Anda di halaman 1dari 92

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persalinan yaitu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
(8,16)
jalan lahir atau, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Persalinan merupakan suatu kondisi fisiologis yang akan dialami oleh setiap

orang. Akan tetapi, kondisi yang fisiologis tersebut dapat menjadi patologis

apabila seorang ibu tidak mengetahui kondisi yang fisiologis dan seorang

penolong atau tenaga kesehatan tidak memahami bagaimana suatu persalinan

dikatakan fisiologis dan bagaimana penatalaksanaannya sehingga dapat

membantu menurunkan angka kematian ibu sesuai dengan misi MDGs 2015

yang berganti menjadi SDGs (Sustainable Development Goals). (16)

Nyeri digambarkan sebagai keadaan yang tidak nyaman, akibat dari

ruda paksaan pada jaringan terdapat pula yang menggambarkan nyeri sebagai

suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan

dengan kerusakan jaringan akut atau potensial atau menggambarkan suatu

istilah kerusakan.(6,9)

Rasa nyeri pada persalinan yaitu manifestasi dari adanya kontraksi

(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada

pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini menyebabkan

1
2

adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan serviks

ini maka akan terjadi persalinan.(6,9)

Nyeri pada persalinan terjadi dalam setiap proses persalinan mulai dari

kala I sampai Kala IV. Menurut S.A Goelam tahun 1990, rata- rata proses

persalinan berlangsung ±14-23 jam bagi ibu primipara, dan ± 8-12 jam pada

ibu multipara.(16) Persalinan selalu identik dengan rasa nyeri. Berdasarkan

laporan hasil survei penelitian tahun 2015, sebagian besar persalinan selalu

disertai dengan timbulnya rasa nyeri. Dilaporkan dari 2.700 ibu bersalin hanya

sekitar 15% yang merasakan nyeri ringan, 35% nyeri sedang, 30% nyeri berat,

dan 20% nyeri sangat berat atau tidak bisa terkontrol. Nyeri yang berat dan

lama dalam proses persalian berakibat buruk bagi ibu maupun janin yang

dikandung. Nyeri dapat mengakibatkan hiperventilasi yang dapat

menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin, peningkatan tekanan

darah, dan peningkatan hormon kotekolamin, dan adrenalin yang dapat

menurunkan aktivitas uterus sehingga menyebabkan persalinan lama. (13) Partus

lama merupakan salah satu penyumbang kematian ibu, berdasarkan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012-2013 sebesar 2%.(17)

Faktor yang mempengaruhi proses persalinan menjadi lancar, antara lain

“5P” power (kekuatan ibu saat mengedan) passage (jalan lahir), passanger (janin,

plasenta dan selaput ketuban), position (posisi letak janin dan ibu), psychologis

(psikis ibu bersalin itu sendiri) selain 5P penolong persalinan (physician)

mempunyai pengaruh besar dalam proses persalinan dukungan moral yang

diberikan sehingga ibu bersalin merasa aman dan nyaman. Pada saat persalinan
3

dimulai, permulaan kala pembukaan kala I terjadi peningkatan frekuensi kontraksi

uterus (his) secara efektif. Jika kontraksi uterus kurang efektif (lambat) pada kala I

dan pada kala II dapat mengakibatkan kemajuan persalinan menjadi tidak adekuat

dan pada kala I fase aktif kekuatan ibu sangat diperlukan karena dapat

mempengaruhi kesadaran, kekuatan ibu saat mengejan, mengurangi rasa nyeri

persalinan yang akan berpengaruh pada kala II terjadi partes lama.

Faktor yang mempengaruhi lamanya persalinan yaitu nyeri persalinan.

Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis, nyeri persalinan mulai

timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif. Nyeri persalinan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara umum dapat dikategorikan menjadi

dua, yaitu faktor internal dan dan eksternal. Faktor internal diantaranya adalah

pengalman dan pengetahuan tentang nyeri, usia, aktivitas fisik, dan kondisi

psikologis. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah agama, lingkungan

fisik, budaya, suport sistem, sosial ekonomi, dan komunikasi.(7,8)

Tindakan untuk mengatasi rasa nyeri dapat dibedakan dalam dua

kelompok utama, yaitu tindakan pengobatan (farmakologis) dan tanpa

pengobatan (non farmakologis). Pendekatan secara non nonfarakologi dengan

menerapkan Natural Basic Theraphy (NBT) merupakan salah satu bentuk

pengobatan yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan kualitas

keamanan dan kenyamanan dengan menggunakan metode panas dingin, pijat,

terapi aroma, teknik pernafasan yang benar, akupuntur, refleksiologi,

hypnobirthing. Sedangkan secara farmokologi menggunakan obat-obatan


4

seperti pethidine, anastesia epidural, entonox. Manajemen nyeri secara non

farmakologi dapat dilakukan dengan lebih aman, sederhana dan tidak

menimbulkan efek merugikan serta mengacu pada asuhan sayang ibu. Salah

satunya menggunakan metode massage. (5,6,7,9)

Massage yaitu salah satu bentuk tindakan untuk mengurangi rasa sakit.

Massage adalah salah satu bentuk tindakan non farmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri. Massage merupakan terapi nyeri yang paling primitif

dan menggunakan refleks lembut manusia untuk menahan, menggosok, atau

meremas bagian tubuh yang nyeri. Dengan melakukan tekanan tangan pada

jaringan lunak, biasanya otot, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan

atau, perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi,

dan atau memperbaiki sirkulasi. Secara fisiologis, massage merangsang dan

mengatur tubuh, memperbaiki aliran darah. Massage bisa dilakukan dengan

mengatur posisi berbaring ataupun duduk. Adapun manfaat massage

punggung dalam persalinan antara lain memberikan kenyamanan, mengurangi

rasa sakit, membantu relaksasi pada ibu saat proses persalinan, memperbaiki

sirkulasi darah, mengembalikan kemampuan berkontraksi, dan meningkatkan

kerja system organ.(5,10,16)

Berbagai macam tindakan pengurangan rasa nyeri menggunakan teori

sistem endorphin ini. Salah satunya massage endorpin yang merupakan teknik

sentuhan serta massage ringan yang dapat menormalkan denyut jantung dan

tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu dengan

memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Terbukti dari hasil


5

penelitian, teknik ini dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin, sebuah

hormon yang memfasilitasi persalinan. Dengan mengusap atau menggosok,

membuat tubuh mengeluarkan hormon alami yang berfungsi untuk meredakan

rasa sakit sering disebut endorphin.(2,4,6,7,8,9)

Endorphin adalah sebagai zat yang banyak manfaatnya. Beberapa

diantaranya yaitu mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seks,

mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan

stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.(2,4,6,7,8,9) Beberapa penelitian

yang mendukung terkait dengan teknik pijat untuk menurunkan nyeri

persalinan dengan menggunakan teknik massage endorphin, yaitu hasil

penelitian Antik, dkk pada tahun 2017 mengenai “Pengaruh Endorphin

Massage terhadap Intensitas Skala Nyeri Kala I Fase Aktif Persalinan”. Hasil

penelitian didapatkan kesimpulan ada pengaruh penggunaan endorphin

massage terhadap skala intensitas nyeri kala I fase aktif persalinan.(1)

Mengatasi nyeri penelitian terdahulu menyebutkan, massage

endorphin dilakukan oleh tenaga kesehatan, sedangkan berdasarkan teori

massage endorphin pendamping persalinan dapat dilakukan oleh suami

sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap istri saat kehamilan maupun

persalinan.(7) Sesuai dengan penelitian Kartikasari dkk tahun 2016 bahwa

massage endorphin yang dilakukan oleh suami lebih efektif untuk

menurunkan nyeri punggung ibu hamil dari pada massage endorphin yang

dilakukam oleh tenaga kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena ada ikatan

antara suami dan ibu hamil ketika melakukan massage endorphin dimana
6

suami adalah orang terdekat ibu.(16) Penelitiana lainnya yang dilakukan oleh

Diana Septi Anggraeni pada tahun 2014 tentang pengaruh dukungan suami

dalam proses persalinan dengan nyeri persalinan, menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang sangat erat (mendekati 1) diantara dukungan suami

dengan nyeri persalinan. Semakin baik dukungan yang diberikan oleh suami

saat proses persalinan, maka nyeri persalinan yang dirasakan ibu akan semakin

berkurang. (3)

Pendamping persalinan dapat merubah keadaan menjadi lebih baik dan

dapat memperkecil trauma pasca melahirkan bayi. Kehadiran suami di ruang

persalinan juga akan menambah rasa percaya diri ibu. Pijatan lembut yang

dilakukan suami di daerah punggung akan membuat lebih nyaman dan lebih

tenang karena pijatan dan sentuhan yang menimbulkan rasa nyaman akan

lebih cepat dikirim oleh otak dari pada rangsangan rasa sakit. Sehingga rasa

sakit akan ditutupi oleh rasa nyaman dan dapat mengurangi nyeri kontraksi.

Pijatan dan sentuhan suami pada ibu yang akan melahirkan terbukti dapat

meningkatkan pelepasan zat oksitosin, yaitu suatu hormon penghilang stres,

menormalkan denyut jantungdan tekanan darah sehingga ibu bisa lebih rileks

dan nyaman.(5,7,16)

Massage lembut dari suami dapat membuat ibu merasa tenang, nyaman

dan rileks. Ibu juga merasa adanya dukungan dari orang terdekat. Perasaan

rileks dapat mengurangi rasa nyeri persalinan. Massage yang dilakukan

kepada ibu di daerah bahu hingga punggung bagian bawah dapat mengurangi
7

rasa nyeri kontraksi, membuat tubuh rileks, mempercepat proses kelahiran dan

mengurangi depresi setelah persalinan. Suami dapat berperan untuk mengelus

dan memijat daerah punggung. Massage yang dilakukan hanya merupakan

pijatan halus dan tidak boleh terlalu keras agar tidak menyakiti ibu dengan

mengusap atau menggosok, membuat tubuh mengeluarkan hormon alami yang

berfungsi untuk meredakan rasa sakit yang disebut dengan hormon endorphin.
(2,5,6,9,10)

Beberapa penelitian yang dilakukan terdahulu pada tahun 2014 yang

dilakukam Diana dkk, tentang pengaruh dukungan suami dalam proses

persalinan dengan nyeri persalinan di RSIA arif purwokerto didapatkan hasil

semakin baik dukungan yang diberikan oleh suami saat proses persalinan,

maka nyeri persalinan yang dirasakan ibu akan semakin berkurang.(3)

Berdasarkan data hasil survei yang diperoleh di RS Bakti Wira Tamtama

Semarang persalinan pada Januari 2019 – Juni 2019 sebanyak 1.984 orang

terdiri dari 829 bersalin normal dan 1.155 dengan SC. Adapun ibu bersalin

yang mengalami partus lama sebanyak 37 orang (3,2%). Berdasarkan survei

yang dilakukan peneliti terhadap bidan tentang tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi nyeri persalinan yaitu bidan hanya memberikan saran kepada ibu

bersalin berupa teknik relaksasi pernapasan dan posisi miring kiri.

Hasil wawancara terhadap ibu bersalin sebanyak 10 orang yang

mengalami partus lama, 5 orang ibu mengatakan mengatasi nyeri dengan

melakukan pengaturan pernapasan dan menguatkan hatinya dengan harapan


8

rasa sakit akan hilang pada saat bayinya lahir nanti, 2 orang miring kekiri dan

mengatur nafas untuk mengurangi rasa nyeri. Sedangkan 3 orang ibu

mengatakan mengatasi nyeri dengan berjalan- jalan.

Oleh karena itu perlu penanganan tambahan untuk mengurangi rasa nyeri

yang dialami ibu bersalin menggunakan terapi non farmakologi, yang

menerapkan Natural Basic Terapi. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin

dan suami untuk membantu mengurangi rasa nyeri persalinan salah satunya

diajarkan teknik massage endorphin yang mencakup penangana secara

holistik (menyeluruh). Di ruang perawatan menjelang persalinan

Berdasarkan latar belakng tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai efektifitas massage endorphin Suami terhadap nyeri

persalian ibu bersalin.

B. Perumusan Masalah

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri saat

persalinan adalah dengan dengan memberikan stimulasi massage endorphin.

Dukungan dari suami sangat dibutuhkan ibu dalam proses persalinan.

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yaitu :

“Adakah perbedaan efektivitas massage endorphin suami dan bidan

terhadap tingkat nyeri persalinan pada ibu bersalin ?”


9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan efektivitas massage endorphin suami dan bidan

terhadap tingkat nyeri persalinan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi umur, paritas,

usia kehamilan

b. Mengetahui penurunan tingkat nyeri ibu bersalin sebelum dan sesudah

diberikan massage endorphin yang dilakukan suami

c. Mengetahui penurunan tingkat nyeri ibu bersalin sebelum dan sesudah

diberikan massage endorphin yang dilakukan bidan

d. Mengidentifikasi perbedaan tingkat nyeri persalinan sebelum dan

sesudah dilakukan massage endorphin suami

e. Mengidentifikasi perbedaan tingkat nyeri persalinan sebelum dan

sesudah dilakukan massage endorphin yang dilakukan bidan

f. Menganalisis perbedaan efektifitas kelompok yang dilakukan massage

endorphin suami dengan kelompok yang dilakukan massage

endorphin bidan terhadap penurunan nyeri persalinan

D. Manfaat Penelitian
10

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai

pengaruh massage endorphin terhadap pengurangan nyeri persalinan.

2. Manfaat aplikatif

a. Bagi ibu bersalin

Memberikan terapi pijat endorphin sebagai upaya untuk mengurangi

nyeri persalian

b. Bagi pendidikan

Memberikan dan memperkaya ilmu kebidanan khususnya penanganan

nyeri pada persalinan

c. Bagi lahan praktek

Tambahan informasi dalam upaya memberikan pelayanan atau

interfensi kebidanan pada wanita yang sedang mengalami nyeri dalam

menghadapi persalinan

d. Tenaga kesehatan (khususnya bidan)

Terapi massage endorphin dapat menjadi alternatif sebagai upaya

untuk mengurangi nyeri dalam menghadapi persalinan

E. Originalitas Penelitian
11

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

Nama Judul Desain Hasil Perbedaan Penelitian


peneliti penelitian penelitian
dan
tahun
Antik, Penelitian Hasil penelitian 1. Penelitian
(2017) Pengaruh yang menunjukkan sebelumnya
Endorphin digunakan didapatkan nilai a. Metode penelitian
Massage Quasi signifikasi (p quasi eksperimen
terhadap Eksperiment value) sebesar dengan desain One
intensitas dengan desain 0,000. Dengan Group Pre-test Post-
Nyeri Kala One Group tingkat test
I Fase Aktif Pre-test Post- kepercayaan 95%, b. Variabel Pengaruh
Persalinan test jika nilai p<0,05 Endorphin Massage
Normal maka Ho ditolak terhadap intensitas
dan Ha diterima. Nyeri Kala I Fase
Jadi hipotesis Aktif Persalinan
penelitian Normal
diterima bahwa c. Subjek penelitian
Ada pengaruh terhadap intensitas
Endorphin Nyeri Kala I Fase
massage dan Aktif Persalinan
merupakan cara Normal
yang efektif
dalam 2. Penelitian sekarang
mengurangi nyeri a. metode penelitian
pada kala I fase quasy experiment
aktif persalinan dengan rancangan
pre-test posttest
designt
b. variabel massage
endorphin suami
terhadap intensiutas
nyeri persalinan
c. subjek penelitian
ibu bersalin
Fitriana, Penelitian Hasil penelitian 1. Penelitian
(2017) Pengaruh yang menunjukkan Ada sebelumnya
pijat digunakan pengaruh a. Metode penelitian
Endorphin quasieksperim intensitas nyeri quasi eksperimen
(Endorphin en dengan terhadap pijat dengan desain pre
Massage) desain pre dan endorphin dan post tes
terhadap post tes sebelum 5 menit b. Variabel Pengaruh
intensitas dan setelah 5 pijat Endorphin
Intensitas menit dilakukan (Endorphin
Nyeri Kala pijat endorphin (p Massage) terhadap
I pada Ibu value 0,006 < intensitas Intensitas
Primipara 0,05) dan ada Nyeri Kala I pada
pengaruh Ibu Primipara
12

intensitas nyeri c. Subjek penelitian


terhadap pijat ibu bersalin kala I
endorphin primipara
sebelum 15 menit 2. Penelitian sekarang
dan setelah 15 a. metode penelitian
menit dilakukan quasy experiment
pijat endorphin (p dengan rancangan
value 0,037 < pre-test posttest
0,05) designt
b. variabel massage
endorphin suami
terhadap intensiutas
nyeri persalinan
c. subjek penelitian
ibu bersalin
Ratih Penelitian Hasil penelitian 1. Penelitian
Indah Pengaruh yang menunjukkamHas sebelumnya
Kartikas Endorphin digunakan il uji Wilcoxon a. Metode penelitian
ari, massage Desain yang sign rank test pra eksperimen
(2016) terhadap digunakan dengan α=0,05 dengan pendekatan
penurunan adalah pra menunjukkan one grup pretest
intensitas eksperimen p=0,000 sehingga posttest design.
nyeri dengan p<0,05 artinya b. Variabel Pengaruh
punggung pendekatan ada pengaruh Endorphin massage
ibu hamil one grup Endorphin terhadap penurunan
pretest posttest massage terhadap intensitas nyeri
design. penurunan punggung ibu hamil
intensitas nyeri c. Subjek penelitian
punggung. terhadap penurunan
intensitas nyeri
punggung ibu hamil
2. Penelitian sekarang
a. metode penelitian
quasy experiment
dengan rancangan
pre-test posttest
designt
b. variabel massage
endorphin suami
terhadap intensiutas
nyeri persalinan
c. subjek penelitian ibu
bersalin
Diana Penelitian Hasil penelitian 1. Penelitian
Septi Pengaruh yang menunjukkan sebelumnya
Anggrae dukungan digunakan tingkat significant a. Metode penelitian
ni, suami observasional coefisiensi pra eksperimen
(2014) dalam dengan korelasi satu sisi dengan pendekatan
proses pendekatan dari output one grup pretest
persalinan cross menghasilkan posttest design.
13

sectional. angka 0.000 atau b. Variabel Pengaruh


dengan Sampel yang praktis 0. Karena Endorphin massage
nyeri digunakan probability jauh terhadap penurunan
persalinan adalah Quota dibawah 0.05 intensitas nyeri
Sampling maka korelasi punggung ibu hamil
antara dukungan c. Subjek penelitian
suami dengan terhadap penurunan
nyeri persalinan intensitas nyeri
sangat nyata. punggung ibu hamil
Diketahui bahwa 2. Penelitian sekarang
korelasi antar a. metode penelitian
kedua variabel quasy experiment
adalah sebesar dengan rancangan
0.780. pre-test posttest
Menunjukkan designt
bahwa terdapat b. variabel massage
hubungan yang endorphin suami
sangat erat terhadap intensiutas
(mendekati 1) nyeri persalinan
diantara c. subjek penelitian ibu
dukungan suami bersalin
dengan nyeri
persalinan.
BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Teori

1. Persalinan

a. Definisi Persalinan

Persalinan merupakansuatu kondisi fisiologis yang akan dialami

oleh setiap orang akan tetapi kondisi yang fisiologis yang akan dialami

oleh setiap orang. Akan tetapi kondisi yang fisiologis tersebut dapat

menjadi patologis apabila seorang ibu tidak mengetahui kondisi yang

fisiologis dan seorang penolong atau tenaga kesehatan tidak memahami

bagaimana suatu persalinan dikatakan fisiologis dan bagaimana

pentalaksanaannya sehingga dapat membantu menurunkan angka

kematian ibu sesuai dengan misi MDGs 2015 yang berganti menjadi

SDGs (Sustainable Development Goals).(5,8,16)

b. Bentuk persalinan dibagi kedalam beberapa jenis, diantaranya adalah :

1) Persalinan spontan, yaitu seluruh proses persalinan janin cukup

bulan (37-40 minggu) yang berlangsung dengan kekuatan ibu

sendiri melalui jalan lahir tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu

serta bayinya, persalinan ini umumnya berlangsung kurang dari 24

jam.

2) Persalinan buatan, yaitu proses persalinan yang dilakukan dengan

bantuan tenaga dari luar. Yang dimaksud tenaga dari luar adalah

14
15

menggunakan alat vakum, forceps atau melalui operasi caesar

untuk mengeluarkan janin karena terjadi kesulitan saat persalinan.

c. Tanda-tanda Persalinan: (5,8,16)

1) Penipisan dan pembukaan serviks

Mendekati persalinan, serviks semakin matang, dengan konsistensi

seperti pudding dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan

kemungkinan sedikit dilatasi. Perubahan serviks diduga terjadi

akibat peningkatan intensitas kontraksi Braxton hiicks.

2) Kontraksi Uterus

Mengakibatkan perubahan serviks

3) Blood show

Cairan lendir bercampur darah yang keluar melalui vagina

d. Tahap persalinan di bagi menjadi 4 kala : (5,8,16)

1) Kala I : Serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm,

disebut juga kala pembukaan.

Proses pembukaan serviks akibat kontraksi dibagi dalan 2 fase, yaitu:

a) Fase laten, fase disaat tubuh ibu mulai menuju proses persalinan. Fase

ini berlangsung 8 jam. Proses pembukaan terjadi amat lambat hingga

pembukaan serviks dari 0 mencapai diameter 3-4 cm.

b) Fase aktif, yang terbagi di dalam 3 fase lagi yaitu:

(1) Fase akselerasi yang terjadi dalam 2 jam disaat pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.
16

(2) Fase dilatasi maksimal yang terjadi dalam waktu 2 jam dan

pembukaan berlangsung dengan sangat cepat dari pembukaan 4

cm hingga pembukaan 9 cm.

(3) Fase deselerasi yang terjadi selama 2 jam dan pembukaan menjadi

melambat kembali dari pembukaan 9 cm hingga menjadi

pembukaan lengkap. Dan proses persalinan akan segera dimulai

untuk mengeluarkanjanin dari rahim.

2) Kala II : Kala pengeluaran, dimulai dari pembukaan

lengkap sampai dengan pengeluaran bayu

3) Kala III : Kala uri (kala pengeluaran plasenta dan selaput

ketuban). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus

uteri agak keatas pusat. Biasanya plasenta lepasa 6 sampai 15

menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan

pada fundus uteri.

4) Kala IV : Fase setelah plasenta dan zselaput ketuban dilahirkan

sampai dengan 2 jam post partum.

e. Proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : (5,8,16)

1) Power merupakan tenaga atau kekuatan untuk melahirkan yang

terdiri dari his atau kontraksi uterus, retraksi pada otot rahim dan

kontraksi otot bagian perut maupun diafragma tenaga meneran

dari ibu

2) Passage merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin

terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.


17

3) Passeger merupakan jalan lahir bayi yang diawali dengan

keluarnya kepala bayi sehingga semua bagian tubuh bayi serta

diikuti dengan keluarnya plasenta.

4) Psikologis ketika akan menjalani proses persalinan seperti stress,

takut, dan cemas akan memengaruhi lancarnya persalinan.

f. Perubahan Fisik pada Ibu Bersalin (5,8,16)

1) Perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan

2) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

3) Perubahan pada tekanan darah

4) Perubahan pada sistem metabolisme

5) Perubahan pada suhu tubuh

6) Perubahan pada detak jantung

7) Perubahan pada sistem pernafasan

8) Perubahan pada sistem renal

9) Perubahan pada sistem gastrointestinal

10) Perubahan pada sistem hematologi

g. Perubahan Psikologi pada Ibu Bersalin (5,8,16)

1) Memperlihatkan ketakutan atau kecemasan

2) Mengajukan banyak pertanyaan atau sangat waspada terhadap

sekelilingnya

3) Memperlihatkan tingkah laku sangat membutuhkan

4) Memperlihatkan tingkah laku minder, malu atau tidak berharga

5) Memperlihatkan kontraksi keras terhadap kontraksi ringan


18

6) Menunjukkan keteganggan otot dalam derajat tinggi

2. Nyeri

a. Pengertian (6)

Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada

suatu bagian tubuh. Nyeri seringkali dijelaskan dalam istilah proses

distruktif jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti

emosi, pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih lagi, setiap

perassan nyeri dan intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa cemas

dann keinginan kuat untuk melepaskan diri dari atau meniadakan

perasaan itu.

Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada

jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan

memindahkan stimulus nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan

emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan

jaringan akut atau potensial yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh.

Seringkali dijelaskan dalam istilah proses distruktif, jaringan seperti

ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan sakit, mual

dan takut, secara umum nyeri digambarkan sebagai keadaan yang tidak

nyaman, akibat dari ruda paksaan pada jaringan terdapat pula yang

menggambarkan nyeri sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional

yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan akut atau

potensial atau menggambarkan suatuistilah kerusakan.


19

Nyeri bisa terjadi karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada

daerah kulit diujung-ujung syaraf bebas yang disebut nosireseptor. Pada

kehidupan nyeri dapat bersifat lama dan ada yang singkat, berdasarkan

lama waktu terjadinya inilah maka nyeri dibagi menjadi dua, yaitu

1) Nyeri akut : sebagian terbesar diakibatkan oleh penyakit, radang, atau

injuri jaringan. Nyeri yang timbul secata mendadak dan cepat

menghilang, tidak melebihi 6 bulan, dan ditandai adanya peningkatan

tegangan otot.

2) Nyeri kronik : secara luas dipercaya menggambarkan penyakitnya.

Nyeri ini konstan dan intermiten yang menetap sepanjang suatu

periode waktu. Nyeri kronik sulit untuk menentukan awitnya. Nyeri ini

dsapat menjadi lebih berat yang dipengaruhi oleh lingkuna dan faktor

kejiwaan. Nyeri yang timbul secara perlahan- lahan biasanya

berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.

b. Jenis-jenis Nyeri : (6)

1) Nyeri stomatik superfisial (kulit)

2) Nyeri stomatik dalam

3) Nyeri visera

4) Nyeri alih

5) Nyeri neuropati
20

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri : (6)

1) Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada usia muda dan lansia. Perbedaan perkembangan

yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi

bagaimana usia muda dan lansia bereaksi terhadap nyeri Usia muda

cenderung sering kali dikaitkan dengan kondisi psikologis yang

masih labil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang

dirasakan menjadi lebih berat. Pada usia muda juga dipakai

sebagai salah satu faktor dalam menentukan toleransi terhadap nyeri.

Toleransi juga akan meningkat seiring bertambahnya usia dan

pemahaman terhadap nyeri

2) Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam

respon terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi sub-

yek penelitian yang melibatkan pria dan wanita, akan tetapi toleransi

terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan

merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa memperhatikan

jenis kelamin

3) Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa


21

yang diterima oleh kebudayaan mereka. Dengan demikian, hal ini

dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis dan sehingga terjadilah

persepsi nyeri.

4) Makna nyeri

Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

Individu akan mempersep-sikan nyeri dengan cara berbeda-beda

apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan,

hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang melahirkan

akan mempersepsikan nyeri, akibat cedera karena pukulan

pasangannya.

5) Perhatian

Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang

meningkat sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon

nyeri yang menurun.

6) Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

menimbulkan suatu perasaan ansietas.

7) Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan

sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.


22

8) Pengalaman sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu

akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan

datang.
23

9) Gaya koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat

merasa kesepian, gaya koping mempengaruhi mengatasi nyeri.

10) Dukungan keluarga dan sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah

kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka

terhadap klien.

d. Patofisiologi Nyeri (6)

Pemahaman tentang sumber nyeri, proses terjadinya nynri dan bagaimana

status psikologis pasien sangat penting untuk diketahui, karena

pemahaman ini akan berdampak pada pengkajian dan intervensi nyeri,

juga akan memberikan keuntungan dan membatasi kerugian dan

keterbatasan dari setiap intervensi nyeri yang dilakukan. Berdasarkan

proses fisiologis dan patofisiologis nyeri terbagi menjadi:

1) Mekanisme Neurofisiologik Nyeri

Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat dalam mengubah

stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi

dan persepsi nyeri pada daerah kulit dan terutama bagian superfiial

ini disebut sebagai sistem nosiseptif.


24

2) Transmisi Nyeri (6)

Reseptor Nyeri (Nosiseptor)

Reseptor nyeri (Nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit

yang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial

merusak. Stimulus tersebut dapat bersifat mekanik, termal dan kimia.

Berbeda dengan nosireseptor, pada viseroreseptor adalah reseptor

nyeri yang berada pada daerah sendi, otot skelet, fasia, tendon dan

kornea juga mempunyai potensi untuk mentransmit stimuli nyeri.

Namun demikian organ-organ besar (viseral) tidak

mengandung ujung saraf yang berespon hanya pada stimuli nyeri.

Nyeri yang berasal dari organ ini diakibatkan dari stimuli reseptor

yang kuat yang mempunyai tujuan lain. Sebagai contoh inflamasi,

regangan, iskemia, dilatasi dan spasme organ-organ internal yang

dapat menimbulkan nyeri yang hebat.

Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks.

Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit

dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel-sel mast,

folikel rambut dan kelenjar keringat. Setimulasi serabut ini

mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan

mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih ke arah

sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai

simpatis paravertebrata sistem saraf dan dengan organ internal yang


25

lebih besar. Sebagai akibat hubungan antara serabut saraf ini, nyeri

sering disertai dengan efek vasomotor, otonom dan viseral. Contoh

pada pasien nyeri akut, mungkin mengalami penurunan atau tidak

adanya pristaltik saluran pencernaan.

Meski aktivasi yang kuat dari serabut reseptor nyeri pada kulit

akan menyebabkan hubungan viseral dari serabut yang sama, hal

sebaliknya juga terjadi. Stimulasi kuat pada serabut cabang viseral

dapat mengakibatkan vasodilatasi dan nyeri pada area tubuh yang

berkaitan dengan serabut tersebut, dan hasilnya disebut nyeri alih.

3) Mediator Kimia dari Nyeri

Sejumlah substansi yang mempengaruhi sensitivitas ujung-ujung

saraf atau reseptor nyeri dilepaskan ke jaringan ekstraseluler sebagai

akibat kerusakan jaringan. Zat-zat kimiawi yang meningkatkan

transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin

dan substansi P Prostaglandin.

Selain zat kimiawi diatas, ada zat kimia lain yang berfungsi

sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri yaitu endorphin (berasal

dari kata : Endogeneus dan Morfin) dan enkefalin. Zat kimia ini

ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam sistem saraf pusat.

Serabut interneural inhibitor yang mengandung enkefalin, diaktifkan

oleh 1) serabut perifer non nosiseptor dan 2) serabut desenden.


26

Kadar endorphin beragam diantara individu. Beberapa teknik

yang mungkin efektif untuk mengurangi nyeri dengan menstimulasi

sekresi endorphin seperti plasebo, imaginasi terbimbing, dan lain-

lain.

4) Kornu Dorsalis dan Jaras Asenden

Kornus dorsalis dari medula spinalis dapat dianggap sebagai

tempat memproses sensori. Serabut sensori (seperti reseptor nyeri)

berakhir disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem neuronal

desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada

otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan

ke korteks serebri. Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada

sistem asenden harus diaktifkan.

Aktivasi nyeri terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri

yang terletak dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi

neuron dalam kornu dorsalis yang ketika diaktifkan menghambat atau

memutuskan transmisi informasi yang menyakitkan atau yang

menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Area ini sering disebut

"gerbang/gate". Kecenderungan alamiah gerbang/gate adalah

membiarkan semua input nyeri dari perifer yang mengaktifkan jaras

asenden dan mengakibatkan nyeri. Stimulasi dari neuron inhibitor

sistem asenden menutup gerbang untuk input nyeri dan mencegah

transmisi sensasi nyeri.


27

3. Konsep Nyeri Persalinan

a. Definisi Nyeri Persalian(5,6,9)

Rasa Nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami dari

tubuh manusia, yaitu suatu peringatan akan adanya bahaya. Pada

kehamilan dan persalian ransa nyeri diartikan sebagai sebuah sinyal untuk

memberitahukan kepada ibu bahwa dirinya telah memasuki tahapan proses

persalinan. Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya

kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan

rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha.

Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks).

Dengan adanya pembukaan serviks ini maka akan terjadi persalinan.

b. Fisiologi Nyeri Persalinan

Mekanisme nyeri :

Nyeri berdasarkan tingkat kedalaman dan letaknya. Rasa nyeri yang

dialami selama persalinan memiliki dua jenis menurut sumbernya yaitu

1) Nyeri Visetal : rasa nyeri yang dialami ibu karena perubahan serviks

dan iskemia uterus pada persalinan kala I. Kala I fase laten lebih banyak

penipisan di serviks sedangkan pembukaan serviks dan penurunan

daerah terendah janin terjadi pada fase aktif dan transisi. Ibu akan

merasakan nyeri yang berasal dari bagian bawah abdomen dan

menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha. Ibu


28

biasanya mengalami nyeri hanya selama kontraksi dan bebas rasa nyeri

pada interval antar kontraksi.

2) Nyeri Stomatik : nyeri yang dialami ibu pada akhir kala I dan Kala II

persalinan.

a) Peregangan perineum, vulva

b) Tekanan uteri servikal saat kontraksi

c) Penekanan bagian terendah janin secara progresif pada fleksus

lumboskral, kandung kemil, usus dan struktur sensitif panggul

yang lain .

c. Teori kontrol gerbang ( Gate Control Theory)

Menyatakan bahwa selama proses persalinan implus nyeri berjalan

dari uterus sepanjang serat-serat syaraf besar kearah uterus ke substansia

gelatinosa di dalam spina kolomna, sel-sel transmisi memproyeksikan

pesan nyeri ke otak. Teori Gate Control menyatakan bahwa selama proses

persalinan impuls nyeri berjalan dari uterus sepanjang serat-serat syaraf

besar kea rah uterus ke substansia gelatinosa di dalam spinal kolumna,

sel-sel transmisi memproyeksikan pesan nyeri ke otak. Adanya stimulasi

(seperti vibrasi, mengisok-gosok atau massage) mengakibatkan pesan

yang berlawanan yang lebih kuat, cepat dan berjalan sepanjang serat

syaraf kecil. Pesan yang berlawanan ini menutup gate di substansi

gelatinosa lalu memblokir pesan nyeri sehingga otak tidak mencatat pesan

nyeri tersebut.
29

Mekanisme secara intrinsik pada nyeri persalinan kala I

seluruhnya terjadi pada uterus dan adnexa selama kontraksi berlangsung.

Beberapa penelitian awal menyatakan nyeri disebabkan karena:

1) Penekanan pada ujung-ujung saraf antara serabut otot dari korpus

fundus uterus.

2) Adanya iskemik miomerium dan serviks karena kontraksi sebagai

konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus atau karena adanya

vasokontriksi akibat aktivitas berlebihan dari saraf simpatis.

3) Adanya proses peradangan pada otot uterus

4) Kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim menyebabkan rasa

takut yang memacu aktivitas berlebih dari system saraf simpatis.

5) Adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah rahim. Banyak data

yang mendukung hipotesis nyeri persalinan kala I terutama disebabkan

karena dilatasi serviks dan segmen bawah rahim oleh karena adanya

dilatasi, peregangan dan kemungkinan robekan jaringan selama

kontraksi.

Rasa nyeri pada setiap fase persalinan dihantarkan oleh segmen

syaraf yang berbeda-beda. Nyeri pada kala satu terutama berasal dari

uterus

d. Tingkat Nyeri dalam Persalian

Intensitas rasa nyeri persalinan bisa ditentukan dengan cara

menanyakan tingkatan intensitas atau merajuk pada skala nyeri. Hal ini
30

dilakukan ketika ibu tidak dapat menggambarkan rasa nyeri. Contohnya,

skala 0-10 (skala numeric), skala deskriptif yang menggambarkan

intensitas tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan, skala dengan

gambar kartun profil wajah dan sebagainya. Intensitas nyeri rata-rata ibu

bersalin kala I fase aktif digambarkan dengan skala VAS sebesar 6-7

sejajar dengan intensitas berat pada skala deskriptif

e. Penyebab Rasa Nyeri Persalinan

1) Kontraksi Otot Rahim

Kontraksi rahim menyebabkna dilatasi dan penipisan servik serta

iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim

merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri

visceral. Nyeri ini dapat dirasdakan orang lain yang bukan merupakan

asalnya disebut nyeri alih (reffered pain). Pada persalinan nyeri alih

dapat dirasakan pada punggung bagian bawah dan sacrum.

2) Renggangan Otot Dasar Panggul

Nyeri ini terlokalisir didaerah vagina, rectum dan perineum, sekitar

anus. Nyeri ini disebut nyeri somatic dan disebabkan perengangan

struktur jalan lahir bagian bawah akibat peniruan bagian terbawah

janin.

3) Episiotomy

Nyeri dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, tindakan ini

dilakukan sebelum janin lahir mengalami laserasi maupun rupture

pada jalan lahir


31

4) Kondisi psikologis

Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone prostatglandin

sehingga timbul stress.

f. Faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri persalinan

1) Budaya

Beberapa budaya mengharapkan (sabar dan membiarkannya) sedang

budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan

perasaan.Penting bagi perawat maternitas untuk mengetahui

bagaimana kepercayaan, nilai, praktik budaya mempengaruhi seorang

ibu dalam mempresepsikctn dan mengekspresikan nyeri persalinan.

2) Emosi

stress atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan

kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan.

Karena saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stress

maka secara otomotis tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga

secara otomatis dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan

hormon stressor yaitu hormon Katekolamin dan hormon Adrenalin,

Katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat

persalinan jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya

sebelum melahirkan, berbagai respon tubuh yang muncul antara lain

dengan "bertempur atau lari' ("fight or flight"). Dan akibat respon

tubuh tersebut maka uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran


32

darah dan oksigen ke dalam otot - otot uterus berkurang karena arteri

mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tak

terelakkan. Maka dari itu, ketika ibu yang sedang melahirkan ini dalam

keadaan rileks yang nyaman, semua lapisan otot dalam rahim akan

bekerja sama secara harmonis seperti seharusnya. Dengan begitu

persalinan akan berjalan lancar, mudah dan nyaman. Apabila ibu

sudah terbiasa dengan latihan relaksasi, jalan lahir akan lebih mudah

terbuka. Sebaliknya, apabila ibu dalam keadaan tegang, tekanan kepala

janin tidak akan membuat mulut rahim terbuka. Yang dirasakan

hanyalah rasa sakit dan sang ibu pun bertambah panik dan stress. Pada

saat tubuh dalam keadaan stres, hormon stres yaitu katekolamin akan

dilepaskan, sehingga tubuh memberikan respon untuk "bertempur atau

lari'. Namun sebaliknya dalam kondisi yang rileks justru bisa

memancing keluarnya hormon endorphine, penghilang rasa sakit yang

alami di dalam tubuh. Menurut para ahli, endorphine ini efeknya 200

kali lebih kuat daripada morfin.

3) Pengalaman persalinan

Bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit

pada persalina sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada

pengalaman lalu akan mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri

4) Support system
33

Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan

dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin,juga membantu

mengatasi rasa nyeri.


34

5) Persiapan persalinan

Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung

tanpa nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk

mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga

ibu dapat memilih berbagai teknik atau metode latihan agar ibu dapat

mengatrasi ketakutannya.

6) Kepribadian

Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara

alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stres

dibanding wanita yang rileks dan percaya diri.

7) Kelelahan

Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin

sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari

akhir masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa sakit.

g. Penatalaksanaan Nyeri Persalian

1) Metode Farmakologi

Antara lain :

a) Analgesia narkotik ( Mereperidine, Nalbuphine, Butorphanol,

Morfin Sulfate Fentanyln)

b) Analgesia regional (Epidural, spinal dan kombinasinya)

c) ILA (Intra Thecal Labor Analgesia)


35

2) Metode Nonfarmakologi

a) Musik

b) Posisi, postur

c) Metode panas dingin

d) Teknik bernafas dengan benar

e) Lingkungan persalinan

f) Accupressure

g) Accupuctur

h) Massage

i) Aroma terapi

j) Metode hypnobirthing

h. Pengukuran Skala Nyeri

1) Intensitas nyeri

Minta individu untuk membuat tingkatan nyei pada skala verbal.

Misal; tidak nyeri, sedikit nyeri, nyer sedang, nyeri berat, hebat atau

sangat nyeri, atau dengan membuat skala nyeri yang sebelumnya

bersifat kualitati menjadi bersifat kuantitatif dengan menggunakan

skala ( - 10 yang bermakna 0= tidak nyeri dan 10= nyeri sanga hebat.

2) Karakteristik nyeri

Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri,

durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus

menerus, hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya


36

intensitas) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri

dalam atau superfisial, atau bahkan seperti di gencet)

Karakteristik dapat juga dilihat nyeri berdasarkan metode PQRST, P

Provocate, Q Quality, R Region, S Severe, T Time. Berikut keterangan

lengkapnya ;

a) P: Provocate, tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab

terjadinya nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan

bagian-bagian tubuh mana yang mengalami cidera termasuk

menghubungkan antara nyeri yang di derita dengan factor

psikologisnya, karena bias terjadi terjadinya nyeri hebat karena dari

factor psikologis bukan dari lukanya.

b) Q : Quality, kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subyektif yang

diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendiskripsikan nyeri

dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau

superfisial, atau bahkan seperti di gencet.

c) R : Region, untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta

penderita untuk menunjukkan semua bagian / daerah yang dirasakan

tidak nyaman. Untuk melokalisasi |l blh i >osifik maka sebaiknya

tenaga kesehatan meminta penderita untuk menunjukkan daerah

yang nyerinya minimal sampai kea rah nyeri yang sangat. Namun

hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri yang dirasakan bersifat

menyebar atau difuse.


37

d) S: Severe, tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif

yang dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana

kualitas nyeri, kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggunakan

skala yang sifatnya kuantitas.

Gambar 2.1 : skala atau pengukuran nyeri

Banyak instrumen pengkajian yang dapat digunakan dalam pengukuran

atau menilai tingkat nyeri dan masing-masing memiliki kekurangan dan

kelebihan dalam penerapannya. Dalam pemilihan instrumen pengkajian

nyeri diperlukan pertimbangan yang sesuai dengan karakteristik nyeri

yang dialami oleh individu yang akan diukur tingkat nyerinya. Salah

satu instrumen nyeri yang digunakan adalah sebagai berikut.

1) Skala Nyeri Numerik (Numeric Rating Scale/NRS)

Numeric Rating Scale (NRS) digunakan untuk menilai intensitas atau

keparahan nyeri dan memberi kebebasan penuh klien untuk

mengidentifikasi keparahan nyeri. Intensitas nyeri pada skala 0 tidak


38

terjadi nyeri, intensitas nyeri ringan pada skala 1 sampai 3, intensitas

nyeri sedang pada skala 4 sampai 6, dan intensitas nyeri berat pada

skala 7-10.

Gambar 2.2: skala Ukur NRS

Tabel 2.1: Skala Ukur Numeric Rating Scale (NRS)

Tingkat
Skor Skala Deskripsi
Nyeri
1 Tidak Nyeri 0 Nyeri normal atau tidak nyeri

2 Nyeri Ringan Skala 1 Sangat ringan nyaris tidak


terlihat, seperti gigitan nyamuk
Tidak mengganggu atau gatal.
kegiatan. Mampu Skala 2 Sakit ringan, seperti mencubit
beradaptasi dengan rasa ringan lipatan kulit antara ibu
sakit dengan alat seperti jari dan jari pertama dengan
bantal. tangan lain, dengan
menggunkan kuku.
Skala 3 Cukup sakit, seperti memotong
disengaja atau dokter
memberikan suntikan, rasa sakit
tidak begitu kuat.
3 Nyeri Sedang Skala 4 Sakit yang cukup dalam, seperti
sakit gigi, rasa sakit awal dari
Menggunakan dengan sengatan lebah, trauma minor
banyak kegiatan. kebagian tubuh, seperti
Membutuhkan terbentur tembok, jadi penderita
perubahan gaya hidup, tidak bisa beradaptasi.
tetapi pasien tetap Skala 5 Nyeri kuat yang dalam, seperti
mandiri dan tidak dapat pergelangan kaki terkilir ketika
beradaptasi dengan rasa berdiri ditasnya nyeri
sakit. punggung. Aktivitas terbatasi.
Skala 6 Kuat, mendalam, rasa sakit
menusuk begitu kuat. Penderita
mulai kesulitan melakukan
39

pekerjaan. Sebanding dengan


sakit kepala migrane
4 Nyeri Berat Skala 7 Sama dengan skala 6 kecuali
rasa sakit sepenuhnya
mendominasi indera,
menyebabkan penderita berpikir
tidak jelas sekitar setengah
waktu. Sebanding dengan
migraine.
Skala 8 Nyeri begitu kuat, dimana
seseorang tidak dapat lagi
berpikir jernih sama sekali jika
rasa sakit telah hadir untuk
waktu yang lama. Sebanding
dengan melahirkan.
Skala 9 Sakit yang begitu kuat, dimana
penderita tidak bisa mentolerir
dan permintaan penghilang rasa
sakit atau operasi, tidak peduli
apa efek sampingnya.
5 Nyeri Sangat Berat Skala 10 Rasa sakit yang tidak tertahan.
Kebanyakan orang tidak pernah
mengalami tingkat rasa nyeri.
Mereka mengalami kecelakaan
parah, seperti tangan hancur dan
kehilangan kesadaran sebagai
akibat dari rasa sakit dan
kehilangan darah.

e) T : Time, tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan

rangkaian nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri,

berapa lama menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-lain.

4. Massage Endorphin

a. Massage (2,4,5,7,9)

Massage adalah massage pada bahu, leher, wajah, dan punggung

bisa meredakan ketegangan otot serta memberi rasa relaks. Sirkulasi

darah juga menjadi lancar sehingga nyeri berkurang. Massage pada


40

bahu, leher, wajah, dan punggung bisa meredakan ketegangan otot serta

memberi lancar sehinnga nyeri berkurang.

Beberapa wanita merasa nyaman bila bagian belakang tubuh

sebelah bawah dimassage selama menghadapi proses persalinan. Kadang

dilakukan pada daerah tulang ekor. Beberapa wanita minta dimassage

pada saat-saat diantara kontraksi tiba. Untuk membuatnya rileks.

b. Massage Endorphin

Massage endorphin merupakan suatu metode sentuhan ringan

yang dikembangkan pertama kali oleh constance palinsky yang digunakan

untuk mengelola rasa sakit. Teknik ini bisa dipakai untuk mengurangi rasa

tidak nyaman selama proses persalinan dan meningkatkan relaksasi

dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Teknik

sentuhan ringan juga menormalkan denyut jantung dan tekanan darah.

Sentuhan ringan ini mencakup massage yang sangat ringan yang bisa

membuat bulu-bulu halus pada permukaan kulit berdiri. Riset

membuktikan bahwa teknik ini meningkatkan pelepasan endorphin dan

oksitosin(1)

Endorphin berasal dari kata endogenous dan morphine yang

merupakan molekul protein yang diproduksi sel-sel dari sistem syaraf dan

beberapa bagian tubuh yang berguna untuk bekerja bersama reseptor

sedativa untuk mengurangi rasa sakit. Reseptor analgesik ini diproduksi di

spinal cord dan ujung syaraf endorphin merupakan polipeptida-

polipeptida yang terdiri dari 30 unit asam amino. Opioid-opioid hormon-


41

hormon penghilang stress seperti kortikotrofin, kortisol dan katekolamin

(adrenalin-Noradrenaline) yang dihasilkan tubuh untuk mengurangi stress

dan menghilangkan rasa nyeri.

c. Waktu Massage Endorphin

Masssage ini boleh dilakukan pada saat umur kehamilan lebih dari

36 minggu, dengan alasan, karena hormon oksitosin yang keluar bisa

merangsang timbulnya kontraksi, boleh dilakukan pula saat persalinan

dan nifas. Teknik massage endorphin ini juga sangat mendukung teknik

relaksasi yang dalam dan membantu membentuk ikatan antara ibu, suami

dan janin dalam kandungannya.

d. Manfaat Massage Endorphin

Tubuh menghasilkan sedikitnya 20 endorphin yang berbeda

manfaat dan kegunaannya (masih diteliti). Beta-endorphin muncul

sebagai endorfin yang kelihatannya untuk memiliki pengaruh yang paling

di otak dan tubuh selama latihan; itu adalah satu jenis hormon peptida

yang dibentuk sebagian besar oleh tyrosine, satu asam amino.

Struktur yang molekular adalah sangat serupa dengan morfin

hanya dengan kekayaan kimia yang berbeda. Dan berikut kegunaan dari

endorphin:

1) Mengendalikan rasa saikit yang persisten/ menetap

2) Mengendalikan potensi kecanduan akan chocolate

3) Mengendalikan perasaan frustrasi dan stress


42

4) Mengatur produksi dari hormon pertumbuhan dan sex

5) Mengurangi gejala-gejala akibat gangguan makan

Karena endorphin adalah hormon yang alami yang diproduksi oleh

tubuh manusia, maka endorphin adalah penghilang rasa sakit yang terbaik.

endorphin dapat diproduksi secara alami dengan cara melakukan aktivitas

seperti meditasi, melakukan pernafasan dalam, makan makanan yang

pedas, atau melalui acupuncture treatments atau chiropractic. Walaupun

perlu riset yang lebih lanjut namun endorphin dipercayai memproduksi

empat kunci bagi tubuh dan pikiran: yaitu meningkatkan sistem kekebalan

tubuh / the immune system, mengurangi rasa sakit, mengurangi stress, dan

memperlambat proses penuaan. Para ilmuwan juga menemukan bahwa

beta-endorphin dapat mengaktifkan NK (Natural Killer) cells pada tubuh

manusia dan mendorong sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel

kanker.

e. Massage endorphin dalam dunia kebidanan

Dalam dunia kebidanan, Constance palinsky mengembangkan

massage endorphin sebagai teknik sentuhan ringan selama melakukan

riset tentang mengelola rasa sakit dan relaksasi. Teknik ini bisa dipakai

untuk mengurangi perasaan tidak nyaman atau nyeri selama proses

persalinan dan meningkatkan relaksasi dengan memicu perasaan nyaman

melalui permukaan kulit. Teknik sentuhan ringan juga dapat

menormalkan denyut jantung dan tekanan darah. Sentuhan ringan


43

mencakup pemijitan sangat ringan yang bisa membuat bulu-bulu halus

berdiri. Riset membuktikan bahwa tehnik ini meningkatkan pelepasan

oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi persalinan.

f. Cara melakukan Massage Endorphin

1) Cara 1

a) Anjurkan ibu untuk mengambil posisi senyaman mungkin, bisa

dilakukan dengan duduk, atau berbaging miring. Bidan atau suami

untuk duduk dengan nyaman di samping atau dibelakang ibu.

b) Anjurkan ibu untuk bernafas dalam, sambil memejamkan mata

dengan lembut untuk beberapa saat. Setelah itu bidan atau suami

mulai mengelus permukaan luar lengan ibu, mulai dari tangan

sampai lengan bawah. Belaian ini sangat lembut dan dilakukan

dengan menggunakan jari-jemari atau hanya ujung-ujung jari.

Gambar 2.3: Massage endorpin posisi dan belaian di tangan

c) Setelah sekitar 5 menit, minta suami untuk berpindah ke

lengan/tangan yang lain. Walaupun sentuhan ringan ini dilakukan

di kedua lengan ibu, ibu akan merasakan bahwa dampaknya sangat

menenangkan di sekujur tubuh. Teknik ini juga bisa diterapkan


44

dibagian tubuh lain, termasuk telapak tangan, leher, dan bahu, serta

paha.

d) Meski sentuhan ringan hanya dilakukan di kedua lengan, terapi

dampaknya luar biasa. Anda akan merasa bahwa seluruh tubuh

menjadi rileks dan tenang. Teknik sentuhan ringan ini sangat

efektif jika dilakukan di bagian punggung. Caranya, ibu dianjurkan

untuk berbaring miring, atau duduk. Dimulai dari leher, memijat

ringan membentuk huruf V kearah luar menuju sisi tulang rusuk.

Pijatan - pijatan ini terus turun kebawah, kebelakang. Ibu di

anjurkan untuk relaks dan merasakan sensasinya.

Gambar 2.4 : Massage endorpin di punggung

e) Saat melakukan sentuhan ringan tersebut anjurkan untuk

menyentuh perut ibu dari belakang.

Gambar 2.5 : Massage endorpin pemberian sugesti dijanin

2) Cara 2

Teknik sentuhan ringan ini juga sangat efektif jika dilakukan


di bagian punggung.
45

a) Ambil posisi berbaring miring atau duduk. Jika anda memilih


posisi duduk, bisa diatas kursi, tempat tidur, atau paling nyaman di
gym ball
b) Suami melakukan pijatan lembut dan ringan atau arah bahu kiri
dan kanan membentuk huruf V, ke arah tulang ekor
c) Terus lakukan pijatan-pijatan ringan ini berulang-ulang
d) Setelah melakukan massage endorphin, sebaiknya suami langsung
memeluk istrinya sehingga tercipta suasana yang benar-benar
menenangkan.
5. Perdamping Persalinan (5,7,9)

a. Bidan adalah orang yang diharapkan ibu sebagai pendamping persalinan

yang dapat diandalkan serta mampu memberikan dukungan, bimbingan

dan pertolongan persalinan. Asuhan yang sifatnya mendukung berarti

bersifat aktif hdan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

b. Selain bidan pendukung persalinan dapat diberikan oleh orang terdekat

seperti suami

Massage lembut yang dilakukan suami di daerah punggung dan panggul akan

membuat lebih nyaman dan lebih tenang karena massage dan sentuhan yang

menimbulkan rangsangan rasa nyaman akan lebih cepat dikirim ke otak

daripada rangsangan rasa sakit. Sehinggarasa sakit akan ditutupi oleh rasa

nyaman dan dapat mengurangi nyeri kontraksi. massage dan sentuhan suami

pada ibu yang akan melahirkan terbukti dapat meningkatkan pelepasan zat

oksitosin, yaitu suatu hormon penghilang stress, menormalkan denyut jantung

dan tekanan darah. Sehingga ibu bisa lebih rileks dan nyaman.

Kehadiran suami di ruang persalinan juga akan menambah rasa percaya diri

ibu. Suami dapat meningkatkan dan menuntun ibu tentang terknik pernapasan
46

yang telah dipelajari bersama. Suami dapat menuntun ibu untuk untuk berdoa

agar persalinan berjalan dengan lancar. Suami dapat menjadi penghubung

antara ibu dengan dokter atau bidan yang menolong persalinan.

Kata-kata penyemangat dari suami akan memberikan energi kekuatan pada ibu

ketika timbul rasa lelah dan tidak bertenaga. Apabila ibu yang mengalami

persalinan sulit dukungan dari suami dan tim medis membuat ibu tetap

berpikiran positif. Adanya kehadiran dan dukungan suami saat proses

kelahiran membuat ikatan yang kuat antara ibu, suami dan bayinya.

Tugas suami pada hari kelahiran diantaranya, yaitu :

1. Menghitung waktu kontraksi saat masih berada di rumah

2. Memastikan membawa barang bawaan yang sudah dipersiapkan

3. Mengurus transportasi untuk berangkat ke tempat persalinan

4. Berkomunikasi dengan dokter kandungan atau bidan yang membantu

proses persalinan

5. Membeli dan mempersiapkan makanan atau keperluan lain

6. Memberikan ketenangan pada ibu ketika rasa sakit akibat kontraksi

datang

7. Membantu ibu untuk mengambil posisi persalinan

8. Memberi semangat ibu untuk mengejan

9. Menghubungi pihak keluarga

10. Suami dapat turut menggunting ari-ari bayi

11. Suami bertugas memberi azan pada bayi bila beragam islam
47

B. KERANGKA TEORI
Persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Dampak :
Tanda Persalinan
a. Tenaga menurun
a. Dilatasi Serviks Nyeri Persalinan b. Kelelahan Kematia
b. Kontraksi Uterus
c. Partus lama n
c. Blood Show

Faktor yang Klasifikasi


Manajemen nyeri
mempengaruhi nyeri
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
Faktor Farmakologi Non Farmakologi
a. Usia a. Anastesi a. Teknik Relaksasi
b. Budaya b. analgesik b. Massage
c. Emosi c. Musik
d. Pengalaman d. Aroma terapi
persalinan e. Kompres hangat,dingin
e. Support system f. hypnobirthing
f. Persiapan persalinan
g. Kelelahan
Massage endorphin Bidan
Suami

a. Kehadiran suami Pengaruh di otak dan tubuh a. Bidan memberikan


menambah rasa (betha endorphin) perasaan kehadiran
percaya diri ibu untuk menenangkan
b. Suami menjadi b. Bidan membimbing
penghubung antara ibu Teknik sentuhan ringan di ibu selama
dengan tenaga permukaan kulit kontraksi,
kesehatan mendengarkan dan
c. Menambah ikatan melakukan
batin yang kuat antara observasi
Fungsi massage endorpine c. Mampu
ibu, suami
a. Dukungan pendamping menempatkan
d. suami mendampingi
persalian pasien dalam
dan membantu ibu
b. Meningkatkan pelepasan zat keadaan yakin
selama dan sesudah
oksitosin
kontraksi persalinan
c. Meningkatkan denyut jantung
dan tekanan darah
d. Endorphin menghambat
transmisi dari pesan nyeri

Hasil observasi nyeri


persalinan

Bagan 2.1 : Kerangka Teori (2,4,5,7)


48

C. KERANGKA KONSEP

Variabel Independent Variabel dependent

Massage
endorphin suami
Intensitas nyeri
persalinan

Massage
endorphin bidan

Skema 2.2 : Kerangka konsep

D. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hasil tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.(11,12,14)

1. Variabel bebas (Independent)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain variabel bebas merupakan stimulasi yang

diberikan pada klien untuk mempengaruhi tingkah laku klien. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah massage endorphine.

2. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan

ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri persalinan.


49

E. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Hipotesis penelitian ini adalah : (11,12,14)

Ho ditolak : Ada perbedaan efektivitas massage endorphine suami dan bidan

terhadap intensitas nyeri persalinan


54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment,

karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap

terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan

variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel

dependen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan

sampel tidak dipilih secara random. (11,12,14)

Jenis penelitian menggunakan rancangan pretest-posttest with

control group, pada desain penelitian ini dilakukan pretest sebelum diberi

perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat,

karena dapat membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan. Observasi

dalam penelitian ini hasil skala nyeri sesudah diberikan massage endorphine

suami dan bidan . Bentuk desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pretest Perlakuan Posttest

(massage endorphin suami) O1 X1 O2

(massage endorphin bidan) O3 X2 O4


Keterangan :

X1 : Intervensi (Pelaksanaan massage endorphin suami)

X2 : Intervensi (Pelaksanaan massage endorphin bidan)

O1 : Observasi sebelum diberikan perlakuan massage endorphin suami


55

O2 : Observasi sesudah diberikan perlakuan massage endorphin suami

O3 : Observasi sebelum diberikan perlakuan massage endorphin bidan

O4 : Observasi sesudah diberikan massage endorphin bidan

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan turun

penelitian, dari bulan Maret 2019 sampai dengan Desember 2019.

2. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di RS Bakti Wira Tamtama Semarang.

C. Definisi Operasional

Definisi oprasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Definisi

operasional merupakan variabel-variabel yang akan diteliti secara operasional

di lapangan, bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau

pengamatan terhadap variabel yang akan diteliti serta untuk pengembangan

instrumen.
56

Tabel 3.1 : Defenisi Opersaional

Skala
Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Pengukur
an
Massage Teknik sentuhan dan Standar - -
endorphin pemijatan ringan Oprasional
menggunakan ujung jari Prosedur
tangan selama 5-10 menit, (SOP)
diawali dengan massage
menganjurkan ibu untuk endorphin
melakukan teknik nafas
dalam dan rileksasi sambil
memejamkan mata untuk
beberapa saat. Sentuhan
tangan sampai lengan
bawah, punggung
membentuk huruf v
menuju tulang ekor,
kemudian dilanjutkan
dengan pemijatan dan
mengelus lembut bagian
punggung ibu, dilanjutkan
paha sampai telapak kaki
bergantian kanan dan kiri,
meletakkan kedua tangan
di perut, mengelus dengan
belaian lembut
menggunakan ujung-ujung
jari tangan. Dilakukan
setiap ada kontraksi.
Tingkat Rasa sakit yang dirasakan Menggunak Tidak nyeri : 0 Ordinal
nyeri ibu bersalin karena an lembar Nyeri ringan :
persalinan kontraksi uterus dan observasi 1-3
dilatasi serviks lembar Nyeri sedang :
(pembukaan 4-8) yang pengkajian 4-5
menimbulkan rasa sakit nyeri NRS Nyeri berat
pada pinggang, sifatnya berkontraksi : 7-
hilang timbul dan 9
dirasakan pada saat Nyeri berat tidak
kontraksi dan hilang saat terkontrol : 10
relaksasi
57

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (11,12,14)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang melahirkan

pada bulan Desember 2019 bila dengan estimasi sejumlah 112 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili

atau representatif populasi. Sampel sebaiknya memenuhi kriteria yang

dikehendaki, sampel yang dikehendaki merupakan bagian dari populasi

target yang akan diteliti secara langsung. (11,12,14)

Rumus federer adalah rumus atau jumlah subjek untuk penelitian

eksperimental. Rumusnya federer yaitu:

(t-1) (n-1) < 15

Keterangan :

t = Jumlah kelompok

n = Jumlah subjek per kelompok

Sampel penelitian

(t-1) (n-1) < 15

(2-1) (n-1) < 15

2n-1 < 15

2n < 15
58

n < 16

Berdasarkan perhitungan sampel diatas diperoleh jumlah sampel

32 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 kelompok massage

endorpin suami dan 16 kelompok massage endorphin bidan.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi

dalam penelitian.(11,12,14) Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan teknik purposive sampling, dimana pemilihan sampel

dengan menggunakan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan peneliti

sebelmunya.(11,12,14) Penelitian ini menggunakan 32 responden dibagi dua

kelompok dimana peneliti membagi masing-masing 16 responden untuk

massage endorphin suami dan 16 responden untuk massage endorphin

bidan.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada

populasi target dan sumber.(11,12,14) Kriteria inklusi pada penelitian ini

adalah :

1) Ibu bersalin RS Bakti Wira Tamtama Semarang

2) Ibu bersalin dengan status persalinan normal

3) Kondisi normal saat persalinan

4) Kondisi persalinan dengan induksi

5) Dapat diajak komunikasi dengan baik

6) Bersedia menjadi responden


59

7) Ibu bersalin kala I fase aktif pembukaan 4-8 cm

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eklusi adalah kriteria dari subjek peneliti yang tidak boleh ada,

dan jika subjek mempunyai kriteria eklusif maka subjek harus

dikeluarkan dari penelitian.(11,12,14) Kriteria eklusi pada penelitian ini

adalah:

1) Ibu bersalin dan janin yang mengalami komplikasi

2) Ibu bersalin dengan persiapan persalinan SC

3) Ibu bersalin yang tidak bersama suami di tempat persalinan

4) Ibu bersalin yang memiliki trauma atau luka dibagian punggung

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen / alat penelitian

Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menggumpulkan data atau

informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.

Instrumen penelitian adalah alat–alat yang digunakan untuk

menggumpulkan data.(11,12,14) Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah kuesioner dan lembar observasi, yang terdiri dari dua bagian :

a. Bagian A : Berisi karakteristik responden yang meliputi umur, paritas

usia kehamilan ibu.

b. Bagian B : Numeric Rating Scale (NRS)

Untuk mengukur tingkat nyeri pada ibu bersalin menggunakan NRS.

Rentang skor antara 0 sampai dengan 10


60

c. Standar Operasional Prosedur (SOP) massage endorphin

2. Validitas dan reliabilitas

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

observasi atau pemeriksaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan

tindakan, dan juga terdapat lembar observasi berupa SOP. Kemudian alat

yang dipakai untuk massage adalah minyak.

F. Teknik pengumpulan data

Merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data.

1. Jenis Pengumpulan Data

Ada 2 metode untuk memperoleh data yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah sumber informasi yang diperoleh melalui

responden. Data primer dalam penelitian ini adalah berdasarkan

pengisian lembar observasi tingkat nyeri pada ibu bersalin sebelum

dan sesudah pada kelompok yang dilakukan massage endorpin suami

dan massage endorphin bidan

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber informasi data yang didapat tidak

secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang

sudah jadi yang dapat dikumpulkan dari pihak lain. Data sekunder
61

dalam penelitian ini adalah patograf dan jumlah persalinan di RST

Semarang.

2. Prosedur Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang akan dilakukann dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

1) Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada

Stikes Karaya Husada Semarang untuk melakukan penelitian

diserahkan ke RS Bakti wira Tamtama Semarang.

2) Setelah mendapat surat ijin untuk melakukan penelitian dari Stikes

Karya Husada semarang, peneliti mendatangi lokasi penelitian

yaitu di RS Bakti Wira Tamtama Semarang peneliti melakukan

konfirmasi kepada pihak RS Bakti Wira Tamtama Semarang untuk

mengajukan ijin penelitian

3) Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke RS Bakti

Wira Tamtama Semarang

4) Peneliti memperoleh surat ijin penelitian dari RS Bakti Wira

Tamtama Semarang

b. Tahap Pelaksanaan

1) Peneliti datang ke RS Bakti Wira Tamtama Semarang untuk

melakukan penelitian dengan menggunakan teknik purposive

sampling.
62

2) Peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian dan

keikut sertaan dalam penelitian ini kepada sampel penelitian. Bagi

yang setuju berpartisipasi dalm penelitian ini diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent).

3) Peneliti membagikan lembar persetujuan penelitian kepada

responden penelitian yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian

untuk ditandatangani.

4) Pengukuran tingkat nyeri pada ibu bersalin dilakukan pada saat

puncak his.

5) Peneliti mengobservasi tingkat nyeri pada ibu bersalin sebelum

pada kelompok massage endorphin suami.

6) Peneliti mengobservasi tingkat nyeri pada ibu bersalin sebelum

pada kelompok massage endorphin bidan.

7) Peneliti memberikan massage endorphine. Ambil posisi berbaring

miring atau duduk. Teknik sentuhan ringan ini sangat efektif jika

dilakukan di bagian punggung. Dimulai dari leher, memijat ringan

membentuk huruf V kearah luar menuju sisi tulang rusuk. Pijatan -

pijatan ini terus turun kebawah menuju tulang ekor, kebelakang.

Ibu di anjurkan untuk relaks dan merasakan sensasinya. Saat

melakukan sentuhan ringan tersebut anjurkan untuk menyentuh

perut ibu dari belakang Setelah melakukan endorphine massage

sebaiknya suami memeluk istrinya, sehingga tercipta suasana yang


63

benar - benar menenangkan. Mengevaluasi tindakan tersebut dan

melakukan dokumentasi.

8) Peneliti mengobservasi tingkat nyeri pada ibu bersalin pada

kelompok sesudah dilakukan massage endorphin suami

9) Peneliti mengobservasi tingkat nyeri pada ibu bersalin pada

kelompok sesudah dilakukan massage endorphin bidan

10) Lembar observasi yang telah terisi lengkap dilanjutkan pengolahan

data.

c. Tahap Penentuan Enumerator

1) Peneliti dibantu oleh 2 enumerator untuk kontrol. Enumerator

adalah orang yang membantu dalam proses penelitian. Enumerator

dalam penelitian adalah bidan. Kriteria enumerator pendidikan

Diploma III bidan, mempunyai sertifikat Asuhan Persalinan

Normal (APN) dan lama kerja minimal 1 tahun.

2) Peneliti kemudian menyamakan persepsi dengan enumerator yang

dilakukan dengan cara :

a) Peneliti terlebih dahulu menjelaskan kepada enumerator

untuk menyamakan persepsi penelitian ini.

b) Peneliti dan enumerator telah menentukan responden yang

akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian sesuai

dengan kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti. Peneliti

kemudian menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian


64

kepada enumerator. Peneliti kemudian membagi tugas

bersama kepada enumerator.

d. Evaluasi

1) Peneliti mengamati intensitas nyeri persalinan yang dialami

responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

setelah dilakukan observasi dengan menggunakan Numerik

Rating Scale.

2) Peneliti mengamati dan mengontrol setiap langkah-langkah

tindakan intervensi yang dilakukan kepada responden yang

sedang mengalami nyeri persalinan.

3) Menganalisis data yang sudah terkumpul dan melakukan

pengolahan data menggunakan program komputer disajikan

dalam bentuk table.


65

3. Alur Penelitian

Berikut dbawah ini merupakan alur pengumpulan data sebagai berikut

Populasi
N = 112

Sampel
n = 32

Kelompok 1 (Massage Kelompok 2 (Massage


Endorphin suami) Endorphin bidan)
n = 16 n = 16

Pre Test Pre Test


Ukur nyeri Ukur nyeri

Massage endorphin Massage endorphin


suami bidan
Lama 5-10 menit Lama 5-10 menit

Post Test Post Test


Ukur nyeri Ukur nyeri

Hasil Hasil

Uji Normalitas
( Saphiro Wilk )

Normal Tidak Normal


Independent T-Test Mann Whitney

H0 ditolak :Ada Perbedaan Efektivitas massage Endorphin suami dan bidan


terhadap tingkat nyeri persalinan
H0 diterima:Tidak Ada Perbedaan Efektivitas massage Endorphin suami dan
bidan terhadap tingkat nyeri persalinan

Bagan 3.2 Alur penelitian


66

G. Pengolahan Data

Data hasil penelitian diolah melalui tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Hasil data observasi harus dilakukan pemeriksaan kembali terlebih untuk

pengecekan kemungkinan ada hasil ukur yang lupa tidak

didokumentasikan dalam lembar kuesioner. Editing dilakukan di tempat

pengumpulan data sehingga jika ada kekurangan data dapat segera

dikonfirmasikan pada responden yang bersangkutan dilakukan

pengambilan data kembali denagan lengkap.

2. Scoring

Scoring adalah proses pemberian skor dengan membuat klasifikasi dan

kategori atas jawaban terhadap respon nyeri persalinan. Skor didapatkan

berdasarkan skor nyeri dari angka 0-10 skala NRS.

3. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode kepada pasien yang diberi.

a. Kelompok yang di beri perlakukan massage endorphin suami : diberi

kode 1

b. Kelompok yang di beri perlakuan massage endorphin bidan : diberi

kode 2

4. Tabulating

Tabulating adalah pengelompokkan data sesuai variabel yang diteliti

yakni, kelompok yang diberi massage endorphin suami dan massage

endorphin bidan.
67

5. Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan

penulisan data, ketidak lengkapan, dan sebagainya.

H. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data, sehingga data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan.

Analisis data penelitian ini antara lain:

1. Analisa univariat

Merupakan analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil

penelitian. Hasil dari penelitian ini yaitu tingkat nyeri pada oibu bersalin

sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan massage endorphine

suami dan massage endorphin bidan. Adapun analisis univariat disajikan

dalam bentuk tendensi sentral : Mean, minimum, maksimum, dan standar

devisiasi.

2. Analisa bivariat

Uji normalitas data menggunakan uji shapiro wilk, jenis uji ini

dipilih karena jumlah sampel dalam penelitian (<50). Uji shapiro wilk

dilakukan untuk menentukan analisis bivariat yang akan digunakan

melalui analisis bivariat yang akan digunakan melalui analisis komparatif

numerik berpasangan dan tidak berpasanan yang bertujuan mengetahui

perbedaan tingkat nyeri persalinan sebelum dan sesudah dilakukan pada

kelompok massage endorphin suami dan kelompok massage endorphin


68

bidan pada ibu bersalin. Jika uji normalitas berdistribusi normal dengan

nilai p>0,05 maka uji t berpasangan yang digunakan yaitu paired t test

untuk mengetahui sebelum dan sesudah perlakukan. Namun, jika uji

normalitas data didapatkan data berdistribusi tidak normal p<0,05 maka uji

yang dipilih adalah wilcoxon. Untuk mengetahui uji beda antar kelompok

yaitu menggunakan uji independen t test jika data berdistribusi normal

p>0,05, namun jika data berdistribusi tidak normal maka uji yang

digunakan yaitu man whitney. Melalui uji yang dilakukan maka

a. Nilai p- value > 0,05 maka Ho diterima yang berarti massage

endorphin suami dan bidan tidak efektif terhadap tingkat nyeri

persalinan.

b. Nilai p- value < 0,05 maka Ho ditolak berarti massage endorphin

efektif terhadap tingkat nyeri persalinan.

Analisa data dilakukan terhadap data variabel yang diduga

berhubungan atau korelasi. Analisa ini digunakan untuk mengetahui

massage endoephin terhadap tingkat nyeri persalinan. Variabel bebas

pada penelitian ini adalah massage endorphin sedangkan variabel

terikatnya adalah tingkat nyeri persalinan.

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang di duga hubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat

yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang dapat dianalisis

dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon dan Man whiteny.


69

Peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan

menggunakan shapiro-wilk karena total sampel adalah 32 responden.

Pada penelitian ini data berdistribusi tidak normal sehingga uji yang

digunakan adalah uji wilcoxon. Hasil analisa berupa p-value.

Kemudian dilakukan uji kelompok tidak berpasangan untuk

mengetahui lebih efektif mana antara penggunaan massage

endorphin suami dan massage endorphin bidan . Pada penelitian ini

data berdistribusi tidak normal maka sehingga uji yang digunakan

adalah uji Man Whiteny. Hasil analisa berupa p-value.

Tabel 3.2 Hasil uji normalitas data

Variabel p-value Teori Keterangan Uji Statistik

Nyeri kala I pada ibu bersalin 0,02 < 0,05 Tidak 7,87
sebelum dilakukan massage Normal
endorphin suami

Nyeri kala I pada ibu bersalin Tidak Wilcoxon


sesudah dilakukan massage Normal 8,08
endorphin suami 0,03 < 0,05

Variabel p-value Teori Keterangan Uji Statistik

Nyeri kala I pada ibu bersalin 0,18 < 0,05 Tidak 8,85
sebelum dilakukan massage Normal
endorphin bidan

Nyeri kala I pada ibu bersalin 0,93 < 0,05 Tidak Wilcoxon
sesudah dilakukan massage Normal 9,04
endorphin bidan

Berdasarkan pada tabel dittas data berdisribusi tidak normal karena nilai p-
value kurang dari 0,05 sehingga uji statistic yang digunakan Wilcoxon.
70

I. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Subjek penelitian harus menandatangani lembar persetujuan,

ketika bersedia menjadi responden. Peneliti harus menghormatinya, jika

responden menolak.

2. Anonimity (tanpa nama)

Dalam penelitian akan dijamin kerahasiaan data dari data para responden

dengan cara nama responden tidak dicantumkan hanya diberi kode pada

lembar pengumpulan data.

3.Confidentiality

Kerahasiaan informasi dan masalah-masalah lainnya yang telah

dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiaan oleh peneliti. Hal ini

dilakukan dengan membakar data penelitian setelah penelitian selesai

dalam melakukan penelitian dan hanya kelompok tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.


71

4. Respect For Justice And Inclusivenness (Keadilan dan inklusivitas)

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk

memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan dengan jujur, hati-

hati, professional, berperikemanusiaan dan memperhatikan faktor-faktor

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologi, serta perasaan religious

subjek penelitian.

5.Trust (Kejujuran)

Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data,

pelaksanaan metode dan prosedur penelitian, publikasi hasil, jujur pada

kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan.

6.Objectivetas (Objektivitas)

Upaya meminimalkan kesalahan dalam rancangan percobaan, analisis

dan interpretasi data, rekam peneliti, keputusan pribadi.

7. Thankyou atau terimakasih atas kerjasama responden selama penelitian

berlangsung.
72

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang dilakukan pada bulan


Desember 2019 berjumlah 32 responden dengan masing-masing kelompok
dilakukan massage endorphine suami 16 responden dan dilakukan massage
endorphine bidan 16 responden. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Bhakti
Wira Tamtama Semarang.

Analisis yang pertama dilakukan peneliti adalah menentukan karakteristik

usia, paritas dan usia kehamilan, selanjutnya menganalisa univariat masing-

masing kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, selanjutnya dilakukan

analisa bivariat. Proses uji yang dilakukan meliputi uji normalitas data dan

dilanjutkan dengan uji beda karena penelitian menggunakan dua perlakuan

dan dengan sistem pre dan post tes. Hasil analisis selanjutnya di

interpretasikan sehingga dihasilkan data sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden Paritas, Umur Kehamilan

1) Umur

Tabel 4.1
Data Responden Massage Endorphin Berdasarkan Paritas
Umur Jumlah %
<20 tahun 1 7
20-35 tahun 25 75
>35 tahun 6 18
Total 32 100
73

Terlihat dari segi umur responden, mayoritas responden

memiliki kisaran umur 20-35 tahun 25 responden (75%)

2) Paritas

Tabel 4.2
Data Responden Massage Endorphin Berdasarkan Paritas
Paritas Jumlah %
Belum pernah melahirkan 12 38
Melahirkan 1 kali 9 28
Melahirkan 2-3 kali 11 34
Total 32 100
Mayoritas responden yang belum pernah melahirkan

sebanyak 12 orang atau sebesar (43,8%).

3) Umur Kehamilan Responden

Tabel 4.8
Data Responden Massage Endorphin Berdasarkan Umur Kehamilan
Umur Kehamilan Jumlah %
37-39 Minggu 23 72
40-42 Minggu 8 25
43 Minggu 1 3
Total 32 100

Mayoritas responden yang memiliki umur kehamilan 37-39

minggu sebanyak 11 responden (68,8%).

b. Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri persalinan sebelum

dan sesudah dilakukan massage endorphine di Rumah Sakit Bhakti

Wira Tamtama Semarang. Berikut ini tabel distribusi responden

1) Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri persalinan

sebelum dan sesudah dilakukan massage endorphine suami.


74

Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri
persalinan Sebelum dan sesudah dilakukan Massage endorphine
suami
Nyeri N Median Std. Deviasi Min Max
Sebelum 16 7.00 0.834 6 8
Sesudah 16 3.00 0.806 2 4

Berdasarkan Tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa intensitas

nyeri sebelum dan sesudah dilakukan terapi massage endorphine suami

memiliki perbedaan nilai. Dari perlakuan yang telah dilakukan massage

endorphin suami terjadi penurunan intensitas nyeri ibu bersalin.

Hasil yang diperoleh sebelum dilakukan perlakuan dengan nilai

tengah yaitu 7.00 dengan standar deviasi 0.834. Skala nyeri paling

rendah 6.0 dan tertinggi 8.0.

sedangkan intensitas nyeri sesudah dilakukan terapi massage

endorphine suami didapatkan nilai tengah yaitu 3.00 dengan standar

deviasi 0.806. Skala nyeri paling rendah 2.0 dan tertinggi 4.0

2) Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri persalinan

sebelum dan sesudah dilakukan massage endorphine bidan

Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri
persalinan Sebelum dilakukan Massage endorphine bidan
Nyeri N Median Std. Deviasi Min Max
Sebelum 16 7.00 1.125 5 8
Sesudah 16 5.00 1.276 3 7

Berdasarkan Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa intensitas

nyeri sebelum dan sesudah dilakukan terapi massage endorphine bidan

memiliki perbedaan terjadi penurunan intensitas nyeri ibu bersalin.


75

Hasil yang diperoleh sebelum dilakukan perlakuan dengan nilai

tengah yaitu 7.00 dengan standar deviasi 1.125. Skala nyeri paling

rendah 5.0 dan tertinggi 8.0.

sedangkan intensitas nyeri sesudah dilakukan terapi massage

endorphine bidan didapatkan nilai tengah yaitu 5.00 dengan standar

deviasi 1.276. Skala nyeri paling rendah 3.0 dan tertinggi 7.0.

2. Analisis Bivariat
Sebelum dilakukan analisa bivariat terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas untuk menentukan alat ukur yang akan digunakan dalam anlisa

bivariat. Hasil uji normalitas menunjukan sebelum dan sesudah diberikan

terapi massage endorphine suami dan massage endorphine bidan

Test dengan hasil sebagai berikut :

a. Perbedaan intensitas terhadap tingkat nyeri persalinan sebelum dan

sesudah diberikan tidakan massage endorphin suami pada kelompok

intervensi di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. Berikut ini

tabel perbedaan efektivitas nyeri responden sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan massage endorphin suami

Tabel 4.11
Uji Statistik Penelitian Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Massage endorphine suami Pada Ibu Bersalin
Shapiro-wilk ρ value
N Mean Rank
sig
Nyeri Sebelum dilakukan 0,002
16 0,000
massage endorphine suami
0,000
Nyeri Sesudah dilakukan 0,003
16 8,50
massage endorphine suami
Keterangan : uji normalitas Wilcoxon
76

Berdasarkan tabel 4.11. Dapat diketahui bahwa untuk mengetahui

nilai normalitas didapatkan hasil shapir-wilk nilai sig. sebelum dilakukan

massage endorphine suami mendapat nilai 0,002 dan sesudah dilakukan

massage endorphine suami mendapat nilai 0,003 hasil analisis statistik

dengan uji wilcoxon didapatkan nilai rata-rata (mean rank) tingkat nyeri

sebelum dilakukan massage endorphine suami sebesar 0,000 dan sesudah

dilakukan massage endorphine suami 8,50. Hasil uji wilxocon didapatkan

nilai p-value 0,000 ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hal ini

menunjukkan ada perbedaan intensitas tingkat nyeri persalinan sebelum

dan sesudah dilakukan massage endorphin suami di Rumah Sakit Bhakti

Wira Tamtama Semarang.

b. Perbedaan intensitas terhadap tingkat nyeri persalinan sebelum dan

sesudah diberikan tidakan massage endorphin bidan di Rumah Sakit

Bhakti Wira Tamtama Semarang. Berikut ini tabel perbedaan

efektivitas nyeri responden sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

massage endorphin bidan.

Tabel 4.12
Uji Statistik Penelitian Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Massage endorphine bidan Pada Ibu Bersalin

Shapiro
N Mean Rank p-value
Wilk
Sebelum dilakukan massage
16 0,000 0,018
endorphine bidan
0,000
Sesudah dilakukan massage
16 8,50 0,093
endorphine bidan
Keterangan : uji normalitas Wilcoxon
77

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa hasil analisis statistik

dengan uji wilcoxon didapatkan nilai rata-rata (mean rank) tingkat nyeri

sebelum dilakukan massage endorphine bidan sebesar 0,000 dan

sesudah dilakukan massage endorphine bidan 8,50. Hasil uji wilxocon

didapatkan nilai p-value 0,000 ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan intensitas nyeri persalinan sebelum dan sesudah

dilakukan massage endorphine bidan.

Dapat diketahui bahwa untuk mengetahui normalitas didapatkan

hasil shapir-wilk nilai sig. pada kelompok kontrol sebelum dilakukan

massage endorphine bidan mendapat nilai 0,018 dan sesudah dilakukan

massage endorphine bidan mendapat nilai 0,093. sehingga dapat

disimpulkan bahwa hal ini menunjukkan ada perbedaan intensitas

tingkat nyeri persalinan sebelum dan sesudah dilakukan massage

endorphin bidan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang.

Jadi semua nilai tersebut ≤0,05 yang berarti distribusi data tidak

normal sehingga analisis bivariat menggunakan uji korelasi Wilcoxon

Signed Ranks Test dan Man Whitney.

c. Perbedaan efektivitas massage endorphin suami dan massage

endorphin bidan terhadap tingkat nyeri persalinan di Rumah Sakit

Bhakti Wira Tamtama Semarang.

Berikut ini Perbedaan efektivitas massage endorphin suami dan

massage endorphin bidan terhadap tingkat nyeri persalinan.


78

Tabel 4.13
Uji Statistik Penelitian Intensitas Nyeri Sesudah Dilakukan
Massage endorphin suami Dan Massage endorphin bidan Pada
Ibu Bersalin
N Mean Rank ρ value Z
Massage endorphine
16 09.75
suami -4.153
0,000
Massage endorphine
16 23.25
bidan
Keterangan : uji beda Mann Whitney Test

Hasil uji statistik bivariat menggunakan uji Man Whitney Test

didapatkan hasil pada kelompok yang diberi perlakuan massage

endorphine suami nilai mean rank 09.75, pada kelompok yang diberi

perlakuan massage endorphine bidan nilai mean rank 23.25. Berdasarkan

hasil uji statistic bivariate didapatkan hasil ρ value adalah 0,000 (< 0,05).

Maka Ho ditolak Ho diterima yang artinya ada perbedaan efektifitas

massage endorphine suami dan massage endorphine bidan terhadap

intensitas nyeri persalinan

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik usia, paritas dan umur kehamilan pada penelitian

perbedaan efektivitas massage endorphin suami dan massage

endorphin bidan terhadap tingkat nyeri persalinan di Rumah Sakit

Bhakti Wira Tamtama Semarang.


79

1) Usia responden

Hasil penelitian didapatkan pada karakteristik usia mayoritas

responden memiliki kisaran umur 20-35 tahun 25 responden (75%).

Usia muda cenderung sering kali dikaitkan dengan kondisi

psikologis yang masih labil, yang memicu terjadinya kecemasan

sehingga nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat. Pada usia muda

juga dipakai sebagai salah satu faktor dalam menentukan toleransi

terhadap nyeri. Toleransi juga akan meningkat seiring bertambahnya

usia dan pemahaman terhadap nyeri.

2) Paritas Responden

Karakteristik paritas pada penelitian ini didapatkan paritas

mayoritas responden yang belum pernah melahirkan sebanyak 12 orang

atau sebesar (43,8%).

Berdasarkan hasil penelitian Sri Ratmawati (2011) menunjukkan bahwa

yang paling dominan mengalami nyeri persalinan berat adalah ibu bersalin

primipara, dimana menurut kenyataan bahwa ibu primipara memang

belum pernah mempunyai pengalaman melahirkan termasuk pengalaman

nyeri waktu persalinan yang mengakibatkan sulit untuk mengantisipasinya.

Selain itu proses melahirkan yang tidak sama dengan multipara, karena

pada primipara proses penipisan biasanya terjadi lebih dulu daripada

dilatasi serviks. Sedangkan pada multipara proses penipisan dan dilatasi

serviks terjadi bersamaan.


80

3) Umur Kehamilan Responden

Karakteristik umur kehamilan pada penelitian ini didapatkan paling

banyak Mayoritas responden yang memiliki umur kehamilan 37-39

minggu sebanyak 11 responden (68,8%). Terkait umur kehamilan,

kelemahan yang umum terjadi pada kehamilan lanjut, juga dapat

mempengaruhi pengalaman nyeri persalinan.

b. Intensitas Nyeri Persalinan Sebelum dan Sesudah dilakukan Massage

endorphine suami

Berdasarkan hasil penelitian dari 16 responden dapat diketahui

bahwa intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi massage endorphine

suami memiliki nilai tengah 7 menjadi 3 setelah diberikan perlakuan

massage endorphin, memiliki nilai selisih 4. Nilai standar deviasi sebelum

diberikan perlakuan massage endorphin suami menjadi 0,834. Dengan

respon pasien tidak sanggup mendiskripsikannya, sudah tidak sanggup

berjalan, sesekali pasien berteriak dan terkadang membutuhkan orang

lain. Nyeri kala I ibu bersalin sebelum pada kelompok yang mendapat

perlakuan massage endorphin suami paling rendah 6 dan tertinggi

8.Setelah diberikan perlakuan massage endorphin suami. Nyeri kala I

pada ibu bersalin memiliki nilai paling rendah 2 dan tertinggi 4. Dengan

respon pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

Nyeri persalinan pada kala I sifatnya viseral, merupakan proses

fisiologis ditimbulkan oleh karena kontraksi uterus dan dilatasi serviks

yang dipersyarafi oleh serabut aferen simpatis dan ditransmisikan


81

kemedula spinalis pada segmen T10-L1 (Thorakal 10 – Lumbal 1)

melalui serabut syaraf delta dan serabut syaraf C yang berasal dari

dinding lateral dan fundus uteri.( )

Menurut analisa peneliti, nyeri merupakan suatu hal yang

fisiologis yang akan dialami oleh seorang wanita. Akan tetapi Sifat

nyeri persalinan sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada

setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya. Nyeri yang dialami oleh

ibu bersalin akan semakin meningkat seiring dengan semakin seringnya

kontraksi. Akan tetapi nyeri ini tidak boleh dibiarkan begitu saja,

sehingga perlu diberikan intervensi untuk mengatasi nyeri tersebut

salah satunya menggunakan Massage endorphin suami. Massage

endorphin suami dipercaya dapat menurunkan rasa nyeri karena dapat

memperlancar perdaran darah sehingga dapat memberikan rasa nyaman

pada ibu.

Pemberian massage endorphine suami untuk persalinan dapat

terbukti massage lembut yang dilakukan suami di daerah punggung dan

panggul akan membuat lebih nyaman dan lebih tenang karena massage

dan sentuhan yang menimbulkan rangsangan rasa nyaman akan lebih

cepat dikirim ke otak daripada rangsangan rasa sakit. Sehinggarasa sakit

akan ditutupi oleh rasa nyaman dan dapat mengurangi nyeri kontraksi.

Massage dan sentuhan suami pada ibu yang akan melahirkan terbukti

dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin, yaitu suatu hormon


82

penghilang stress, menormalkan denyut jantung dan tekanan darah.

Sehingga ibu bisa lebih rileks dan nyaman.

Kehadiran suami di ruang persalinan juga akan menambah rasa

percaya diri ibu. Suami dapat meningkatkan dan menuntun ibu tentang

terknik pernapasan yang telah dipelajari bersama. Suami dapat

menuntun ibu untuk untuk berdoa agar persalinan berjalan dengan

lancar. Suami dapat menjadi penghubung antara ibu dengan dokter atau

bidan yang menolong persalinan.(buku)

Hasil penelitian ini diperkuat oleh Diana Septi Anggraeni,

Sumarni, Ely Eko Agustina dengan judul “Pengaruh Dukungan Suami

Dalam Proses Persalinan Dengan Nyeri Persalinan Di RSIA Bunda

Arif”, menunjukan bahwa sehingga semakin baik dukungan yang

diberikan oleh suami saat proses persalinan maka nyeri persalinan

semakin berkurang dengan model persamaan. Semakin baik dukungan

yang diberikan oleh suami saat proses persalinan, maka akan semakin

rendah nyeri yang dirasakan ibu ketika proses persalinan. Dalam hal ini

dukungan suami berpengaruh terhadap intensitas nyeri.()

c. Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Sebelum dan Sesudah dilakukan

Massage endorphine bidan

Berdasarkan hasil penelitian dari 16 responden dapat diketahui

bahwa intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi massage endorphine

bidan adalah nyeri berat dengan nilai tengah yaitu 7.00 dan intensitas

nyeri sesudah diberikan massage endorphine bidan nilai tengah yaitu


83

5.00, yang berarti terdapat selisih 2.00. Nilai standar deviasi sebelum

diberikan perlakuan massage endorphin 1,125 menjadi 1,276. Dengan

respon pasien tidak sanggup mendiskripsikannya, sudah tidak sanggup

berjalan, sesekali pasien berteriak dan terkadang membutuhkan orang

lain. Nyeri kala I pada ibu bersalin sebelum pada kelompok massage

endorphin bidan paling rendah 5 dan tertinggi 8. Setelah diberikan

perlakuan massage endorphin bidan nyeri kala I pada ibu bersalin

memiliki nilai paling rendah 3 dan tertinggi 7. Dengan respon pasien

menyerengai tetapi dapat berkomunikasi dengan baik.

Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya

kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang

menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar

kearah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut

rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan serviks ini maka akan

terjadi persalinan. Nyeri persalinan suatu perasaan tidak menyenangkan

yang merupakan respon individu yang menyertai dalam proses

persalinan oleh karena adanya perubahan fisiologis dari jalan lahir dan

rahim. Nyeri persalinan disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia

otot uterus saat kontraksi, iskemia korpus uteri dan peregangan segmen

bawah rahim dan kompresi saraf di servik. Nyeri yang dirasakan akan

bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana

pembukaan lengkap sampai 10 cm dan berlangsung sekitar 4-6 jam

untuk primipara dan 2-4 jam untuk multipara.(buku)


84

Menurut analisa peneliti, nyeri merupakan suatu hal yang

fisiologis yang akan dialami oleh seorang wanita. Akan tetapi Sifat

nyeri persalinan sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada

setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya. Nyeri yang dialami oleh

ibu bersalin akan semakin meningkat seiring dengan semakin seringnya

kontraksi. Akan tetapi nyeri ini tidak boleh dibiarkan begitu saja,

sehingga perlu diberikan intervensi untuk mengatasi nyeri tersebut

salah satunya diberikan perlakuan terapi massage endorphin bidan.

Massage endorphin bidan dipercaya dapat menurunkan rasa nyeri

karena dapat memperlancar perdaran darah sehingga dapat memberikan

rasa nyaman pada ibu.

Pemberian massage endorphine bidan pada persalinan teknik ini

bisa dipakai untuk mengurangi perasaan tidak nyaman atau nyeri

selama proses persalinan dan meningkatkan relaksasi dengan memicu

perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Teknik sentuhan ringan juga

dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah. Sentuhan

ringan mencakup pemijitan sangat ringan yang bisa membuat bulu-bulu

halus berdiri. Bidan adalah orang yang diharapkan ibu sebagai

pendamping persalinan yang dapat diandalkan serta mampu

memberikan dukungan, bimbingan dan pertolongan persalinan. Asuhan

yang sifatnya mendukung berarti bersifat aktif hdan ikut serta dalam

kegiatan yang sedang berlangsung.(buku)


85

Hasil penelitian ini diperkuat oleh Antik, Arum Lusiana, Esti

Handayani dengan judul “Pengaruh Endorphine Massage Terhadap

Skala Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif”, menunjukan bahwa massage

endorphine bidan berpengaruh terhadap intensitas nyeri persalinan.( )

2. Analisa Bivariat

Perbedaan nyeri kala I pada ibu bersalin sebelum dan sesudah pada

kelompok yang menggunakan massage endorphin suami di Rumah Sakit

Bhakti Wira Tamtama Semarang.

a. Perbedaan intensitas nyeri persalinan kala I sebelum dan sesudah

dilakukan massage endorphine suami pada ibu bersalin.

Berdasarkan hasil penelitian dari 16 responden didapatkan hasil

pada kelompok yang dilakukan massage endorphine suami didapatkan

hasil p value sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan

massage endorphine suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

massage endorphin suami dapat menurunkan intensitas nyeri ibu

bersalin.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa dukungan dari orang terdekat

terutama suami akan menambah percaya diri ibu menghadi tahapan

pembukaan dan proses persalinan. Ibu juga akan merasa nyaman,

bahagia, dan merasa tenang dengan kehadiran suami yang menemani.

Adanya kehadiran dan dukungan suami saat proses persalinan

membuat ikatan yang kuat antara ibu, suami dan bayi.(buku ungu)
86

Pada penelitian ini dari 16 responden yang diberikan perlakuan

massage endorphine suami selama 5-10 menit setiap ada kontraksi selama

proses persalinan. Massage endorphine suami Massage dan sentuhan

suami pada ibu yang akan melahirkan terbukti dapat meningkatkan

pelepasan zat oksitosin, yaitu suatu hormon penghilang stress,

menormalkan denyut jantung dan tekanan darah. Sehingga ibu bisa lebih

rileks dan nyaman.

Menurut analisa peneliti, nyeri merupakan suatu hal yang fisiologis

yang akan dialami oleh seorang wanita. Akan tetapi Sifat nyeri persalinan

sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam

hal skala atau tingkatannya. Nyeri yang dialami oleh ibu bersalin akan

semakin meningkat seiring dengan semakin seringnya kontraksi. Akan

tetapi nyeri ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, sehingga perlu diberikan

intervensi untuk mengatasi nyeri tersebut salah satunya diberikan

perlakuan massage endorphin suami. Warm Belt dipercaya dapat

menurunkan rasa nyeri karena dapat memperlancar perdaran darah

sehingga dapat memberikan rasa nyaman pada ibu.

Menurut teori nyeri persalinan pada kala I merupakan proses

fisiologis sifatnya viseral, merupakan proses fisiologis ditimbulkan oleh

karena kontraksi uterus dan dilatasi serviks yang dipersyarafi oleh

serabut aferen simpatis dan ditransmisikan kemedula spinalis pada

segmen T10-L1 (Thorakal 10 – Lumbal 1) melalui serabut syaraf delta


87

dan serabut syaraf C yang berasal dari dinding lateral dan fundus uteri.
(buku)

Hasil penelitian ini diperkuat oleh Diana Septi Anggraeni,

Sumarni, Ely Eko Agustina dengan judul “Pengaruh Dukungan Suami

Dalam Proses Persalinan Dengan Nyeri Persalinan Di RSIA Bunda

Arif”, Rata-rata dukungan yang diberikan suami saat persalinan adalah

skor 15 dengan jumlah 5 responden, nilai mean yang didapatkan

sebesar 13,47 dengan nilai minimum 8 dan maximum 18. Rata-rata

tingkat nyeri yang dirasakan ibu pada saat bersalin adalah skor 5

dengan jumlah 9 responden, nilai mean yang didapatkan sebesar 4,67

dengan nilai minimum 2 dan maksimum 7. Dalam hal ini dukungan

suami berpengaruh terhadap intensitas nyeri.

b. Perbedaan intensitas nyeri persalinan kala I sebelum dan sesudah

dilakukan massage endorphine bidan pada ibu bersalin

Berdasarkan hasil penelitian dari 16 responden didapatkan nilai p-

value 0,000 ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

intensitas nyeri persalinan sebelum dan sesudah dilakukan massage

endorphine bidan.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian yakni

pemberian massage endorphine bidan teknik sentuhan dan pemijatan

ringan ini sangat penting bagi ibu bersalin untuk membantu

memberikan rasa tenang dan nyaman, baik menjelang maupun saat

proses persalinan akan berlangsung. Tergerak menggunakan massage


88

endorphin untuk mengurangi atau meringankan rasa sakit pada ibu yang

akan melahirkan. Selanjutnya, ia menciptakan endorphin massage,

sebuah teknik sentuhan dan pemijatan ringan yang dapat menormalkan

denyut jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks

dalam tubuh ibu hamil dengan memicu perasaan nyaman melalui

permukaan kulit. Dari hasil penelitian, teknik ini dapat meningkatkan

pelepasan zat oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi persalinan.

Massage endorphin bidan ini diberikan selama 5-10 menit setiap ada

kontraksi selama proses persalinan berlangsung.

Menurut teori nyeri persalinan merupakan pengalaman yang

subjektif mengenai sensasi fisik yang terjadi akibat peregangan segmen

bawah rahim selama kontraksi uterus, dilatasi serviks dan merupakan

sensasi fisiologis yang dirasakan saat melahirkan. Rasa nyeri pada

persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot

rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang,

daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini menyebabkan

adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan

serviks ini maka akan terjadi persalinan.(buku)

Massage endorphin Sentuhan ringan mencakup pemijitan sangat

ringan yang bisa membuat bulu-bulu halus berdiri. Membuktikan bahwa

tehnik ini meningkatkan pelepasan oksitosin, sebuah hormon yang

memfasilitasi persalinan.(buku)
89

Bidan orang yang diharapkan ibu sebagai pendamping persalinan

yang dapat diandalkan serta mampu memberikan dukungan, bimbingan

dan pertolongan persalinan.(buku)

Hasil penelitian ini diperkuat oleh Iin Nur Azizah, Melyana

Nurul Widyawati, Novita Nining Anggraini dengan judul “Pengaruh

Endorphin Massage Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Persalinan

Normal Ibu Primipara di BPS S dan B Demak tahun 2011.” Ada

pengaruh endorphin massage terhadap intensitas nyeri kala I persalinan

normal ibu primipara di BPS S dan B Demak (p value = 0,000 < 0,05),

menunjukan bahwa massage endorphine bidan berpengaruh terhadap

intensitas nyeri persalinan.( )

c. Perbedaan efektivitas massage endorphine suami dan massage

endorphine bidan terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif

Hasil uji statistik bivariat menggunakan uji Man Whitney Test

didapatkan hasil pada kelompok yang diberi perlakuan massage

endorphin suami nilai mean rank 9.75, pada kelompok yang diberi

perlakuan massage endorphin bidan nilai mean rank 23.25.

Berdasarkan hasil uji statistic bivariate didapatkan hasil ρ value adalah

0,000 (< 0,05). Maka Ho ditolak Ho diterima yang artinya ada

perbedaan efektivitas massage endorphin suami dan bidan terhap

tingkat nyeri persalinan RS Bhakti Wira Tamtama Semarang. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa massage endorphin suami lebih efektif dalam

menurunkan intensitas nyeri.


90

Nyeri persalinan suatu perasaan tidak menyenangkan yang

merupakan respon individu yang menyertai dalam proses persalinan

oleh karena adanya perubahan fisiologis dari jalan lahir dan rahim.

Nyeri persalinan disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot

uterus saat kontraksi, iskemia korpus uteri dan peregangan segmen

bawah rahim dan kompresi saraf di servik. Nyeri yang dirasakan akan

bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana

pembukaan lengkap sampai 10 cm dan berlangsung sekitar 4-6 jam

untuk primipara dan 2-4 jam untuk multipara.(buku)

Pada hasil penelitian ini terdapat adanya perbedaan efektivitas

massage endorphin suami dan bidan terhadap tingkat nyeri persalinan.

Hal ini karena massage endorphin suami dilakukan suami di daerah

punggung dan panggul akan membuat lebih nyaman dan lebih tenang

karena massage dan sentuhan yang menimbulkan rangsangan rasa

nyaman akan lebih cepat dikirim ke otak dari pada rangsangan rasa

sakit dapat bermanfaat untuk mengurangi rasa nyeri, massage

endorphine suami ini dilakukan selama 15-20 menit setiap ada

kontraksi. Menurut asumsi peneliti didapatkan selisih pada nilai mean

rank pada kelompok responden massage endorphine suami lebih sedikit

dibandingkan dengan kelompok responden massage endorphine bidan,

artinya pada kelompok responden massage endorphine suami intensitas

nyeri semakin rendah dibandingkan dengan kelompok responden

massage endorphine bidan .


91

Menurut teori penerapan massage endorphine merupakan suatu

metode sentuhan ringan yang dikembangkan pertama kali oleh

constance palinsky yang digunakan untuk mengelola rasa sakit. Teknik

ini bisa dipakai untuk mengurangi rasa tidak nyaman selama proses

persalinan dan meningkatkan relaksasi dengan memicu perasaan

nyaman melalui permukaan kulit.(buku)

suami merupakan orang tedekat ibu. Adanya kehadiran dan

dukungan suami saat proses kelahiran membuat ikatan yang kuat antara

ibu, suami dan bayinya. sebagai pelatih, di mana seorang suami

mendampingi dan membantu ibu selama dan sesudah kontraksi

persalinan. Peran yang kedua adalah sebagai teman satu tim yang

membantu memenuhi kebutuhan yang diharapkan ibu, seperti

kebutuhan dukungan fisik dan psikologis. Peran yang ketiga adalah

sebagai saksi, maksudnya suami menjadi saksi proses persalinan ibu

sampai kelahiran bayi.(buku)

Hasil penelitian ini diperkuat oleh Diana Septi Anggraeni,

Sumarni, Ely Eko Agustina dengan judul “Pengaruh Dukungan Suami

Dalam Proses Persalinan Dengan Nyeri Persalinan Di RSIA Bunda

Arif”, menunjukan bahwa sehingga semakin baik dukungan yang

diberikan oleh suami saat proses persalinan maka nyeri persalinan

semakin berkurang dengan model persamaan. Semakin baik dukungan

yang diberikan oleh suami saat proses persalinan, maka akan semakin
92

rendah nyeri yang dirasakan ibu ketika proses persalinan. Dalam hal ini

dukungan suami berpengaruh terhadap intensitas nyeri.

Berdasarkan penelitian responden mengalami penurunan nyeri

setelah diberikan tindakan terapi massage endorphin suami dan bidan.

Namun masih terdapat responden yang merasakan nyeri persalinan

meskipun telah diberikan terapi massage endorphin suami dan bidan

bahkan mengalami peningkatan intensitas nyeri. Hal ini kemungkinan

dikarenakan adanya perbedaan ambang nyeri pada masing-masing

responden. Responden yang mempunyai ambang nyeri yang tinggi

tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya

responden dengan ambang nyeri rendah akan mudah merasa nyeri

dengan stimulus nyeri kecil. Peneliti menyadari bahwa nyeri persalinan

dirasakan karena multifaktor, baik dari faktor fisik maupun faktor

psikologis yang menyertai selama proses persalinan, sehingga tindakan

terapi massage endorphin suami dan bidan tidaklah 100% mengurangi

nyeri persalinan, hanya sebagai terapi non-farmakologi yang berfungsi

untuk memunculkan hormon endorfin, sehingga menurunkan sensasi

nyeri dan mengalihkan nyeri persalinan yang dirasakan oleh ibu

bersalin. Selain faktor tersebut, faktor pendampingan suami ataupun

keluarga mempengaruhi ambang batas nyeri seseoorang.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang dilakukan tentang

perbedaan efektivitas massage endorphin suami dan bidan terhadap tingkat

nyeri persalinan di RST Semarang, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

a. Usia responden

Hasil penelitian didapatkan pada karakteristik usia mayoritas

responden memiliki kisaran umur 20-35 tahun 25 responden (75%).

b. Paritas Responden

Karakteristik paritas pada penelitian ini didapatkan paritas mayoritas

responden yang belum pernah melahirkan sebanyak 12 orang atau

sebesar (43,8%).

c. Umur Kehamilan Responden

Karakteristik umur kehamilan pada penelitian ini didapatkan paling

banyak Mayoritas responden yang memiliki umur kehamilan 37-39

minggu sebanyak 11 responden (68,8%).

2. Intensitas nyeri persalinan pada kelompok intervensi sebelum dilakukan

massage endorphine suami mempunyai nilai median 7.00 dengan standar

deviasi 0.834. Skala nyeri paling rendah adalah 6.0 dan tertinggi adalah

8.0 Sedangkan sesudah dilakukan terapi massage endorphine suami nilai


94

median 3.00 dengan standar deviasi 0.806. Skala nyeri paling rendah

adalah 2.0 dan tertinggi adalah 4.0.

3. Intensitas nyeri persalinan pada kelompok kontrol sebelum dilakukan

massage endorphin bidan mempunyai nilai median 7.00 dengan standar

deviasi 1.125. Skala nyeri paling rendah adalah 5.0 dan tertinggi adalah

8.0. Sedangkan intensitas nyeri sesudah dilakukan terapi massage

endorphin bidan nilai median 5.00 dengan standar deviasi 1.276. Skala

nyeri paling rendah adalah 3.0 dan tertinggi adalah 7.0.

4. Intensitas nyeri persalinan pada kelompok intervensi nilai p-value 0,000 ≤

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan intensitas nyeri

sebelum dan sesudah dilakukan massage endorphin suami.

5. Intensitas nyeri persalinan pada kelompok kontrol nilai p-value 0,000 ≤

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan intensitas nyeri

persalinan sebelum dan sesudah dilakukan massage endorphin bidan.

6. Terdapat perbedaan efektivitas massage endorphin suami bidan terhadap

tingkat nyeri. Uji Man Whitney Test didapatkan hasil pada kelompok yang

diberi perlakuan massage endorphin suami nilai mean rank 9.75, pada

kelompok yang diberi perlakuan massage endorphin bidan nilai mean rank

23.25. Berdasarkan hasil uji statistic bivariate didapatkan hasil ρ value

adalah 0,000 (< 0,05). Maka Ho ditolak Ho diterima yang artinya ada

perbedaan efektivitas massage endorphin suami dan massage endorphin

bidan terhadap tingkat nyeri persalinan. Hasil penelitian pada kelompok

yang diberi perlakuan massage endorphin suami nilai mean rank 9.75,
95

pada kelompok yang diberi perlakuan massage endorphin bidan nilai mean

rank 23.25 artinya yang lebih efektif adalah perlakuan massage endorphin

suami dibandingkan yang diberi perlakuan massage endorphin bidan

dalam upaya untuk mengalihkan rasa nyeri dalam proses persalinan.

B. Saran

1. Bagi Rumah sakit Bhakti Wiratamtama Semarang

Diharapkan kepada kepala RS Bhakti Wiratamtama untuk menerapkan

terapi nonfarmakologi dalam menurunkan intensitas nyeri persalinan salah

satunya dengan massage endorphin suami dan bidan, akan tetapi terapi

massage endorphin suami lebih utama dilakukan dikarenakan selisih rerata

dalam menurunkan intensitas nyeri lebih tinggi dari pada massage

endorphin bidan.

2. Bagi Peneliti Berikutnya

Diharapkan bagi peneliti berikutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai

evidance based dalam mengembangkan penelitian yang lebih luas lagi,

dengan menggunakan metode-metode lainnya untuk mengurangi nyeri

persalinan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian..

3. Bagi ibu

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi ibu dalam

menambah pengetahuan tentang terapi nonfarmakologi seperti massage

endorphin suami dan bidan terhadap penurunan tingkat nyeri khususnya

pada ibu bersalin saat menghadapi permulaan persalinan.


96

4. Bagi Institusi

Sebagai bahan tambahan reverensi perkembangan ilmu kesehatan

khususnya tenaga bidan disarankan untuk dapat memakai hasil

penelitian ini sebagai salah satu sumber informasi mengenai terapi

nonfarmakologi untuk mengurangi intensitas nyeri persalinan kala I fase

aktif.

Anda mungkin juga menyukai