Anda di halaman 1dari 18

EVIDENCE BASE

AROMA TERAPY
MENGURANGI NYERI PERSALINAN

Disususn Oleh

Erni

POLITEKHNIK BHAKTI ASIH PURWAKARTA


PROGRAM STUDY : S1 KEBIDANAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Evidence Base Aroma
terapy mengurangi nyeri persalinan”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan
maksud untuk memenuhi tugas dari Program Studi S1 Kebidanan
Politeknik Bhakti Asih Purwakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian
selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Bogor 19 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………….2

Daftar isi …………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………….4

Latar Belakang …………………………………….4

Rumusan Masalah …………………………………….8

Tujuan …………………………………….8

Ruang Lingkup …………………………………….8

Manfaat …………………………………….9

BAB II

METODE PENELITIAN …………………………………….10

Desain dan Jenis

Penelitian ……………………………………10

Metode Pengumpulan

Data ……………………………………10

BAB III PENUTUP …………………………………….12

Kesimpulan …………………………………….12

Saran …………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA …………………………………….14

LAMPIRAN …………………………………….16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan


plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif
dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Nugraheny & Sulistyawati, 2014).
Persalinan merupakan saat yang ditunggu oleh ibu hamil, namun masih
banyak yang sering sekali diliputi oleh rasa takut dan cemas terhadap rasa
nyeri saat persalinan. Nyeri saat melahirkan memiliki derajat yang paling
tinggi di antara rasa nyeri lainnya, secara medis dikategorikan bersifat
tajam dan panas. Ibu bersalin yang sulit beradaptasi dengan rasa nyeri
persalinan dapat menyebabkan tidak terkoordinasinya kontraksi uterus
yang dapat mengakibatkan perpanjangan kala I persalinan (Syaifuddin,
2014).
Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan
diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat
berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan multipara.
Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu
kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi total kala I persalinan pada
primigravida berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam. Pada multigravida
ialah 0,1 sampai 14,3 jam. Ibu akan dipertahankan kekuatan moral dan
emosinya karena persalinan masih jauh sehingga ibu dapat mengumpulkan
kekuatan. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2
fase, yang pertama fase laten berlangsung selama 8 jam. Pembukaan
terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase laten
diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang teratur yang

4
menghasilkan perubahan serviks. Fase yang kedua yaitu fase aktif, fase
aktif dibagi dalam 3 fase lagi yakni fase akselerasi, dimana dalam waktu 2
jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm. Fase dilatasi maksimal yaitu
dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm. Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat kembali
dan dalam waktu 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. Fase-fase
tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian akan tetapi terjadi dalam waktu yang lebih pendek (Yulizawati,
Insani, Sinta, Andriani, 2019)

Nyeri persalinan yang berat dapat meningkatkan tekanan


emosional pada ibu, menyebabkan kelelahan pada ibu dan berdampak
pada abnormal fungsi otot uterus selama persalinan yang berujung pada
komplikasi persalinan (Ulfsdottir, Nissen, Ryding, Lund-Egloff, Wiberg-
Itzel,2014). Komplikasi yang bisa terjadi pada saat persalinan seperti
atonia uteri, perdarahan post partum, trauma perineum, meningkatnya
infeksi, hipoksia, asfiksia, dan cedera pada janin sehingga meningkatkan
AKI dan AKB. Secara tidak langsung nyeri persalinan yang tidak
dilakukan manajemen dengan baik dapat meningkatkan AKI dan AKB.
Oleh karena itu penting dilakukan manajemen nyeri selama persalinan
(Altman, Nematollahi, Farahmand, Amooee, 2015; Akbarzadeh et al.,
2018).
Kematian saat melahirkan menjadi penyebab utama mortalitas
perempuan dan masa puncak produktivitasnya. Pada tahun 2012 Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) mencatat kenaikan AKI yang
signifikan, yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100000 kelahiran
hidup. Rata-rata ini jauh melonjak dibandingkan hasil (SDKI) tahun 2007
dengan data AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup (Sumarmi, 2017).
Dalam hal ini pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan terutama
untuk Ibu hamil dan bersalin. Kebijakan pemerintah antara lain making
pregnancy safer yang bertujuan menanggulangi penyebab utama kesakitan
dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Selain itu, kejadian yang terus
dilakukan hingga sekarang yaitu berkaitan dengan MDG’s poin ke 5 yaitu

5
peningkatan status kesehatan ibu. Dengan adanya program tersebut
seharusnya seluruh ibu dapat terbantu dalam mempersiapkan
persalinannya termasuk pengelolaan nyeri persalinan (Kemenkes, 2013).
Berbagai cara dilakukan agar ibu melahirkan tidak selalu merasa
sakit dan merasa nyaman. Sebagian besar ibu bersalin memilih operasi
sectio ceaseria (SC) sebagai alternatif untuk mengurangi nyeri saat
melahikan sehingga menjadikan banyak sekali permintaan melahirkan
secara SC di berbagai rumah sakit baik diluar maupun di dalam negeri.

Menurut World Health Organization (WHO), rata-rata SC 5-15% per 1000


kelahiran didunia, angka kejadian dirumah sakit pemerintah rata-rata 11%,
sementara dirumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. Angka kejadian
Sectio Caesarea di Indonesia menurut data survey nasional tahun 2007
adalah 927.000 dari 4.030.000 persalinan (Kemenkes RI, 2013).
Kebanyakan ibu mulai merasakan sakit atau nyeri pada saat persalinan
adalah kala I fase aktif dan mereka tidak tahu bahwa penyebab nyeri selain
dari faktor fisiologis, juga dari faktor psikologis seperti panik dan
ketakutan (Sari, Rufaida, & Wardini, 2018)

Penanganan nyeri bisa dilakukan secara farmakologis yakni dengan


pemberian obat-obatan analgesik dan penenang. Sedangkan secara non
farmakologis melalui distraksi, relaksasi dan stimulasi kulit kompres
hangat atau dingin, latihan nafas dalam musik, aromaterapi, reiki,
imajinasi terbimbing, hipnosis, relaksasi. Sebagian besar pasien seringkali
menganggap penanganan nyeri dengan pemberian obat-obatan adalah satu-
satunya pilihan terbaik. Namun metode non farmakologis jika di terapkan
juga sangat membantu dalam menghilangkan rasa nyeri (Muchtaridi,
2015). Banyak penelitian terkini mengemukakan bahwa terapi
komplementer khususnya aromaterapi lavender yang mampu mengatasi
nyeri dan infeksi karena sebagai analgetik anti inflamasi, dan antimikroba
(Muchtaridi, 2015)

Aromaterapi merupakan salah satu metode nonfarmakologi untuk

6
mengurangi nyeri (Smith, Collins, & Crowther , 2011). Dari berbagai
penelitian sebelumnya banyak sekali yang telah membuktikan bahwa
aromaterapi lavender lebih dapat mengurangi nyeri persalinan
dibandingkan aromaterapi lainnya seperti lemon. Aromaterapi lavender
lebih efektif menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif dibandingkan
dengan aromaterapi lemon (Annida, Siswi, & Sulistyaningsih, 2019).
Aromaterapi lavender memiliki aroma yang menyegarkan yang memiliki
manfaat meredakan stress, mengurangi sakit kepala, migrain, juga
mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi tingkat kecemasan dan
kesakitan (Endisupraba, 2017).

Aromaterapi lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya


fisik tetapi juga tingkat emosi. Aromaterapi lavender sendiri memiliki
kandungan linalool dan linalyl acetat yang berefek sebagai analgetik yang
dapat mengubah seseorang menjadi tenang (Jaelani,2009). Minyak
aromaterapi masuk ke rongga hidung melalui pengirupan langsung akan
bekerja lebih cepat, karena molekul-molekul minyak esensial mudah
menguap, oleh hipotalamus aroma tersebut diolah dan dikonversikan oleh
tubuh menjadi suatu aksi dengan pelepasan subtansi neurokimia berupa zat
endorphin dan serotonin, sehingga berpengaruh langsung pada organ
penciuman dan dipersepsikan oleh otak untuk memberikan reaksi yang
membuat perubahan fisiologis pada tubuh, pikiran, jiwa dan menghasikan
efek menenangkan pada tubuh (Balkam, 2014). Saat aromaterapi dihisap,
zat aktif yang terdapat di dalamnya akan merangsang hipotalamus
(kelenjar hipofise) untuk mengeluarkan hormon endorpin. Endorpin
diketahui sebagai zat yang menimbulkan rasa tenang, relaks dan bahagia.
Di samping itu, zat aktif berupa linaool dan linalyl acetate yang terdapat
dalam lavender berefek sebagai analgetik (Widayani, 2016).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas tersebut maka penulis
tertarik untuk melakukan review literatur mengenai “Pengaruh pemberian
aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri persalinan”.

7
B. Rumusan Masalah

Tidak hanya untuk mengurangi nyeri persalinan, aromaterapi


lavender juga bisa digunakan pada kasus lain seperti untuk mengobati
masalah pernapasan, meningkatkan kualitas tidur dan meredakan nyeri
karena peradangan. Dengan dukungan teori, pengamatan, dan studi
literatur yang dilakukan pada ibu bersalin yang menggunakan aromaterapi
lavender untuk mengurangi nyeri maka masalah yang dapat dirumuskan
adalah “Apakah ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap
penurunan intensitas nyeri pada persalinan?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dapat menyimpulkan pengaruh pemberian aromaterapi lavender


terhadap penurunan nyeri persalinan dari berbagai jurnal.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui waktu yang tepat untuk pemberian aromaterapi


lavender pada ibu bersalin dari berbagai jurnal..
b) Mengetahui data nyeri pada ibu bersalin sebelum dan setelah
diberikan aromaterapi lavender dari berbagai jurnal..
c) Mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap
penurunan nyeri persalinan dari berbagai jurnal.

D. Ruang Lingkup

8
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah asuhan kebidanan pada proses
persalinan

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan ilmu


keperawatan tentang pemberian aromaterapi lavender untuk
mengurangi nyeri persalinan.

2. Manfaat Praktik
a) Bagi Mahasiswa

Secara umum dapat memberikan gambaran kepada


mahasiswa mengenai pengaruh pemberian aromaterapi
lavender untuk mengurangi nyeri persalinan.

b) Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat di aplikasikan oleh semua


tenaga kesehatan khususnya perawat/bidan dalam
melakukan teknik relaksasi pemberian aromaterapi
lavender untuk mengurangi nyeri persalinan pada ibu
yang akan melahirkan.

9
BAB II
METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


penelitian kualitatif dengan literature review. Review literatur (literature
review) adalah metode yang digunakan untuk mensintesis berbagai temuan
penelitian dalam rangka membangun tingkat pemahaman konsep tertentu
yang berbasis bukti serta mengungkap area penelitian terkait sehingga
dapat dirumuskan kerangka kerja teoritis dan model konseptual (Snyder,
2019). Jenis yang digunakan yaitu systematic literatue review atau sering
disingkat SLR merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada
metodologi penelitian atau riset tertentu dan pengembangan yang
dilakukan untuk mengumpulkan serta mengevaluasi penelitian yang terkait
pada fokus topik tertentu (Lusiana & Suryani, 2014).

B. Metode Pengumpulan Data


1. Sumber Data Based Penelitian

Penelusuran dilakukan menggunakan mesin pencarian elektronik yaitu


google scholar, science direct, pubmed, garuda dengan kata kunci tiap
variabel yang telah dipilih.

2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Penulis melakukan review literatur dengan beberapa kriteria inklusi

10
yang ditentukan, menggunakan jurnal ilmiah full text dengan kata
kunci “nyeri persalinan dan aromateraphy lavender “

Semua jurnal dalam penelitian ini menyatakan bahwa pemberian


aromaterapi lavender sangat berpengaruh dalam penurunan nyeri
persalinan. Terbukti dari skala nyeri yang berkurang dan berubah
menjadi lebih rendah dari sebelum diberikan aromaterapi lavender.
Penguruangan nyeri persalinan tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis
lavender yang digunakan sebagai aromaterapi. Disamping itu tidak ada
penelitian khusus yang menyebutkan jenis lavender yang paling efektif
digunakan sebagai aromaterapi untuk mengurangi nyeri persalinan.

Salah satu penelitian yang direview dalam penelitian ini adalah dari
Azizah, Rosyidah, dan Destiana (2020) yang menggunakan lavender
jenis Lavendula Augustfolia sebagai aromaterapi untuk mengurangi
nyeri persalinan. Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Azizah(2020) juga menunjukkan hasil bahwa
aromaterapi lavender dengan jenis lavender Lavendula Angustifolia
dapat mengurangi nyeri post partum dengan hasil sebelum diberikan
perlakuan skala nyeri 6,03 dan setelah diberi perlakuan nyeri menjadi
3,67. Selain itu penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian
Maharani, Fatmawati, dan Widyaningrum (2016) yang melakukan
penelitian mengenai pengaruh Lavendula Angustifolia untuk
mengurangi intensitas nyeri haid (disminore) pada mahasiswi yang
menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh pemberian aromaterapi
lavender (Lavendula Angustifolia) terhadap penurunan intensitas nyeri
haid (disminore).
Dari hasil penelitian-penelitian tersebut jenis lavender Lavandula
Angustifolia terbukti dapat mengurangi nyeri dan lebih banyak
digunakan sebagai media untuk melakukan penelitian mengenai
pengurangan nyeri dibanding lavender jenis lainnya.

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Waktu yang tepat untuk pemberian aromaterapi lavender
sehingga
dapat berpengaruh mengurangi nyeri persalinan adalah pada kala
1
fase aktif..
2. Terdapat selisih perbedaan skala nyeri persalinan dari sebelum
diberikan aromaterapi lavender dan setelah diberikan aromaterapi
lavender. 7 dari 10 jurnal menunjukkan secara spesifik skala nyeri

persalinan sehingga dapat diketahui selisih skala nyeri lebih dari


1.
Sementara 3 dari 10 jurnal tersebut juga menunjukkan perubahan
nyeri persalinan yang mengalami penurunan setelah diberikan
aromaterapi lavender. Tetapi tidak menyebutkan secara spesifik
mengenai skala nyeri persalinan.
3. Aromaterapi lavender berpengaruh dalam penurunan nyeri
persalinan.

B. Saran
Menurut hasil review literatur, pembahasan penelitian serta
keterbatasan penelitian maka saran yang muncul sebagai berikut.

1. Bagi Mahasiswa

12
Secara umum dapat mempelajari dan dapat memberikan gambaran
kepada mahasiswa mengenai pengaruh pemberian aromaterapi
lavender untuk mengurangi nyeri persalinan.

2. Bagi Tenaga Kesehatan


Hasil penelitian ini dapat di aplikasikan oleh semua tenaga
kesehatan khususnya perawat/bidan dalam melakukan teknik
relaksasi pemberian aromaterapi lavender untuk mengurangi nyeri
persalinan pada ibu yang akan melahirkan.

3. Peneliti Selanjutnya

Karena pada literatur yang digunakan waktu pemberian


aromaterapi lavender dalam penurunan nyeri persalinan tidak
disampaikan lebih spesifik, alangkah lebih baiknya bahwa peneliti
selanjutnya untuk meneliti waktu pemberian aromaterapi lavender
lebih spesifik pada tahap fase aktif apa yang lebih baik dilakukan
pemberian aromaterapi lavender ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Adiputri, N.W., Witari, N., Darmiyanti, N.M.(2018). Perbedaan


Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Sebelum dan Sesudah
Pemberian Aromaterapi Lavender pada Ibu Primigravida di BPM
Ni Ketut Nuriasih, S.St, MM. The 2018 International Midwifery
Scientific Conference. 348-351.

 Akbarzadeh, M., Nematollahi, A., Farahmand, M., Amooee, A.


(2018). The Effect of Two-Stage Warm Compress on The Pain
Duration of First and second Labor Stages an Apgar Acore in Primi
Gravida Women: a Randomized Clinical Trial. Journal of Caring
Sciences. 7(1); 21—26.

 Altman, M., Sandstrom, A., Petersson, G., Frisel, T., Cnattingus, S.,
Stephansson, O., (2015). Prolonged Second Stage of Labor is
Associated with Low Apgar Score. European Journal of
Epidemiology. 30(11); 1209-1215.

 Annida, R.Z., Siswi, F., Sulistyaningsih. (2019). Efektivitas


Pemberian Aromaterapi Lemon terhadap Penurunan Nyeri
persalinan Kala 1 Fase Aktif di Klinik Pratama Kusuma
Medica.DSpasce, UNISA Yogyakarta.

14
Diakses dari:
http://digilib2.unisayogya.ac.id/handle/123456789/758

 Azizah,N. (2020). Inhalasi Aromaterapi Lavender (Lavendula


angustifolia) dan Neroli (Citrus aurantium) dengan nyeri post
partum. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 8(2)
 Azizah, N., Rafhani, R., Evi, D.(2020). Murotal Al-Qur'an Surat
Arrahman dan Inhalasi Aromaterapi Lavender (Lavendula
Augustfolia) dalam Nyeri Persalinan kala 1 Fase Aktif . 12(1).

 Kemenkes RI.(2013).Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta:


Kemenkes RI.

 Kurnia, A., Dasuki, D., Kartini, F. (2017). Efektivitas Latihan Birth


Ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif pada
Primigravida.Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. 5(1) :1-10.

 Maharani, Y.V., Fatmawati, E., Widyaningrum, R. (2016).


Pengaruh Aromaterapi Bunga Lavender (Lavandula Angustifolia)
Terhadap Intensitas Nyeri Haid
(Dismenore) Pada Mahasiswi Stikes Madani Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Madani Medika. 7(1).

15
LAMPIRAN - LAMPIRAN JURNAL

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai