Anda di halaman 1dari 73

PROPOSAL RISET

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO
CAESAREA DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD KOTA
BOGOR TAHUN 2020

Riset Ini Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh:

BADRU SALAM
08180100236

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut World Helath Organizatin (WHO) indikator persalinan dengan

tindakan operasi Sectio Caesarea terus bertambah diseluruh dunia, khususnya

negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi, serta telah menjadi problem

yang kontrovesional di ranah kesehatan. Penelitian menunjukan tingkat

persalinan melalui operasi Sectio Caesarea meningkat hampir dua kali lipat dari

tahun 2000 sampai 2015 tercatat dari 12% dari jumlah kelahiran menjadi 21% di

tahun 2015 (WHO, 2015). Fenomena yang sama terjadi juga di Indonesis,

berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda, 2018) menunjukan

prevalensi pembedahan Sectio Caesarea sebesar 17,6% dari jumlah kelahiran.

Begitu pun Jawa Barat sebesar 8.7% dari jumlah kelahiran, berdasarkan hasil

Riset Kesehatan Dasar (Rikesda, 2013).

Operasi Sectio Caesarea adalah salah satu upaya untuk melahrikan melalui

pembedahan di dinding abdomen dan dinding rahim (Reeder, 2011). Sectio

Caesarea dikerjakan apabila terjadi gawat janin, diproporsi sepalopelvik, partus

tidak maju , plasenta previa, propalus tali pusat, mal presentase janin atau letak

lintang (Sumelung, 2014). Dengan maksud menyelamatkan ibu beserta bayi

sehingga ibu dapat melahirkan bayi dalam kondisi sehat dancselamat. Setiap Ibu

mengandung mengharapkan dapat melakukan persalinan pervaginam akan

1
2

tetapi padabeberapa ibu hamil yang mengalami kelainan atau komplikasi maka

seorang ibu tidak bisa menjalani persainan normal (Benson, 2009) dan

pembedahan Sectio Caesarea adalah tindakan yang tepat untuk melaksanakan

persalinan. Tindakan pembedahan ini terbagi dalam tiga tahapan pre operasi,

intra operasi, dan post operasi.

Pre operasi ialah tahap yang diawali ketika adanya keputusan untuk

dilaksanakan intervensi bedah dan diakhiri dengan klien dipindahkan ke meja

operasi. Keperawatan per operatif adalah tahap pertama dari keperawatan

perioperative. Tahapan ini merupakan permulaan yang menjadi keberhasilan

pada tahap-tahap selanjutnya. Kesalahan yang dilakukan di fase ini akan

berakibat fatal di fase selanjutnya (HIPKABI, 2014). Persiapan pre operasi yang

dilakukan diantaranya persiapan fisik, fisiologis, penunjang, persiapan status bius

hingga lembar persetujuan. Selain persiapan yang disebutkan sebelumnya

persiapan psikologis merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan

persiapan operasi. Karena psikologi atau mental yang tidak siap dapat

berpengaruh pada kondisi fisik seseorang (Smeltzer, dkk, 2008). Hasil penelitian

Wardiningsih (2010) dalam naskah publikasi (Ernawati, 2017) mengenai

kecemasan pada tahapan pre operasi Sectio Caesarea mendukung pernyatan

Smeltzer, dkk, hasil penelitian menunjukan bahwa dari 80 responden tedapat 46

responden (57,5%) mempunyai tingkat kecemasan skala sedang, 25 responden

(31,2%) dalam skala kecemasan ringan dan responden yang tidak merasa cemas

sebanyak 2 responden (2,5%) pada tahap pre operasi Sectio Caesarea.


3

Tindakan pembedahan seperti Sectio Caesarea adalah salah satu upaya

perencanaan medis yang biasanya berlangsung lama, membutuhkan pengaturan

pernafasan, sehingga berisiko tinggi terhadap kesalamatan nyawa manusia dan

bisa mengakibatkan kecemasan pada individu (Pawatte, et al, 2013). Kecemasan

merupakan perasaan khawatir dalam diri yang berlebihan, tidak jelas dan

merupakan respon terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar yang

menghasilkan gejala emosional, kognitif, fisik, dan perilaku (Baradero, Mary,

2015). Perasaan ini pasti dimiliki oleh setiap individu, hal ini wajar menjadi

bagian dalam kehidupan karena mayoritas orang tentunya memiliki pengalaman

tentang cemas dengan skala yang berbeda. Tingkatan cemas dibedakan menjadi

empat, yang pertama kecemasan ringan, yang kedua kecemasan sedang, dan yang

terakhir kecemasan berat atau panik (Stuart, 2009). Pengukuran skala kecemasan

ini menggunakan kuisioner dari Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

Kecemasan bisa ditanggulangi jika adaptasi seseorang baik, meskipun

merupakan bagian masalah terbesar di kehidupan bagi individu yang adaptasinya

kurang baik. Masalah itu jika tidak diatasi dapat berefek terhadap psikis dan

jasmani.

Di Indonesia jumlah orang yang mengalami kecemasan berdasarkan hasil

Riset Kesehatan Dasar (Rikesda, 2013) menunjukan bahwa 6% atau kurang lebih

14 juta jiwa di Indonesia menderita gangguan emosional yang ditandai dengan

gejala kecemasan dan depresi. Riset yang dilakukan (Bahsoan, 2013) kurang

lebih 80% atau 1,2 jiwa yang menderita kecemasan sebelum menjelang operasi.
4

Sedangkan menurut Mau (2013) klien yang menderita kecemasan sebelum

tindakan operasi mencapai 75-85%.

Intervensi pembedahan dengan SC dengan bermacam komplikasinya bisa

mengakibatkan kecemasan pada klien (Pawatte, et al, 2013). Cemas yang dirasa

klien dihubungkan dengan rasa takut terhadap tindakan asing yang akan

dilakukan, penyuntikan, nyeri luka setelah operasi, menjadi bergantung pada

orang lain bahkan ancaman kematian akibat tindakan operasi dan tindakan

anastesi, termasuk timbulnya kecacatan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

Selinear dengan penelitian yang dilakukan (Hepp, P., Hagenbeck, C., Burghardt,

B., Jaeger & Wolf, OT., Fehm, T., & Schaal, 2016). mengenai kecemasan, yang

mengukur skala kecemasan di hari saat pelaksanaan operasi Sectio Caesarea dan

hasil penelitian mengatakan bahwa skala kecemasan paling tinggi adalah saat

sebelum operasi dibandingkan saat penutupan kulit dan 2 jam setelah tindakan

pembedahan Sectio Caesarea.

Dampak dari terjadinya kecemasan sebelum operasi dihubungkan dengan

peningkatan rasa nyeri setelah operasi, kebutuhan anti nyeri, peningkatan lama

penginapan di rumah sakit dikaitkan juga dengan depresi setelah melahirkan

(Kuo, S., Chen, S., & Tzeng, 2014). Kejadian ini turut berefek pada besarnya

biaya kesehatan yang lebih tinggi. Hal ini dapat menambah beban anggaran

kesehatan, khusunya masyarakat miskin yang anggaran perawatannya

dibebankan kepada negara (Pratiwi et al., 2019). Masalah kecemasan ini bisa

ditanggulangi melalui terapi farmakologi dan non farmakologi.


5

Penanggulangan yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecemasan yaitu

dengan pemberian terapi farmakologi. Terapi farmakologi adalah tindakan

kolaboratif antara perawat bersama dokter, terapi yang diberikan seperti obat

benzodiazepine. Akan tetapi terapi tersebut bersifat addict sehingga

pengkonsumsian terapi tersebut tidak boleh lebih dari 24-42 hari (Baradero,

Mary., 2015). Meskipun begitu terapi non farmakologi juga bisa mengurangi rasa

cemas seperti teknik relaksasi, psikoterapi dengan hypnotyhs atau hypnotheraphy

(Isaacs A, 2005)

Sudah menjadi tugas perawat dapat memilih cara yang tepat dan

menciptakan lingkungan yang nyaman ketika melakukan intervensi kepada klien

(James, 2012). Teknik relaksasi merupakan cara untuk meningkatkan kendali dan

percaya diri serta menurunkan tingkat stress yang dialami (Stuart, 2007). Salah

satu teknik relaksasi yang dipakai adalah relaksasi genggam jari.

Teknik ini adalah salah satu teknik Jin Shin Jyutsu. Jin Shin Jyutsu bisa

disebut juga akupresure Jepang. Tangan (jari dan telapak tangan) yaitu alat

bantuan sederhana yang efektif untuk menyeimbangkan dan membuat tubuh

menjadi balance. Masing-masing jari tangan berhubungan dengan perilaku kita

sehari-hari. Ibu jari berkaitan dengan rasa khawatir, jari telunjuk dengan rasa

takut, jari tengah rasa marah, jari manis dengan rasa sedih dan jari kelingking

dengan rendah diri dan kecil hati (Hill, 2011).

Teknik relaksasi genggam jari adalah teknik relaksasi yang sangat mudah

dan sederhana dikerjakan oleh siapa saja yang berkaitan dengan jari tangan serta
6

aliran energi di dalam tubuh (Liana, 2008). Teknik genggam jari disebut juga

dengan finger hold. Menggenggam jari dan menarik nafas sedalam-dalamnya

bisa mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena teknik

ini akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi pada saluran atau

meridian energi yang terdapat di jari-jari tangan. Pada saat genggaman titik

refleksi di tangan akan memberi impulse secara langsung. Impulse tersebut

mengalirkan gelombang listrik mengarah ke otak selanjutnya diproses dengan

cepat lalu diteruskan ke saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan,

sehingga sumbatan di saluran energi menjadi lancar. Teknik relaksasi genggam

jari membantu tubuh, fikiran dan emosi mencapai keadaan tenang. Ketika tubuh

dalam keadaan rileks atau tenang, maka ketegangan pada otot berkurang yang

selanjutnya dapat mengurangi kecemasan (Yuliastuti, 2015).

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Yuniarti Pratiwi (2017) dengan

judul penerapan teknik relaksasi genggam jari pada asuhan keperawatan

kecemasan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea. Hasil riset tersebut

menunjukan bahwa terjadinya penurunan tingkat kecemasan dari cemas sedang

menjadi cemas ringan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea. Riset yang

dilakukan Bagus et al., (2018) bahwa terapi relaksasi genggam jari memiliki

pengaruh terhadap penurunan kecemasan klien pre operasi. dan riset yang

dilakukan oleh Revi & Arina, (2016) menunjukan relaksasi genggam jari dapat

menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea. Kecemasan

bisa mengakibatkan tindakan operasi tertunda, peningkatan rasa nyeri setelah


7

operasi, mengurangi kekebalan terhadap infeksi, peningkatan penggunaan

analgesic post operasi, dan bertambahnya waktu penginapan (Utomo S, 2016)

Menurut data yang diperoleh dari Ruangan Instalasi Bedah Sentral RSUD

Kota Bogor, jumlah pasien yang dilakukan tindakan Sectio Caesarea di tahun

2019 adalah berjumlah 524 pasien.

Studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2020 pada

beberapa klien yang direncanakan operasi Sectio Caesarea sebelum menjalankan

operasi, klien mengatakan sangat cemas sulit tidur, tampak gelisah, tanda-tanda

vital meningkat, dada sering berdebar, terdapat beberapa klien bertanya terkait

prosedur tindakan pembedahan dan pembiusan, serta kemungkinan proses

penyembuahan setelah operasi Sectio Caesarea itu sendiri, serta

mengkhawatirkan bagaimana keselamatan dari bayi yang akan dilahirkan.

Hasil wawancara dan observasi terdapat 11 responden pre operasi Sectio

Caesarea, didapatkan 4 responden mengatakan bahwa sedikit takut, merasakan

keringat dingin berlebihan, namun sudah siap melakukan tindakan, 6 responden

lainnya mengatakan takut, tegang mengenai operasi dikarenakan kurangnya

informasi yang dimiliki mengenai tindakan yang akan dilakukan kemudian, dan 1

responden terjadi peningkatan frekuensi pernafasan, mengeluh pusing dan

tampak kegelisahan diwajahnya. Hasil wawancara dengan 5 orang perawat yang

sedang berjaga di ruang Instalasi Bedah Sentral mengatakan bahwa dari beberapa

pasien yang dijadwalkan persalinan secara normalpun, sering terjadi dilakukan

intervensi Sectio Caesarea dikarenakan kondisi partus tidak maju (PTM)


8

meskipun telah dilaksanakan protokol partus normal di kamar bersalin, kejadian

ini menyebabkan peningkatan kecemasan pada klien karena harus mengalami

dua prosedur tindakan berturut-turut dalam waktu yang sama, dan

penatalaksanaan cemas pada klien pre operasi Sectio Caesarea yaitu dengan

mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam saja, penerapan teknik relaksasi

genggam jari pun belum pernah di implementasikan pada klien pre operasi

Sectio Caesarea yang mengalami kecemasan.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis teratrik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap

Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalasi

Bedah Sentral di RSUD Kota Bogor”. Diharapkan Rumah Sakit tersebut dapat

memenuhi sample yang akan diambil oleh penulis.

2. Rumusan Masalah

Banyaknya keluhan yang timbul karena kurangnya informasi serta

pemahaman klien tentang intervensi operasi Sectio Caesarea memberikan

dampak pada tingkat kecemasan klien yang dapat menimbulkan respon

fisiologis, mengakibatkan pelaksanaan operasi menjadi terhambat dan terjadi

kemungkinan penundaan operasi.

Hasil wawancara dan observasi pada 11 klien pre operasi Sectio Caesarea,

didapatkan data 40% klien mengalami kecemasan ringan, klien mengatakan

sedikit takut, merasakan keringat dingin berlebihan, namun klien sudah siap

melakukan tindakan, 57,5% klien mengalami kecemasan sedang, klien


9

mengatakan takut, tegang menjalani operasi dikarenakan kurangnya informasi

yang dimiliki mengenai intervensi yang akan dilakukan kemudian, dan 2,5%

klien mengalami kecemasan berat, tampak pernafasan meningkat, klien

mengeluh pusing dan tampak kegelisahan diwajahnya. Hasil wawancara dengan

5 orang perawat yang sedang berjaga di ruang Instalasi Bedah Sentral mengenai

penatalaksanaan cemas pada klien pre operasi Sectio Caesarea adalah dengan

mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, penerapan teknik relaksasi genggam

jari pun belum di implementasikan pada kasus seperti ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah, bagaimanakah pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap

Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalasi

Bedah Sentral di RSUD Kota Bogor?

3. Tujuan Penelitian

4. Tujuan Umum

Mengetahui “Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Tingkat

Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalasi Bedah

Sentral di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor”

5. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea

sebelum diberikan tindakan teknik relaksasi genggam jari di Ruang

Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Bogor


10

b. Mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea

sesudah diberikan tindakan teknik relaksasi genggam jari di ruang

Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Bogor

c. Mengetahui pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari terhadap Tingkat

Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalasi Bedah

Sentral RSUD Kota Bogor

6. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Institusi Rumah Sakit

Diharapkan penelitian ini bisa sebagai bahan pertimbangan khususnya

bagi manajemenRumah Sakit dalam meningkatkan pelayanan, khususnya

dalam persiapan dan pelaksanaan tindakan Sectio Caesarea dengan

menerapkan terapi relaksasi genggam jari untuk mrngurangi kecemasan

pada pasien pre operasi.

b. Bagi Profesi Kepwerawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

bidang keperawatan terkait teknik relaksasi yang bisa digunakan untuk

mengurangi rasa cemas khususnya pada pasien pre operatif.

2. Manfaat Teoritis

Diharapkan penilitian ini dapat memberikan manfaat dan bahan acuan

dalam memperkaya dan memperluas ilmu pengetahuan bahwa dalam

tatalaksana penanganan kecemasan pasien pre operasi tidak harus semua


11

dilakukan dengan terapi farmakologi saja, namun dengan terapi non

farmakologi, seperti teknik relaksasi genggam jari ini bisa menjadi alternatif

dan pilihan yang tepat untuk dilaksanakan.

3. Manfaat Metodelogis

Peniliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan

masukan atau informasi bagi peneliti selanjutnya dalam menegmbangkan

penelitian dengan variabel-variabel yang lain.


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Teori dan Konsep Terkait

1. Konsep Sectio Caesarea

2. Pengertian

Sectio Caesarea adalah mengeluarkan bayi dari Rahim ibu dengan

prosedur pembedahan di dinding abdomen, dinding uterus atau vagina

dan bisa disebut juga histerotomi (Padila, 2015).

Sectio caesarea merupakan suata prosedur mengeluarkan bayi

dengan cara menyayat di dinding uterus melalui dinding depan abdomen

(Amru, 2012).

Dari teori diatas disimpulkan sectio caesarea merupakan prosedur

melahirkan bayi dengan menyayat pada dinding abdomen dan uterus.

3. Etilogi

Menurut Nurarif, Huda A, (2013) penyebab persalinan melalui

tindakan SC terbagi dalam dua bagian yaitu dari ibu dan janin.

1) Etiologi dari Ibu

Adalah dengan primigravida disertai abonormalnya posisi janin,

primipara tua dengan indikasi kelainan posisi janin, disporposi

sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul), adanya histori kelahiran

12
13

serta kehamilan yang tidak baik, adanya panggul yang sempit,

primigravida yang disertai plasenta previa, grade I-II pada solusio

plasenta, kehamilan yang disertai komplikasi seperti pre-eklamsi,

ekalmsi, atas keinginan, gravida yang disertai penyakit (Diabetes,

Jantung), teragnggunya riwayat peraslinan (mioama uteri, kista

ovarium dan lain-lain).

2) Etiologi dari janin

Adalah fetal distress/gawat janin, kesalahan letak dan keselahan

presentasi dari janin, tali pusat yang terjadi prolapses dengan

pembukaan minimal, persalinan vakum yang gagal atau forceps

ekstraksi, bayi besar dengan lebih dari 4000 gram.

4. Macam-Macam Tindakan Sectio Caesarea

1) Sectio Caesarea Abdominalis (Padila, 2015)

a) Sectio caesarea transperitonealis

Sectio Caesesarea (SC) corporal atau bisa disebut klasik

merupakan tindakan yang diawali dengan insisi memanjang di

korpus uteri. Dilakukan dengan cara menyayat memanjang di

korpus uteri ± 10 cm. Kelebihan prosedur ini dapat

mengeluarkan janin dengan cepat, tidak menyebabkan trauma

di kandung kemih yang tertarik, sayatan bisa dilakukan

proksimal atau distal. Kekurangannya yaitu mudahnya

penyebaran ifeksi di intra abdomen dan untuk tindakan


14

persalinan selanjutnya lebih sering terjadi rupture uteri

spontan.

Sectio Caesarea (SC) ismika atau profundal merupakan

low servical dengan sayatan di bagian bawah rahim. Dilakukan

dengan menyayat secara melintang konkat di bagian bawah

Rahim (low servical transversal) ± 10 cm. Keunggulan dari

tindakan ini adalah penjahitan luka lebih mudah, perdarahan

tidak terlalu banyak, serta memungkinkan rupture uteri spontan

lebih kecil. Kekurangannya yaitu luka dapat melebar ke kanan,

ke kiri dan bawah sehingga bisa menyebabkan pecahnya uteri

dan banyaknya perdarahan serta keluhan di kandung kemih

setelah operasi tinggi.

b) Sectio Caesarea (SC) peritonelais merupakan tindakan tanpa

menyayat peritoneum parietalis maka dengan itu tidak

membuka cavum abdomen.

2) Sectio Caesarea (SC) vaginalis (Nurarif, Huda A., 2013)

Berdasarkan sayatan di rahim, prosedur SC dapat dilakukan

sebagai berikut:

a) Sayatan memanjang (longitudinal)

b) Sayatan melintang (Transversal)

c) Sayatan huruf T (T insicion)


15

5. Indikasi

Prosedur tindakan SC dilakukan apabila persalinan pervaginam

dapat menyebabkan risiko pada ibu ataupun janin, dengan berbagai

pertimbangan hal-hal yang perlu dilakukan tindakan SC proses

persalinan normal lama/kegagalan dalam proses persalinan normal

(Dystasia) (Padila, 2015).

1) Fetal distress

2) His yang lemah atau melemah

3) Janin dalam letak sungsang atau melintang

4) Bayi Besar (BBL lebih 4,2 kg)

5) Plasenta Previa

6) Kelainan posisi disproposi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan antara

ukuran kepala dan panggul)

7) Rupture uteri yang mengancam

8) Hydrocephalus

9) Primi muda dan tua

10) Partus disertai kompikasi

11) Panggul kecil/sempit

6. Komplikasi

Komplikasi akibat tindakan SC pada bayi, yaitu bayi menjadi

banyak tidur dan kurang aktif karena efek dari anestesi, sehingga dapat

terganggunya proses pemberian ASI. Bayi yang dikeluarkan/dilahirkan


16

melalui tindakan SC sering kali mengalami gangguan pernafasan hal ini

terjadi karena proses kelahiran yang terlalu cepat. Bayi tidak bisa

beradaptasi di saat proses transisi dari dalam uterus menuju ke luar

uterus yang mengakibatkan bayi takipneu. Komplikasi bisa terjadi juga

pada ibu seperti nyeri pada area insisi, rentannya terjadi infeksi

puerperal (Nifas), terjadi perdarahan karena banyaknya pembuluh darah

yang terpotong dan terbuka, terjadi luka pada blast (kandung kemih),

emboli paru, dan memnungkinkan rupture tinggi spontan di kehamilan

selanjutnya (Padila, 2015).

Keadaan seperti ini sangat berisiko terhadap kesealamatan jiwa

individu dan dapat menyebabkan pasien mengalami kecemasan

(Pawatte, I., Pali, C., Opod, 2013).

7. Konsep Kecemasan

a. Definisi Kecemasan

Kecemasan atau Ansietas yaitu suatu perasaan kekhawatiran yang

berlebihan dan dihayati diikuti berbagai gejala sumatif, yang

mengakibatkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan

atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, Arif, 1999). Ansietas

pun menurut Videbeck (2008) digolongkan menjadi empat bagian

yaitu: kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, sampai

panik.
17

Kecemasan adalah salah satu respon emosional terhadap penilaian

seseorang yang bersifat subjektif, yang tidak diketahui pasti

penyebabnya serta dipengaruhi oleh alam bawah sadar (DEPKES. RI,

2000).

Kecemasan merupakan istilah yang sangat dikenal dalam kehidupan

sehari-hari yang menggambarkan kondisi gelisah yang tidak menentu,

keadaan khawatir, tidak tentram, takut dan sering kali disertai berbagai

keluhan fisik.

Budaya mempengaruhi nilai yang dimiliki oleh seseorang dan

karenanya latar belakang budaya tentu berkaitan dengan sumber

kecemasaan serta respon seseorang terhadap kecemasan itu sendiri. May

mengemukakan dalam (Stuart, 2007) bahwa aspek positif seseorang

dapat berkembang dengan adanya konfrontasi gerak maju

perkembangan serta pengalaman dalam mengatasinya. Pengalaman yang

menyebabkan terjadinya kecemasan dimulai dari bayi dan berlangsung

terus selama beberapa kehidupan tanpa objek yang khusus secara

subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan

merupakan kebingungan, ke khawatiran pada sesutau yang blum terjadi

dengan sebab yang tidak jelas serta dihubungkan dengan perasaan tidak

menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005).


18

Kecemasan tidak bisa dihilangkan dari kehidupan seseorang dalam

menjaga keseimbangan. Pengalaman cemas individu tidak sama pada

hubungan interpersonal dan bebrapa situasi.

b. Tanda dan Gejala Kecemasan

Tanda dan gejala yang di ungkapkan (Hamid, 2000 dalam (Pebrian et

al., 2017) yaitu:

1) Kecemasan Ringan

a) Respon fisiologis: nafas pendek sekali, tekanan darah dan nadi

menajadi tidak teratur, gejala ringan pada gaster, mukosa bibir

berkeringat dan muka berkerut.

b) Respon kognitif: meluasnya lapang persepsi, dapat menerima

rangsangan yang komplek, konsentrasi pada masalah, masalah

diselesaikan secara efektif.

c) Respon perilaku dan cemas: tidak bisa duduk tenang, tangan

mengalami tremor halus, terkadang meninggikan suara.

2) Kecemasan Sedang

a) Respon fisiologis: nafas pendek sering terjadi, tekanan darah

meningkat dan nadi ektrak sistol, mukosa mulut kering, mual-

mual, diare dan kosntipasi.

b) Respon kognitif: gerakan serentak-serentak, meremas-remas

tangan, bicara cepat dan lebih banyak, sulit tidur, dan tidak

amanya perasaan.
19

c) Respon perilaku dan cemas: menyempitnya lapang persefi,

gelisah, tidak mampu menerima rangsangan dari luar, berfokus

pada apa yang menjadi permasalahannya.

3) Kecemasan Berat

Respon fisiologis: nafas pendek,tidak teraturnya tekanan darah dan

nadi, nyeri kepala dan berkerigat, kaburnya penglihatan dan tegang.

4) Kecemasan Berat Sekali atau Panik

a) Respon fisiologis: nafas pendek, palpitasi dan rasa tercekik,

anemis, nyeri dada, hipotermi,rendahnya kordinasi motorik.

b) Respon kognitif: tidak dapat berpikir dengan logis dan sangat

menyempitnya lapang persepsi.

c) Respon perilaku dan cemas: kehilangan kontrol diri dan

kendali. Agitasi, mengantuk, lemah dan kacau.

c. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

1) Faktor Intrinsik Meliputi

a) Jenis Kelamin

Kecemasan lebih sering terjadi pada perempuan dikarenakan

perempuan lebih banyak menggunakan emosi dibandingkan

pria, sedangkan pria lebih menggunakan rasio sehingga

berpikirnya lebih realistis.


20

b) Umur

Gangguan kecemasan bisa terjadi di semua umur, lebih rentan

pada umur dewasa dan sebagain besar terjadi pada umur 20-45

tahun.

c) Pengalaman

Pengalaman yang berharga terjadi pada seseorang terutama di

masa mendatang. Pengalaman awal ini merupakan bagian

penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental

seseorang dikemudian hari.

d) Konsep Diri dan Peran

Menurut (Stuart, 2007), konsep diri adalah semua pikiran, ide

kepercayaan yang diketahui seseorang terhadap dirinya dan

mempengaruhi seseorang dalam menjalin komunikasi dengan

individu lain. Peran merupakan pola sikap perilaku dan tujuan

yang diharapkan seseorang berdasarkan posisinnya di

masyarakat. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi peran

seperti pengetahuan dan kejelasan perilaku yang sesuai dengan

peran, konsistensi respon individu yang bermakana terhadap

peran, keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dijalani.

Serta keinginan seseorang terhadap perilaku peran dan

keselarasan budaya. Disamping itu pemilahan kondisi yang

dapat membuat ketidak sesuaian perilaku peran, jadi setiap


21

individu disibukkan berbagai peran yang berkaitan dengan

kondisinya setiap waktu. Perawat yang memiliki dobel peran

baik di dalam masyarakat dan keluarganya ada kecenderungan

mengalami kecemasan yang lebih besar disebabkan kosentrasi

yang terganggu.

2) Faktor Ektrinsik Meliputi

a) Diagnosa Penyakit atau Kondisi Medis

Gejala terjadinya kecemasan yang berkaitan dengan keadaan

medis, banyak ditemukan walaupun kejadiannya bebrbeda

untuk masing-masing keadaan medis, seperti: pada pasien yang

dinyatakan harus melakukan pembedahan, hal ini dapat

mempengaruhi tingkat kecemasan pasien sebaliknya pada

pasien dengan kondisi yang baik tidak terlalu mempengaruhi

kecemasan.

b) Tingkat Pendidikan

Pendidikan untuk seseorang mempunyai makna masing-

masing. Pendidikan pada dasarnya dapat merubah pola pikir,

pola pengambilan keputusan dan pola bertingkah laku

(Notoatmodjo, 2010). Tingkat pendidikan yang bagus dapat

lebih mudah mengidentifikasi struktur diri sendiri maupun

diluar dirinya. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi

pemahaman terhadap stimulus dan kesadaran (Zatma, 2000).


22

c) Akses Informasi

Akses informasi merupakan pengingat tentang sesuatu agar

seseorang membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang

diketahuinya. Informasi merupakan segala penjelasan yang

didapatkan perawat sebelum melaksanakan tindakan, terdiri

dari proses, tujuan risiko dan komplikasi alternative tindakan

yang tersedai, serta proses adminkstrasi (Smeltzer, S. C., Bare.

B. G., Hinkle, J. L., Cheever, 2010).

d) Proses Adaptasi

Menurut Brunner & Suddart, (2002), bahwa tingkat adaptasi

manusia dipengaruhi stimulus internal dan eksternal yang

dihadapi seseorang dan memperlukan respon perilaku yang

terus-menerus. Proses adaptasi dapat memicu sesorang untuk

mendapatkan bantuan dari berbagai sumber dilingkungan

diamana dia tinggal. Perawat adalah sumber daya yang tersedia

dilingkungan Rumah Sakit yang memiliki keterampilan serta

pengetahuan untuk mendorong klien mengembalikan dan

mencapai ketenangan diri dalam mengatasi lingkungan yang

baru.
23

e) Tingkat Sosial Ekonomi

Tingkat ekonomi pula berhubungan dengan pola gangguan

psikiatrik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilkukan Durha,

diketahui bahwa masyarkata kelas ekonomi rendah prevalensi

psikiatriknya lebih banyak, jadi keadaan sosial ekonomi

tersebut yang tidak memadai bisa mengakibatkan kecemasan

pada individu.

d. Tingkat Kecemasan

Menurt (Hawari, 2009) tingkat kecemasan idbagi menjadi empat

bagian, yaitu:

1) Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berkaitan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hario dan mengakibatkan individu menjadi

waspada serta meningkatkan lapang persepsinya seperti mendengar,

melihat dan menggenggam lebih kuat. Kecemasan ringan bisa

memacu belajar dan memproduksi kreativitas dan pertumbuhan.

Cemas ringan adalah cemas yang normal dengan tanda gejala

seperti meningkatnya lapang persepsi, kelelahan, iritabel, kesadaran

tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku

sesuai kondisi.
24

2) Kecemasan Sedang

Cemas sedang dapat menyebabkan individu untuk

memfokuskan di hal yang penting dan mengabaikan hal yang lain,

sehingga seseorang mengalami perhatian yang selktif dan terarah.

Kecemasan ini membuat lapang persepsi menyempit, misalnya

pendengaran, penglihatan, dan gerakan menggenggam berkurang.

Manifestasi yang terjadi, meningkatnya kelelahan, pernafasan dan

denyut jantung meningkat, meningkatnya ketegangan otot,

berbicara cepat dengan nada yang tinggi, menyemptinya lapang

persepi, tidak optimalnya dalam belajar namun masih mampu,

menurunnya kemampuan konsentrasi, terpaku hanya pada rangsang

yang tidak menambah cemas, mudah tersinggung, tidak sabar,

mudah marah, lupa dan menangis.

3) Kecemasan berat

Individu dengan kecemasan berat cenderung memusatkan di

sesuatu yang terinci, dan tidak dapat berpikir tentang hal lain, dan

memerlukan lebih banyak pengarahan agar dapat memfokuskan di

suatu area yag lain. Tanda dan gejala yaitu sakit kepala, pusing,

mual, insomnia, diare, palpitasi, sering kencing, menyempitnya

lahan persepsi, tidak bisa belajar secara efektif, terpusat pada

dirinya sendiri dan harapan untuk menghilangkan kecemasan tinggi,

perasaan tidak berdaya, disorintasi dan bingung. Semua perilaku


25

ditujukan agar mengurangi ketagangan, seseorang tersebut

membutuhkan banyak pengarahan agar dapat memfokuskan di area

lain.

4) Panik

Panik berhubungan dengan terfokusnya, ketakutan dan teror.

Individu yang mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu

meskipun dengan pengarahan, hal ini disebabkan seseorang tersebut

mengalami lost control, meningkatnya aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain,

menyimpangnya persepsi serta kehioangan pemikiran yang rasional.

Manifestasinya, susah bernafas, pupil dilatasi, palpitasi, anmeis,

diaphporesis, pembicaraan inkoheren, tidak berespon terhadap

perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi

dan delusi. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan,

serta jika berlangsung terus-menerus dan dalam waktu yang lama,

bisa terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

e. Cara Mengatasi Kecemasan

Menurut Kaplan & Sadock (2009) penatalaksanaan yang paling

efektif bagi klien dengan gangguan kecemasan adalah sebagai berikut:

1) Farmakomedika

Dua jenis obat utama yang harus diperhatikan dalam emberian

terapi gangguan kecemasan adalah benzodiazepine dan buspirone.


26

Obat lain yang dapat berguna adalah obat trisiklik (imipramine),

anti histamine, dan antagonis adregenik beta (propanol).

2) Psikomedika

Pendekatan psikoterapeutik utama untuk gangguan kecemasan

adalah kognitif-perilaku, suportif dan berorientasi tilikan.Teknik

media kognitif-perilaku memeiliki efek kemanjuran jangka panjang

dan pendek.Pendekatan kognitif secara langsung menjawab ditorsi

kognitif pasien serta pendekatan perilaku menjawab keluhan

stomatik.Teknik utama yang digunakan dalam pendekatan perilaku

adalaha relaksasi dan biofeedback. Teknik relaksasi yang dapat

digunakan/diberikan adalah media musik, nafas dalam, genggam

jari (finger hold) dan guidance imaginary.

Psikomedika berorientasi tilikan memfokuskan agar

mengungkapkan konflik bawah sadar dan kekutan ego. Media

suportif menawarkan kenyamanan dan ketentraman pada pasien.

Sudah menjadi tugas perawat agar memilih cara yang tepat

serta menciptakan lingkungan yang nyaman ketika melakukan

prosedur tindakan kepada pasien (James, 2012). Teknik relaksasi

merupakan usaha agar meningkatkan percaya diri dan kendali serta

mengurangi stress yang dirasakan (Stuart, 2007). Salah satu teknik

relaksasi yang bisa digunakan adalah teknik relaksasi genggam jari

(finger hold)
27

f. Pengukuran Tingkat Kecemasan

Hawari (2010), mengkemukakan bahwa tingkat kecemasan bisa

diukur menggunakan alata (instrumen) yang disebut dengan nama

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), dengan 14 gejala

kelompok, diantaranya sebagai berikut:

1) Perasaan cemas: cemas, takut dengan pikiran sendiri, firasat buruk

dan tersinggung.

2) Ketegangan: meras lesu, tegang, tidak bisa beristirahat dengan

nyaman, mudah terkejut, menangis, gelisah dan gemetar.

3) Ketakutan: pada orang asing, pada gelap, ditinggal sendiri, takut

pada binatang besar, keramain lalu lintas serta kerumunan orang

banyak.

4) Gangguan tidur: sulit untuk tidur, suka terbangun di tengah malam,

tidak nyenyak tidur, bangun dan lesu, banyak mimpi, mimpi yang

menkutkan dan buruk.

5) Gangguan kecerdasan: daya ingat turun, daya ingat buruk serta sulit

berkonsenterasi.

6) Perasaan depresi (murung): menurunnya kesenangan pada hobi,

tidak memiliki minat, terbangun pada saat dini hari, sedih, perasaan

fluktuatif sepanjang hari.

7) Gejala fisik/somatik (otot): nyeri dada di otot dan sakit, gigi

gemerutuk, suara tidak stabil dan kedutan otot.


28

8) Gejala fisik/ somatik (sensorik): penglihatan kabur, telinga

berdenging, merasa lemas, muka merah/pucat, dan perasaan

ditusuk-tusuk.

9) Gejala kardiovaskuler (pembuluh darah dan jantung): berdebar-

debar, takikardia, nyeri dada, detak jantung menghilang/ berhenti

sekejap, lemas seperti mau pingsan.

10) Gejala Respiratori (pernafasan): rasa tercekik, rasa tertekan di dada,

nafas sesak, sering menarik nafas.

11) Gejala gastrointestinal (pencernaan): perut melilit, susah menelan,

nyeri sebelum dan sesudah makan, kembung, rasa terbakar di perut,

muntah, mual, BAB konsistensinya lembek, berat badan menurun,

dan konstipasi.

12) Gejala urogenital (kelamin dan perkemihan): tidak bisa menahan

BAK, sering BAK, darah haid berlebihan, tidak dapat haid, masa

haid berkepanjangan, darah haid sangat sedikit, haid beberapa kali

dalam sebulan, masa haid sangat pendek, (frigd, ereksi melemah,

ereksi hilang, dan impotensi)

13) Gejala autonom: muka merah, mulit kering, kepala pusing terasa

berat, kepala sakit, bulu-bulu berdiri dan mudah berkeringat.

14) Tingkah laku/ siap: jari gemetar, gelisah, wajah tegang, kening/

dahi berkerut, nafas pendek dan cepat, otot tegang. mengeras,serta

wajah merah.
29

Masong-masing kategori gejala pada pernyataan diatas diberi

penilaian angka (score) antara 0-4, dengan penilaian sebagai berikut :

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)

Nilai 1 = gejala ringan

Nilai 2 = gejala sedang

Nilai 3 = gejala berat

Nilai 4 = gejala berat sekali/panik.

Menurut Stuart (2009), rentang seseorang terhadap cemas beragam

anatara respon adaptif dan maladaptive. Rentang respon adaptif adalah

dimana orang/individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang

mungkin timbul. Sedangkan rentang maladaptiif adalah panic dimana

individu tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dialami

sehingga mengalai gangguan fisik dan psikosisal.

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan


30

7. Konsep Relaksasi Genggam Jari

a. Definisi Relaksasi Gengam Jari

Relaksasi adalah kebebasan mental dan fisik dari stress juga

ketegangan individu, karena menjadikan persepsi kognitig serta

motivasi afektif seseorang berubah. Teknik relaksasi dapat membuat

pasien mampu mengontrol diri diri mereka saat merasa stress fisik,

nyeri, dan ketidaknyamanan (Potter & Perry, 2005). Menurut Liana

(2008) Relaksasi genggam jari yaitu teknik relaksasi yang sangat

sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang berkaitan dengan

jari tangan serta aliran energy di dalam tubuh (Hill, 2011) Teknik

genggam jari disebut juga finger hold. Teknik menggengam jari adalah

salah satu teknik Jin Shin Jutsu (akupresure jepang). Teknik ini

merupakan suatu seni dengan menggunakan pernafasan dan sentuhan

tangan yang sederhana untuk membuat energy yang ada di dalam tubuh

menjadi seimbang.

Tangan adalah alat sederhana dan ampuh untuk menyelaraskan dan

membawa tubuh menjadi seimbang. Setiap jari tangan berhubungan

dengan perasaan khawatir, jari telunjuk berhubungan dengan ketakutan,

jari tengah dengan rasa marah, jari manis dengan kesedihan, dan jari

kelingking dengan rendah diri dan kecil hati. Perasaan yang tidak

seimbang, seperti khawatir, takut, marah, kecemasan, dan kesedihan

dapat menghambat aliran energy yang mengakibatkan rasa nyeri.


31

Relaksasi genggam jari digunakan untuk memindahkan energi yang

terhambat (Hill, 2011).

Pinandita (2012) perlakuan relaksasi genggam jari akan

menghasilkan implus yang dikirim melalui serabu saraf aferon non

nonresiptor. Serabut saraf non nonresiptor mengakibatkan “pintu

gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat atau berkurang.

Jenis relaksasi genggam jari sangat mudah dilakukan oleh siapapun,

yang berhubungn dengan jari-jari tangan dan aliran energy yang ada

dalm tubuh kita, apabila individu memprepsikan tentang sentuhan

sebagai stimulus untuk rileks, makan akan muncul respon relaksasi

(Potter & Perry, 2005).

Menggenggam jari sambil menarik nafas dalam-dalam dapat

mengurangi bahkan menyembuhkan emosi dan ketegangan fisik, teknik

relaksasi genggam jari ini nantinya akan dapat menghangakan titik-titik

keluar dan masuknya energy pada meridian (jalan energi dalam tubuh)

yang terletak pada jari-jari tangan, sehingga nantinya mampu

memberikan sebuah efek rangsangan secara spontan pada saat

dilaksanakan genggaman, kemudian rangsangan tersebut nantinya akan

mengalir menuju otak, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh

yang mengalami gangguan, sehingga diharapkan sumbatan di jalur

energi menjadi lancar (Indrawati, 2017).


32

b. Tujuan Relaksasi Genggam Jari

Terapi relaksasi genggam jari sebagai pendaping terapi farmakologi

yang dapat mengurangi bahkan menyembuhkan ketegangan fisik atau

emosi, teknik relaksasi genggam jari ini nantinya dapat menghangakan

titik-titik keluar masuknya energy pada meridian (jalan energi dalam

tubuh) pada jari-jari tangan, sehingga nantinya mampu memberikan

sebuah efek impulse secara spontan pada saat dilakukan genggaman,

kemudian impulse tersebut nantinya mengalir menuju otak, kemudian

ke saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga

diharapkan sumbatan di jalur energi menjadi lancar. (Indrawati, 2017).

c. Tahapan Relaksasi Gengam Jari

Terapi ini dilakukan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea pada

kondisi sadar dan kooperatif saat dilakukan tindakan. Tahapan

pelaksanaan teknik relaksasi genggam jari adalah sebagai berikut :

1) Jelaskan pada pasien tentang tindakan dan tujuan dari tindakan yang

akan dilakukan serta menanyakan kesediannya.

2) Posisikan pasien pada posisi berbaring, serta anjurkan pasien untuk

mengatur nafas dan merilekskan semua otot.

3) Perawat duduk di samping pasien, relaksasi di mulai dengan

menggenggam ibu jari pasien dengan tekanan lembut, genggam

sampai nadi pasien terasa berdenyut.

4) Anjurkan pasien untuk mengatur pola nafas dengan hitungan teratur


33

5) Genggam ibu jari kurang lebih selama 3-5 menit dengan tambahan

nafas dalam, kemudian lanjutkan ke jari-jari yang lain satu persatu

dengan durasi yang sama.

6) Setelah kurang lebih 15 menit, lakukan relaksasi genggam jari ke

jari tangan yang lain.

7) Setelah selesai, tanyakan bagaimana respon pasien terhadap

kecemasan yang dirasakan.

8) Rapihkan pasien dan tempat tidur kembali

Gambar 2.2 Teknik Finger hold relaxation (Henderson, 2007)

d. Proses Keperawatan Pada Klien Pre Operasi Sectio Caesarea

dengan Teknik Relaksasi Genggam Jari

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien sebelum tindakan

pembedahan disebut asuhan keperawatan perioperatif. Asuhan

keperawatan perioperatif meliputi asuhan keperawatan yang dilakukan

sebelum operasi, selama operasi berlangsung, dan setelah proses

operasi dilakukan. Fase perawatan pre operasi (sebelum operasi) dimulai

ketika keputusan untuk menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan


34

selesai ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. (Gant, N., &

Cunningham, 2010)

Operasi yang direncanakan dapat menimbulkan respon fisiologis

dan psikologi. Respon psikologi yang biasa terjadi pada pasien pre

operasi adalah kecemasan. Kecemasan pasien dikarenakan oleh

bayangan pasien yang berhubungan dengan tindakan operasi seperti

nyeri saat operasi, kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada orang

lain, dan mungkin terjadi kematian (A Potter & Perry, 2005).

Perencanaan keperawatan perioperatif memberikan pemahaman

yang menyeluruh pada pasien tentang pembedahan dan mempersiapkan

fisik dan psikis pasien untuk menjalani pembedahan (A Potter & Perry,

2005). Perawatan pre operasi berupa penetapan pengkajian dasar pasien,

menjalani anamnesa pre operasi, dan persiapan operasi pasien. (Ade

Sutrimo, 2015).

Tindakan keperawatan yang mempunyai tujuan untuk mengurangi

kecemasan pasien pre operasi bisa dilaksanakan dengan tindakan awal

yaitu melakukan pengkajian tingkat kecemasan. Harapannya dengan

mengkaji tingkat kecemasan pasien, perawat bisa memberikan

intervensi yang tepat. Mengkaji mekanisme koping yang digunakan

untuk mengatasi masa lampau juga diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan pasien mengontrol kecemasan dan mempertahankan

mekanisme koping pasien yang adaptif.


35

Memberikan motivasi serta melakukan pendekatan kepada pasien

dalam mengungkapkan perasaan dan fikiran dapat membantu pasien

untuk menyalurkan kecemasan yang dirasakannya. Memberikan

penguatan yang positif juga dapat membantu pasien memberikan

keyakinan pada diri pasien mampu mengatasi masalahnya sendiri dan

menciptakan rasa percaya diri.

Tindakan keperawatan mandiri yang memiliki tujuan untuk

menurunkan kecemasan pasien pre operasi pula dapat dilakukan dengan

melatih pasien menggunakan teknik relaksasi. Teknik relaksasi adalah

salah satu metoda menunrunkan kecemasan non farmakologi, teknik

relaksasi ini dapat menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.

Perawat pula dapat memberikan informasi yang nyata dan benar

terhadap keluarga dan pasien menyangkut intervensi pembedahan.

Meningkatkan pengetahuan pasien dapat menghilangkan kesalahan

persepsi pasien sehingga mengurangi kecemasan pasien (Wilkinson,

2007).

e. Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Kecemasan Pada

Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea

Penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Sectio

Caesarea dikarenakan karena teknik relaksasi genggam jari.

Genggaman jari dapat menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya

energi pada meridian (saluran energi) yang berkaitan dengan organ-


36

organ dalam tubuh serta emosi yang berkaitan, yang berada pada jari

tangan (Liana, 2008). Setiap jari tangan berhubungan dengan sikap

sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan rasa khawatir, jari telunjuk

dengan rasa takut, jari tengah dengan rasa marah, jari manis dengan rasa

sedih kemudian jari kelingking dengan rendah diri dan kecil hati. (Hill,

2011).

Titik-titik refleksi di tangan memberikan rangsangan secara spontan

pada saat genggaman. Rangsangan itu mengalirkan gelombang listrik

atau kejut menuju otak kemudian diproses dengan cepat, dilanjutkan ke

saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan

di jalur energi menjadi lancar (Liana, 2008). Sumbatan di jalur energi

tersebut merupakan perasaan yang tidak seimbang misalnya khawatir,

kecemasan, marah, takut dan kesedihan yang dapat menghambat aliran

energy dan mengakibatkan perasaan tidak nyaman dalam tubuh(Hill,

2011). Relaksasi genggam jari bisa mengendalikan dan mengembalikan

emosi yang membuat tubuh menjadi tenang atau rileks (Liana, 2008).

Ketika tubuh dalam kedaan rileks, maka ketegangan di otot berkurang

yang kemudian akan mengurangi kecemasan (Yuliastuti, 2015).


37

F. Penelitian Terkait

Tabel 2.1 Penelitian Terkait

Nama Judul Metode Hasil

Ritna Efektivitas Penelitian ini Ada efektivitas teknik relaksasi

Udiyani Teknik Relaksasi menggunakan metode genggam jari antara tenaga

(2020) Genggam Jari kuantitatif dengan desain kesehatan dan keluarga terhadap

Terhadap Quasi Experimental penurunan kecemasan ibu bersalin

Penurunan dengan rancangan kala 1 fase laten di Rumah Sakit

Kecemasan Pada penilitian Time Series. Bersalin Paradise, Kabupaten

Ibu Bersalin Kala Sampel dalam penelitian Tanah Bumbu. Berdasarkan hasil

I Fase Laten di ini yaitu 20 ibu bersalin penilitian dan teori terapi genggam

Rumah Sakit kala I Fase Laten di jari oleh tenaga kesehatan dan

Bersalin Paradise Rumah Sakit Bersalin keluarga efektif dilihat dari nilai

Kecamatan Paradise. Teknik affect size diperoleh data ES

Simpang Empat sampling yang sebesar 0,8 dengan standar

Kabupaten Tanah digunakan ialah non Cohens’s d masuk ke dalam

Bumbu probablity sampling kategori large untuk menurunkan

yaitu (Consecutive kecemasan pada ibu bersalin

Sampling) , instrumen primipara kala I fase laten pada

yang digunakan adalah usia 20-35 tahun.

kuisioner ZSAS dan SOP

genggam jari yang sudah


38

dilakukan uji validitas

dengan nilai cronvach’s

alpha 0,793. Sebelumnya

dilakukan uji homogeny

namun data didaptkan

tidak berdistribusi

normal sehingga

digunkan uji alternative

dengan uji wilcoxom test,

uji mann withney test dan

uji Kruskal-Wallis serta

effect size Cohen’sd.

Adji Pengaruh Desain penelitian yang Hasil penelitian menunjukan

Bagus Relaksasi digunakan adalah pre- hampir seluruh responden sebelum

Sasmito Genggam Jari ekspreimentaldengan one dilakukan relaksasi genggam jari

(2018) Terhadap group pre- post design. mengalami kecemasan sedang

Kecemasan Variabel independent (96,3%) dan setelah dilakukan

Pasien Pre penelitian adalah relaksasi genggam jari hamper

Operasi Beninga relaksasi genggam jari, setengan responden mengalami

Prostate Variabel dependent kecemasan ringan (48,1%),dan

Hyperplasia penilitian adalah sisanya tidak mengalami


39

(BPH) di Ruang kecemasan. Pengambilan kecemasan (44,4%). Hasil uji

Mawar RSUD sample menggunakan statistik dengan menggunkan uji

Jombang consecutive sampling. Wilcoxom menunjukan p-value

Populasi meliputi seluruh sebelum dan sesudah dilakukan

pasien pre operasi relaksasi genggam jari, yaitu

benigna prostate (0,000) dengan nilai α = 0,05 yang

hyperplasia. Jumlah berarti ada pengaruh pemberian

sampel sebanyak 27 relaksasi genggam jari terhadap

responden. Pengambilan kecemasan pasien pre operasi

data kecemasan benigna prostate hyperplasia.

menggunakan kuisioner

DASS-21. Uji statistic

data dengan

menggunakan uji

Wilcoxom.

Yuniarti Penerapan Teknik Desain penilitian yang Terjadi penurunan tingkat

Pratiwi Relaksasi digunakan, yaitu desain kecemasan 100% dari kecemasan

(2017) Genggam Jari studi korelasional besar sedang menjadi kecemasan

Pada Asuhan sample adalah 2 orang, ringan. Penerapan Teknik


40

Keperawatan dengan metoda Relaksasi Genggam Jari sangat

Kecemasan Pada pengambilan sample mempengaruhi penurunan tingkat

Pasien Pre yang digunakan adalah kecemasan.

Operasi Sectio purposive sampling hasil analisis menggunakan

Caesarea di untuk mengetahui korelasi eksperimen diperoleh nilai

RSUD K.R.M.T hubungan teknik r sebesar -0,461 dengan p <0,01.

Wonsonegoro relaksasi genggam jari

Kota Semarang dengan penurunan

tingkat kecemasan

pasien pre operasi Secio

Caesarea.

Matsumi Analisi Praktik Metode analisis Berdasarkan hasil analisis dapat

Herniwati Klinik keperawatan yang disimpulkan bahwa hasil

(2017) Keperawatan digunakan adalah dengan untervensi terapi inovatif terhadap

Pada Pasien Pre memberikan terapi 3 kasus pasien yang mengalami

Operasi Fraktur relaksasi grnggam jari kecemasan terjadi penurunan skala

dengan pada pasien dengan pre kecemasan setelah diberikan

Pemberian Teknik operasi fraktur. Jumlah intervensi inovatif pada kasus I

Relaksasi responden dalam analisis dari skala.

Genggam Jari keperawatan

Terhadap kegawatdaruratan ini


41

Penurunan adalah 3 pasien yang

Kecemasan di datang ke IGD dengan

Instalasi Gawat diagnose medis fraktur di

Daruratdi RSUD RSUD Abdul Wahab

A. Wahab Sjahranie Samarinda

Sjahranie Kalimantan Timur

Samarinda,

Kalimantan

Timur

Revi Pengaruh Teknik Penelitian ini merupakan Hasil penelitian menunjukkan

Diana Relaksasi penelitian kuantitatif penurunan tingkat kecemasan.

Kurnia Genggam Jari dengan quasi experiment Pada Kelompok control rata-rata

Sari Terhadap dan rancangan pre-test sevesar 19.63 sedangkan

(2016) Penurunan nonequivalent control post test sebesar 19,06 hal ini

Tingkat group eith pre-post test menunjukan adanya penurunan

Kecemasan Pada design. Sampel penelitian yang sangat kecil sehingga

Pasien Pre adalah 16 pasien sebagai penurunnya tidak signifikan. Pada

Operasi Sectio kelompok control dan 16 kelompok perlakuan rata-rata

Caesarea di pasien sebagai kelompok sebelum perlakuan sebesar 19,94

Ruang Tunggu ekperimen (diberikan setelah perlakuan turun menjadi

OK RSUD Dr. teknik relaksasi genggam 16,19. Hasil pengujian hipotesis


42

Moewardi jari) di Ruang Tunggu (p<0,05) membuktikan teknik

Surakarta OK RSUD Moewardi relaksasi genggam jari signifikan

Surakarta. Pemilihan menurunkan tingkat kecemasan

sampel dengan cara menjelang operasi Sectio

accidental sampling. Caesarea.

Pengumpulan data

diperoleh dari lembar

observasi HARS

(Hamilton Anxiety Rating

Scale).

7.
43

C. Kerangka Teori

Skema 2.1
Kerangaka Teori Penelitian

Pembedahan

Teknik Relaksasi Genggam Jari

Kecemasan

Respon kecemasan :
Respon fisiologis
Respon prilaku dan emosi
Respon kognitif
Respon afektif

Tingkat kecemasan :
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat/Panik

Sumber: diadaptasi dari Stuart (2009), Hawari (2009) dan Hamid, 2000 dalam (Pebrian et al., 2017)
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah salah satu formulasi dari teori-teori atau kerangka teori

yang mendukung penelitian terkait. Kerangka konsep terdiri dari beberapa

variabel yang saling keterkaitan anatara variabel satu dengan lainnya. Dengan

kerangka konsep ini akan mengarahkan peneliti untuk menganalisa hasil

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Adapun kerangka konsep penelitian ini dengan

judul pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap tingkat kecemasan pada

pasien pre operasi sectio caesarea di ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota

Bogor, sebagai berikut:

Skema 3.2
Kerangka Konsep Penelitian
Intervensi Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari
Variabel Independen

Intervensi
Pemberian
teknik relaksasi
genggam jari
Variabel Dependen Variabel Dependen
Pre test Pos test
Kecemasan Pasien Kecemasan Pasien
Pre Operasi Sectio Pre Operasi Sectio
Caesarea sebelum Caesarea sesudah
diberikan teknik diberikan teknik
relaksasi genggam relaksasi genggam
jari jari

45
46

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah bagian penelitian yang memberikan informasi

bagiamana caranya mengukur variabel. Menurut (Siswanto, 2013), definisi

operasional adalah seuatu informasi ilmiah yang membantu peneliti lain yang

akan menggunakan variabel yang serupa, dengan informasi tersebut diketahui

bagaiamana caranya melakukan pengukuran untuk variabel tersebut.

Tabel 3.2 Definisi Operasioanl dan Pengukuran

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


operasional
1. Independen Suatu seni dengan SPO Observasi - -
Teknik menggunakan responden
Relaksasi pernafasan dan
Genggam Jari sentuhan tangan
yang sederhana dan
mudah dilakukan
oleh klien pre
operasi sectio
caesarea untuk
membuat energi
yang ada di dalam
tubuh menjadi
seimbang
2. Dependen Respon pasien pre Kuesioner Berdasarkan 1. 0-14 Interval
Kecemasan operasi sectio Skoring pada 2. 15-28
caesarea terhadap skala HRS-A 3. 29-42
perasaan yang tidak 0: tidak ada 4. 43-56
menyenangkan gejala sama
yang sekali
mengakibatkan 1 : Ringan (Satu
respon adaptif dan gejala dari
maladaptif pilihan yang
ada)
2 : Sedang
(Separuh dari
47

gejala yang ada)


3 : Berat (Lebih
dari separuh
dari gejala yang
ada)
4 : Sangat berat
(Semua gejala
ada)

C. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara penelitian, rujukan dalil atau dugaan

sementara yang keabsahannya akan dibuktikan di dalam penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Setelah penelitian sudah terbukti maka hipotesisi ini dapat

bernilai benar atau salah, bisa diterima atau ditolak (Setiadi, 2013).

Hipotesisi ini terbagai dalam dua bagian sebagai berikut, hipotesisi nol (H0)

dan hipotesis statistic (Ha). Hipotesis nol (H0) atau diistilahkan dengan hipotesis

negatif yang menyangkal sementara yang dirancang oleh peneliti yang harus

diuji kebenarannya dengan analisa statistik, sedangkan hipotesisis statistic (Ha)

adalah rumusan hipotesis yang akan diuji kebenarannya melalui perhitungan

statistik.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: Tidak adanya pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap tingkat

kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea di ruang Instalasi Bedah Sentral

RSUD Kota Bogor.


48

Ha: Adanya pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap tingkat kecemasan

pasien pre operasi sectio caesarea di ruangan Instalasi Bedah Sentral RSUD

Kota Bogor.
BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model yang digunakan peneliti untuk melakukan

penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian serta strategi

untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis

dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian

(Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode quasi eksperimental

dengan one group pre-test dan post-test without control group. Desain init tidak

memakai batasan ketat untuk pengacakan/randomisasi, dan di waktu yang sama

dapat mengontrol anvaman-ancaman validitas. Disebut eksperimen bayangan

karena ekperimin ini tidak mempunyai ciri-ciri rancangan yang sebenarnya

karena variabel-variabel yang harusnya dokontrol atau dimanipulasi tidak bisa

atau sulit dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

48
49

Penelitian ini bertujuan untuk mengethui pengaruh tingkat kecemasan pada

pasien pre operasi sectio caesarea sebelum dan sesudah pemberian dilakukannya

intervensi teknik relaksasi genggam jari. Desain penelitian ini digunakan untuk

menguji adanya perubahan yang terjadi setelah dilakukan eksperimen.

Skema 4.3
Desain Pre Test and Post Test Without Control Group

O1 X O2

Keterangan

O1 = Kecemasan pasien pre operasi sectio caesara sebelum diberikan teknik

relaksasi genggam jari

O2 = Kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea setelah diberikan teknik

relakasasi genggam jari

X = Intervensi (Pemberian teknik relaksasi genggam jari)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(Notoatmodjo, 2010) mendefinisikan populasi adalah keseluruhan

objek penelitian atau obejk yang akan diteliti disebut universe atau populasi

penelitian. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 47 responden

yang didapatkan dari jumlah rata-rata perbulan pasien pre operasi sectio

caesarea yang dilakukan prosedur pembedahan di ruang Instalasi Bedah

Sentral RSUD Kota Bogor tahun 2019.


50

Tabel 4.3 Distribusi Pasien Operasi Sectio Caesarea Tahun 2019

No Bulan Jumlah

1 Januari 41

2 Februari 29

3 Maret 50

4 April 44

5 Mei 45

6 Juni 55

7 Juli 44

8 Agustus 38

9 September 54

10 Oktober 39

11 Nopember 35

12 Desember 42

Total 524

Rata-rata perbulan 47

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat

mewakili populasi itu sendiri. Sampel penelitian adalah sebagaian dari


51

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap dapat mewakili seluruh

populasi (Sugiyono, 2013).

a. Penghitungan Sampel

Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya.

Pendapat (Diehl, 1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak

sampel yang diteliti maka akan semakin banyak representative dan

hasilnya dapat digenelisir. Namun jumlah sampel yang diterima akan

sangat bergantung pada jenis penelitiannya, adapun jenis penlitian yang

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Apabila penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel

menimumnya 10% dari jumlah populasi.

2) Apabila penelitiannya korelasional, sampel yang diambil sebanyak

30 subjek.

3) Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30

sampel per group.

4) Jika penelitian ekperimental, sampel minimunya adalah 25 subjek

pre group.

Berdasarkan poin nomor 4, karena penelitian ini merupakan

penelitian eksperimental, maka pengambilan jumlah sampel adalah 15

responden.
52

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive

sampling, yaitu pengambilan sample didasarkan atas kriteria inklusi

yang akan diteliti (Suyanto, 2011). Kriteria inklusi adalah kriteria

dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi

syarat sebagai sampel (Nursalam, 2003).

1) Kriteria Inklusi

Kriteria merupakan karakteristik sampel yang dimasukkan kriteria

atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a) Pasien pre operasi Sectio Caesarea yang dijadwalkan operasi

elektif atau terjadwal

b) Pasien Pre operasi Sectio Caesarea yang mengalami

kecemasan dan bersedia menjadi responden.

c) Pasien pre operasi Sectio Caesarea yang dijadwalkan operasi

cito atau dalam kondisi kegawat daruratan.

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan karakteristek sampel yang tidak

dimasukkan dalam kategori penelitian. Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini, adalah:

a) Pasien Pre operasi Sectio Caesarea yang tidak kooperatif atau

menolak jadi responden


53

b) Pasien Pre operasi Sectio Caesarea yang tidak menyelesaikan

intervensi teknik relaksasi genggam jari

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di ruangan persiapan operasi Instalasi Bedah Sentral

RSUD Kota Bogor. Lokasi penelitian ini dipilih karena RSUD Kota Bogor

merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah di Kota Bogor yang

menjadi pusat rujukan untuk pelayanan operasi Sectio Caesarea dan belum

pernah adanya penelitian yang meneliti terkait pengaruh tehknik relaksasi

genggam jari terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea

di ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Bogor.

2. Waktu

Penelitian ini dialkukan pada bulan Juni sampai dengan Juli tahun 2020

dengan rentang durasi 14 hari sampai dengan 30 hari.

C. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti perlu memberikan surat

rekomendasi dar pihak institusi ke tempat penelitian yang akan dituju oleh

peneliti. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti dapat melaksanakan

penelitian dengan mengutamakan etika penelitian sebagai berikut:


54

1. Informed Concent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden dengan dilengkapi judul

penelitian. Namun jika responden menolak maka peneliti tidak akan

memaksa responden untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

2. Anominity (Tanpa Nama)

Maslah etika keperawatan adalah masalah yang dapat memberikan jminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan metode tidak menuliskan nama

responden di lembar kuesioner, hanya menuliskan kode di lembar

pengumpulan data dan hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confindentiality)

Maslah ini adalah masalah etika dengan memberikan jaminan kerahisaan

hasil penelitian, baik informasi ataupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang sudah dikumpulkan dijamin kerahisaannya oleh peneliti,

hanya data tertentu yang akan disajikan pada hasil riset.

4. Kesejahteraan (Beneficience)

Prinsip ini memiliki arti bahwa penelitian harus mempertimbangkan manfaat

yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana hasil

penelitian akan diterapkan.

5. Tidak Merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini yang wajib diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan

penelitian agar mendapatkan persetujuan etik dari komite etik penelitian.


55

Peneliti harus mempertimbangkan rasio antara manfaat dan kerugian/risiko

dari penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data untuk teknik relaksasi genggam jari adalah data

primer yang didapat melalui standar prosedur operasional (SPO) teknik relaksasi

sesuai dengan teori dan lembar observasi. Sedangkan untuk mendapatkan data

yang terakit dengan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea peneliti

menggunakan lembar kuisioner sesuai dengan teori. Kuisioner ini tersusun dari

14 pertanyaan yang menggunakan skala HRS-A atau Hamilton Rating Scale For

Anxiety skoring 0 – 56 dengan urutan skor sebagai berikut:

0:Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)

1: Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)

2: Sedang (separuh dari gejala yang ada)

3: Berat (lebih dari separuh gejala yang ada)

4: Sangat berat (semua gejala ada)

G. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu indkes yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang di ukur (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran

ketepatan kuesioner menggunakan program computer yaitu Person Product

Moment.
56

Kuesinoer yang dibuat peneliti merujuk pada kuesioner yang sudah

baku yaitu tentang HRS-A atau Hamilton Rating Scale For Anxiety.

Sehingga peneliti tidak perlu melakukan uji validitas kembali

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur atau instrument dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo,

2010). Salah satu cara pengujian reabilitas dengan cara Alpha Chronbach.

Standar yang digunakan dalam menentukan reabilitas atau tidaknya suatu

instrument penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung

diwakili dengan nilai Alpha dengan tabek pada tingkat kepercayaan 95%

atau tingkat signifikan 5%.

Alat ukur reliabilitas merujuk pada kuesioner yang sudah baku yaitu

tentang HRS-A atau Hamilton Rating Scale For Anxiety. Oleh sebab itu

penelitian ini tidak memerlukan uji reliabilitas kembali.

C. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari

pengisian kuesioner responden. Langkah-langkah dalam pengumpulan data pada

penelitian ini adalah:


57

1. Persiapan administartif

Penelitian akan dilakukan asetelah mendapat suart ijin penelitian dari Prodi

Keperawatan STIKIM dan mendapatkan persetujuan dari Direktur RSUD

Kota Bogor.

2. Prosedur Teknis

a. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada Direktur

RSUD Kota Bogor

b. Peneliti dan/ atau data collecttor menentukan responden yang memenuhi

kriteria inklusi sesuai dengan teknik pengambilan sampel.

c. Peneliti dan/atau data collector meminta kesediaan responden untuk

menjadi sampel dengan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian.

d. Peneliti dan/atau data collector memberitahukan kepada responden

untuk menandatangani lembar informed consent.

e. Peneliti dan/atau data collector meminta responden mengisi kuesioner

dan menjelaskan tambahan tentang cara pengisiannya, jika diperlukan.

f. Mengumpulkan hasil selanjutnya diolah serta dianalisa.

3. Pelaksanaan Kegiatan

a. Pre Test

Kegiatan ini dilakukan sebelum peneliti memberikan teknik relaksasi

genggam jari kepada pasien pre operasi sectio caesarea. Pelaksanaan


58

pre test diawali dengan memberikan pengarahan kepada responden yang

dibantu oleh teman-teman yang sedang bertugas di ruang persiapan

Instalasi Bedah Sentral, lalu peneliti membagikan kuesioner pre test

kepada setiap responden, pre test ini dilakukan 5-10 menit.

b. Intervensi

Prosedur pemberian teknik relaksasi genggam jari dilaksanakan pada

satu pasien per satu kali sebelum tindakaan sectio caesarea dimulai atau

sebelum pasien dimasukkan ke dalam kamar tindakan. Peneliti

menyiapkan responden berbaring di tempat tidur, kemudian peneliti

duduk disamping pasien, anjurkan pasien untuk mengatur pola nafas

dengan hitungan teratur, genggam ibu jari kurang lebih selama 3-5

menit, kemudian lanjutkan ke jari-jari yang lain satu persatu dengan

durasi yang sama. Teknik relaksasi genggam jari ini dilakukan 30 menit

sesuai dengan waktu tunggu di ruang persiapan sebelum operasi atau

sebelum tindakan dimulai dan kontrak waktu tersebut sudah disepakati

oleh responden dan peneliti.

c. Post Test

Kegiatan ini dilakukan setelah peneliti memberikan teknik relaksasi

genggam jari. Peneliti menyampaikan kepada responden di akhir

penelitian untuk mengisi kuesioner lagi atau post test setelah responden

beristirahat sejenak paska intervensi teknik relaksasi genggam jari.

Pelaksanaan post test ini dilakukan dengan cara langsung kepada


59

masing-masing responden. Oleh karena itu peneliti melakukan post test

langsung kepada responden di ruang persiapan Instalasi Bedah Sentral.

D. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui proses tahapan (Notoatmodjo, 2010)

sebagai berikut:

1. Editing Data

Editing ini dimaksudkan agar data yang telah dikumpulkan dapat diolah

dengan baik, dan benar sehingga dapat menghasilkan informasi yang benar.

Dilakukan dengan cara memeriksa dan mengamati kelengkapan

pengisiannya. Sehingga apabila terjadi kesalahan atau jawaban yang belum

lengkap dapat ditelusuri kembali.

2. Coding

Mengklasifikasikan jawaban dari para responden ke dalam kategori. Dengan

cara memberi kode dalam bentuk angka pada setiap jawaban.

3. Sorting

Mensortir dengan memilih data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi

data).Misalnya; menurut daerah sampel, menurut tanggal dan sebagianya.


60

4. Entry data

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori lalu dimasukkan ke dalam

tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan data dengan cara

manual melalui pengolahan komputer menggunakan SPSS.

5. Cleaning data

Cleaning data dilakukan apabila terdapat kesalahan pemasukkan data.

6. Mengeluarkan data

7. Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan

E. Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk mengolah data agar mudah dibaca, dibuat tabel

dan diinterpretasikan serta menguji secara statistik kebenaran hipotesa yang telah

ditetapkan. Analisa dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah cara menganalisa data yang menghasilkan

ditribusi dan presentase dari setiap variabel. Rumusan yang digunakan untuk

mengetahui presentase dari masing-masing variabel adalah.

f
p= .100 %
n

Keterangan :

P: Persentase (%)

f: Jumlah jawaban

n: Jumlah skor maksimal


61

Analisis univariat merupakan analisa yang dilakukan untuk

menganalisis dan mendeskripsikan karakterisitik setiap variabel dari hasil

penelitian (Hastono, 2007). Analisis data yang digunakan meliputi

minimum, maximum, rata-rata (mean), standar deviasi, distribusi frekuensi

dan presentase.

2. Analisa Bivariat

Pengujian hipotesi dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil

dari uji normalitas data, untuk mendeteksi normalitas data dalam penelitian

ini dilakukanlah uji kolmogorov-smirnof. Pengujian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi

normal atau tidak. Apabila analisi menggunakan motode parametrik maka

persyaratan normalitas wajib terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi

normal. Jika data berdistribusi normal, maka metode yang digunakan adalah

statistic non parametrik. Dasar pengabilan keputusan untuk menentukan

normalitas data adalah sebagai berikut:

a. Jika probabilitas (Asymp.Sig) < 0.05 maka data tidak terdistribusi

normal

b. Jika probabilitas (Asymp.Sig) > 0.05 maka data terdistribusi normal

Menurut (Wahana, 2009), syarat yang harus dipenuhi pada prosedur uji

kolmogorov-smirnof test, yaitu data yang digunakan adalah data kuantitatif

dan uji kolmogorov-smirnof test mempunyai asumsi bahwa parameter uji

distribusi telah spesifik. Ada beberapa prosedur tes ditribusi yang digunakan,
62

yaitu normal, poisson dan uniform. Akan tetapi lebih sering digunakan

adalah tes ditribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas data tersebut maka akan dapat

ditentukan alat uji apa yang paling sesuai digunakan. Apabila data

berdistribusi normal dan berjenis data numerik (interval dan rasio) maka

digunakan uji parametrik Paired Sample T-Test. Sementara apabila data

berdistribusi tidak normal dan menghasilkan jenis data kategori (nominal

dan ordinal) maka digunakan uji non-parametrik yaitu Uji Wilcoxon Signed

Rank Test.

Wilcoxon Signed Rank Test adalah salah satu uji non parametric yang

digunakan untuk menganalisi data berpasangan karena adanya dua

perlakukan yang berbeda (Hengky, 2012). Penggunaan uji ini untuk melihat

apakah terdapat perbedaan atau perubahan antara dua kejadian sebelum dan

sesudahnya. Kategori data adalah data kategori multinominal lebih dari 2 x

2. Kedua model uji beda tersebut digunakan untuk menganalisi model

penelitian sebelum dan sesudah. Uji beda digunakan untuk mengevaluasi

perlakuan (treatment) tertentu pada satu sampel yang sama pada dua periode

yang berbeda (Sugiyono, 2013).


63

C. Jadwal Kegiatan

Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Proposal Riset 2020

Feb Mar Apr Mei Jun Jul


No. Kegiatan 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Judul/Tema
2 Bab I
3 Bab II
4 Bab III
5 Bab IV
Pengesahan
6
Proposal
DAFTAR PUSTAKA

A Potter & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, Dan Praktik (4 Volume 2). EGC.

Ade Sutrimo UM Yogyakarta. (2015). Effect of Guided Imagey and Music ( GIM )
on Preoperative Anxiety of Sectio Caesaria ( SC ) Patient in RSUD Banyumas.
The Journal Name, X(january), 0–9.

Amru, S. (2012). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif Obstetri


Social (3 jilid 1&). EGC.

Bagus, A., Dwi, S., & Anita, P. (2018). ( Studi di Paviliun Mawar RSUD Jombang ) (
Study at Mawar Pavilion of Jombang Hospital ).

Baradero, Mary., dkk. (2015). Seri Asuhan keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri.
EGC.

Benson, R. C. dan M. L. P. (2009). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. EGC.

Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC.

Dadang, H. (2009). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. FKUI.

Dadang, H. (2010). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Balai Penerbit FKUI.

DEPKES. RI. (2000). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa


III(PPDGJ-III). Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI.

Diehl, G. (1992). Research Methods for Business and Management. New


sYork:MacMillan Publishing Company.

Ernawati. (2017). NANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PRE OPERASI


SECTIO CAESAREA DENGAN MASALAH KECEMASAN DI RUANG
BOUGENVIL, RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN. 14(7), 450.
https://doi.org/10.1177/0309133309346882

Gant, N., & Cunningham, F. (2010). Dasar-Dasar Ginekologi dan Obstetri. EGC.

Hastono, S. P. (2007). Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia.

Hengky, W. P. (2012). Aplikasi Inventory Berbasis Access 2003 (P. E. M.


Komputindo (ed.)).

Hepp, P., Hagenbeck, C., Burghardt, B., Jaeger, B., & Wolf, OT., Fehm, T., &
Schaal, N. (2016). Measuring the course of anxiety in women giving birth by
caesarean section: A prospective study. BMC Pregnancy and Childbirth.
http://dx.doi.org/10.1186/s12884-016-%0A0906-z%0AHobson, JA. 2006.

Heriani Bahsoan. (2013). Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kecemasan Pada


Pasien Pre Operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Prof . Dr . Hi . Aloei
Kesehatan dan Keolahragaan , Universitas Negeri Gorontalo. Kota, Saboe
Skripsi, Gorontalo Keperawatan, Jurusan Ilmu-Ilmu, Fakultas.
http://repository.ung.ac.id/skripsi/show/841409014/hubungan-mekanisme-
koping-dengan-kecemasan-pada-pasien-pre-operasi-di-ruang-perawatan-bedah-
rsudprofdrhialoei-saboe-kota-gorontalo.html

Hill, R. Y. (2011). Nursing from the inside-out:Living and nursing from the highest
point of your consciousness. London: Jones and Barlett Publishers.

HIPKABI. (2014). Buku Pelatihan Dasar-Dasar Keterampilan Bagi Perawat Kamar


Bedah. HIPKABI Press.

Indrawati, E. S. dkk. (2017). Buku Ajar Psikologi Sosial. Psikosain.

Isaacs A. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri (3rd ed.).

James, J. D. (2012). Effectiveness of"Animated Cartoons" as a distraction strategy on


behavioural response to pain perception among children undergoing
venipuncture. Nursing and Midwifery Research Journal.

Kaplan & Sadock. (2009). Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi Dua.

Kuo, S., Chen, S., & Tzeng, Y. (2014). Depression and anxiety trajectories among
women who undergo an elective cesarean section. PLoS One,.
//dx.doi.org/%0A10.1371/journal.pone.0086653

Liana, E. (2008). Teknik Relaksasi : Genggam Jari untuk Keseimbangan Emosi.


Available.

Mansjoer, Arif, dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran Univ
Indonesia.

Mau. (2013). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Kecemasan Pasien Preoperasi di


Ruang1-6 Anggrek, Cempaka, dan Asoka RSU Prof. Dr. W.Z. Johanes Kupan.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nurarif, Huda A., & K. H. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & NANDA NIC_NOC. Mediaction.

Nursalam. (2003). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Salemba Medika.

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Nuha Medika.

Pawatte, I., Pali, C., Opod, H. (2013). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Pre
Sectio Caesarea di RSIA Kasih Ibu dan RSUP. Prof. Dr. D Kandou Manado.
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/article/view/3326/2870

Pebrian, B., Martin, L., & Koto, Y. (2017). DI RSUD KOTA BOGOR Dukungan
Psikososial Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre operasi.

Pinandita, I. (2012). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1,


Februari 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 8(1), 32–43.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik (4th ed.). EGC.

Pratiwi, R. A. B., Gunanegara, R. F., & Ivone, J. (2019). Factors Affecting Caesarean
Labor in RSUD Lembang in 2017. Journal of Medicine & Health, 2(3), 838–
846. https://doi.org/10.28932/jmh.v2i3.1223

Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D. K. (2011). Keperawatan maternitas :


Kesehatan wanita, bayi & keluarga (18th ed.). EGC.

Revi, D. K. S., & Arina, M. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea.
Jurnal Keperawatan Universitas Surakarta, 1–10.

Rikesda. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dasar


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Riskesda. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dasar


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu.

Siswanto, D. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan dan KedokteranNo Title.


Bursa Ilmu.

Smeltzer, S. C, Bare. B. G. Hinkle, J. L, Cheever, K. H. (2008). Brunner &


Suddarth’s textbook of medical-surgical nursing (11th ed.). Williams and Wolter
Kluwer Business.

Smeltzer, S. C., Bare. B. G., Hinkle, J. L., Cheever, K. H. (2010). Medical-Surgical


Nursing Volume 1 Point 2, Twelfth Edition.

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed.). EGC.

Stuart, G. W. (2009). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. Mosby.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan jiwa. EGC.

Sumelung, V., & dkk. (2014). FAKTOR – FAKTOR YANG BERPERAN


MENINGKATNYA ANGKA KEJADIAN SECTIO CAESAREADI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH LIUN KENDAGE TAHUNA. 30(4), 869–874.
https://doi.org/10.1016/0584-8539(74)80002-4

Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperaawtan. Nuha Medika.

Utomo S. (2016). Pengaruh Relaksasi Dzikir Terhadap Penurunan Kecemasan Pada


Pasien Operasi TURP di RS Soemarni Muhammadiyah Semarang.

Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC.

Wahana, K. (2009). Menguasai Java Programing. Salemba Empat.

WHO. (2015). World Health Statistics 2015.

Wilkinson, J. M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Widiyawati (ed.); Ke


7). EGC.

Yuniarti Pratiwi. (2017). Penerapan Teknik Relaksasi Genggam Jari Pada Asuhan
Keperawatan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di RSUD
K.R.M.T Wonsonegoro Kota Semarang. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 287. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
LEMBAR KUISIONER
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI
RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD KOTA BOGOR TAHUN 2020

No. Urut Responden :


Alamat Responden :

1. Identitas responden

Nama (inisial) :
Usia :
Pendidikan terakhir : Tidak Sekolah /SD/SMP SMA
DIII/S1

2. Pertanyaan

Petunjuk: berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan kondisi dan
pendapat anda

Keterangan:
0: Tidak ada gejala sama sekali
1: Satudari gejala yang ada
2: Sedang atau separuh dari gejala
3: Berat atau lebih dari ½ gejala yang ada
4: Sangat berat semua gejala ada
NO PERNYATAAN 0 1 2 3 4
Tingkat Kecemasan
1 Perasaan ansietas
a. Firasat buruk
b. Takut akan pikiran sendiri
c. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang asing
c. Ditinggal sendiri
d. Pada binatnag besar
e. Pada keramaian lalu lintas
f. Pada kerumunan orang banyak
4 Gangguan tidur
a. Sukar masuk tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi – mimpi
f. Mimpi buruk
g. Mimpi menakutkan
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi
a. Hilangnya minat
b. Berkurangnya kesenangan pada
hobi
c. Sedih
d. Bangun dini hari
e. Perasaan berubah sepanjang hari
7 Gejala somatik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot-otot
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala somatic (sensorik)
a. Tinnitus
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah dan pucat
d. Merasa lemah
e. Perasaan ditusuk-tusuk
9 Gejala kardiovaskular
a. Nadi cepat
b. Berdebar
c. Perasaan lesu/lemas seperti mau
pingsan
d. Detak jantung menghilang
(berhenti sekejap)
10 Gejala respiratori
a. Rasa tertekan atau sempit di
dada
b. Perasaan tercekik
c. Sesak
11 Gangguan gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. Perut melilit
c. Gangguan pencernaan
d. Perasaan terbakar di perut
e. Rasa penuh atau kembung
f. Nyeri sebelum dan sesudah
makan
g. Mual
h. Muntah
i. Buang air besar lembek
j. Kehilangan berat badan
k. Sukar buang air besar
(konstipasi)
12 Gejala urogenital
a. Sering buang air kecil
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Menorrhagia
d. Impotensi
13 Gejala otonom
a. Mulut kering
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Pusing dan sakit kepala
14 Tingkah laku pada wawancara
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Tonus otot meningkat
g. Nafas pendek dan cepat

Total Skor:..………..
SEKOLAH TINGGI ILMU
No.
KESEHATAN INDONESIA MAJU : STIKIM
Dokumen
(STIKIM)
SPO TEKNIK RELAKSASI Tanggal :
Revisi :
GENGGAM JARI Halaman :
Tahap Tindakan

1 Jelaskan pada pasien tentang tujuan dari tindakan yang akan


Persiapan
dilakukan serta menanyakan kesediannya.

2 Posisikan pasien pada poisis berbaring, serta anjurkan pasien untuk

merilekskan otot sambil mengatur nafas.

3 Perawat duduk disebelah pasien, relaksasi dimulai dengan

menggengga, ibu jari tangan pasien dengan tekanan lembut, genggam

sampai nadi pasien terasa berdenyut.

Tindakan 4 Anjurkan pasien untuk mengatur pola nafas dengan hitungan teratur

5 Genggam ibu jari ± selama 3-5 menit dengan tambahan nafas dalam,

kemudian dilanjutkan ke jari-jari yang lain satu persatu dengan durasi

yang sama.

6 Setelah ±15 menit, lakukan relaksasi genggam jari ke jari tangan yang

lain.

7 Setelah selesai, tanyakan bagaimana respon pasien terhadap


Terminasi
kecemasan yang dirasakan.

Anda mungkin juga menyukai