dibandingkan dengan laki – laki, laki –laki
lebih ektif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif.
c. Pengalaman
Pengalaman masa lalu yang positif maupun negative dapat
mempengaruhi perkembangan keterampilan meggunakan koping.
Keberhasilan seseorang dapat membantuindividu untuk
mengembangkan kekuatan koping, sebaliknya kegagalan atau reaksi
emosional menyebabkan seseorang menggunakan koping yang
maladaptif terhadap stressor tertentu.
d. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh
seseorang dari berbagai faktor berupa sarana informasi yang tersedia
serta keadaan social budaya, biasanya terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Tingkat
pengetahuan seseorang rendah akan cenderung lebih mudah
mengalami kecemasan dibandingkan yang mempunyai tingkat
pengetahuan yang tinggi.
e. Kepribadian
Keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang
bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang, namun mereka
cenderung mempunyai perasaan keraguan diri yang terus menerus
dan itu memaksa mereka untuk mencapai lebih banyak dan lebih
banyak lagi dalam waktu yang lebih cepat.

D. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan kebiasaan,
sikap dan pengetahuan pada diri manusia untuk mencapai tujuan
kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan merupakan proses
perkembangan yang dinamis, sebab individu dapat menerima dan
menolak apa yang diberikan oleh perawat (Susanti, 2017).
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan – tindakan
(praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah – masalah), dan
meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tundakan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini
didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses
pembelajaran.sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung
lama dan menetap karena didasari oleh kesadaran (Notoatmodjo, 2010).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat yaitu
untuk mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarakat sehingga
memiliki perilaku sehat dan berperan aktif mempertahankan kesehatan.
Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat mencakup domain
kognitif, attitude dan psikomotor dari individu, keluarga dan masyarakat
sehingga mampu memenuhi status kesehatan yang optimal. Dengan kata
lain pendidikan kesehatan bertujuan mengajarkan individu untuk hidup
dalam kondisi terbaik dengan berupaya keras untuk mencapai tingkat
kesehatan yang maksimal (Susanti, 2017). Tujuan pendidikan kesehatan
yang diberikan kepada individu secara sederhana diantaranya yaitu:
a. Menyadari individu akan adanya masalah dan kebutuhan individu
berubah.
b. Menyadarkan individu tentang apa yang dapat dilakukan atas adanya
masalah, sumber daya yang dimiliki dan dukungan yang bisa
didapatkan.
c. Membantu individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
melalui kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Menurut Lawrence Green, 1980 dalam Notoatmodjo, 2010
promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya
perilaku tersebut :
1) Faktor predisposisi
Faktor – faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah
pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap
apa yang akan dilakukan.
2) Faktor pemungkin
Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah
fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang
memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
3) Faktor penguat
Pengetahuan, sikap, dan fasilitas yang tersedia kadang – kadang
belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
4. Pendidikan kesehatan sebagai upaya untuk mendorong perubahan
perilaku
Merubah perilaku individu bukanlah hal yang mudah. Adanya
kenyataantersebut, menunutut setiap kegiatan pendidikan kesehatan
dengan memperhatikan tahapan sebagai berikut :
a. Tahap sensitisasi
Merupakan tahap awal, dilakukan untuk memberikan informasi dan
menimbulkan kesadaran individu tentanghal penting mengenai
kesehatan. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan hanya memberikan
informasi dan tidak ada kegiatan yang bersifat mengikat/menjelaskan
mengenai pengetahuan, merubah sikap serta belum bertujuan
mengenai perilaku.
b. Tahap publisitas
Merupakan tahap lanjut dari sensitasi. Bentuk kegiatan misalnya press
release dari Kementrian Kesehatan mengenai Jaminan Kesehatan
Nasional, bahaya merokok dan pelayanan kesehatan yang dapat
diakses melalui puskesmas.
c. Tahap edukasi
Merupakan tahap kelanjutan dari publisitas yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku
d. Tahap motivasi
Dimana individu, kelompok dan masyarakat setelah mendapatkan
pendidikan kesehatan memiliki motivasi dan perilaku sesuai dengan
yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.
5. Media pendidikan kesehatan
Media pendidikan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika ( TV, Radio,
komputer, dan sebagainya) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat
meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah
perilukanya kearah positif terhadap kesehatan ( Notoatmodjo, 2010).
a. Tujuan media promosi kesehatan
1) Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
2) Media dapat menghindari kesalahan persepsi
3) Dapat memperjelas informasi
4) Media dapat mempermudah pengertian
5) Mengurangi komunikasi yang verbalistik
6) Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan
mata
7) Memperlancar komunikasi, dan lain – lain.
b. Jenis – jenis media berdasarkan fungsinya
1) Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan –
pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Berikut
merupakan macam - macam media cetak : poster, leaflet, booklet,
brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, pamflet.
Kelebihan media cetak antara lain :
a) Tahan lama
b) Mencakup banyak orang
c) Biaya tidak tinggi
d) Tidak perlu listrik
e) Dapat dibawa kemana – mana
f) Mempermudah pemahaman

Kelemahan media cetak yaitu :

a) Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak.
b) Mudah terlipat.
2) Media Elektronik, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat
bantu elektronika. Adapun macam – macam media elektronik
antara lain: TV, Radio, Video film, CD, DVD.
Kelebihan media elektronik yaitu :
a) Sudah dikenal masyarakat
b) Mengikutsertakan semua panca indra
c) Lebih mudah dipahami
d) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak
e) Bertatap muka
f) Penyajian dapat dikendalikan
g) Jangkauan relatif besar
h) Sebagai alat diskusi dan dapat diulang – ulang
Kelemahan media elektronik yaitu :

a) Biaya lebih tinggi


b) Sedikit rumit
c) Perlu listrik
d) Perlu alat canggih untuk produksinya
e) Perlu persiapan matang
f) Peralatan selalu berkembang dan berubah
g) Perlu keterampilan penyimpanan
h) Perlu terampil dalam pengoperasian.
3) Media luar ruang, yaitu media yang menyampaikan pesannya di
luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika
secara statis, macam – macam media luar ruang yaitu :
a) Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat
dilihat secara umum di perjalanan.
b) Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai
gambar yang dibuat di atas secarik kain dengan ukuran
tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat strategi
agar dapat dilihat oleh semua orang.
c) Pameran
d) Banner
e) TV layer lebar

Kelebihan media luar ruang :

- Sebagai informasi umum dan hiburan


- Mengikutsertakan semua panca indra
- Lebih mudah dipahami
- Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak
- Bertatap muka
- Penyajian dapat dikendalikan
- Jangkauan relatif lebih besar.
Kelemahan media luar ruang :

- Biaya lebih tinggi


- Rumit
- Ada yang memerlukan listrik
- Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya.
- Perlu persiapan matang
- Peralatan selalu berkembang dan berubah
- Perlu keterampilan penyimpanan
- Perlu keterampilan dalam pengoperasian.
6. Media booklet sebagai media pendidikan kesehatan
Media booklet merupakan suatu media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan kesehatan yang berbentuk buku yang berisikan
tulisan dan gambar. Booklet merupakan salah satu alat peraga atau media
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik
berupa tulisan maupun gambar (Sari, 2018). Pemberian media booklet
bertujuan untuk memberikan informasi tentang suatu peristiwa atau
kegiatan tertentu.
a. Syarat media booklet Menurut (Notoatmodjo, 2012) yaitu:
1) Penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt
2) Bentuk booklet terdiri dari 200-400 huruf dengan tulisan cetak,
biasanya diselingi dengan gambar
3) Ukuran yang digunakan bervariasi, tetapi kebanyakan sekitar A5,
A4, A3
4) Dalam bentuk tulisan dan gambar atau kombinasi keduanya
5) Menggunakan huruf besar dan tebal
6) Menggunakan kalimat pendek, sederhana, singkat, dan ringkas
7) Harus sesuai isi materi yang akan disampaikan
b. Kelebihan booklet
Menurut Ewles (1994) dalam (Hutagalung, 2016) kelebihan dari
media booklet yaitu :
1) Klien dapat menyesuaikan dan belajar sendiri, booklet memuat
materi yang mudah dipahami sehingga seseorang dapat belajar
sendiri tanpa harus bertanya terus-menerus dengan orang lain.
2) Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai karena desainnya
yang simple, booklet biasa dibawa kemana saja termasuk pada
saat bersantai, contohnya pada saat santai ditaman-taman.
3) Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman, booklet bisa
dibaca secara bergantian sehingga banyak orang mendapatkan
informasi dari satu booklet saja, karena booklet tidak seperti
poster yang ditempel-tempel.
4) Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta disesuaikan.
Booklet mudah dibuat dibandingkan dengan pembuatan media
promosi eletronik seperti video dan dapat disesuaikan dengan
keadaan sasaran pendidikan.
5) Awet, ukuran booklet yang kecil memungkinkan untuk disimpan
didalam tas sehingga bisa lebih awet.
c. Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan, tampilan booklet lebih
menarik dibandingkan dengan buku, selain ukuran lebih kecil
booklet juga dibuat dengan warna yang sangat menarik sehingga
sasaran tertarik untuk membaca.
2) Membantu didalam mengatasi banyak hambatan, booklet dapat
dijadikan pedoman untuk mengatasi hambatan.
3) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan
cepat, isi booklet relatif mudah dipahami, sehingga sasaran mudah
memahami maksud dan materinya.
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan
yang diterima kepada orang lain
5) Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan,
informasi yang ada pada booklet dibuat sesimpel mungkin,
sehingga sasaran tidak sulit menemukan informasi yang dicari
dalam booklet.
d. Mekanisme booklet mengatasi kecemasan
Untuk mengatasi kecemasan, perlu adanya teknik pendidikan
kesehatan, yaitu memberikan stimulus yang lain seperti membaca
booklet. Jika kecemasan tidak segera diatasi, maka akan timbul reaksi
destrukif sehingga pasien bertingkah laku maladaptif dan
disfungsional. Kecemasan pasien preoperasi sectio caecarea dapat
disebabkan beberapa hal, salah satunya yaitu kemampuan untuk
mengendalikan dan meminimalkan perasaan cemas sangat tergantung
pada individu. Selain itu, masih sulit menerapkan teknik yang efektif
untuk semua orang dalam teknik pendidikan kesehatan. Teknik
pendidikan kesehatan dengan booklet merupakan metode yang dapat
dipakai oleh semua pasien dalam usaha meminimalkan perasaan
cemas preoperasi (Stuart & Sundeen, 1995/2007; Wahyuni, 2016).
Dengan penjelasan melalui booklet, kecemasan akan tetap ada,
tetapi mengalami penurunan. Kecemasan pasien dapat menurun jika
memperoleh informasi, sehingga berbagai media diperlukan, terutama
booklet. Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor internal
yang dapat memengaruhi tingkat kecemasan (Sukariaji, dkk, 2017).
Peningkatan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan merupakan
salah satu intervensi keperawatan yang sangat penting dilakukan
(Potter & Perry, 2010). Pada keluarga dan pasien pre operasi
khususnya, pemberian informasi yang jelas akan membantu keluarga
dan pasien dalam meningkatkan pengetahuan akan prosedur tindakan
sehingga akan mengurangi tingkat kecemasan.

E. Penelitian Terkait
a. Berdasarkan penelitian Mahrifatulhijah, Sri Sayekti Heni, dkk (2016)
dalam penelitiannya tentang “Sumber Kecemasan Pada Keluarga Pasien
Operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit” didapatkan hasil bahwa sumber
kecemasan keluarga terhadap operasi caesar yaitu : operasi sesar yang
baru dialami pertama kali, keselamatan, perawatan setelah operasi, dan
biaya yang cukup tinggi. Koping keluarga dengan berdoa dan pasrah pada
Tuhan, pengetahuan keluarga tentang operasi caesar mengenai penyebab
dan tindakan caesar, keluarga memberi dukungan dengan mendampingi
waktu persiapan dan setelah operasi. Kesimpulan dari penelitian ini
yaitu keluarga pasien cemas dengan kondisi pasien saat dokter
menganjurkan operasi caesar yang baru pertama kali operasi caesar juga
biaya. Koping keluarga dengan doa, keluarga mengetahui penyebab dan
tindakan operasi dan memberi dukungan sebelum dan sesudah operasi.
b. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yusran Hidayat (2015) tentang
“Hubungan Pelaksanaan Informed Consent dengan Kecemasan Keluarga
Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang”
berdasarkan uji statistik didapatkan hasil bahwa ada hubungan
pelaksanaan informed consent dengan kecemasan keluarga pasien pre
operasi p- value = 0,000 dengan tingkat keeratan cukup kuat serta arah
hubungan negatif Correlation Coefficient -0,598. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan pelaksanaan informed consent dengan
kecemasan keluarga pasien pre operasi di ruang rawat inap RSUD
Tugurejo Semarang.
c. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ariyance dkk (2020) tentang
“Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media booklet terhadap tingkat
kecemasan pada penderita hipertensi di Puskesmas oepoi wilayah kerja
kota Kupang” Hasil uji hipotesis penelitian menggunakan uji statistik
Wilcoxon diperoleh nilai p = 0,000 dimana data dikatakan ada pengaruh
apabila p < 0,05 sehingga H1 diterima, yang artinya ada pengaruh yang
signifikan dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang hipertensi
dengan media booklet terhadap tingkat kecemasan pada penderita
hipertensi di Puskesmas Oepoi - Wilayah Kerja Kota Kupang.
d. Pada penelitian yang dilakukan oleh Naziyah dkk (2016) tentang
“Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media booklet tentang
pencegahan primer & sekunder terhadap pengetahuan pasian Coronary
Artery Disease (CAD) di klikik sehat natural Ciledug Tanggerang Selatan
tahun 2016” didapatkan hasil analisis statistik bahwa terdapat perbedaan
tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan
perlakuan dan kelompok intervensi yang diberikan perlakuan berupa
pendidikan kesehatan dengan menggunakan media booklet infromasi
tentang pencegahan primer dan sekunder pada pasien CAD dengan p=
0.000. sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan
kesehatan dengan menggunakan media booklet informasi tentang
pencegahan primer dan sekunder pada pasien coronary artery diseases
(CAD) pada kelompok intervensi sesudah perlakuan.
e. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sukariaji, dkk (2017) tentang
“Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dengan menggunakan
booklet spinal anestesi terhadap kecemasan pada pasien sectio caesarea
di RSUD Dr. Tjitrowardojo Purwokerto tahun 2017” berdasarkan hasil uji
t test paired p value 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan pemberian pendidikan kesehatan menggunakan
booklet spinal anestesi terhadap kecemasan.
F. Kerangka Teori
Operasi Sectio Caesarea

Pre Intra Post

Penatalaksanaan
Kecemasan

Farmakologi Nonfarmakologi
Faktor penyebab
kecemasan keluarga - Hypnosis
- Imagery
- Umur - Biofeedback
- Jenis kelamin - Meditasi
Penurunan
- Pengetahuan - Pendidikan kesehatan
- Pengalaman - Relaksasi Kecemasan

- Kepribadian - distraksi
- Musik
Gambar 2.4 Kerangka Teori

Sumber : Sentana (2016)


G. Kerangka Konsep

Pra Intervensi Intervensi Post


intervensi
Skor kecemasan Skor kecemasan
Pendidikan
keluarga pasien pre keluarga pasien pre
kesehatan dengan
operasi sectio operasi sectio
media booklet
caesarea caesarea

Keterangan :

: Variabel penelitian

: Variabel intervensi

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

1. Variabel bebas (variabel independent) :Pendidikan kesehatan


dengan media booklet.
2. Variabel terikat (variabel dependent) :Nilai kecemasan
keluarga pasien pre operasi sectio caesarea.

H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang tingkah laku, gejala –
gejala atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Karakteristik hipotesis yang baik yaitu : dapat diteliti, menunjukkan
hubungan atnatara variabel, dapat diuji, serta mengikuti temuan – temuan
terdahulu (Aprina & Anita, 2015). Penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media booklet terhadap skor
rata – rata kecemasan keluarga pasien pre operasi sectio caesarea.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini
menggunakan metode Quasy Eksperiment. Peneliti melakukan perlakuan
terhadap variabel independen kemudian mengukur akibat atau pengaruh
dalam percobaan tersebut pada variabel dependen (Notoatmodjo, 2018)
B. Desain Penelitian
Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian Quasy
Eksperiment dengan rancangan one group pretest posttest desain. Peneliti
memilih jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh
pendidikan kesehatan dengan media booklet terhadap kecemasan keluarga
pasien pre operasi sectio caesarea. Data yang diperoleh sesudah dilakukan
observasi pertama (pretest) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi,
setelah itu diberikan intervensi (perlakuan), setelah itu observasi yang kedua
(posttest) sesudah diberikan intervensi. Desain rancangan penelitian ini
yaitu : Pretest Perlakuan Posttest

01 X 02

Gambar 3.1

Keterangan :

01 : pengukuran kuesioner sebelum pendidikan kesehatan dengan media


booklet

X : intervensi (pendidikan kesehatan dengan media booklet)

02 : pengukuran kuesioner sesudah pendidikan kesehatan dengan media


booklet
Prosedur pelaksanaan penelitian ini melalui berbagai kegiatan yang
akan dilakukan yaitu : penetapan responden, pengukuran kecemasan sebelum
diberian pendidikan kesehatan dengan media booklet, pengukuran kecemasan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media booklet, dan uji t test
pada pengukuran kecemasan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
dengan media booklet.

C. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2021, di RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2021.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah
keluarga pasien sectio caesarea di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Jumlah data sectio caesarea di RSUD Dr. H Abdul Moeloek
Provinsi Lampung pada bulan Januari - Desember 2019 adalah 239 orang
dengan rata-rata perbulan 40 orang (Yosmalia, 2020).
Z 21−α / 2 p ( 1−P ) N
n= 2 2
d ( N−1 ) + Z 1−α / 2 P(1−P)
1,96.0,5 (1−0,5 ) 40
n= 2
(0,05) + ( 40−1 )+1,96.0,5 (1−0,5)
19,6
n=
0,0025,39+ 0,49
19,6
n=
0,5875
n=33 responden

Keterangan :

d : tingkat penyimpangan yang diinginkan

n : besarnya sampel
N : besarnya populasi

Z21−α /2 : nilai Z pada derajat kemaknaan (95%= 1,96)

P: perkiraan proporsi di populasi (50%= 0,5)

Pada hasil perhitungan sampel sebelumnya diatas didapatkan responden


sebanyak 33 responden.

2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karektiristiknya
diteliti. Sampel pada penelitian ini adalah keluarga pasien pre operasi
sectio caesarea. Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari
populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel maka
perlu kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu
pengambilan sampel dilakukan dengan di dasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan
ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmojo, 2018).

Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini antara lain:

a. Kriteria inklusi dalam penelitain ini adalah:


1) Keluarga pasien bersedia menjadi responden dan koperatif
2) Keluarga pasien yang belum pernah dilakukan pendidikan
kesehatan dengan media booklet
3) Keluarga pasien yang akan dilakukan sectio caesarea
4) Keluarga pasien dengan kesadaran penuh dan dapat
berkomunikasi dengan baik
b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Keluarga pasien yang tidak bersedia menjadi responden
E. Variabel penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep pengerian tertentu ( Notoatmodjo, 2018)
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1) Variabel bebas (Independent) : Pendidikan kesehatan
dengan media booklet
2) Variabel terikat (Dependent) : Tingkat Kecemasan
Keluarga Pasien pre operasi sectio caesarea (ringan, sedang,
berat)

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel yang diamati / diteliti. Definisi operasional ini
juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel – variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrument atau alat ukur (Notoatmodjo, 2018). Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Cara Hasil Skala
Oprasional ukur ukur ukur
Kecemasan Meupakan Lembar Observasi - Ordinal
keluarga reaksi kuesioner mengukur
pasien emosional Hamilton skala
terhadap Rating kecemasa
penilaian Scale For n
individu Anxiety
yang (HRS-A)
subjektif,
yang
dipengaruhi
oleh alam
bawah sadar
dan tidak
diketahui
secara
khusus
penyebabny
a.
Pendidikan merupakan - - - -
kesehatan proses
media perubahan
booklet kebiasaan,
sikap dan
pengetahuan
pada diri
manusia
untuk
mencapai
tujuan
kesehatan.
Media
booklet
merupakan
suatu media
yang
digunakan
untuk
menyampai
kan pesan
kesehatan
yang
berbentuk
buku yang
berisikan
tulisan dan
gambar.

G. Pengumpulan Data
1. Instrument penelitian
Instrument penelitian adalah alat – alat yang akan digunakan
untuk pengumpulan data, yang dapat berupa kuisioner, formulir
observasi, formulir – formulir lain yang berkaitan dengan pecatatan
data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2018). Kuisioner yang digunakan
adalah HRS-A (Hamilton Rating Scale For Anxiety) untuk menilai
kecemasan keluarga pasien pre operasi sectio caesarea yang terdiri
dari 14 kelompok pertanyaan yang masing – masing kelompok
dirinci lagi dengan pertanyaan – pertanyaan yang lebih spesifik.
Masing – masing kelompok pertanyaan diberi penilaian angka
(score) antara 0 - 4, yang artinya adalah :
nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan),
nilai 1 = gejala ringan,
nilai 2 = gejala sedang,
nilai 3 = gejala berat,
nilai 4 = kecemasan berat sekali.
Masing – masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok
pertanyaan tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut
dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu :
total nilai (score) :
< 14 = tidak ada kecemasan,
14 - 20 = kecemasan ringan,
21 - 27 = kecemasan sedang,
28 - 41 = kecemasan berat,
42 - 56 = kecemasan berat sekali.

2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data (Notoatmodjo, 2018). Pada pengumpulan data ini
dilakukan dengan cara mengukur skor kecemasan sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengam media booklet.

3. Prosedur Penelitian
a. Peneliti memberikan surat permohonan izin penelitian dari
institusi kepada direktur RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
b. Setelah mendapatkan surat persetujuan dari direktur RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek, selanjutnya peneliti menentukan waktu
penelitian.
c. Kemudian peneliti mulai mengumpulkan data dan memilih
keluarga pasien pre operasi yang sesuai dengan kriteria sampel
yang telah ditentukan.
d. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur yang akan
dilakukan terkait pendidikan kesehatan dengan media booklet
kepada responden.
e. Peneliti memberikan informed consent sebagai tanda bahwa
responden bersedia menjadi sampel.
f. Kemudian pada tahap pertama peneliti akan melakukan pretest
pada responden dengan mengukur tingkat kecemasan responden
menggunakan lembar kuisioner HRS-A.
g. Tahap ke dua peneliti akan memberikan intervensi pendidikan
kesehatan dengan media booklet.
h. Selanjutnya pada tahap ke tiga peneliti akan melakukan posttest
pada responden dengan mengukur kembali tingkat kecemasan
pasien menggunakan lembar kuisioner HRS-A.

H. Etika Penelitian
Menurut Nursalam (2013), etika penelitian merupakan hak objek
penelitian dan yang lainnya harus dilindung. Beberapa prinsip dalam
pertimbangan etika meliputi : bebas eksplorasi, kerahasiaan, bebas dan
penderita, bebas menolak menjadi responden dan perlu surat persetujuan
(informed consent).
1. Lembar penjelasan penelitian
Peneliti memberikan lembar penjelasan penelitian sembari
menjelaskan kepada responden terkait penelitian yang akan
dilakukan.
2. Informed consent
Peneliti memberikan lembar informed consent sebagai bukti
persetujuan menjadi responden dan bentuk perlindungan terhadap
subjek penelitian dan menghargai hak responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya
data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data
yang disajikan data kuisioner yang sesuai dengan tujuan penelitian
dan hanya menyebutkan inisial responden.
4. Anonymity ( tanpa nama)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi pada
lembar tersebut diberi kode pengganti nama responden, biasanya
menggunakan inisial dari nama responden.
5. Justice (keadilan)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan dan kehati – hatian. Peneliti mengkondisikan
lingkungan penelitian sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yaitu
dengan menjelaskan prosedur penelitian.
6. Benefit (Manfaat)
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti harus memiliki dampak yang
bermanfaat untuk para responden.

I. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting
untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan
kesimpulan yang baik (Notoatmodjo, 2018). Data yang telah
dikumpulkan melalui observasi dan pengukuran kemudian akan
dilakukan tahap pengolahan data sebagai berikut :
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan dan
perbaikan isian formulir atau kuisioner. Pada tahap ini, peneliti
melakukan pengecekan data yang diperoleh dari responden sehingga
hasil pengukuran dari responden telah dinyatakan lengkap, jelas,
relevan dan konsisten.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data berbentuk angka dan bilangan. Setelah dilakukan
editing, selanjutnya peneliti memberikan kode tertentu pada setiap
data untuk memudahkan dalam melakukan analisis.
3. Tabulating
Adalah memproses data agar dapat dianalisis, dimana proses data
dilakukan dengan mengolah data secara manual.
4. Processing
Adalah memproses data agar dapat dianalisis, dimana proses data
dilakukan dengan mengolah data secara manual.
5. Cleaning
Adalah kegiatan mengecek data yang sudah dimasukkan, apakah ada
kesalahan atau tidak.

J. Analisis Data
Menurut Notoatmodjo (2018), analisa data dilakukan untuk
memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam
tujuan penelitian, membuktikan hipotesis peneliti yang telah dirumuskan.
Memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian, yang merupakan
kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan. Analisa data
suatu penelitian melalui prosedur bertahap yaitu :
1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini dilakukan penilaian
kecemasan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dengan media
booklet dengan HRS-A (Hamilton Rating Scale For Anxiety).
Analisis ini menghasilkan nilai rata – rata (mean), modus, dan standar
deviasi dengan menggunakan uji pada computer.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariate adalah analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,
2018). Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel independent dengan variabel dependent. Analisis dalam
penelitian ini adalah mengetahui antara dua variabel kecemasan
sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan dengan media
booklet menggunakan uji t test.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2013). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Media Booklet


Dibandingkan Audiovisual Terhadap Engetahuan Orang Tua Tentang Karies
Gigi Pada Anak Usia 5-9 Tahun Di Desa Makamhaji. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Ambarwati, K. (2018). Efektivitas Booklet Sebagai Media Promosi Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Tentang Kekerasan Seksual Pada Anak.
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Apriliawati, A., Sulaiman, S., Pasca, P., Universitas, S., & Jakarta, M. (2020).
Media Booklet Dan a Udiovisual Efektif Terhadap. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
IX, 60–65.
Aprina & Anita (2019), Riset Keperawatan
Bagaray, F. E. K., Wowor, V. N. S., & Mintjelungan, C. N. (2016). Perbedaan
efektivitas DHE dengan media booklet dan media flip chart terhadap
peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa SDN 126 Manado.
e-GIGI, 4(2). https://doi.org/10.35790/eg.4.2.2016.13487
Dharmastuti, silvia putri. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Bahaya Merokok Melalui Media Booklet Dan Poster Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Siswa Smp N 2 Tasikmadu. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 18.
http://eprints.ums.ac.id/50077/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf
Farudin, A. (2011). Perbedaan Efek Konseling Gizi Dengan Media Leaflet Dan
Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan, Asupan Energi Dan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.
Skripsi Program Pascasarjana Human Nutrition Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Kio, A. L., Artana, I. W., & Mastini, N. L. P. (2020). Pengaruh Komunikasi
Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Orang Tua Pasien
Sebelum Tonsilektomi. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst,
Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 15(1), 125–133.
https://doi.org/10.36911/pannmed.v15i1.663
Kozier, B., Erb, G., Berman, A,. & Synder, S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Pediatrik (2nd ed). Jakarta :EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis,
Jakarta : Salemba Medika
Padila. (2015), Asuhan keperawatan maternitas II. Nuha Medika
Pardede, J. A., Hasibuan, E. K., & Hondro, H. S. (2020). Perilaku Caring Perawat
Dengan Koping Dan Kecemasan Keluarga. Indonesian Journal of Nursing
Science and Practice, 3(1), 15–22.
https://doi.org/https://doi.org/10.24853/ijnsp.v3i1.14-22
Publikasi, N. (2015). TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN PRE
SECTIO CAESAREA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT
1 TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN PRE SECTIO CAESAREA
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 1.
Rezki, I. M., Lestari, D. R., & Setyowati, A. (2017). Komunikasi Terapeutik
Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Di Ruang Intensive
Care Unit. Dunia Keperawatan, 4(1), 30.
https://doi.org/10.20527/dk.v4i1.2538
S., & Prayogi, A. S. (2018). Booklet Spinal Anestesi Menurunkan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Sectio Caecarea. Jurnal Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (JPPNI), 2(2), 74. https://doi.org/10.32419/jppni.v2i2.85
Sari, R. D. K. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea. Jurnal
Keperawatan Universitas Surakarta, 1–10.
Siska Agustina, S. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Ibu Pre Operasi Sectio Caesarea Di Rs Pku Muhammadiyah
Gamping Yogyakarta. Naskah Publikasi UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA, 1–42.
Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Jakarta : Elseiver
Sugeng. J & Weni K. (2010). Buku Asuhan Keperawatan Post Operasi. Nuha
Medika
Sukariaji. (2017). Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Menggunakan
Booklet Spinal Anestesi Terhadap Kecemasan Pada Pasien Sectio.
Twistiandayani, R., & Muzakki, F. (2017). Caring perawat pengaruhi tingkat
kecemasan pasien dan keluarga pre operasi. Journals of Ners Community,
08(1), 81–92.

Wahyuni, R dan Rohani, S. (2019). Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan


Riwayat Persalinan Sectio Caesarea. Wellness and Healthy Magazine,
2(February),187–192.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218wh
LAMPIRAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
Jl. SoekarnoHatta No.6 Bandar Lampung
Telp : 0721-783852 Faxsimile : 0721 – 773918
Website :ww.bppsdmk.depkes.go.id/poltekkestanjungkarang E-mail :
poltekkestanjungkarang@yahoo.co.id

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Umur :

Jenis kelamin :

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui tentang manfaat


penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media
Booklet Terhadap Kecemasan Keluarga Pasien Pre Operasi Sectio
Caesarea’’, saya menyatakan (bersedia) diikutsertakan dalam penelitian ini. Saya
percaya apa yang saya sampaikan ini dijamin kebenarannya.

Bandar Lampung, 2021

Peneliti Responden

(Aprilia Setya Ningtyas) (..............................)

NIM.1714301008

KUESIONER PENELITIAN

HRS-A (HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY)

I. Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :
Alamat :

II. Petunjuk Pengisian

a. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan apa yang anda rasakan


b. Berilah tanda (√) pada jawaban yang anda pilih
c. Pilihan jawaban :
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali
III. Pertanyaan

No. Gejala Kecemasan 0 1 2 3 4


1. Perasaan cemas (ansietas)
Cemas
Firasat buruk
Takut akan fikiran sendiri
Mudah tersinggung
2. Ketergantungan
Merasa tegang
Lesu
Tidak bisa istirahat tenag
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3. Ketakutan
Pada gelap
Pada orang asing
Ditinggal sendiri
Pada binatang besar
Pada keramaian lalu lintas
Pada kerumunan orang banyak
4. Gangguan tidur
Sukar masuk tidur
Terbangun malam hari
Tidur nyenyak
Bangun dengan lesu
Banyak mimpi – mimpi
Mimpi buruk
Mimpi menakutkan
5. Gangguan kecerdasan
Sukar konsentrasi
Daya ingat menurun
Daya ingat buruk
6. Perasaan depresi (murung)
Hilangnya minat
Berkurangnya kesenangan pada
hobi
Sedih
Bangun dini hari
Perasaan berubah – ubah sepanjang
hari
7. Gejala somatik / fisik (otot)
Sakit dan nyeri otot – otot
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemerutuk
Suara tidak stabil
8. Gejala somatik / fisik (sensorik)
Tinnitus (telinga berdenging)
Penglihatan kabur
Muka merah atau pucat
Merasa lemas
Perasaan ditusuk - tusuk
9. Gejala kardiovaskuler ( jantung
dan pembuluh darah)
Takikardia ( denyut jantung
cepat)
Berdebar – debar
Nyeri di dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lesu/lemas seperti mau
pingsan
Detak jantung menghilang.
(berhenti sekejap)
10. Gejala respiratori (pernafasan)
Rasa tertekan atau sempit di
dada
Rasa tercekik
Sering menarik nafas
Nafas pendek / sesak
11. Gejala gastrointenstinal
(pencernaan)
Sulit menelan
Perut melilit
Gangguan pencernaan
Nyeri sebelum dan sesudah makan
Perasaan terbakar diperut
Rasa penuh atau kembung
Mual
Muntah
Buang air besar lembek
Sukar buang air besar (konstipasi)
Kehilangan berat badan
12. Gejala urogenital (perkemihan dan
kelamin)
Sering buang air kecil
Tidak dapat menahan air seni
Tidak datang bulan (haid)
Darah haid amat sedikit
Masa haid berkepanjangan
Masa haid amat pendek
Haid beberapa kali dalam sebulan
Menjadi dingin
Ejakulasi dini
Ereksi ilmiah
Ereksi hilang
impotensi
13. Gejala autonomy
Mulut kering
Muka merah
Mudah berkeringat
Kepala pusing
Kepala terasa berat
Kepala terasa sakit
Bulu – bulu berdiri
14. Tingkah laku (sikap) pada
wawancara
Gelisah
Tidak tenang
Jari gemetar
Kerut kening
Muka tegang
Otot tegang
Nafas pendek dan cepat
Muka merah

Jumlah nilai angka ( total skor) =

Keterangan :

< 14 = tidak ada kecemasan

14-20 = kecemasan ringan

21-27 = kecemasan sedang

28-41 = kecemasan berat

42-56 = panik (kecemasan sangat berat)


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Sectio caesarea

Sasaran : Keluarga pasien pre operasi sectio caesarea

Hari/Tanggal : Tentatif

Jam : Tentatif
Waktu : 15 menit

Tempat : Ruang Kebidanan Dr. H. Abdul Moeloek

A. LATAR BELAKANG

Pre operasi adalah bagian dari keperawatan perioperative dan merupakan


persiapan awal sebelum melakukan tindakan operasi. Menurut Kozier (2010)
fase pra operatif dimulai ketika keputusan untuk melakukan pembedahan
dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi. Tindakan
operasi yang direncanakan dapat menimbulkan respon fisiologi dan psikologi
pada pasien. Respon psikologi yang biasanya terjadi pada pasien pre operasi
yaitu kecemasan.

Sectio caesarea yaitu suatu cara melahiran janin dengan sayatan pada
dinding uterus meelalui dinding depan perut. Menurut Sarwono (1991) section
caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding depanrahim dengan sayatan rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Jitowiyono, 2010).
Section caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk melahirkan janin dari dalam vagina (Padila, 2015).

Kecemasan yaitu suatu kondisi psikologis atau bentuk emosi individu


berupa ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran yang berkenaan dengan
perasaan terancam serta ketakutan oleh ketidakpastian di masa mendatang
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Menurut Nanda (2012), kecemasan
adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disertai oleh respon
autonomi (penyebab sering tidak spesifik atau tidak diketahui pada setiap
individu) perasaan cemas tersebut timbul akibat dari antisipasi diri terhadap
bahaya. Kecemasan merupakan keadaan emosi dan pengalaman perasaan
seseorang dimana keduanya merupakan merupakan kekuatan yang tidak dapat
dilihat secara langsung (Stuart, 2016).
Menurut WHO (2016), ada sekitar 3,6% dari seluruh manusia di dunia
mengalami gangguan kecemasan. Munurut Riskesdas (2018), prevelansi di
Indonesia menunjukkan angka sebesar 9,8% yang terjadi gangguan
kecemasan. Prevelansi anggota keluarga yang mengalami kecemasan dari
beberapa penelitian rata – rata adalah 35% - 73%. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Neneng Astuti, Yesi Sulastri (2012), menunjukan bahwa
sebanyak 72% keluarga mengalami kecemasan dengan tingkat kecemasan
yang beragam yaitu ringan, sedang hingga berat. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Muhammad Hepi Lukmantara (2014), didapatkan bahwa
sebanyak 56% keluarga pasien pre operasi section caesarea mengalami
kecemasan, yaitu sebanyak 28% keluarga pasien mengalami kecemasan berat
dan 16% keluarga mengalami kecemasan ringan.
Tindakan pembedahan akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada
pasien walaupun respons individu pada tindakan tersebut berbeda-beda.
Beberapa pasien menyatakan ketakutan dan menolak tindakan pembedahan,
tetapi klien tersebut tidak tahu apa yang jadi penyebabnya. Tetapi, ada
beberapa pasien yang menyatakan ketakutannya dengan jelas dan spesifik.
Menurut Smeltzer & Bare (1996), segala prosedur pembedahan selalu
didahului oleh reaksi emosional seseorang baik tersembunyi atau jelas, normal
dan abnormal. Perubahan yang dimaksudkan ialah perubahan kecemasan ibu
dalam menghadapi praoperasi yang semula memiliki kecemasan yang
berlebihan atau kecemasan yang tidak nyata tentang operasi menjadi perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan tanpa disertai kecemasan yang
berlebihan.
Respon psikologis yang dapat dialami pada keluarga maupun pasien
sebelum dan sesudah dilakukan pembedahan yaitu kecemasan. Respon
psikologis dari proses pembedahan sangat beragam diantaranya cemas ringan,
sedang, berat hingga panik, tergantung respon dari setiap individu. Selain dari
respon pasien sendiri cemas juga seringkali dirasakan pada keluarga pasien.
Respon cemas dari keluarga pasien pun beragam bisa dikarenakan cemas akan
kondisi pasien setelah operasi hingga cemas apabila operasi mengalami
kegagalan. Stres atau cemas yang dihadapi dan dialami oleh salah satu
anggota keluarga mempengaruhi seluruh keluarga. Kecemasan yang
diperlihatkan oleh anggota keluarga pasien adalah akibat yang diperkirakan
dari aktivitas respons stress, suatu mekanisme yang bersifat sedikit protektif
dan adaptif yang dipicu oleh sistem neuroendokrin sebagai respons terhadap
stressor (Morton, 2012).
Dampak dari kecemasan akan mempengaruhi pikiran dan motivasi
sehingga keluarga tidak mampu mengembangkan peran dan fungsinya yang
bersifat mendukung terhadap proses penyembuhan dan pemulihan anggota
keluarganya yang sedang sakit (Keltner, 1995; Sibuea, 2010).
Berdasarkan dampak yang dapat mempengaruhi kecemasan keluarga
pasien tersebut, maka informasi yang diberikan melalui pendidikan kesehatan
menjadi salah satu hal yang penting. Pada hakekatnya pendidikan kesehatan
merupakan suatu kegiatan atau usaha individu untuk menyampaikan informasi
lebih khususnya pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, individu
dengan harapan bahwa dengan adanya peran tersebut dapat menumbuhkan
pengetahuan tentang kesehatan, dan pengetahuan tersebut diharapkan
berpengaruh terhadap perilakunya, dengan kata lain pengetahuan tersebut
dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran. Pendidikan
kesehatan merupakan cara yang efektif untuk menyampaikan suatu informasi
guna meningkatkan pengetahuan seseorang.
B. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit keluarga pasien


mengetahui tentang sectio caesarea.
2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan :

a. Keluarga pasien mampu menjelaskan pengertian sectio caesarea.

b. Keluarga pasien mampu menjelaskan tujuan sectio caesarea.

c. Keluarga pasien mampu menjelaskan indikasi dilakukannya tindakan


sectio caesarea.

d. Keluarga pasien mampu menjelaskan komplikasi dari sectio caesarea.

e. Keluarga pasien mampu menjelaskan persiapan sebelum tindakan sectio


caesarea.

f. Keluarga pasien mampu menjelaskan prosedur tindakan sectio


caesarea.

g. Keluarga pasien mampu menjelaskan hal – hal yang harus diperhatikan


dalam masa pemulihan.

B. SASARAN

Keluarga pasien pre operasi sectio caesarea.

C. RANCANGAN PELAKSANAAN

1. Metode

Ceramah dan diskusi.

2. Materi penyuluhan
a. Pengertian sectio caesarea

b. Tujuan sectio caesarea

c. Indikasi dilakukannya tindakan sectio caesarea

d. Komplikasi sectio caesarea

e. Persiapan sebelum tindakan sectio caesarea

f. Prosedur tindakan sectio caesarea

g. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam masa pemulihan


3. Waktu dan tempat
Waktu / tanggal : Tentatif
Tempat : Ruang Kebidanan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
4. Media
Booklet
5. Setting Tempat

Keterangan :

: Penyaji

: Responden

D. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Kontrak dengan pasien dan keluarga (waktu, tempat, topik)
b. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti..
c. Persiapan media : booklet
2. Pelaksanaan : 15 Menit

3. Langkah – langkah kegiatan/Strategi


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 3 menit Pembukaan : Menjawab salam
Mendengarkan,
 Memberi salam
memperhatikan dan
 Memperkenalkan diri menjawab pertanyaan

 Menjelaskan tujuan
penyuluhaan
 Menanyakan kepada
peserta penyuluhan
seputar pengetahuan
tentang sectio caesrea
2. 7 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
memperhatikan materi
Menjelaskan materi
yang disampaikan
penyuluhan secara berurutan
dan teratur
Materi :

1. Pengertian sectio caesarea

2. Tujuan sectio caesarea

3. Indikasi dilakukannya
tindakan sectio caesarea

4. Komplikasi sectio caesarea

5. Persiapan sebelum tindakan


sectio caesarea

6. Prosedur tindakan sectio


caesarea
7. Hal – hal yang harus
diperhatikan pada masa
pemulihan
3. 3 menit Evaluasi :
 Menjawab
 Memberikan pertanyaan
pertanyaan
kepada kepada peserta
penyuluhan
 Memberikan pujian atas
jawaban yang telah di
berikan
4. 2 menit Penutup :
 Menyimak
 Menyimpulkan materi
yang telahdi
 Menjawab salam
sampaikan.
 Mengucapkan salam.

D. EVALUASI

Penyaji mengajukan pertanyaan secara lisan langsung kepada sasaran


sesuai tujuan khusus. Yaitu :
1. Pengertian sectio caesarea
2. Tujuan sectio caesarea
3. Indikasi dilakukannya tindakan sectio caesarea
4. Komplikasi sectio caesarea
5. Persiapan sebelum tindakan sectio caesarea
6. Prosedur tindakan sectio caesarea
7. Hal – hal yang dianjurkan selama waktu pemulihan

Bila klien dapat menjawab >70%, maka dikategorikan baik,


dan jika <70% maka dikategorikan kurang memahami materi
yang disampaikan.
MATERI

A. Sectio Caesarea
Operasi sesar atau sering disebut dengan sectio caesarea adalah
melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding
Rahim (uterus).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk melahirkan janin dari dalam vagina (Padila, 2015).

B. Tujuan
Tujuan dari sectio caesarea adalah mengeluarkan janin dari dalam
rahim, dengan indikasi tertentu yang diharuskan untuk dilakukan tindakan
operasi sectio caesarea. Dengan tindakan sectio caesarea maka dapat
meminilisir angka kejadian kematian pada ibu dan janin.

C. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran normal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin. Hal – hal lain yang
menjadi pertimbangan disarankan bedah sesar antara lain :
1. Proses persalinan normal lama / kegagalan proses persalinan normal.
2. Detak jantung janin melambat
3. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
4. Bayi besar (BBL > 4,2 kg)
5. Ari – ari (plasenta) menutupi jalan lahir
6. ketidakseimbangan antara ukuran kepala bayi dan panggul
7. Hydrocephalus (kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal)
8. Ibu menderita tekanan darah tinggi
9. Panggul sempit
10. Sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan Partus
dengan komplikasi
11. Problema plasenta ( contoh : plasenta terlepas dari dinding rahim bagian
dalam sebelum proses persalinan)
12. Kegagalan persalinan dengan induksi
13. Kehamilan > 42 minggu
14. Ibu mengidap infeksi, seperti infeksi herpes genital atau HIV.
15. Ibu hamil pertama pada usia < 20 tahun, atau ibu hamil pertama pada usia
> 35 tahun.

D. Komplikasi
1. Infeksipuerperal (Nifas)
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Perdarahan pada plasenta bed
3. Komplikasi – komplikasi lain seperti luka kandung kemih, embolisme
paru – paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
5. Penggunaan anestesi tertentu dapat menimbulkan efek pada ibu dan bayi
seperti syok, trauma dan mual-mual serta hilang nafsu makan. Pada bayi
yang baru dilahirkan akan terlihat lemah akibat pengaruh anestesi.

E. Persiapan sebelum operasi sectio caesarea


1. Sebelum tindakan operasi pasien akan dilakukan pemasangan infus
2. Pasien akan diminta berpuasa selama 8 jam sampai tindakan operasi
dimulai
3. Pasien akan dilakukan pemasangan kateter
4. Latihan nafas
5. Setelah itu pasien akan dilakukan penyuntikan untuk mengetahui alergi
obat atau tidak
6. Pemberian obat – obatan
7. Latihan batuk post operasi.
8. Pengecekan status kesehatan fisik secara umum, meliputi identitas klien
penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
pemeriksaan fisik lengkap yang akan dilakukan oleh perawat.
9. Pengecekan status nutrisi

F. Prosedur tindakan
1. Waktu operasi yang akan dilalui oleh pasien biasanya + 1,5 jam lamanya.
2. Pada saat dilakukan tindakan operasi, pasien tidak akan merasakan sakit,
karena sudah dilakukan anastesi.
3. Anastesi yang biasa digunakan pada operasi sectio caesarea yaitu anestesi
spinal. Spinal anestesi disuntikan ke dalam cairan serebrospinal yang
mengelilingi saraf tulang belakang. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan sensasi dan menimbulkan blok motorik. Pada operasi
sectio caesarea dengan spinal anestesi pasien akan sadar penuh, dan
dapat mendengar apa yang terjadi di ruang operasi, tetapi tidak dapat
merasakan sakit dalam proses operasinya.
4. Setelah dilakukan anestesi kemudian pasien akan diberikan posisi
terlentang.
5. Kemudian, dilakukan persiapan tindakan operasi dengan menyiapkan
area operasi, dan menutup bagian tubuh yang lainnya dengan
menggunakan kain yang berwarna hijau.
6. Setelah itu, tindakan operasi dimulai oleh dokter. Tahapan tindakan
operasi yang akan dialami pasien yaitu :
a. Pertama – tama dokter akan membuat sayatan pada dinding perut
pasien, biasanya sayatan akan dibuat secara horizontal dan mengikuti
batas rambut kemaluan. Setelah itu dokter akan membuat sayatan,
lapisan demi lapisan melewati jaringan lemak dan jaringan ikat. Lalu
otot perut akan dipisahkan menjadi dua sisi agar rongga perut dapat
terlihat.
b. Kemudian dokter membuat sayatan horizontal di bagian bawah rahim.
Arah sayatan lain dapat digunakan, tergantung pada posisi janin di
dalam rahim dan komplikasi yang terjadi (misalnya plasenta previa).
c. Bayi akan dikeluarkan dari rahim lewat sayatan yang telah dibuat.
Lalu mulut dan hidung bayi dibersihkan dari cairan, kemudian tali
pusarnya dipotong. Sesudah itu, plasenta akan dikeluarkan dari rahim.
Sayatan yang telah dibuat lalu ditutup dengan jahitan. Banyaknya
darah pada proses ini akan di suction ke dalam tabung sehingga
banyak darah yang keluar dapat diukur.

G. Hal – hal yang dianjurkan selama waktu pemulihan


1. Minum banyak cairan agar tubuh tetap terhidrasi dengan baik.
2. Minum obat sesuai petunjuk dokter
3. Istirahat yang cukup
4. Tidak dianjurkan menggunakan korset

H. DAFTAR PUSTAKA
Padila. (2015), Asuhan keperawatan maternitas II. Nuha Medika

Sugeng. J & Weni K. (2010). Buku Asuhan Keperawatan Post Operasi. Nuha
Medika

Wahyuni, R dan Rohani, S. (2019). Faktor - Faktor yang Berhubungan


dengan Riwayat Persalinan Sectio Caesarea. Wellness and Healthy
Magazine, 2(February),187–192.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218wh
Sukariaji. (2017). Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Booklet Spinal Anestesi Terhadap Kecemasan Pada
Pasien Sectio.
70

Anda mungkin juga menyukai