Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

PENERAPAN 7 LANGKAH EVIDENCE BASED


PRACTICE DALAM PRAKTEK PELAYANAN
KESEHATAN PERSALINAN

Dosen Pengampu : Dr. Heru SWN, S.Kep., Ns., M.Kes

Kelompok : 2 (Dua)

Nama Anggota :

1. Athirotun Nada Waz Zilfa


2. Elda damayanti
3. Hemawanti Trezza Yulanda
4. Lailatul Maghfiroh

Studi kasus :

Sebuah klinik bersalin ingin memberikan intervensi terbaru tentang bagaimana


cara mengurangi rasa nyeri saat masa persalinan kala 1. Bidan di klinik tersebut
melakukan intervensi baru berdasarkan literature menggunakan evidence based practice
dengan teknik pemijatan punggung yang dapat merangsang timbulnya hormon oksitosin
dan endorphin yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan penggunaan aromaterapi yang
dapat menimbulkan efek relaksasi

Hasil Diskusi :

7 Langkah Evidance Based Practice (EBP)

1. Menumbuhkan semangat menyelidiki

Sebelum memulai dalam tahapan yang sebenarnya didalam EBP, harus ditumbuhkan
semangat dalam penelitian sehingga klinik akan lebih termotivasi dan tertarik
mengenai pernyataan-pernyataan, mengenai penyelidikan terhadap ibu bersalin baik
fisiologis maupun patologis, dan peluang untuk peningkatan kualitas penyediaan
layanan kesehatan khususnya pelayanan persalinan.
2. Menanyakan pertanyaan klinik (PICO/PICOT)

P : Ibu bersalin

I : Teknik pemijatan punggung

C : Pemberian aromaterapi

O : Pengurangan intensitas nyeri

T : 2 hari

3. Mengumpulkan bukti – bukti dan artikel yang relevan dengan PICO/PICOT

a. Jurnal 1

PENDAHULUAN

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin. Persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit (Asri,
2010). Ada lima faktor essensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran. Passenger
(penumpang, yaitu janin dan plasenta), passage (jalan lahir), power (kekuatan), posisi ibu dan
psychologic (respons psikologis) (Yanti, 2009). Adapun kebutuhan dasar ibu bersalin yaitu
meliputi : kebutuhan nutrisi ibu bersalin, kebutuhan eliminasi, kebutuhan pengaturan posisi,
kebutuhan psikologis, dan kebutuhan pengurangan rasa nyeri (Yanti, 2009). Dalam sebuah
penelitian ditemukan bahwa 67% ibu merasa sedikit khawatir, 12% merasa sangat khawatir dan
23% merasa tidak khawatir tentang nyeri persalinan. Maka mengurangi rasa nyeri adalah hal
yang penting dan perlu dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan/penolong persalinan melalui
upaya mengatasi nyeri persalinan. Hal ini sejalan dengan program yang dicanangkan kementrian
kesehatan yaitu program Making Pregnancy Saver (MPS) yang merupakan salah satu aspek
penatalaksanaan dalam persalinan yaitu aspek sayang ibu (Aryani, 2015). Persalinan merupakan
suatu hal fisiologis bagi seluruh wanita di dunia, walaupun sebagian besar ibu inpartu merasa
tegang, takut, dan menyakitkan menghadapi proses persalinan (Depkes RI, 2007) Bidan dalam
prateknya sesuai dengan KEPMENKES No 369 Tahun 2007 tentang standar profesi bidan salah
satunya berisi mengenai standar kompetensi bidan selama persalinan dan kelahiran yaitu
pemberian kenyamanan dalam persalinan seperti pengurangan nyeri tanpa obat (KEPMENKES,
2007). Sedangkan, menurut PERMENKES No 97 Tahun 2014 mengenai pelayanan kesehatan
masa melahirkan dalam pasal 14 salah satu aspek dasar yang diberikan kepada ibu bersalin yaitu
asuhan sayang ibu dan sayang bayi (PERMENKES, 2014).

Nyeri persalinan dapat menyebabkan penderitaan bagi ibu dan kesehatannya. Hal tersebut
dapat memiliki efek negatif terhadap hubungan ibu dan bayi. Menurut sebuah penelitian
menunjukkan bahwa banyak orang ketika melakukan perkawinan hal yang mereka takutkan
adalah ketika akan bersalin yang dapat menyebabkan nyeri pada saat bersalin. Dalam penelitian
lain yang dilakukan di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa sebanyak 84% ibu yang akan
bersalin memilih untuk menggunakan tehnik non-farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
persalinan. Sebanyak 55,2% menggunakan teknik pernafasan dan 17,3 menggunakan tehnik
pemijatan (Cepeda, 2013: Phumdoung S, 2003) Pemijatan secara lembut akan membantu ibu
merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu
yang dipijat 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal
yang terjadi karena pijat merangsang tubuh melepas senyawa endorfin juga dapat menciptakan
perasaan nyaman dan enak. Umumnya, ada dua teknik pemijatan yang dilakukan dalam
persalinan, yaitu effluerage dan counterpressure. Effluerage adalah teknik pemijatan berupa
usapan lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus. Counterpressure adalah pijatan
tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga
menggunakan bola tenis (Pastuty, 2010) Dalam penggunaan teknik mengurangi rasa nyeri
persalinan pertimbangkan yang harus dilakukan antara lain dengan memperhatikan efektifitas
waktu, biaya, aman (tidak membahayakan ibu dan janin) dan efektif (Cepeda, 2013). Tehnik
yang dipakai untuk mengurangi nyeri persalinan kala I di BPS Tri Handayani Gebog Kabupaten
Kudus diterapkan metode masase punggung dengan effluerage yaitu mengurangi nyeri dengan
cara pijatan pada punggung digunakan untuk membantu relaksasi dan menurunkan nyeri melalui
peningkatan aliran darah pada daerah-daerah yang terpengaruh, merangsang reseptorreseptor
raba kulit sehingga merilekskan otototot, mengubah suhu kulit dan secara umum memberikan
perasaan yang nyaman yang berhubungan dengan keeratan hubungan manusia (Asrinah, 2010).

b. Jurnal 2

PENDAHULUAN
Kehamilan pertama kali bagi seorang calon ibu merupakan salah satu perjalanan baru
yang di tandai dengan perubahan-perubahan psikis hingga timbul berbagai masalah psikologis.
Banyak perubahan yang terjadi pada masa kehamilan sehingga ibu takut dan merasa
khawatirterhadap kehamilan dan saat menghadapi proses persalinan (Wahyuni,2015). Kehamilan
merupakan saat yang dinanti-nantikan dalam kehidupan seorang wanita. Hal ini juga merupakan
saat yang menegangkan ketika sebuah kehidupan baru tumbuh dan berkembang di dalam rahim.
Pada waktu kehamilan terjadi berbagai macam efek karena perubahan hormon, bentuk tubuh
maupun kondisi emosional yang dialami saat hamil (Dewi, 2011). World health organization
(WHO) memprediksikan bahwa 15% ibu hamil dapat mengalami komplikasi yang
membahayakan jiwa. Faktor penting dalam mengurangi mortalitas maternal ialah memiliki
tenaga kesehatan yang terampil saat persalinan. Selain itu, sangat penting bekerja sama dengan
ibu, keluarga dan masyarakat dalam mempersiapkan kelahiran serta membuat tindakan apabila
terjadi komplikasi pada kehamilan dan persalinan (Ningsih, 2010). Persalinan di mulai sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada servik (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan 1-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua
fase yaitu fase laten (8 jam) di mana serviks membuka 1 sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) di
mana serviks membuka dari 4-10 cm (Sulistyawati, 2010). Proses persalinan normal di tentukan
oleh tiga faktor utama, yaitu power (his dan tenaga mengejan) passanger (janin, plasenta dan
selaput ketuban) dan passage (jalan lahir). Ketiga faktor utama ini sangat menentukan jalannya
persalinan (Manuaba, 2015). Proses persalinan identik denganrasa nyeri yang akan di jalani,
dimana sebagian besar persalinan di sertai rasa nyeri. Nyeri pada persalinan merupakan proses
yang fisiologis. Nyeri menyebabkan frustasi dan putus asa, sehingga beberapa ibu merasa
khawatir tidak akan mampu melewati proses persalinan (Williams, 2013). Nyeri persalinan juga
dapat di timbulkan saat persalinan yang berlangsung dimulai dari pembukaan I persalinan rasa
nyeri terjadi karena adanya aktifitas besar di dalam tubuh ibu untuk mengeluarkan bayi.
Menghilangkan rasa nyeri ialah hal yang penting, bukan jumlah nyeri yang di alami wanita yang
perlu di pertimbangkan, tapi upaya bagaimana cara untuk mengatasi nyeri tersebut. Dalam hal ini
dapat kita ketahui bahwa program yang di rancangkan oleh kementrian Kesehatan (Kemenkes)
yaitu program making pregnancy saver (MPS) dengan salah satu aspek penatalaksanaan dalam
persalinan yaitu aspek sayang ibu (Rohani, 2011). Nyeri persalinan dapat menyebabkan
penderitaan bagi ibu dan kesehatannya, hal tersebut dapat memiliki efek negatif terhadap
hubungan ibu dengan bayi. Menurutsebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak orang ketika
melakukan perkawinan hal yang mereka takutkan adalah ketika akan bersalin yang menyebabkan
nyeri pada saat bersalin. Dalam penelitian lain yang dilakukan yang di Amerika Serikat
mengungkapkan bahwa sebanyak 84% ibu bersalin memilih untuk menggunakan teknik non-
farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri persalinan. Sebanyak 55,2% menggunakan
teknikpernafasan dan 17,3% menggunakan pemijatan (Cepeda, 2013). Adapun kebutuhan dasar
ibu bersalin yaitu meliputi kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi, kebutuhan pengaturan posisi,
kebutuhan psikologi, dan kebutuhan penurunan rasa nyeri. Dalam sebuah penelitian ditemukan
bahwa 67% ibu merasa sedikit khawatir, 12% merasa sangat khawatir dan 23% merasa tidak
khawatir tentang nyeri persalinan. Maka mengurangi rasa nyeri adalah hal yang penting dan
perlu dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan/penolong persalinan melalui upaya mengatasi rasa
nyeri persalinan. Hal ini sejalan dengan program yang dirancangkan kementrian kesehatan yaitu
program making pregnancysaver (MPS) yang merupakan salah satu aspek sayang ibu yang
dilakukan dengan cara melakukan pemijatan atau massase (Aryani, 2015). Pemijatan dilakukan
untuk membantu relaksasi dan menurunkan nyeri melalui peningkatan aliran darah pada daerah-
daerah yang terpengaruhi, merangsang reseptor-reseptor raba kulit sehingga merileksasikan otot-
otot. Mengubah suhu kulit dan secara umum memberikan perasaan yang nyaman yang
berhubungan dengan keeratan hubungan antara sesama (Asrinah,2010). Henstrom dan newton
(1986) dalam studi klasiknya mengenai penggunaan sentuhan dalam persalinan, menemukan
bahwa sentuhan merupakan metode yang di gunakan secara umum dalam persalinan untuk
mengurangi rasa nyeri (Asrinah, 2010). Sentuhan yang dimaksud adalah massage, message
merupakan metode non-farmalogik yaitu tanpa menggunakan obat-obatan, lebih aman,
sederhana dan tidak menimbulkan efek merugikan serta mengacu kepada asuhan sayang ibu
(Judha,2012). Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 5 No. 2 Oktober 2019
Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama
persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama tahap
persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal yang terjadi karena pijat merangsang tubuh
melepaskan senyawa endorfin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak. Umumnya,
ada dua teknik pemijatan yang dilakukan dalam persalinan, yaitu effluerage dan counterpressure.
Effluerage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-
putus.Counterpressure adalah pijatan tekanan pijat kuat dengan cara meletakkan kedua tumit
tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis (Pastuty, 2010). Teknik
yang dipakai untuk mengurangi nyeri persalinan kala I di BPS Tri Handayani Gebog Kabupaten
Kudus diterapakan metode massase punggung dengan effluerage yaitu mengurangi nyeri dengan
cara pijatan pada punggung digunakan untuk membantu relaksasi dan menurunkan nyeri melalui
peningkatan aliran darah pada daerah-daerah yang terpengaruh, merangsang reseptor-reseptor
raba kulit dan secara umum memberikan perasaan yang nyamanyang berhubungan dengan
keeratan hubungan manusia (Asrinah, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Zahra Ghanbari,
mendapatkan hasil sebesar 35% dari responden memilih melahirkan dengan cara sectio caesaria
(SC) karena takut pada nyeri persalinan. Nyeri persalinan merupakan sumber yang paling
signifikan dari ketidak nyamanan dalam melahirkan, sehingga dapat menghasilkan tingkat rasa
sakit yang melebihi batas ketahanan fisik. Selama persalinan itu sendiri, ada variabel lain yang
membuat persepsi rasa nyeri yang dirasakan setiap wanita itu unik, yaitu frekuensi kontraksi,
ukuran dan posisi bayi, lama persalinan, kebebasan bergerak, derajat keletihan maupun
kecemasan dan perlu mendapatkan dukungan dan besarnya rasa percaya diri dan kesiapan.
(Online journal 2014). Berdasarkan data ibu bersalin yang didapatkan di bidan Desita, S.SiT,
peneliti melihat bahwa hampir seluruh ibu bersalin mengalami nyeri pada saat bersalin. Hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa nyeri persalinan di sebabkan oleh adanya aktivitas
besar dalam tubuh untuk mengeluarkan bayi. Nyeri juga disebabkan oleh peregangan dan
pelebaran mulut rahim, yang terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi mendorong keluar dan
rasa cemas serta khawatir yang menjadi penyebab terjadinya nyeri.
c. Jurnal 3
PENDAHULUAN
Nyeri persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum dialami oleh
hampir semua ibu bersalin. Ibu hamil mengharapkan dapat bersalin tanpa rasa nyeri. Menurut
Danuatmaja (2008) kebanyakan ibu mulai merasakan sakit atau nyeri pada saat persalinan adalah
kala I fase aktif. Ibu merasakan sakit yang hebat karena aktivitas rahim mulai lebih aktif. Pada
fase ini kontraksi semakin lama semakin kuat dan semakin sering. Kondisi nyeri yang hebat pada
kala I persalinan memungkinkan para ibu cenderung memilih cara yang paling gampang dan
cepat untuk menghilangkan rasa nyeri. Hasil penelitian Hartiningsih (2011) menyebutkan bahwa
tingginya operasi sesar salah satu penyebabnya karena para ibu lebih memilih persalinan yang
relatif tidak nyeri. Menurut Sarmana (2004) 96,5% determinan nonmedis yang paling dominan
mendorong ibu bersalin meminta persalinan secara seksio sesarea disebabkan oleh rasa sakit
pada persalinan. Persalinan sering kali digambarkan sebagai salah satu penyebab rasa nyeri yang
paling kuat yang pernah dialami. Kuatnya ketakutan dan kecemasan yang dialami ibu berkaitan
dengan semakin besarnya rasa sakit yang dialami. Rasa takut menyebabkan ketegangan pada
tubuh terutama pada rahim. Kondisi ini dapat menghambat proses persalinan alami, memperlama
persalinan, dan menimbulkan nyeri yang hebat. (Camann, 2005) Menurut Lally JE (2008) nyeri
yang timbul sebenarnya merupakan sebuah sinyal yang menandakan bahwa proses persalinan
telah dimulai. Saat ini perkembangan ilmu kesehatan menekankan pendekatan holistik dengan
memperhatikan aspek psycho-neuro-endocrinoimmune (PNEI), yang menjelaskan bahwa
ketidakselarasan jiwa dan pikiran akan mengakibatkan gangguan keseimbangan saraf, hormon,
dan akhirnya daya tahan tubuh. Prasetyo (2010) menyebutkan bahwa perkembangan dalam
asuhan persalinan, asuhan yang kini diberikan bertujuan memberi rasa nyaman, aman dan
menyenangkan, serta mengurangi rasa cemas yang menegangkan. Dalam penelitian Febriyatie
(2013) disebutkan bahwa saat ini banyak ibu hamil menaruh perhatian lebih akan rasa nyeri yang
mungkin dihadapi saat persalinan dan juga metode penghilang rasa sakit saat persalinan yang
tersedia. Ada dua metode yang dapat meringankan rasa nyeri yaitu metode farmakologi
(pemberian obat-obatan analgesik, opiat) dan metode nonfarmakologi/alamiah (pijatan,
akupuntur, relaksasi, hidroterapi, hipnosis, musik). Metode alamiah ini dapat membantu ibu
untuk tetap rileks dan terkendali dalam menghadapi nyeri.(Rudra A, 2009) Bidan dalam
prakteknya memberikan asuhan persalinan diharapkan dapat memberikan kenyamanan selama
persalinan, untuk itu perlu dilakukan upaya pengendalian nyeri saat persalinan dengan teknik
non farmakologis, salah satu diantaranya yaitu masase. Masase dapat meningkatkan relaksasi
tubuh dan mengurangi stres. Disamping itu masase merupakan asuhan yang efektif, aman
sederhana dan tidak menimbulkan efek yang merugikan baik pada ibu maupun janin. (Aryani Y,
2015) Metode masase punggung merupakan salah satu intervensi yang relatif mudah dilakukan
oleh tenaga kesehatan maupun keluarganya untuk membantu ibu mengurangi tingkat nyeri
persalinan. Metode untuk mengurangi nyeri persalinan sangat diperlukan untuk mengurangi
komplikasi pada ibu dan janin pada saat proses dan setelah persalinan, sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu secara tidak langsung berdampak pada
pengurangan kerentanan dan mengatasi dampak penyakit. (Rezeki S, 2014) Masase pada
punggung saat persalinan dapat berfungsi sebagai analgesic epidural yang dapat mengurangi
nyeri dan stres, serta dapat memberikan kenyaman pada ibu bersalin. Oleh karena itu diperlukan
asuhan essensial pada ibu saat persalinan untuk mengurangi nyeri dan stres akibat persalinan
yang dapat meningkatkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin. (Lally JE, 2008) Menurut Nolan
(2003) penggosokan menyebabkan tubuh melepaskan bahan pereda nyeri alami yang disebut
endorfin. Pijat adalah bentuk yang lebih canggih dari menggosok. Banyak wanita dalam masa
persalinan merasa terbantu jika mendapat pijatan di bagian bawah punggungnya. Beberapa calon
ibu senang jika tulang ekornya ditekan dengan keras untuk mengimbangi kekuatan kontraksi
serta membuat relaks. Hasil penelitian (Aryani Y, 2015) menyebutkan bahwa kadar endorphin
ibu bersalin yang dimasase lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dimasase. Makin tinggi
kadar endorphin maka semakin turun intensitas nyeri yang dirasakan ibu bersalin

4. Melakukan penilaian kritis terhadap bukti – bukti


1. Apakah hasil penelitian tersebut valid?
a. Apakah penelitian tersebut menggunakan metodologi penelitian yang baik?
Dalam penelitian Sarah Nadiya, hasil penelitian ini juga diperkuatkan oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hariyanti mengenai pengaruh pijat punggung teknik
“effluarage” terhadap intensitas nyeri persalinan pada inpartu kala I fase aktif
ditemukan sebagain besar responden mengalami nyeri berat sebelum diberikan pijat
teknik “effluarage” yaitu sebanyak 9 orang (90%). Setelah dilakukan pijat sebagian
besar responden mengalami nyeri sedang sebanyak 9 orang dengan nilai p=0,002 yang
berarti ada pengaruh pijat punggung terhadap intensitas nyeri persalinan kala I
Menurut asumsi peneliti bahwa saat proses persalinan dilakukan pijat punggung maka
akan berkurang rasa nyeri. Ibu yang dilakukan pijat punggung tersebut akan turun rasa
nyerinya sesuai dengan his/kontraksi yang dialami. Semakin kuat kontraksi maka
nyeri yang dirasakan semakin bertambah. Dengan adanya pijat maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif bagi ibu bersalin yang dilakukan pijat
dibandingkan pada ibu yang tidak dilakukan pijat pada saat menjalani proses
persalinan.
2. Apakah hasil penelitian tersebut reliable?
a. Apakah intervensinya berjalan dengan baik?
Perbedaan Intensitas Nyeri kala 1 Persalinan Sebelum dan Sesudah Masase Punggung
pada penelitian Elin Supliyani. Pada Tabel 3 Pengaruh Masase terhadap intensitas
nyeri kala 1 persalinan.
Median (Min-Maks) Nilai p Intensitas nyeri (n=35) sebelum masase sesudah masase 8
(4 - 10) 5 (2 - 9) 0,000
Keterangan : p =Uji Wilcoxon Sumber : hasil penelitian.
Tampak bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri kala 1 persalinan yang bermakna
sebelum dan sesudah dilakukan masase punggung pada ibu bersalin, nilai p < 0,001.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai P< 0.01 artinya bahwa secara statistic
terdapat perbedaan rerata intensitas nyeri yang bermakna sebelum dan sesudah
dilakukan masase punggung pada ibu bersalin. Hal tersebut menunjukkan bahwa
masase punggung berpengaruh terhadap intensitas nyeri kala 1 persalinan, masase
punggung pada ibu bersalin akan menurunkan intensitas nyeri persalinan kala I
b. Sebesar apa efek dari intervensi tersebut?
Berdasarkan penelitian dengan melakukan analisa tentang pengaruh pijat punggung
terhadap penurunan rasa nyeri di BPM Desita, S,SiT, ditemukan hasil bahwasanya
dari 30 responden terdapat 28 responden yang mengalami penurunan setelah di
berikan pijat punggung, dimana 2 responden di antaranya tidak mengalami penurunan
rasa nyeri baik sebelum dilakukan pijat dan setelah dilakukan pijat. Berdasarkan dari
hasil yang didapatkan tersebut kita bisa melihat dan membandingkan bahwasanya
jumlah responden dengan penurunan rasa nyeri lebih banyak setelah dilakukan
pemijatan dibandingkan dengan yang tidak mengalami perubahan skala nyeri yang
hanya berjumlah 2 responden, sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pijat
punggung terhadap penurunan rasa nyeri
3. Apakah hasil penelitian tersebut dapat membantu pengurangan nyeri saat persalinan kala
1?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai P< 0.01 artinya bahwa secara statistic terdapat
perbedaan rerata intensitas nyeri yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan masase
punggung pada ibu bersalin. Hal tersebut menunjukkan bahwa masase punggung
berpengaruh terhadap intensitas nyeri kala 1 persalinan, masase punggung pada ibu
bersalin akan menurunkan intensitas nyeri persalinan kala I. Keberhasilan tersebut
menunjukkan bahwa dengan masase memberikan tekanan yang dapat mencegah atau
menghambat impuls nyeri yang berasal dari serviks dan korpus uteri dengan memakai
landasan teori gate control. Dengan menggunakan penekanan maka nyeri yang menjalar
dari serabut aferen untuk sampai ke thalamus menjadi terblokir, hal ini bisa terjadi karena
sel aferen nyeri delta A dan delta C yang datang dari reseptor seluruh tubuh ketika
hantaran nyeri harus masuk ke medulla spinalis
a. Apakah sampel pada penelitian tersebut sudah sesuai?
Sampel penelitian yang dilakukan oleh Elin Supliyani adalah 35 orang ibu bersalin.
Usia ≤ 20 tahun dan ≥35 tahun sejumlah 8 orang dan usia 20 – 35 tahun sejumlah 27 orang.
Primigravida 15 orang dan multigravida 20 orang.
b. Apakah keuntungannya lebih besar daripada resikonya?
Ketakutan dan kecemasan dapat menghasilkan ketegangan pada otot dan
meningkatkan persepsi nyeri seseorang. (Abbasi M, 2010). Nyeri pada persalinan
memiliki pola yang cukup dapat diprediksi. Lokasi nyeri terus berubah selama proses
persalinan. Intensitas dan frekuensi nyeri meningkat seiring dengan peningkatan
kontraksi uterus. (Prasetyo SN, 2010) Masase merupakan salah satu metode
nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri persalinan.
Teknik yang dipakai untuk mengurangi nyeri persalinan kala I di BPS Tri Handayani
Gebog Kabupaten Kudus diterapkan metode masase punggung dengan effluerage
yaitu mengurangi nyeri dengan cara pijatan pada punggung digunakan untuk
membantu relaksasi dan menurunkan nyeri melalui peningkatan aliran darah pada
daerah-daerah yang terpengaruh, merangsang reseptorreseptor raba kulit sehingga
merilekskan otototot, mengubah suhu kulit dan secara umum memberikan perasaan
yang nyaman yang berhubungan dengan keeratan hubungan manusia (Asrinah, 2010).
5. Mengintegrasikan bukti – bukti terbaik dengan ahli klinik serta memperhatikan
keinginan dan manfaatnya bagi pasien dalam membuat keputusan
a. Dalam penelitian (Indah Puspitasari, 2017)
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 21 orang responden di BPS Tri Handayani
Gebog Kudus didapatkan perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah dilakukan
massage punggung terhadap nyeri persalinan kala I, ini menunjukkan penerapan teknik
massage punggung cukup efektif untuk mengurangi rasa nyeri persalinan kala I. Massage
punggung dapat djadikan alternatif bagi ibu bersalin yang menginginkan metode
nonfarmakologis dan meminimalkan efek samping yang ditimbulkan dari tindakan yang
dilakukan tenaga kesehatan terutama penolong persalinan dalam mengurangi nyeri
persalinan.
b. Dalam penelitian (Sarah Nadiya, 2019)
bahwa saat proses persalinan dilakukan pijat punggung maka akan berkurang rasa nyeri.
Ibu yang dilakukan pijat punggung tersebut akan turun rasa nyerinya sesuai dengan
his/kontraksi yang dialami. Semakin kuat kontraksi maka nyeri yang dirasakan semakin
bertambah. Dengan adanya pijat maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
positif bagi ibu bersalin yang dilakukan pijat dibandingkan pada ibu yang tidak dilakukan
pijat pada saat menjalani proses persalinan.
c. Dalam penelitian (Elin Supliyani,2017)
Persepsi nyeri setiap orang berbeda, apabila tidak diatasi akan menimbulkan masalah lain
yaitu meningkatkan rasa takut dan cemas pada ibu. Wanita hamil sering merasa khawatir
tentang rasa nyeri yang akan mereka alami saat melahirkan dan bagaimana mereka akan
bereaksi untuk mengatasi nyeri tersebut. Ketegangan emosi akibat rasa cemas sampai rasa
takut akan memperberat persepsi nyeri selama persalinan. Nyeri bersalin dapat
menimbulkan respon fisiologis yaitu mengurangi kemampuan rahim untuk berkontraksi
sehingga memperpanjang waktu persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masase
pada punggung selama 30 menit dapat mengurangi nyeri kala 1 persalinan normal

6. Mengevaluasi outcome dari perubahan yang telah diputuskan


a. Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan pemijatan pada punggung dapat menurunkan
intensitas nyeri pada persalinan kala 1
b. Evaluasi dari penelitian ini adalah adanya penurunan skala nyari yang dirasakan
oleh ibu bersalin pada saat nyeri persalinan kala 1 sehingga dapat menjadi
alternative pengobatan non farmakologis.
c. Outcome yang dihasilkan membawa dampak yang sangat baik bagi ibu bersalin
pada kala 1 persalinan yaitu dampak positif dalam mendapatkan penanganan nyeri
yang tepat guna mengurangi nyeri persalinan kala 1.

7. Menyebarluaskan hasil Evidence Based Practice


Langkah terakhir dari evidance based practice adalah menyebarluaskan hasil.
Evidance Based Practice mengenai “Pengaruh Pijat Punggung Terhadap
Penurunan Rasa Nyeri Kala I Persalinan Normal” pada ibu bersalin pada kala 1
sudah dilakukan uji penelitian dimana dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada
efektivitas dari pemijatan yang dapat menurunkan intensitas nyeri persalinan kala
1, dengan adanya pengobatan non farmakologis ini bisa mengurangi nyeri pada
persalinan kala 1. Untuk itu, karena penelitian sudah terbukti dan ada efektivitas,
cara penyebaran hasil bisa dilakukan di berbagai institusi, presentasi di
konferensi lokal, regional, dan nasional, mencari jurnal di internet dengan
berbagai platform, laporan dalam jurnal peer-review, news letter profesional dan
publikasi khalayak umum.

Anda mungkin juga menyukai