Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN NYERI PERSALINAN

Dosen Pengampu :
Murtiningsih,S.Kep, M.Kep,Sp.Mat

KELOMPOK 3
1. Eti Rusmiyati (202213008)
2. Fera Farida (202213009)
3. Fransiska Mainake (202213010)
4. Ira irawati (202213015)
5. Yeni Purwanti (202213026)
6. Khusnul Khak (202213032)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAKARTA


PKP DKI JAKARTA
2022

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "MANAGEMEN NYERI
PERSALINAN" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah
Keperawatan Maternitas dan Kesehatan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kelompok mengucapkan terima kasih kepada Ibu Murtiningsih,S.Kep, M.Kep,Sp.Mat


selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Maternitas dan Kesehatan Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Kelompok
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, September 2022

Daftar Isi

iii
Halaman

Judul………………………………………………………………………… i

Kata Pengantar……………………………………………………………... ii

Daftar Isi……………………………………………………………………. iii

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………………………………………… 1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 2

Bab II Pembahasan

A. Etiologi ……………………………………………………….. 3
B. Faktor Mempengaruhi nyeri ………………………………….. 5
C. Tahapan nyeri ………………………………………………… 5
D. Klasifikasi Nyeri ……………………………………………… 6
E. Pengukuran Intensifitas Nyeri ………………………………… 7
F. Skala Intensitas Nyeri ………………………………………… 7
G. Manajemen Nyeri……………………………………………… 8

Bab III Penutup

A. Kesimpulan ……………………………………………………. 14
B. Saran …………………………………………………………… 14

Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil setiap tahunnya. Sebagian besar
kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi berat
dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. World Health
Organization (WHO) memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami komplikasi
perdarahan pasca persalinan. (Sarwono,2010).
Selama kala I persalinan normal, nyeri bisa diakibatkan oleh kontraksi involunter
otot uteri. Kontraksi cenderung dirasakan di punggung bawah pada awal persalinan.
Sensasi nyeri melingkari batang tubuh bawah, yang mencakup abdomen dan punggung.
Kontraksi umumnya berlangsung sekitar 45 sampai 90 detik. Ketika persalinan
mengalami kemajuan, intensitas setiap kontraksi meningkat, menghasilkan intensitas
nyeri yang lebih besar (Reeder & Griffin, 2012).
Nyeri persalinan dapat menimbulkan stress yang menyebabkan pelepasan hormon
yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon tersebut menyebabkan
terjadinya ketegangan otot polos dan penyempitan pembuluh darah yang dapat
menyebabkan penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi ke uteroplasenta
pengurangan, aliran darah oksigen ke uterus sertabiskemia jaringan yang mengakibatkan
proses persalinan lama dan membuat impuls nyeri semakin banyak (Felaili, dkk, 2017).
Tingkatan nyeri dalam proses persalinan yang dirasakan oleh setiap ibu bersalin
bersifat subjektif. Tidak hanya bergantung pada intensitas his tetapi juga bergantun g
pada keadaan mental ibu saat menghadapi persalinan. Pengalaman terhadap persepsi
nyeri, pada umumnya primipara memiliki sensor nyeri yang lebih peka daripada
multipara (Prawirohardjo,2009).
Nyeri pada proses persalinan diakibatkan karena kontraksi uterus serta dilatasi
mulut rahim dan segmen bawah rahim. Intensitas nyeri sebanding dengan kekuatan
kontraksi dan tekanan yang terjadi, nyeri bertambah ketika mulut rahim dalam keadaan
dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap struktur panggul diikuti regangan dan
perobekan jalan lahir (Mander,2013).

1
Nyeri persalinan dapat dikendalikan dengan 2 metode yaitu farmakologis dan
nonfarmakologis. Metode penghilang rasa nyeri secara farmakologis adalah metode
penghilang rasa nyeri dengan menggunakan obat-obat kimiawi, sedangkan metode non
farmakologis adalah metode penghilang rasa nyeri secara alami tanpa menggunakan
obat-obat kimiawi caranya dengan melakukan teknik relaksasi, yang merupakan tindakan
eksternal yang mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri. Manajemen nyeri
dengan tindakan relaksasi mencakup relaksasi otot, nafas dalam, massage, meditasi dan
perilaku (Judha,2012).
Salah satu metode nonfarmakologi yang dapat kita manfaatkan untuk menurunkan
nyeri persalinan yaitu massage. Salah satu teknik massage yang dapat dilakukan oleh
Bidan adalah teknik kneading. Kneading adalah memijat menggunakan tekanan yang
sedang dengan sapuan yang panjang, meremas menggunakan jari-jari tangan diatas
lapisan superficial dari jaringan otot berguna membantu mengontrol rasa sakit lokal dan
meningkatkan sirkulasi (Inkales, 2007 dalam Felaili, 2017)
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu cara untuk mengurangi rasa
nyeri pada ibu bersalin secara non farmakologis. Dengan menarik nafas dalam-dalam
pada saat ada kontraksi dengan menggunakan pernapasan dada melalui hidung akan
mengalirkan oksigen ke darah yang kemudian dialirkan keseluruh tubuh akan
mengeluarkan hormon endorphin yang merupakan penghilang rasa sakit yang alami
didalam tubuh (Winny,2015).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana penangan nyeri persalinan ?

iii
BAB II
PEMBAHASAN

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Nyeri terjadi bersama banyak proses
penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan (Brunner
dan Suddart,2004).
Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan
fisik maupun dari serabut dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi
fisik, fisiologis, maupun emosional (Hidayat, 2008).
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait
dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama
persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).
Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya telah
terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi Braxton hicks akibat perubahan-
perubahan dari hormon estrogen dan progesteron tetapi sifatnya tidak teratur, tidak nyeri dan
kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan kontraksi Braxton hicks ini akan
menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur. Kadang kala tampak keluarnya
cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar
sebelum proses persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat
berlangsung dalam waktu 24 jam (Gadysa, 2009).

A. ETIOLOGI
Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor
dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak penelitian yang mendukung bahwa
nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan segmen uterus bawah, dengan
distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen yang menyokong
struktur ini. Bonica dan McDonald, (1995), menyatakan bahwa faktor berikut mendukung
teori tersebut:          

iii
1. Peregangan otot polos telah ditunjukkan menjadi rangsang pada nyeri viseral. Intensitas
nyeri yang dialami pada kontraksi dikaitkan dengan derajat dan kecepatan dilatasi
serviks dan segmen uterus bawah.
2. tensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan intrauterin yang
menambah dilatasi struktur tersebut. Pada awal persalinan, terdapat pembentukan
tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik setelah mulainya kontraksi
uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat pembentukan tekanan lebih cepat yang
mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum adanya persepsi nyeri.
3. Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka mengalami
nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.

Rangsangan persalinan kala I ditransmisikan dari serat eferen melalui pleksus


hipogastrik superior, inferior, dan tengah, rantai simpatik torakal bawah, dan lumbal, ke
ganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L1. Nyeri dapat disebarkan dari area pelvis ke
umbilikus, paha atas, dan area midsakral. Pada penurunan janin, biasanya pada kala II,
rangsangan ditransmisikan melalui saraf pudendal melalui pleksus sakral ke ganglia akar
saraf posterior pada S2 sampai S4 (Patree, 2007).
Nyeri pada tahap I persalinan timbul dari uterus dan adnexa saat berkontraksi, dan
hal itu adalah nyeri viseral yang alami. Beberapa kemungkinan mekanisme yang menjelaskan
hal ini yaitu: nosiseptif yang berasal dari uterus telah diajukan namun pengamatan saat ini
bahwa nyeri itu lebih banyak dihasilkan akibat dilatasi serviks dan segmen bawah uterus, dan
mekanisme distensi sesudahnya. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan
tekanan yang dihasilkan uterus yang akan melawan obstruksi yang terjadi, serviks dan
perineum mungkin juga berperan terhadap terjadinya nyeri. Beberapa nosiseptik kemudian
berperan dalam terjadinya nyeri, yaitu bradikinin, leokotrin, prostaglandin, serotonin, asam
laktat, dan substan P. Bukti yang mendukung tentang nosiseptik yang berasal dari uterus
didasarkan pada penelitian, hal ini telah ditinjau kembali secara mendetail oleh Bonica
(Idmgarut, 2009)

iii
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
yaitu :
a. Arti nyeri
Bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hamper sebagian arti nyeri tersebut
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-lain. Keadaan
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang social
cultural, lingkungan, dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri
Merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluative
secara kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor yang dapat memicu stimulasi
nociceptor. Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau
garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan lain-lain. Sedangkan
faktor yng menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,
nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
c. Reaksi terhadap nyeri
Merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah,
cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang
dapat di pengaruhi oleh beberapa factor, seperti : arti nyeri, tingkat persepsi nyeri,
pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut,
cemas, usia, dan lain-lain (Hidayat, 2008).

C. TAHAPAN NYERI
Ada empat tahapan terjadinya nyeri :
1. Transduksi
Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah
menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat
berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri). Terjadi
perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri mempengaruhi juga
nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi
proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena
pengaruh mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya

iii
nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri
misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi
sentral yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis
dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama.
Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor yang kemudian
menjadi impuls syaraf.
2. Transmisi
Transmisi merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer
melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang
akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke
pasca sinaps melewati neurotransmitter
3. Modulasi
Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan
atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi melalui sistem analgesia
endogen yang melibatkan bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin
yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area
periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca
sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula
spinalis atau supraspinalis.
4. Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang
diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi
kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala).
Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan (Wibowo, 2009).

D . KLASIFIKASI NYERI
1. Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari :
a. Nyeri akut
Nyeri ini bersifat mendadak, durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6
bulan). Biasa berhubungan dengan kecemasan. Orang bisa merespon nyeri
akut secara fisiologis dan dengan prilaku. Secara fisiologis : diaforesis,
peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan
tekanan darah.

iii
b. Nyeri kronik
Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam gangguan.
Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai setelah
detik pertama dan meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit.
Nyeri ini biasanya berhungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri ini bersifat
terus-menerus atau intermitten.
2. Klasifikasi nyeri secara spesifik terdiri dari :
a. Nyeri somatik dan Nyeri viseral
Bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial), yaitu pada otot
dan tulang.
b. Nyeri menjalar
 Nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul akibat psikososial.
 Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstermitas diamputasi.
 Bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di
beberapa jalur saraf (Hidayat, 2008).
c.       Nyeri psikogenik
d.      Nyeri phantom
e.       Nyeri neorologis

E. PENGUKURAN INTESITAS NYERI


Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi neyri seseorang.
Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi kriteria
sebagai berikut : (Suddarth & Brunner, 2001)

 mudah dimengerti dan digunakan


 memiliki sedikit upaya pada pihak pasien
 mudah dinilai
 sensitif terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. Individu merupakan
penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk
menggambarkan dan membuat tingkatnya.

iii
F. SKALA INTENSITAS NYERI
1. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Pendeskripsian ini diranking dari ”tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak
tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien
untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini
memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri.

2. Skala Intensitas Nyeri Numerik 0 – 10

Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat


pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan
skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
sebelum dan setelah intervensi.
3. Skala Analog Visual (VAS)

Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian
verbal pada setiap ujungnya.
Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala
numerik yaitu:
a) 0 : Tidak nyeri
b)  1 – 2 : Nyeri ringan

8
c) 3 – 5 : Nyeri sedang
d) 6 – 7 : Nyeri berat
e) 8 – 10 : Nyeri sangat berat
(Perry & Potter. 2005)
Karakteristik Nyeri (PQRST)
1) P (pemacu) : faktor yg mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
2) Q (quality) : seperti apa-> tajam, tumpul, atau tersayat
3) R (region) : daerah perjalanan nyeri
4) S (severity/SKALA NYERI) : keparahan / intensitas nyeri
5) T (time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri

G. MANAJEMEN NYERI
1. Massage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan
posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau
meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang
dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan
kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-
remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan,
arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk
menghasilkan efek yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson,
2006).
Beberapa metode message yang biasa digunakan untuk merangsang saraf yang
berdiameter besar yaitu:
1) Metode Effluerage
Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu letakkkan
keduan tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar
kearah pusat simpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan
menggunakan gerakan melingkat atau satu arah.
Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu :
a) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus
dan keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan

9
dengan lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi usahakan
ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan
beberapa kali, saat memijat harus diperhatikan respon ibu apakah
tekanan sudah tepat.
b) Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak
tangan Pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah
pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan
dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan
langsung oleh pasien (Gadysa, 2009).

Gambar 1. Metode massage Effleurage

2) Metode deep back massage


memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga
pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak tangan,
lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.

3) Metode firm counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk


kemudian bidan atau keluarga pasien menekan secrum secara bergantian
dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan beraturan.

4) Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan


pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan
kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara
bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa
menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa,
2009).

10
Gambar 2. Metode massage Abdominal lifting

2. Relaksasi
Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan yang
dengan sengaja diupayakakan dan dipraktekkan. Kemampuan untuk relakasasi
secara disengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai pedoman mengurangi
ketidaknyamanan yang normal sehubungan dengan kehamilan (Salmah, 2006 ).
Relaksasi sadar telah ditemukan berkaitan dengan penurunan tegangan otot
dam menurunkan laju metabolisme. Relaksasi sadar terhadap seluruh tubuh
selama persalinan tampak meningkatkan keefektifan kontraksi uterus. Ketika
dikombinasikan dengan pernapasan, relaksasi dapat membantu ibu bersalin
mengatasi nyeri lebih efektif pada setiap kontraksi dan istirahat lebih penuh di
antara kontraksi (Patree., Walsh. 2007).
Rasa nyeri bersalin tidak selalu berarti ada sesuatu yang salah ( seperti rasa
sakit yang disebabkan oleh cidera atau penyakit). Nyeri adalah bagian yang
normal dari proses melahirkan. Biasanya, itu berarti bayi dalam kandungan sedang
mengikuti waktunya untuk dilahirkan. Mengetahui beberapa metode mengatasi
rasa sakit akan membantu ibu untuk tidak merasa begitu takut. Tak hanya itu,
menggunakan beberapa keterampilan ini selama persalinan akan membantu ibu
merasa lebih kuat (Whalley, Simkin & Keppleer, 2008). Manfaat Relaksasi :
a) Menyimpan energi dan mengurangi kelelahan 

11
Jika tidak secara sadar merelakskan otot-otot, ibu cenderung membuat otot
selama kontraksi.Ketegangan ini meningkatkan nyeri yang dirasakan,
memboroskan energi, menurunkan pasokan oksigen ke rahim dan bayi,
serta membuat ibu lelah.
b) Menenangkan pikiran dan mengurangi stres
Tubuh yang relaks membuat pikiran relaks, yang pada gilirannya
membantu mengurangi respons stres. Ada bukti bahwa distres pada wanita
yang sedang mengalami persalinan yang disebabkan oleh kecemasan,
amarah, ketakutan, atau penyakit yang menghasilkan ketekolamin (hormon
stres). Kadar katekolamin yang tinggi di dalam darah dapat
memperpanjang persalinan dengan mengurangi efisiensi kontrasi rahim
dan dapat berpengaruh buruk pada janin dengan mengurangi aliran darah
kerahim dan plasenta.
c) Mengurangi rasa nyeri                                                                              
Relaksasi mengurangi ketegangan dan kelelahan yang mengintensifkan
nyeri yang ibu rasakan selama persalinan dan pelahiran. Juga
memungkinkan ketersediaan oksigen dalam jumlah maksimal untuk rahim,
yang juga mengurangi nyeri, karena otot kerja (yang membuat rahim
berkontraksi) menjadi sakit jika kekurangan oksigen. Selain itu,
konsentrasi mental yang terjadi saat ibu secara sadar merelakskan otot
membantu mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit waktu kontraksi dan
karena itu, akan mengurangi kesadaran ibu akan rasa sakit (Whalley,
Simkin, & Keppleer, 2008).

Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam keadaan istirahat
atau selama proses persalinan :
1) Berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua
tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi bantal.
2) Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah kepala
diberi bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak
menggantung.
3) Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan
di samping telinga.

12
4) Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas tempat
tidur. Kedua kaki tidak boleh mengantung.
5) Keempat posisi tersebut dapat dipergunakan selama ada his dan pada saat itu
ibu harus dapat mengonsentrasikan diri pada pernapasan atau pada sesuatu
yang menyenangkan (Salmah, 2006).

Dibawah ini tiga alternatif panduan untuk ibu melakukan teknik pernapasan sederhana
menuerut (Danuatmadja & Meiliasari, 2004) yaitu :  
1) Pikirkan kata ”rileks” yang terdiri dari dua suku kata, yaitu ”ri” dan ”leks”.
Selanjutnya, cobalah latihan ini. Ketika menarik napas, pikirkan kata ”ri”,saat
menghembuskan , pikirkan kata ”leks”. Jangan alihkan pikiran dari kata
”rileks” tersebut. Ketika menghembuskan napas, singkirkan segala ketegangan
dari tubuh, khususnya otot-otot yang biasanya mudah tegang setiap kali stres.
2) Cobalah menghitung pernapasan. Begitu bernapas, hitung tiga sampai empat,
atau lebih secara perlahan-lahan. Ketika menghembuskan napas, hitung
sampai tiga atau empat lagi.
3) Cobalah bernapas melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut.
Embuskan napas dari mulut dengan lembut. Banyak ibu merasa lebih enak
mengeluarkan suara saat menghembuskan napas, misalnya ”fuuuuuuuuuh”

Gambar 3. teknik pernapasan sederhana.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Nyeri pada proses persalinan diakibatkan karena kontraksi uterus serta dilatasi mulut
rahim dan segmen bawah rahim.Rasa nyeri yang dirasakan merupakan signal untuk
memberitahukan bahwa ibu telah memasuki tahapan proses persalinan
2. Penanganan nyeri persalinan bisa dilakukan dengan teknik massage yaitu teknik
kneadingdan teknik nafas dalam
3. Nyeri pada proses persalinan adalah hal yang wajar terjadi pada ibu dan tingkat nyeri
dari masing-masing individu itu berbeda.Dengan adanya Evidance Based Practice
(EBP)nyeri dapat diatasi dengan adanya manajemen dan penanganan yang tepat yang
dapt dilakukan oleh tenaga medis. Hal yang dapat mengatasi nyeri secara
nonfarmakologis diantaranya massage dan teknik nafas dalam . Teknik kneading
adalah teknik yang baik udan memberikan rasa nyaman pada pasien dan teknik nafas
dalam adalah manajemen nyeri yang mampu dilakukan secaramandiri oleh pasien

B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Harus selalu meningkatakan ilmunya dengan berbagai macam teknik-teknik yang
ada, namun tidak boleh memilih teknik yang sembarangan karna keselamatan dan
kesejahteraan pasien adalah tujuan utama.

2. Bagi Ibu bersalin


Diharapkan mampu melakukan penurunan/ manajemen nyeri pada proses persalian dengan
kombinasi teknik Massage atau dengan tehnik relaksasi nafas dalam persalinan.
3. Bagi Penulis
Dalam melakukan penulisa lanjutan, dapat dilakukan dengan contoh besar jenis yang
berbeda serta penggunaan kelompok kontrol.

14
DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Almul Hidayat. (2008). Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analisa Data. Jakarta :
Salemba Medika.

Arifin, L (2008). Teknik akupresur pada persalinan. Available from URL: hhtp
//keperawatanmaternnitas// [accessed 24 september 2022]

Brunner & Suddart. (2004). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta . EGC.

Bonny Danuatmaja, Mila Meiliasari, 2003. 40 Hari Pasca Persalinan. Edisi 1. Jakarta. Puspa
Swara. Hal : 36,47.

Felaili,. Sova,E,. dan Machmudah. (2017). Teknik Kneading Menurunkan Tingkat Nyeri
Persalinan Kala I pada Ibu Bersalin di Kabupaten Semarang. Jurnal Kebidanan
Volume IX, No. 01
Gadysa, G. (2009). Persepsi Ibu Tentang Massase. (diakses tanggal 24 september 2022)

Henderson, C. & Kathleen, J. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. EGC : Jakarta.

Judha, P. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Jakarta : Nuha Medika.
Mander, R. (2013). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC.

Penny simkin,janet Whalley, dan Ann kappler, 2008.panduan lengkap. Ketrampilan Dasar
Praktek Klinik Kebidanan.Jakarta :Slemba Mediaka.

Prawiroharjo, S. (2009). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT


BinaPustaka.

Patree. B., Walsh, V.L. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Reeder, M dan Griffin, K. (2012). Keperawatan Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi dan
Keluarga. Alih Bahasa Yati Afiyati, dkk. Ed. 18. Jakarta : EGC.

Sarwono, P. (2010). Ilmu Kebidanan.Jakarta: P.T. Bina PustakaSarwonoPrawirohardjo

Wibowo, Daniel S. Widjaja Paryana.2009. Anatomi Tubuh Manusia : Graha


Ilmu,Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai