Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK PADA REMAJA PUTRI DENGAN DISMENOREA DI


PUSKESMAS KEC.MAMPANG PRAPATAN TANGGAL 12 OKTOBER TAHUN 2022

DI SUSUN OLEH
KARNAENI
NIM : 15901KH2021

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN

POLITEKNIK KARYA HUSADA

JAKARTA TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan hidayah-Nyalah

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemeriksaan Fisik Pada Remaja Putri

Dengan Berat Badan Kurang di Puskesmas Kec.Mampang Prapatan Tanggal 12 Oktober Tahun 2022”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari, bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak

kesalahan dan kekeliruan serta jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang kita harapkan. Oleh karena itu,

dengan senang hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan makalah ini di kemudian hari.

Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga jerih payah

kita mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa,

2
DAFTAR ISI

COVER 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

BAB II TINJAUAN TEORI 5

BAB III TINJAUAN KASUS 18

BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………… 27

BAB V PENUTUP ………………………………………………... 30

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. 32

BAB I
3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu fase tumbuh kembang yang dinamis

dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari

masa kanak–kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan

perkembangan fisik, psikologis, emosional, dan sosial (Sarwono, 2007).

Pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi dewasa melalui suatu

tahap yang disebut masa pubertas. Pada masa ini remaja akan mengalami

proses reproduksi. Remaja perempuan akan mengalami masa pubertas lebih

cepat dibandingkan laki-laki artinya remaja perempuan lebih cepat mengalami

proses kematangan sistem reproduksi dibandingkan laki-laki. Salah satu tanda

pubertas pada remaja perempuan yaitu mendapatkan menstruasi (Nita, 2008

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari

seorangahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis

penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis

dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan

perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara

sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah

pemeriksaan organ utama diperiksadengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik,

ahlimedis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar

penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan

dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang

4
lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasiensecara umum dan sistem

organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda Vital atau pemeriksaan suhu,

denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dari rahim (uterus) dengan

disertai meluruhnya endometrium melalui vagina (Misaroh, 2009). Nyeri

menstruasi atau dysmenorrheal adalah kekakuan atau kejang dibagian bawah

perut akibat menstruasi dan produksi zat prostaglandin yang terjadi pada waktu

menjelang atau selama menstruasi. Biasanya nyeri terasa sehari sebelum masa

menstruasi dan berlangsung selama dua hari atau sampai berakhirnya masa

menstruasi (Nita, 2008). Nyeri yang paling berat biasanya hanya berlangsung

selama 24 jam pertama menstruasi (Hendrink, 2006; Morgan & Hamilton,

2009).

Dysmenorrhea adalah nyeri yang terjadi pada saat menstruasi atau umum

dikenal nyeri haid, lebih dari separuh wanita yang mentruasi mengalami nyeri

selama 1-2 hari setiap periode atau setiap bulannya(faq.2015). Dismenore

diklasifikasikan menjadi dua yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder

(faq. 2015). Menurut data World Health Organization (WHO) di Indonesia,

angka kejadian dismenore sebanyak 55 % dikalangan usia produktif, dan 15%

diantaranya mengeluhkan aktivitas menjadi terbatas karena mengalami

dismenore (Putri. 2017). Tingginya prevalensi dismenore dikalangan remaja

yaitu 50 - 70 % terutama pada tahun pertama kehidupan reproduksi yang

mempengaruhi kegiatan sehari-hari remaja dan merupakan masalah utama

kesehatan masyarakat (Alsaleem.2018).

Angka kejadian nyeri menstruasi primer di Indonesia mencapai 54,89%,

sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder, yang menyebabkan mereka

5
tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas

hidup pada masing-masing individu ( Proverawati & Misaroh, 2009 ).

Nyeri adalah pengalaman sensori emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan (Tamsuri, 2006). Penyebab nyeri menstruasi

berasal dari otot rahim, otot rahim ini dapat berkontraksi dan relaksasi. Saat

menstruasi kontraksi otot rahim sangat kuat. Kontraksi yang terjadi adalah

akibat suatu zat yang namanya prostaglandin. Zat tersebut mempunyai fungsi

untuk membuat dinding rahim berkontraksi dan pembuluh darah sekitarnya

terjepit (kontriksi) yang menimbulkan iskemi jaringan. Selain itu prostaglandin

juga merangsang saraf nyeri di rahim sehingga menambah intensitas nyeri

(Proverawati, 2009).

Manajemen tanpa minum obat lebih aman digunakan selain sederhana,

mudah dilakukan, minimal efek samping, tidak memerlukan biaya dan bersifat

preventif juga tidak menimbulkan efek samping. Beberapa cara untuk

meredakan dismenore yaitu kompres hangat, massase, distraksi, latihan fisik

atau exercise, tidur cukup, diet rendah garam, Modifikasi gaya hidup untuk

mengatasi dismenore yaitu diet rendah lemak, exercise, akupuntur, akupresur,

terapi bedah, dan terapi horizon (French, 2009). Strategi baru untuk mengatasi

dismenore adalah dengan pemberian vitamin B1, B6, vitamin E, magnesium

dan omega 3, exercise, akupuntur, dan pengobatan tradisional Cina (Harry,

2007).

6
B. Perumusan Masalah

1. Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau

hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang

sistematif dankomprehensif, memastikan-membuktikan hasil anamnesa,

menentukan masalah danmerencanakan tindakan keperawatan yang tepat

bagi klien.

2. Dysmenorrhea adalah nyeri yang terjadi pada saat menstruasi atau umum

dikenal nyeri haid, lebih dari separuh wanita yang mentruasi mengalami

nyeri selama 1-2 hari setiap periode. Sifat nyeri biasanya terbatas perut

bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Nyeri dapat

disertai mual, muntah, sakit kepala dan diare (Wiknjosastro, 2010)

3. Peningkatan kadar prostaglandin penting peranannya sebagai penyebab

terjadinya nyeri saat menstruasi (Prawirohardjo, 2010). Terjadinya spasme

miometrium dipacu oleh zat dalam darah menstruasi mirip lemak alamiah

yang kemudian diketahui sebagai prostaglandin. Kadar zat ini meningkat

pada keadaan dismenore dan ditemukan didalam otot uterus.

7
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adakah pengaruh pemeriksaan fisik menyeluruh terhadap disminore


primer ?

2. Tujuan Khusus

1. Mengumpulkan data dasar kesehatan pasien

2. Mengindentifikasi diagnosa keperawatan

3. Membantu penilaian klinis tentang kesehatan klien dan

penatalaksanaannya

4. Mengevaluasi asuhan yang diberikan

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat :

1. Manfaat Pelayanan Kesehatan

a. Data dapat membantu dalam menegakan diagnosa kebidanan

b. Mengetahuai masalah kesehatan yang dialami pasien

c. Dapat bermanfaat dalam melakukan asuhan kebidanan pada

remaja yang mengalami dismenore sehingga dapat mengurangi

nyeri, dan dapat memberikan pengalaman yang positif bagi

remaja dalam mengatasi nyeri serta meningkatkan kemampuan

koping remaja.

d. Dapat dijadikan sebagai bagian dari intervensi kebidanan

dalam mengatasi nyeri menstruasi sehingga kualitas asuhan

kebidanan yang diberikan khususnya terhadap remaja yang

mengalami nyeri menstruasi menjadi lebih baik.

7
2. Manfaat Keilmuan

a. Dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan keilmuan

yang berhubungan dengan penanganan nyeri dismenore.

b. Memberikan informasi dan gambaran tentang pengaruh

abdominal stretching exercise terhadap penurunan nyeri

menstruasi.

c. Memberikan masukan untuk pengembangan asuhan kebidanan

dalam penanganan dismenore dengan teknik komplementer dan

alternatif.

3. Manfaat Masyarakat

a. Dapat digunakan sebagai penanganan pertama dismenore

sehingga masyarakat khususnya remaja putri dapat mengurangi

nyeri haid sendiri tanpa harus mengkonsumsi obat.

b. Dapat menambah wawasan mengenai dismenore, penyebab dan

cara mengatasinya.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Remaja

1. Pengertian remaja

Masa remaja disebut juga sebagai masa peralihan atau masa penghubung antara

masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja memiliki peranan yang sangat

penting untuk keberlangsungan masa depan suatu bangsa. Remaja merupakan

individu-individu calon penduduk usia produktif yang pada saatnya kelak akan

menjadi pelaku pembangunan sehingga harus disiapkan agar menjadi sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas. perubahan kompleks akan terjadi pada periode ini

sehingga membutuhkan pengenalan yang baik terutama dari remaja itu sendiri.

proses pekembangan remaja sangat rawan dan penuh risiko sehingga dibutuhkan

Kesehatan diri yang baik (Wirenviona & Riris, 2020).

Kondisi remaja saat ini tidak terlepas dari banyak tangtangan untuk menggapai

Kesehatan reproduksi yang sejahtera. Beberapa permasalahan justru mengancam

remaja terutama yang terkait dengan Kesehatan reproduksi yang akan berdampak

pada kwalitasnya sehingga aktor pembangunan dan kesiapannya dalam membangun

keluarga. Pubertas atau kematangan seksual yang semakin dini (aspek internal) dan

aksesibilitas terhadap berbagai media (Aspek eksternal) serta pengaruh negatif

teman sebaya menjadikan remaja rentan terhadap prilaku seksual berisiko

(Wirenviona & Riris, 2020).

2. Perubahan fisik pada remaja

Periode atau masa remaja identik dengan proses kematangan fisik (Jasmani) dan

psikologis (Rohani). Pematangan fisik terutama pada fungsi seksual ditandai

9
dengan menstruasi pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-

laki. Remaja mengalami perubahan fisik akibat munculnya ciri-ciri seks sekunder

yang begitu menonjol baik pada perempuan maupun laki-laki pertumbuhan dan

perkembangan fisik remaja dapat optimal dengan pemenuhan gizi yang cukup.

remaja harus mendapat perhatian yang cukup dari orang tuanya agar tidak

menimbulkan efek yang dapat berakibat kurangnya dalam penerimaan sisoal

(Wirenviona & Riris, 2020)

Ciri-ciri seks sekunder pada remaja perempuan diantaranya pinggul dan pantat

membesar, kulit lebih halu, serta tinggi dan berat badan bertambah. Selain itu,

perkembangan payudara sudah dimulai biasanya paling muda usia 8-10 tahun.

Kelenjar keringat aktif ditandai keringat bertambah banyak, rambut pada ketiak dan

alat kelamin juga mulai tumbuh, sedangkan ciri-ciri seks sekunder pada remaja laki-

laki umumnya dikenali dari perubahan pada suara menjadi berat, tumbuh jakun,

serta tinggi dan berat badan bertambah, rambut pada ketiak, alat kelamin, dada dan

wajah mulai tumbuh. Selain itu, kelenjar keringat aktif ditandai dengan keringat

yang bertambah banyak. Pada alat reproduksi, penis dan buah zakar membesar

(Wirenviona & Riris, 2020).

B. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki

pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien

dan mungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. keakuratan

pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan

penetuan respon terhadap terapi tersebut. Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan

tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap

perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan-

membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan

10
tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. (Dewi Sartika, 2013)

C. Konsep Teori Dismenore

1. Pengertian Dismenore

Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Dalam bahasa

Inggeris, dismenorea sering disebut sebagai “painful period” atau menstruasi yang

menyakitkan (American College of Obstetritians and Gynecologists, 2015) dalam

buku (E. Sinaga et al., 2017) . Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian

bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bagian

11
bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri ini juga bisa disertai

dengan kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot rahim yang

sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim. Kontraksi otot

yang sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-otot menegang dan

menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi

pada bagian perut, tetapi juga pada otot-otot penunjang yang terdapat di bagian

punggung bawah, pinggang, panggul, paha hingga betis (E. Sinaga et al., 2017).

Proses ini sebenarnya merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya

mulai dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32-48 jam.

Sebagian besar perempuan yang menstruasi pernah mengalami dismenorea dalam

derajat keparahan yang berbeda-beda. Dismenorea yang dialami remaja umumnya

bukan karena penyakit, hal ini disebut dengan dismenorea primer. Dismenorea

primer pada perempuan yang lebih dewasa akan makin berkurang rasa sakit dan

nyerinya. Dismenorea primer juga makin berkurang pada perempuan yang sudah

melahirkan (E. Sinaga et al., 2017).

Pada wanita yang lebih tua, dismenorea dapat disebabkan oleh penyakit tertentu,

misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.

Dismenorea yang disebabkan oleh penyakit disebut dismenorea sekunder. Berbeda

dengan dismenorea primer, rasa sakit dan nyeri yang dirasakan pada dismenorea

sekunder biasanya berlangsung lebih lama dari pada dismenorea primer. Nyeri

karena dismenorea sekunder biasanya dimulai beberapa hari sebelum menstruasi,

makin lama akan makin terasa nyeri selama menstruasi berlangsung, dan biasanya

baru hilang beberapa hari setelah menstruasi selesai. Apabila pada

12
dismenorea primer, rasa sakit akan makin berkurang seiring dengan makin

bertambahnya umur, pada dismenorea sekunder, makin bertambah umur biasanya

makin bertambah parah (E. Sinaga et al., 2017).

2. Jenis Dismenore

Dismenore dikategorikan menjadi dua jenis yang berbeda, yakni dismenore

primer dan dismenore sekunder. Menururt Unsal (2010) dalam Oktavianto et al.,

(2018) yaitu :

a. Dismenore primer, terjadi pada wanita yang memiliki anatomi panggul yang

normal atau tanpa kelainan/penyakit rongga panggul.

b. Dismenore sekunder, terjadi sebagai akibat dari adanya permasalahan atau

kelainan pelvik. Hal ini bisa disebabkan karena endometriosis, peradangan

pelvik, penguunaan IUD, kista ovarium, adenomiosis, mioma uterin, polip

uterin, atau stenosis servik.

3. Klasifikasi Dismenore

Menurut Larasati & Alatas (2016), Dismenore sering di klasifikasikan sebagai

ringan, sedang, atau berat berdasarkan intensitas relatif nyeri. Nyeri tersebut dapat

berdampak pada kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Intensitas nyeri

menurut Multidimensional Scoring of Andersch and Milsom mengklasifikasikan

nyeri dismenore sebagai berikut.

a. Dismenore ringan didefinisikan sebagai nyeri haid tanpa adanya pembatasan

aktifitas, tidak diperlukan penggunaan analgetik dan tidak ada keluhan sistemik.

b. Dismenore sedang didefinisikan sebagai nyeri haid yang memengaruhi aktifitas

sehari-hari, dengan kebutuhan analgetik untuk menghilangkan rasa sakit dan

terdapat beberapa keluhan sistemik.

13
c. Dismenore berat didefinisikan sebagai nyeri haid dengan keterbatasan parah

pada aktifitas sehari-hari, respon analgetik untuk menghilangkan rasa sakit

minimal, dan adanya keluhan sistemik seperti muntah, pingsan dan lain

sebagainya

4. Penyebab Dismenore

a. Dismenore primer

Dismenorea primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi.

Kram menstruasi dismenore primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim

yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding

rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenorea primer disebabkan oleh zat

kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut

prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang otot-otot halus dinding rahim

untuk berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin

kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada

hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua

dan selanjutnya lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar

prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri haid pun akan berkurang

seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin (E. Sinaga et al.,

2017). Berdasarkan klasifikasinya penyebab dismenore atau nyeri haid

menurut Anurogo & Wulandari (2011), yaitu :

1) Faktor endokrin

Rendahnya kadar progesterone pada akhir fase corpus luteum. Hormon

progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan

hormon estrogen merangsang kontraksi uterus. Di sisi lain, endometrium

dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan


14
kontraksi otot-otot polos.

15
Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka

selain dismenore dapat juga dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual),

muntah, diare, flushing (respons involunter tidak terkontrol) dari sistem

darah yang memicu pelebaran pembuluh darah kapiler kulit, dapat berupa

warna kemerahan atau sensasi panas. Jelasnya bahwa peningkatan kadar

prostaglandin memegang peranan penting pada timbulnya dismenore primer.

2) Faktor organik

Kelainan organik yang dimaksud yaitu seperti retrofleksia uterus

(kelainan letak – arah aatomis rahim), hipoplasia uterus (perkembangan

rahim yang tidak lengkap), obstruksi kanalis servikal (sumbatan saluran jalan

lahir), mioma submukula bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan

otot), dan polip endometrium.

3) Faktor kejiwaan atau psikis

Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika tidak

mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, maka akan timbul

dismenore. Contoh gangguan psikis yaitu seperti rasa bersalah, ketakutan

seksual, takut hamil, konflik dan masalah jenis kelamin, dan imaturitas

(belum mencapai kematangan).

4) Faktor konstitusi

Faktor konstitusi yaitu seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat

mempengaruhi timbulnya dismenore.

b. Dismenore Sekunder

Dismenorea sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan

pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul,

endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenorea sekunder dapat diatasi

16
hanya dengan

17
mengobati atau menangani penyakit atau kelainan yang menyebabkannya (E. Sinaga et

al., 2017).

1) Fibroid adalah pertumbuhan jaringan di luar, di dalam, atau pada dinding


rahim.

Banyak kasus fibroid yang tidak menimbulkan gejala, artinya perempuan

yang memiliki fibroid tidak merasakan gangguan atau rasa sakit yang

nyata. Gejala fibroid bisa muncul atau tidak bergantung pada lokasi,

ukuran dan jumlah fibroid. Fibroid yang terdapat pada dinding rahim

dapat menyebabkan rasa sakit dan nyeri yang parah. Fibroid yang

menimbulkan gejala biasanya ditandai dengan perdarahan menstruasi

yang berat, durasi atau periode menstruasi lebih dari satu minggu, sakit

atau pegal pada panggul, dan sering berkemih (E. Sinaga et al., 2017).

2) Endometriosis adalah suatu kelainan di mana jaringan dari lapisan dalam

dinding rahim atau endometrium tumbuh di luar rongga rahim. Lokasi

endometriosis yang paling sering adalah pada organorgan di dalam

rongga panggul (pelvis), seperti indung telur (ovarium), dan lapisan yang

melapisi rongga abdomen (peritoneum), atau pada tuba fallopii dan

disamping rongga rahim. Jaringan tersebut juga mengalami proses

penebalan dan luruh, sama dengan endometrium normal yang terdapat di

dalam rongga rahim. Tetapi karena terletak di luar rahim, darah tersebut

akhirnya mengendap dan tidak bisa keluar. Perdarahan ini menimbulkan

rasa sakit dan nyeri, terutama di sekitar masa menstruasi. Endapan

perdarahan tersebut juga akan mengiritasi jaringan di sekitarnya, dan

lama-kelamaan jaringan parut atau bekas iritasi pun terbentuk. Rasa sakit

luar biasa saat menstruasi yang menjadi gejala utama penyakit ini dapat

dikurangi dengan obat pereda sakit atau terapi hormon.


18
Penanganan dengan operasi juga bisa dilakukan untuk mengangkat

jaringan endometriosis, terutama untuk penderita yang berencana untuk

memiliki anak (E. Sinaga et al., 2017).

3) Adenomiosis adalah adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium

tumbuh di dalam dinding otot rahim. Biasanya terjadi di akhir masa usia

subur dan pada wanita yang telah melahirkan (E. Sinaga et al., 2017).

4) Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berkembang di luar rahim,

biasanya di dalam tuba falopii. Situasi ini membahayakan nyawa karena

dapat menyebabkan pecahnya tuba falopii jika kehamilan berkembang.

Penanganannya harus dilakukan dengan cara operasi atau melalui obat-

obatan (E. Sinaga et al., 2017).

5. Tanda dan gejala dismenore

Nyeri haid pada umumnya dirasakan sebagian wanita pada awal masa

menstruasi. Pada beberapa wanita, rasa sakit di bagian bawah perut ini tidak

begitu terasa hingga mereka tetap dapat beraktivitas seperti biasa, Namun

sebagian lain merasakan nyeri yang tidak tertahankan hingga tidak mampu

melakukan aktivitas apapun. Sepanjang waktu, terjadi kontraksi halus pada otot

dinding rahim yang umumnya tidak terasa. Namun, di masa menstruasi kontraksi

ini menjadi makin kencang sebagai bagian dari peluruhan dinding rahim saat

haid. Kontraksi tersebut menekan pembuluh darah yang mengelilingi rahim,

sehingga memutuskan suplai darah dan oksigen ke rahim. Ketiadaan oksigen

inilah yang menyebabkan jaringan rahim melepaskan bahan kimia yang

menciptakan rasa nyeri. Adapun tanda dan gejalanya yaitu :

19
a. Dismenorea Primer

Dismenore primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi (ovulatory

cyccles) dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid pertama. Pada

dismenore primer klasik, nyeri dimulai bersamaan dengan onset haid atau

hanya sesaat sebelum haid dan bertahan atau menetap selam 1-2 hari. Nyeri

dideskripsikan sebagai spasmodik dan menyebar ke bagian belakang

(punggung) atau paha atas atau tengah. Berhubungan dengan gejala-gejala

umumnya yaitu sebagai berikut (Anurogo & Wulandari, 2011) :

1) Malaise (rasa tidak enak badan)

2) Fatugue (lelah)

3) Nausea (mual) dan vomiting (muntah)

4) Diare

5) Nyeri perut bawah

6) Sakit kepala

7) Terkadang dapat juga disertai vertigo atau sensai jatuh, perasaan cemas,

gelisah, hingga jatuh pingsan.

8) Gejala klinis dismenore primer termasuk onset segera setelah haid pertama

dan biasanya berlangsung sekitar48-72 jam, sering mulai beberapa jam

sebelum atau sesudah haid. Selain itu juga terjadi nyeri perut atau nyeri

seperti saat melahirkan dan hal ini sering ditemukan pada pemeriksaan

pelvis yang biasanya atau pada rektum.

a. Dismenore sekunder

Nyeri dengan pola berbeda didapatkan pada dismenore sekunder yang terbatas

pada onset haid. Ini biasanya berhubungan dengan perut besar atau kembung,

pelvis terasa berat,dan nyeri punggung.Secara klinis, nyeri meningkat

20
secara progresif slama fase luteal dan akan memuncak sekitar onset haid.

Berikut adalah gejala klinis dimenore sekunder secara umum (Anurogo &

Wulandari, 2011).

1) Dismenore sekunder terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid

pertama

2) Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun

3) Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik, pertimbangkan

kemudian endometriosis, pelvic inflammatory disease (penyakit radang

panggul), dan pelvic adhesion (perlengketan pelvis).

4) Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan NSAID

(nonstroridal anti-inflamatory drug) atau obat anti-inflamasi non-steroid,

kontrasepsi oral atau keduanya.

6. Dampak dismenore

Dismenore diketahui sebagai salah satu penyebab terganggunya aktifitas

sehari-hari yang akan berdampak negatif pada kualitas hidup nantinya. Beban

yang ditimbulakn oleh dismenore lebih besar dari permasalahan ginekologi

lainnya. Selain menimbulkan permasalahan ginekologi, dismenore juga dapat

merupakan permasalahan Kesehatan masyarakat, Kesehatan kerja dan keluarga

karena dismenore tidak hanya berdampak pada individu terikat, tetapi juga

lingkungan yang ada di sekitanya (E. Sinaga et al., 2017).

a. Aktivitas belajar

Dampak yang paing sering ditimbulkan oleh dismenore adalah gangguan

aktivitas sehingga wanita dismenore tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-

hari dengan normal. Wanita yang mengalami dismenore dua kali lebih

terganggu

21
aktivitasnya dibandingkan dengan yang tidak mengalami nyeri haid saat

menstruasi. Gangguan aktivitas belajar tersebut berupa tingginya tingkat

absen di sekolah maupun kerja, keterbatasan kehidupan sosial, performa

akademik, serta aktivitas olahraga. Tidak masuk sekolah maupun kerja

merupakan dampak yang paling sering ditimbulkan oleh dismenore

(Oktavianto et al., 2018).

b. Menurunnya kualitas hidup

Permasalah dimenore berdampak pada penurunan kualitas hidup

akibat tidak masuk sekolah maupun bekerja, namun disisi lain menurunnya

kualitas hidup akibat dismenore berdampak pada profesionalitas kerja dan

performa akademik.

c. Kerugian ekonomi

Dismenore juga menimbukan kerugian ekonomi pada wanita usia subur, serta

berdampak pada kerugian ekonomi nasional karena terjadinya penurunan

kualitas hidup.

d. Interfilitas

Pada dismenore sekunder yang terjadi akibat endometriosis dapat menggangu

fungsi seksual, menyebabkan infertilitas dan dapat mengarah komplikasi ke

usus, kandung kemih, atau ureter. Tidak hanya dismenore sekunder, infertilitas

serta gangguan fungsi seksual dapat terjadi pada dismenore primer jika tidak

ditangani.

e. Depresi

Pada wanita yang dismenore setengah kali mengalami depresi daripada

mereka yang tidak mengalami dismenore. Selain mengalami depresi dismenore

juga dapat menyebabkan rasa cemas.

22
7. Pengukuran Skala Nyeri Haid (Dismenore)

Penggunaan skala nyeri yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya akan

memberikan akurasi pada pengukuran nyeri pada anak hingga usia remaja. Skala

pengukuran nyeri yang digunakan untuk mengukur intensitas atau skala nyeri

pada dismenore kali ini yaitu : Numeric Rating Scale (NRS) Skala ini

menggunakan nomor (0-10 atau 0-100) untuk menggambarkan peningkatan nyeri.

Alat ukur ini dapat digunakan pada anak yang sudah mulai mengenal angka.

Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai

pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan

menggunakan skala 0-

10. Skala ini merupakan skala paling efektif yang digunakan saat mengkaji

intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan

skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm, Qittun (2008)

dalam M.Ridwan & Herlina (2015), Keterangan skala pengukuran rasa nyeri haid

atau dismenore dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 1 Skala Intensitas Nyeri Haid


0 : Tidak ada keluhan nyeri haid/kram pada perut bagian bawah

1-3 : Terasa kram pada perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih

dapat melakukan aktivitas, masih dapat berkonsentrasi belajar.

4-6 : Terasa kram perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kurang

nafsu makan, sebagian aktivitas terganggu sulit/susah berkonsentrasi

belajar
23
7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke

pinggang, paha atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas,

tidak kuat beraktivitas, tdk dapat berkonsentrasi belajar.

10 : Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri menyebar

ke pinggang, kaki, dan punggung, tidak mau makan, mual, muntah, sakit

kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat

tidur,tidak dapat beraktivitas, terkadaang sampai pingsan (M.Ridwan &

Herlina, 2015).

D. Konsep Teori Cara Penanganan Dismenore

1. Penanganan Nyeri Haid

Dalam penatalaksanaan nyeri banyak hal yang dapat dilakukan untuk

mengurangi nyeri dismenorea, baik melalui terapi farmakologis dan non-

farmakologis menurut Dahlan, dkk (2017) dalam Husna (2018).

a. Terapi farmakologis

Upaya farmakologis yang dapat dilakukan dengan memberikan obat

analgesic sebagai penghilang rasa sakit. Menurut Bare & Smeltzer (2002)

dalam (Lestari, 2013) penanganan nyeri yang dialami oleh individu dapat

melalui intervensi farmakologis, dilakukan kolaborasi dengan dokter atau

pemberi perawatan utama lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat

menurunkan nyeri dan menghambat produksi prostaglandin dari jaringan-

jaringan yang mengalami trauma dan inflamasi yang menghambat reseptor

nyeri untuk menjadi sensitive terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya.

Contoh obat anti inflmasi nonsteroid adalah aspirin dan ibuprofen.

24
b. Terapi non-farmakologis
Menurut Bare & Smeltzer (2002) dalam (Lestari, 2013), penanganan

nyeri secara non-farmakologis terdiri dari :

1) Stimulasi dan masase kutaneus

Massase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan

pada punggung dan bahu. Massase dapat membuat pasien lebih nyaman

karena massase membuat relaksasi pada otot-otot.

2) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan

nyeri, contohnya seperti menyanyi, berdoa, menceritakan gambar atau

foto dengan kertas, mendengar musik, dan bermain.

3) Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan

ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen

dengan frekuensi lambat, berirama (teknik relaksasi nafas dalam).

4) Terapi komplementer dengan kompres hangat

Terapi komplementer dengan kompres hangat merupakan terapi

nonfarmakologi bagi remaja putri yang untuk mengurangi nyeri karena

dismenore. Kompres hangat dapat dilakukan sendiri oleh remaja putri

secara praktis, efektif dan ekonomis di rumah (Pangesti, Lestari, &

Riyanto, 2017).

5) Abdominal Stretching Exercise

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan Abdominal

Stretching Exercise. Abdominal Stretching Exercise merupakan suatu

latihan peregangan otot terutama pada perut yang dilakukan selama 10-

15 menit. Manfaat dari Abdominal Stretching Exercise yaitu untuk


25
meningkatkan kekuatan otot, daya tahan tubuh, dan fleksibilitas otot

dapat meningkatkan kebugaran, mengurangi ketegangan otot (kram),

mengurangi rasa sakit pada menstruasi. Waktu dilakukan Abdominal

Stretching Exercise yaitu selama 3 hari sebelum menstruasi setiap pagi

atau sore dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu selama 30 menit.

26
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. KASUS

Pengkajian dilakukan pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 12 Oktober 2022

Jam : 16.30 WIB

Tempat : Puskesmas Kec.Mampang Prapatan

1. Data Subjektif

1) Identitas pasien

Nama : Nn ‘’S’’

Umur : 18tahun

Pendidikan : SMA

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : JL. Cilining Raya

Keluhan utama : Nn. S datang ke poli kebidanan Puskesmas Kec.Mampang

Prapatan mengeluh perut terasa sakit dari perut bagian bawah, pusing, sejak

kemarin tanggal 11 Oktober 2022

2) Riwayat menstruasi

a) Menarche : Nn. S mengatakan menarche umur 12 tahun.

b) Siklus : Nn. S mengatakan siklusnya 30 hari.

27
c) Lamanya : Nn. S mengatakan lama menstruasinya 6-7 hari.

d) Banyaknya : Nn. S mengatakan 2 kali ganti pembalut per hari.

e) Teratur/Tidak Teratur : Nn. S mengatakan haidnya teratur.

f) Tanggal Menstruasi : 11 Oktober 2022

g) Sifat darah : Nn. A mengatakan sifat darahnya encer, warna merah dan agak

menggumpal.

h) Dismenorea : Nn. S mengatakan terasa nyeri dan sakit selama haid.

3) Riwayat Perkawinan Nn. S mengatakan belum menikah.

4) Riwayat penyakit

Nn. S mengatakan saat ini mengalami sakit perut bagian bawah, pusing, mual

dan ingin muntah sejak tadi malam. Sifat nyeri, pusing, mual dan ingin muntah

kadang-kadang hilang. Saat ini Nn. S juga merasa lemas.

5) Riwayat operasi : Nn. S mengatakan tidak pernah dioperasi.

6) Pola kebiasaan sehari-hari

Nutrisi Sebelum menstruasi : Makan sehari 3 kali, porsi sedang dengan jenis menu

nasi, lauk, sayur, buah dan minum 6-7 gelas air putih per hari, kadangkadang minum

susu 1 gelas.

Selama menstruasi : Sejak nyeri haid Nn. S tidak nafsu makan, hanya minum dan

ngemil saja.

7) Istirahat

Sebelum menstruasi : Tidur siang sekitar 1 jam dan tidur malam sekitar 8 jam.

Selama menstruasi : Tidur tidak nyenyak yang diakibatkan nyeri perut yang

dialaminya.

28
8) Personal hygiene

Sebelum menstruasi : Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, keramas 3 kali per

minggu menggunakan shampo, menyikat gigi 3 kali sehari menggunakan pasta gigi,

ganti pakaian 2 kali per hari, dan ganti celana dalam 2-3 kali.

Selama menstruasi : Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, keramas 3 kali per

minggu menggunakan shampo, menyikat gigi 3 kali sehari menggunakan pasta gigi,

ganti pakaian 2 kali per hari, dan ganti pembalut 2 kali.

9) Aktifitas

Sebelum menstruasi : Aktifitasnya sebagai pelajar aktif di sekolah dan bermain.

Selama menstruasi : hari ini Nn. S tidak sekolah dan bermain.

Data psikologis :

a. Pasien Nn. S mengatakan merasa tidak nyaman dengan nyeri yang dialaminya

saat ini yang mengganggu aktifitasnya serta berharap rasa nyerinya bisa segera

hilang.

b. Keluarga Keluarga Nn. S merasa cemas dan berharap semoga sakit Nn.S bisa

dengan segera teratasi.

2. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)

1. Status generalis

Keadaan umum : Baik.

Kesadaran : Composmentis.

TTV TD : 120/80 mmHg,

R : 18 x/menit

N : 82 x/menit,

S : 36,70 C.

TB : 159 cm

29
BB : 48 kg

2. Pemeriksaan sistematis

a. Kepala

1) Rambut : Bersih, tidak berketombe dan tidak rontok.

2) Muka : Bersih, pucat, tidak oedema, dan tampak menahan sakit.

3) Mata : Tidak oedema, conjungtiva pucat dan sklera putih.

4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan.

5) Telinga : Bersih, tidak ada serumen.

6) Mulut : Bersih, tidak stomatitis.

7) Gigi : Tidak caries.

8) Gusi : Tidak mudah berdarah.

b. Leher

1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran kalenjar gondok.

2) Tumor : Tidak ada benjolan.

3) Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

c. Dada

1) Mammae

a) Membesar :Normal

b) Tumor : Tidak ada

c) Simetris : Simetris

d) Puting susu : Menonjol

e) Kolostrum : Tidak ada pengeluaran

2) Axilla

a) Benjolan : Tidak ada

b) Nyeri : Tidak ada

30
d. Abdomen

1) Pembesaran perut : Tidak ada pembesaran.

2) Benjolan/tumor : Tidak terasa benjolan/massa.

3) Nyeri tekan : Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan teraba tegang.

4) Luka bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi.

e. Anogenital

1) Vulva Vagina : Tidak ada kelainan

2) Inspeculo : Tidak dilakukan pemeriksaan.

3) Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan.

4) Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan.

f. Ekstremitas

1) Varices : Tidak ada varices.

2) Oedema : Tidak ada oedema.

3) Reflek patella : +/+

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan.

b. Pemeriksaan USG : Uterus tidak terlihat ada kelainan.

3.Assesment :

Nn. A umur 18 tahun menstruasi hari ke-2 dengan dismenore primer.

4.PLANNING :

1. Memberitahu pasien bahwa pasien dalam keadaan baik dan mengalami dismenorea

primer.

 Pasien mendengarkan penjelasan petugas tetapi pasien masih merasa cemas

31
dengan keadaannya.

2. Menjelaskan kepada pasien tentang nyeri yang dirasakan yaitu pasien mengalami

nyeri menstruasi yang disebut dismenorea primer. Akan tetapi hal ini normal karena

nyeri menstruasi primer timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri

dengan berjalannya waktu. Penyebabnya tidak jelas tetapi yang pasti selalu

berhubungan dengan pelepasan sel-sel telur (ovulasi) dan kelenjar indung telur

(ovarium) sehingga dianggap berhubungan dengan keseimbangan hormon.

 Pasien mengerti dan senang bahwa nyeri yang dirasakannya merupakan hal

yang normal. Pasien meminta saran untuk terapi obat maupun cara yang

dapat menurunkan intensitas nyerinya.

3. Menjelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri menstruasi atau dismenorea

primer yang berlebihan yaitu faktor psikis dan fisik seperti stres,shock,kelelahan dan

kecemasan.

 Pasien mengerti dan akan menghindari hal-hal yang menimbulkan nyeri

berlebihan.

4. Menjelaskan pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri

menstruasi yaitu menghindari stres yang menimbulkan kecemasan, memiliki pola

makan yang teratur,istirahat cukup, tidak merokok, tidak meminum-minuman keras,

olahraga teratur, mengurangi konsumsi pada makanan dan minuman yang

mengandung kafein, meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging ikan dan yang

mengandung vitamin B6

 Pasien mengerti dan akan memulai menerapkan cara pencegahan untuk

menyembuhkan atau mengurangi nyeri menstruasi.

5. Menjelaskan penanganan pada nyeri menstruasi selain dengan terapi obat yaitu

Manfaat dari Abdominal Stretching Exercise yaitu untuk meningkatkan kekuatan

32
otot, daya tahan tubuh, dan fleksibilitas otot dapat meningkatkan kebugaran,

mengurangi ketegangan otot (kram), mengurangi rasa sakit pada menstruasi.

 Pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan

6. Memberikan terapi obat peroral guna untuk mengurangi rasa nyeri menstruasi.

Memberikan terapi peroral asammefemanat 500mg 3x1 dan vitamin C2x1 selama

menstruasi berlangsung, Fe 2x1 selama menstruasi berlangsung

7. Mendiskusikan kunjungan ulang 2 hari lagi atau jika ada keluhan dan nyeri semakin

hebat.

 Pasien bersedia melakukan kunungan ulang

8. Melakukan pendokumentasian

 Telah dilakukan pendokumentasian

33
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen asuhan kebidanan

menurut SOAP pada Nn.A dengan gangguan reproduksi dismenorea primer secara

terperinci mulai dari langkah pertama yaitu pengkajian data sampai dengan

penatalaksanaan sebagai langkah terakhir. Pembahasan ini akan menjelaskan

mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat proses serta kesenjangan

antara manajemen teori dan praktek langsung di lapangan juga alternative dari

permasalahan yang ada. Data subjektif pada pasien dengan dismenorea primer di

dapatkan dari hasil wawancara langsung yaitu pasien mengatakan nyeri perut pada

bagian bawah saat menstruasi yang mengganggu aktifitasnya. Pengkajian

merupakan langkah awal dari proses asuhan kebidanan yang penulis lakukan untuk

mengumpulkan data subjektif. Data objektif pada pasien dengan kasus dismenorea

primer adalah hasil pemeriksaan fisik, pada saat pemeriksaan abdomen terlihat

nyeri tekan pada perut bagian bawah. Menggambarkan pendokumentasian hasil

analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi masalah

kebidanan serta kebutuhan sebagai langkah ketiga, keempat dan ketujuh langkah

varney. Data subjektif dan objektif yang penulis temukan saat melakukan

pengkajian mendukung ditegakkannya analisa kebidanan pada Nn. S umur 18

tahun dengan gangguan reproduksi dismenorea primer.Analisa kebidanan yang

ditegakkan tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan abdomen yang terdapat nyeri

tekan.Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, maka analisa yang muncul

adalah gangguan reproduksi dengan dimenorea primer. Sehingga masalah muncul

34
yaitu kecemasan akan rasa nyeri menstruasi yang dirasakan pasien sehingga

dibutuhkan informasi pasien tentang rasa nyeri yang dirasa dan memberikan

motivasi mental, berdoa kepada Allah SWT, berdzikir dan yakin akan kesembuhan

nyeri menstruasi yang dirasakannya. Secara teori diagnosa potensial dari

dismenore primer dapat terjadi kista Pada langkah perencanaan asuhan yang

menyeluruh ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi, baik yang sifatnya evaluasi/memeriksa kembali dan tindakan yang

sifatnya follow up. Penatalaksanaanyaitu mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah di lakukan seperti tindakan antisipasi, tindakan segera,

tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow

up.

35
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan menggunakan

manajemen kebidanan menurut SOAP penulis dapat menyimpulkan Pada pengkajian

gangguan reproduksi dengan dismenorea primer didapatkan data subjektif dan data objektif.

Data subjektif di peroleh dari wawancara dengan pasien dimana pasien mengeluh bahwa

nyeri pada perut bagian bawahnya sehingga mengganggu aktifitas pasien. Setelah diberikan

asuhan dan di berikan terapi obat peroral pasien mengatakan nyeri pada perut bagian

bawahnya berkurang dan pasien dapat beraktifitas seperti biasanya. Dalam analisa data di

dapatkan diagnosa kebidanan pada Nn.A umur 18tahun dengan gangguan reproduksi

dismenorea primer. Masalah yang timbul adalah pasien cemas dengan rasa nyeri yang

dirasakannya. Pada Kasus Nn.A dengan gangguan reproduksi dismenorea primer dengan

tetap mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, ikan dan makanan bergizi lainnya. Pasien

di beri terapi peroral dan konseling tentang pencegahan dan penanganan nyeri menstruasi

ketika datang serta menganjurkan untuk kunjungan ulang dua hari setelah pasien

memeriksakan dirinya. Dalam perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktek. Dalam evaluasi pada Nn.A dengan gangguan reproduksi dismenorea primer

didapatkan hasil yaitu bahwa pasien sudah tidak merasakan nyeri menstruasi pada perut

bagian bawahnya dan pasien sudah dapat beraktifitas seperti biasa.

2. Saran

1. Bagi tempat pelayanan kesehatan

Agar lebih meningkatkan professional kerja dan mutu pelayanan dalam memberikan

36
pelayanan kepada pasien khususnya pada pasien dismenorea primer.

2. Bagi Penulis

Agar lebih meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahuan tentang menstruasi

terutama dismenorea sehingga kedepannya dapat memberikan asuhan yang

komprehensif dan meningkatkan pelayanan berkualitas.

37
DAFTAR PUSTAKA

Larasati, TA., dan Alatas, F. 2016. Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore
Primer pada Remaja. Majority. 5 (3) ; 80

Lestari, N.M.S.D. 2013. Pengaruh Dismenore pada Remaja. Dalam Seminar Nasional
FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013. Singaraja.

Manuaba, I.B.G. 2009. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obsetri Ginekologi dan
KB. Jakarta: EGC.

Mardhiyah, U., Rosidi, A., Purwanti, I.A. 2015. Pola Dysmenorrhea Primer pada Remaja
di Man 1 Semarang.

Maula, A. 2017. Hubungan Asupan Kalsium, Magnesium dan Zat Besi dengan
Kejadian Dismenore Primer pada Siswi di SMK Muhammadiyah Bumiayu.
Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Notoatmodjo, S., 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novia, I., dan Puspitasari, N. 2008. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian
Dismenore Primer. The Indonesian Journal of Public Health, 4 (2) ; 96-
104

38

Anda mungkin juga menyukai