Anda di halaman 1dari 27

JOURNAL READING

The Effectiveness Of Self-Care and Lifestyle Interventions In Primary


Dysmenorrhea: A Systematic Review And Meta-Analysis

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada


Remaja & Pranikah

Oleh :
OKTA SARIYA PUTRI
NIM PO.71.24.4.20.004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN


KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading
“The Effectiveness Of Self-Care and Lifestyle Interventions In Primary
Dysmenorrhea: A Systematic Review And Meta-Analysis”

Oleh :
Okta Sariya Putri
NIM PO.71.24.4.20.004

Menyetujui,
Pembimbing Akademik

Desi Setiawaty, SST, M.Keb (…………………………………)


NIP.198112212005012003

Pembimbing Klinik

Ira Susanti, Am.Keb (…………………………………)


NIP.197511162006042013

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Elita Vasra, SST., M.Keb


NIP. 197305191993012001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan journal reading dengan
tepat waktu. Penulis menyadari dalam pembuatan journal reading ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si., Apt., M.M., M.Kes., selaku Direktur


Polekkes Kemenkes Palembang.
2. Bapak Makmur S. Prangin Angin, SKM, MKM selaku Plt. Pimpinan
Puskesmas Punti Kayu Palembang.
3. Ibu Nesi Novita, S.SiT., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan.
4. Ibu Elita Vasra, SST, M.Keb., Ketua program Studi Profesi Bidan dan jajaran
yang telah memfasilitasi dalam pelaksanaan kegiatan praktik profesi.
5. Pembimbing Praktik Ibu Desi Setiawaty, SST.,M.Keb dan Ibu Ira Susanti,
Am.Keb sebagai pembimbing lahan praktik.
6. Semua pihak yang telah membantu pada penyusunan laporan ini yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan journal reading ini masih


belum sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak.

Palembang, Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB I ISI JURNAL..........................................................................................1
BAB II TELAAH JURNAL.............................................................................10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................12
BAB IV PENUTUP..........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22

iv
BAB I
ISI JURNAL

A. Judul Jurnal
The effectiveness of self-care and lifestyle interventions in primary
dysmenorrhea: a systematic review and meta-analysis
Penulis :
Mike Armour, Caroline A. Smith1, Kylie A. Steel, and Freya Macmillan

B. Abstrak 
Tujuan: untuk menentukan keefektifan teknik perawatan diri peserta dan
intervensi gaya hidup pada intensitas nyeri haid, durasi, dan penggunaan
analgesik pada wanita dengan dismenorea primer. Rancangan: Pencarian
dilakukan dengan menggunakan Medline dan Scopus dengan
mempertimbangkan artikel-artikel yang diterbitkan sejak berdirinya
databanks hingga 7 Juni 2012. Hasil. Pencarian Medline, PsychINFO, Google
Scholar dan CINAHL dilakukan pada bulan September 2017.  Dua puluh tiga
percobaan termasuk 2302 wanita memenuhi syarat dan dimasukkan dalam
meta-analisis. Studi meneliti akupresur, olahraga, dan panas yang diberikan
sendiri sebagai intervensi. Risiko bias tidak jelas untuk banyak domain.
Semua intervensi menunjukkan pengurangan gejala nyeri haid; latihan (g =
2.16, 95% CI 0.97 hingga 3.35) menunjukkan ukuran efek terbesar, dengan
panas (g = 0.73, 95% CI 0.06 hingga 1.40) dan akupresur (g = 0.56, 95% CI
0.10 hingga 1.03) menunjukkan lebih moderat ukuran efek. Latihan (g = 0,48,
95% CI 0,12 hingga 0,83) dan panas (g = 0,48, 95% CI 0,10 hingga 0,87),
lebih efektif daripada analgesik dalam mengurangi intensitas nyeri,
sedangkan akupresur secara signifikan kurang efektif (g = - 0,76, 95% CI
-1,37 hingga - 0,15).

1
C. Pendahuluan/ Latar Belakang/Tujuan
Gangguan menstruasi sangat umum di antara wanita, dan paling sering
menampilkan nyeri haid dan gangguan mood. Dismenorea primer (nyeri haid)
mempengaruhi sekitar tiga perempat dari semua wanita selama kehidupan
reproduksi mereka, dan terutama umum terjadi pada wanita muda di masa
remaja dan masa dewasa awal, dengan sekitar 90% remaja Australia
mengalami nyeri haid. Dismenorea primer didefinisikan sebagai nyeri haid
tanpa adanya penyebab organik dengan nyeri yang biasanya dimulai dalam
waktu tiga tahun setelah menarche (periode menstruasi pertama). Gejala
karakteristik dismenorea primer adalah kram, kejang kolik nyeri di bawah
pusar, terjadi dalam 8-72 jam menstruasi, dan memuncak dalam beberapa hari
pertama saat aliran menstruasi meningkat. Selain kram yang menyakitkan,
banyak wanita dengan dismenorea mengalami gejala terkait menstruasi
lainnya termasuk nyeri punggung dan paha, sakit kepala, diare, mual dan
muntah. Faktor fisiologis yang berkontribusi terbesar pada dismenorea primer
adalah peningkatan jumlah prostaglanin yang ada dalam cairan menstruasi.
Prostaglandin, terutama PGF2a, merangsang kontraksi miometrium yang
mengurangi aliran darah uterus dan menyebabkan hipoksia uterus.
Hipoksia ini bertanggung jawab atas kram nyeri yang menjadi ciri
dismenorea primer. Dismenorea primer bertanggung jawab atas penurunan
kualitas hidup, ketidakhadiran dari pekerjaan atau sekolah, berkurangnya
partisipasi dalam kegiatan olahraga dan sosial, perubahan persepsi nyeri dan
masalah tidur. Panduan consensus dan tinjauan bukti menunjukkan bahwa
obat antiinflamasi non steroid (NSAID) adalah pengobatan lini pertama yang
efektif untuk dismenorea primer. Pil kontrasepsi oral kombinasi (COC)
adalah pengobatan lini kedua yang umum untuk dismenorea primer,
meskipun dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama ketika
kontrasepsi jangka panjang diperlukan. Sementara NSAID dan COC efektif
untuk banyak wanita, sekitar 25% wanita mengalami nyeri yang berhubungan
dengan salah satu dari perawatan standar ini.

2
Selain itu, perbedaan budaya juga mempengaruhi penggunaan analgesik dan
pil kontrasepsi oral, dengan wanita China menggunakan NSAID atau
kontrasepsi oral yang secara signifikan lebih sedikit untuk mengontrol nyeri
haid mereka dibandingkan wanita Australia. Kebanyakan wanita mengelola
gejala mereka dengan terutama obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas
(OTC) (misalnya ibuprofen dan parasetamol / acetaminophen), dan perawatan
diri termasuk istirahat dan penerapan panas, daripada mencari nasihat medis.
Kurangnya pereda nyeri yang memuaskan dan intervensi medis yang efektif
pada dismenorea primer menyebabkan penggunaan strategi perawatan diri
oleh wanita. Penggunaan pengobatan komplementer, non-farmakologis atau
tradisional (seperti obat-obatan herbal atau perubahan pola makan) seringkali
merupakan komponen penting dari perawatan diri. Banyak wanita sudah
menggunakan berbagai bentuk teknik non-farmakologis untuk mengatasi
nyeri haid mereka. Ini sebagai tambahan, atau sebagai pengganti, pereda nyeri
farmasi karena kurangnya efektivitas yang dirasakan dari obat-obatan ini atau
tidak suka menggunakan obat analgesik karena kekhawatiran atas efek
samping.
Namun satu hambatan utama dalam mengelola nyeri haid, apakah itu
pengobatan farmakologis atau non-farmakologis, adalah bahwa intervensi
harus terjangkau, baik dari segi waktu (dalam hal menghadiri janji temu dan
penjadwalan) dan biaya. Teknik perawatan diri non-farmakologis atau
intervensi gaya hidup, baik fisik maupun psikologis, yang dapat dilakukan
oleh wanita itu sendiri seperti olahraga (termasuk yoga dan Pilates), kompres
hangat, meditasi, aromaterapi, pijat diri atau akupresur dapat memenuhi
kriteria ini, memungkinkan wanita untuk secara potensial mengurangi nyeri
haid dan kebutuhan analgesik, dan meningkatkan kualitas hidup yang
berhubungan dengan kesehatan. Sebuah tinjauan Cochrane baru-baru ini
meneliti makanan dan suplemen herbal (seperti minyak ikan) untuk
dismenorea tetapi tidak ada tinjauan baru-baru ini yang memeriksa intervensi
perawatan diri peserta utama untuk dismenorea primer.

3
Jadi, Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk menentukan keefektifan teknik
perawatan diri utama peserta dan intervensi gaya hidup pada intensitas nyeri
haid, durasi, dan penggunaan analgesik pada wanita dengan dismenorea
primer.

D. Metodologi
Pencarian literatur sistematis dilakukan pada tanggal 7 Juni 2012. Pencarian
literatur dilakukan di Medline dan Scopus dalam bahasa Inggris, Spanyol,
Italia, atau Portugis.

E. Hasil
Dua puluh tiga percobaan termasuk 2302 wanita memenuhi syarat dan
dimasukkan dalam meta-analisis. Tidak ada studi yang memenuhi syarat
tentang kesadaran atau aromaterapi.
Intervensi studi Empat studi meneliti efek kompres hangat, studi meneliti efek
akupresur yang dilakukan sendiri dan lima studi efek latihan intensitas rendah,
baik peregangan atau postur yoga. Dua dari studi akupresur menggunakan
akupresur aurikuler, tekanan pada bagian tertentu dari telinga dianggap sesuai
dengan sistem organ yang berbeda, sedangkan sisanya menggunakan titik yang
terletak di tubuh.
Delapan belas studi memiliki dua lengan, tiga studi memiliki tiga lengan
sementara dua studi memiliki empat lengan. Kelompok kontrol heterogen
secara klinis. Kontrol analgesik farmasi, seperti ibuprofen, parasetamol atau
asam mefenamat, digunakan dalam sembilan penelitian. Akupresur Sham
digunakan dalam tujuh penelitian. Tidak ada kontrol pengobatan yang
digunakan dalam enam penelitian, istirahat yang ditentukan digunakan dalam
dua penelitian, pendidikan tentang perawatan diri diberikan dalam dua
penelitian dan plasebo pil dan tambalan yang tidak dipanaskan digunakan
dalam satu penelitian.
Efek gabungan dari kompres hangat (Gbr. 4) menunjukkan sedikit penurunan
nyeri haid (N = 4, n = 639 g = 0,73, 95% CI 0,06 hingga 1,40, I2 = 92,9,). Jika

4
dibandingkan dengan kelompok kontrol obat analgesik saja (Gbr. 5) ada sedikit
penurunan intensitas nyeri (N = 4, n = 639, g = 0,48, 95% CI 0,10 hingga 0,87,
I2 = 76,5). Efektivitas akupresur Efek keseluruhan akupresur (Gbr. 4)
menunjukkan penurunan sedang pada nyeri haid secara keseluruhan (N = 13, n
= 1086, g = 0,56, 95% CI 0,10 hingga 1,03, I2 = 92,5,). Tekanan akut kurang
efektif dibandingkan obat analgesik (Gbr. 5) dalam mengurangi intensitas nyeri
(N = 3, n = 360, g = -0,76, 95% CI -1,37 hingga -0,15, I2 = 87,2,), tetapi
menunjukkan manfaat besar dibandingkan dengan akupresur palsu (Gbr.6) (N
= 6, n = 526, g = 1.195% CI0.42 hingga 1.17, I2 = 91.5) dan manfaat sedang vs
tanpa pengobatan (N = 4n = 215, g = 0.6295% CI0.003to1.24, I2 = 79.4) (Gbr.
7). Efektivitas olahraga Keseluruhan efek latihan (Gbr. 4) menunjukkan
penurunan yang besar pada nyeri haid secara keseluruhan (N = 5, n = 575, g =
2.2, 95% CI 0,97 menjadi 3,35, I2 = 96,7). Latihan lebih efektif daripada obat
analgesik dalam mengurangi intensitas nyeri (N = 1, n = 122, g = 0,48, 95% CI
0,12 hingga 0,83) dan menunjukkan penurunan nyeri yang besar.
Bila dibandingkan dengan tanpa pengobatan (N = 4, n = 453, g = 2.6, 95% CI
1.41 sampai 3.78, 4 penelitian, I2 = 94.8) (Gbr. 7). Bias publikasi Tidak ada
bukti bias publikasi dalam uji coba menggunakan panas (p = 0,15) atau
olahraga (p = 0,23). Ada bukti bias publikasi dalam percobaan menggunakan
akupresur (p = 0,0012). Analisis trim dan isi tidak menghasilkan penghapusan
studi apa pun dan oleh karena itu tidak ada perubahan pada ukuran efek. The
"gagal aman N" untuk studi akupresur adalah 140, yang berarti 140 studi yang
tidak dipublikasikan menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok akan
diperlukan sebelum signifikansi statistik akan> 0,05. Peristiwa yang merugikan
Dari tiga studi yang melaporkan efek samping, hanya satu studi tentang
kompres hangat yang melaporkan kemerahan ringan pada kulit karena aplikasi
panas.

F. PEMBAHASAN
Intervensi gaya hidup terdiri dari kompres hangat, intensitas rendah olahraga
dan akupresur, tampaknya memberikan pengaruh yang signifikan penurunan

5
positif dalam intensitas nyeri, durasi dan lainnya yang mengganggu
berhubungan dengan nyeri haid.
Latihan intensitas rendah, yang terdiri dari yoga dan peregangan, menunjukkan
hasil positif terbesar dan paling konsisten bermanfaat dengan pengurangan rasa
sakit yang besar, dibandingkan dengan mengonsumsi obat dan penurunan
sedang jika dibandingkan dengan ibuprofen, obat bebas resep yang umum
digunakan oleh wanita untuk nyeri haid. Sementara uji klinis yang disertakan
memang memberikan bukti keefektifan yoga dan peregangan, terdapat hasil
yang bertentangan dari studi populasi yang meneliti hubungan antara olahraga
secara umum dan nyeri haid; dengan beberapa studi tidak menunjukkan efek
positif olahraga dan beberapa efek negative berkaitan dengan gejala emosional
seperti kecemasan yang bisa menyertai menstruasi. Beberapa
wanita sedikit berolahraga untuk mengurangi nyeri menstruasi itu sendiri
sementara beberapa wanita lebih suka berolahraga lebih banyak. Ini
perbedaan antara efektivitas latihan termasuk uji klinis dan penelitian berbasis
komunitas kemungkinan besar, setidaknya sebagian, disebabkan oleh latihan
yang digunakan dalam survei berbasis komunitas ini. Pembobotan yang
diberikan untuk latihan aerobik atau latihan intensitas tinggi saat menghitung
jumlah latihan dilakukan. Latihan sering kali dikonseptualisasikan oleh umum
adalah aktivitas besar seperti aerobik intensitas tinggi, berlari, berenang atau
bersepeda. Namun jenis latihan intensitas rendah seperti yoga, tai chi, Pilates,
dan peregangan. Semakin meningkat alternatif bentuk tradisional yang efektif
dari latihan intensitas tinggi yang merugikan. Menariknya Daley (2008), dalam
ulasan sebelumnya tentang latihan untuk nyeri haid, menyarankan bahwa
meskipun ada bukti efektivitas latihan secara luas untuk mengurangi nyeri,
sedikit bukti yang mendukung latihan intensitas (aerobik) di atas opsi intensitas
yang lebih rendah seperti yoga dan peregangan. Intensitas yang berbeda dari
latihan dapat dilakukan melalui mekanisme yang berbeda. Olahraga intensitas
sedang hingga tinggi dapat mengurangi rasa sakit melalui peningkatan sitokin
anti-inflamasi dan mengurangi jumlah keseluruhan aliran menstruasi, sehingga
menurunkan jumlah prostaglandin keseluruhan. Latihan yang kurang intens,

6
seperti yoga bisa mengurangi tingkat kortisol, yang pada gilirannya dapat
mengurangi sintesis din prostaglan.
Yoga mungkin memiliki efek menguntungkan yang mencakup lebih banyak
daripada keparahan nyeri haid. Peningkatan inflamasi penanda (seperti IL-6
dan CRP) terlibat tidak hanya dalam rasa sakit tetapi juga dalam perubahan
suasana hati terkait dengan menstruasi.
Perubahan mood terjadi terbukti menyusahkan bagi banyak wanita daripada
nyeri itu sendiri. Ada bukti yang menunjukkan yoga dapat mengurangi
perubahan suasana hati dan dapat dimediasi melalui penurunan penanda
inflamasi ini. Terapi panas, menggunakan tempelan panas perekat di bagian
bawah perut, menunjukkan peningkatan nyeri sedang pada ketegangan
dibandingkan dengan plasebo patch, pil plasebo atau tidak mengonsumsi
obatan dan perbaikan kecil sampai sedang dibandingkan dengan ibuprofen.
Panas dapat bekerja melalui peningkatan aliran darah di daerah perut dan di
dekat gerbang control 'teori penghambatan nyeri, di mana panas topikal
mengaktifkan termoreseptor, menghambat nosisepsi bersamaan dan
mengurangi sinyal nyeri mencapai otak. Meskipun ini adalah temuan yang
menjanjikan, ada beberapa kompres hangat yang dapat mengurangi efektivitas
nyeri. Kebanyakan wanita di masyarakat tidak mungkin bisa mempertahankan
panas konstan pada 38 hingga 40 derajat selama 8-12 jam menggunakan
kemasan atau botol air panas. Terapi panas juga mungkin kurang efektif dalam
wanita dengan jumlah jaringan adiposa yang lebih besar di perut, karena ini
bertindak sebagai insulator termal.
Oleh karena itu, meskipun panas dapat memberikan wanita nyeri yang
berkurang, panas bila diterapkan di bawah kondisi eksperimental yang
dikontrol ketat. Panas, berbeda dengan olahraga, tampaknya paling baik
digunakan selama menstruasi sendiri, untuk pengurangan nyeri jangka pendek
dan cepat.
Akupresur menunjukkan manfaat paling sederhana di atas semua rasa sakit,
dengan efek ukuran sedang di bawah panas dan tidak seperti panas dan
olahraga, tidak menunjukkan keunggulan apa pun atas obat analgesik.

7
Akupresur kemungkinan akan berhasil melalui sejumlah jalur, mirip dengan
akupunktur, termasuk meningkatkan pelepasan opioid endogen, dan
meningkatkan aliran darah uterus.
Temuan tentang efek akupresur sejalan dengan yang lain tinjauan sistematis
untuk dismenorea serta untuk nyeri secara lebih luas. Meskipun kurang efektif
dibandingkan olahraga, akupresur dapat dengan mudah dipelajari dan
diterapkan. Oleh karena pengobatan tambahan yang mungkin, khususnya
untuk situasi di mana panas mungkin tidak dapat diakses, seperti bepergian
atau di sekolah, dan untuk wanita yang tidak ingin melakukan aktivitas latihan.
Intervensi perawatan diri yang dapat dilakukan wanita sendiri, seperti yoga,
panas, dan akupresur adalah penting dalam memberdayakan wanita untuk
menjadi 'pengelola penyakit' mereka sendiri. Wanita menemukan perawatan
diri meningkatkan hak pilihan yang mereka miliki selama siklus menstruasi
mereka, dan nyeri haid..
Dismenorea biasanya menyebabkan ketidakhadiran atau kinerja kelas
berkurang. Demikian pula, mengingat hubungan antara peningkatan aliran
menstruasi dan dismenorea faktor ini perlu diperhatikan dikendalikan, atau
dimasukkan sebagai ukuran hasil dalam studi masa depan. Faktor tambahan
yang harus dikontrol untuk menyertakan; status merokok, IMT, penggunaan
kontrasepsi oral dan nuliparitas. Terakhir, diberi nilai sekunder gejala seperti
perubahan suasana hati dan kelelahan, dan memiliki hasil negatif yang
signifikan dampak pada perempuan. Ukuran hasil harus dikembangkan dan
dimasukkan termasuk kuantifikasi ini pada gejala.

G. KESIMPULAN
Mengingat proporsi besar wanita yang mempunyai sedikit uang tidak ada
bantuan dari analgesik OTC, meta-analisis menunjukkan bahwa kompres
hangat, akupresur atau olahraga dapat memberikan tambahan yang efektif, atau
dalam kasus latihan dan panas alternative yang efektif, dan obat analgesik
untuk manajemen nyeri pada dismenorea primer. Arus penelitian tidak
membahas efek non-spesifik yang signifikan yang terkait dengan latihan atau

8
intervensi akupresur. Ada kebutuhan untuk desain penelitian yang ketat di
masa depan. Penelitian masa depan tentang paket perawatan termasuk
beberapa, atau semua, intervensi perawatan diri ini akan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang potensi keefektifan dan kebutuhan sumber
daya.

9
BAB II
TELAAH JURNAL

Efektivitas Perawatan Diri dan Intervensi Gaya Hidup Pada Dismenorea


Primer: Tinjauan Sistematis dan Meta-Analisis
P I C O T
Dua puluh tiga Review dan Studi meneliti Dua puluh tiga percobaan Wanita
percobaan meta-analisis ini akupresur, termasuk 2302 wanita yang sedang
termasuk 2302 menguji bukti olahraga, dan memenuhi syarat dan menstruasi
wanita teknik perawatan panas yang dimasukkan dalam meta- kemudian
analisis. Studi meneliti
memenuhi syarat diri peserta. diberikan diberikan
akupresur, olahraga, dan
dan dimasukkan sendiri sebagai persetujuan
panas yang diberikan
dalam meta- intervensi. sendiri sebagai intervensi. dan
analisis Risiko bias Risiko bias tidak jelas ketersediaan
tidak jelas untuk banyak domain. dilakukan
untuk banyak Semua intervensi intervensi
domain menunjukkan pengurangan untuk
menggunakan gejala nyeri haid; latihan dinilai efek
Pencarian (g = 2.16, 95% CI 0.97 penerapan
Medline, hingga 3.35) menunjukkan dengan
PsychINFO, ukuran efek terbesar, dismenorea
dengan panas (g = 0.73,
Google Scholar
95% CI 0.06 hingga 1.40)
dan CINAHL
dan akupresur (g = 0.56,
dilakukan pada 95% CI 0.10 hingga 1.03)
bulan menunjukkan lebih
September 2017 moderat ukuran efek.
Latihan (g = 0,48, 95% CI
0,12 hingga 0,83) dan
panas (g = 0,48, 95% CI
0,10 hingga 0,87), lebih
efektif daripada analgesik
dalam mengurangi
intensitas nyeri, sedangkan
akupresur secara
signifikan kurang efektif
(g = - 0,76, 95% CI -1,37
hingga - 0,15).

10
TELAAH JURNAL

Hasil
NO Penulis Metode Random Sampel Perlakuan Kontrol Yang
Temuan
Diukur
1. Mike Penelitian Ya Dua Akupresur Ada Semua Melakukan
Armour meta puluh , olahraga, kelompo intervensi aktivitas
, analisis tiga dan panas k menunjukkan latihan
Carolin dengan percobaa yang kontrol pengurangan menunjukkan
efek yang
e A. Pencarian n diberikan gejala nyeri
besar,
Smith, Medline, termasuk sendiri haid; latihan
sedangkan
Kylie PsychINF 2302 sebagai menunjukkan akupresur dan
A. O, Google wanita intervensi ukuran efek panas
Steel2 Scholar terbesar, menunjukkan
dan dan dengan panas efek sedang
Freya CINAHL dan akupresur dalam
Macmil dilakukan menunjukkan mengurangi
lan pada bulan lebih moderat nyeri haid
September ukuran efek. dibandingkan
2017. Latihan dan tanpa
pengobatan.
panas lebih
Baik olahraga
efektif
maupun panas
daripada adalah
analgesik alternatif
dalam potensial
mengurangi untuk
intensitas pengobatan
nyeri, analgesik.
sedangkan Namun,
akupresur kesulitan
dalam
secara
mengontrol
signifikan
efek non-
kurang efektif
spesifik,
bersama
dengan
potensi bias,
dapat
mempengaruh
i temuan
penelitian.

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dismenorea Remaja
Nyeri menstruasi sering terjadi selama periode menstruasi, biasanya
terjadi setelah ovulasi sampai akhir menstruasi. Nyeri menstruasi kebanyakan
terjadi di wilayah perut bagian bawah baik secara terpusat atau pada samping
dan dapat menyebar ke paha atau punggung bagian bawah.
Rasa sakit, cenderung mereda secara bertahap sampai masa menstruasi
berakhir. Pada bagian awal dari siklus menstruasi tubuh wanita secara bertahap
mempersiapkan dinding rahim untuk kehamilan dengan proses penebalan
lapisan dalam rahim. Setelah ovulasi jika pembuahan tidak terjadi, lapisan
dalam tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui menstruasi. Selama proses
ini jaringan akan mengalami kerusakan dari memproduksi senyawa kimia
prostaglandin, yang menyebabkan dinding otot rahim berkontraksi ini
membantu untuk membersihkan jaringan dari rahim melalui vagina dalam
bentuk aliran menstruasi. Namun kontraksi ini cenderung untuk membuat
pembuluh darah dari rahim menyempit, sehingga mengurangi pasokan oksigen
kerahim, dan ini mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa seperti kram saat
menstruasi. Rasa nyeri saat menstruasi cenderung berkurang dengan
bertambahnya umur dan juga anak yang dilahirkan. Namun, ketika rasa nyeri
menstruasi terjadi secara berlebihan dan menyakitkan atau mengganggu
kegiatan sehari-sehari seorang wanita, maka terjadi tidak normal dan secara
medis disebut secara dismenorea. Ada beberapa pendapat tentang pengertian
Dismenorea, antara lain:
1. Dismenorea merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut dan
terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi (Dianawati, 2003).
2. Dismenorea adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum dan
selama menstruasi (Ramaiah, 2006).

12
3. Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di perut
bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual
(Prawirohardjo, 2007).
4. Dismenorea merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari (Wijayanti, 2009).
5. Dismenorea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat
atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-
hari. Istilah Dismenorea (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu
dys (gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea
yang artinya flow (aliran). Jadi Dismenorea adalah gangguan aliran darah
menstruasi atau nyeri menstruasi (Misaroh, 2009).
6. Dismenorea menurut Manuaba (2008) adalah rasa sakit yang menyertai
menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari.
Derajat rasa nyerinya bervariasi, diantaranya :
a. Ringan : Berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan
aktivitas sehari-hari.
b. Sedang : Sakit yang dirasakan memerlukan obat untuk menurunkan
derajat sakitnya, tetapi masih bisa dilakukan untuk meneruskan aktivitas
sehari-hari.
c. Berat : Rasa nyeri yang dirasakan demikian berat, sehingga memerlukan
istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan rasa nyerinya.

B. Epidemiologi Dismenorea
Kejadian dismenorea di dunia sangat tinggi. Rata-rata lebih dari 50%
perempuan disetiap negara mengalami dismenorea. Di Amerika angka
presentasiniya sekitar 60% dan diswedia sekitar 72%(Proverawati, 2014).
Penelitian Gagua di Georgia pada tahun 2012 di ketahui bahwa prevalensi
kejadian dismenorea yaitu 52,07% dan akibat dari nyeri tersebut dilaporkan
bahwa 69,78% diantaranya tidak hadir kesekolah (Gagua, 2012).

13
Prevalensi dismenorea primer di Amerika Serikat pada tahun 2012 yang
dialami wanita umur 12-17 tahun adalah 59,7%, dengan derajat kesakitan 49%
dismenorea ringan, 37% dismenorea sedang dan 12% dismenorea berat
sehingga mengakibatkan 23,6% dari penderitanya tidak masuk sekolah
(Omidvar, 2012). Di Indonesia kejadian dismenorea primer mencapai 54,89%
sedangkan dismenorea sekunder sebanyak 45,11% (Proverawati &
Misaroh,2009).
Kejadian dismenorea ini biasanya terjadi pada remaja yang berusia
dibawah 20 tahun, karena puncak insiden dismenorea terjadi pada akhir masa
remaja dan diawal usia 20-an.
Sedangkan kejadian dismenorea pada remaja dikatakan cukup tinggi yaitu
92%. Namun insiden ini akan menurun seiring dengan bertambahnya usia
seorang perempuan dan meningkatnya kelahiran. Populasi remaja yang
memiliki usia 12-17 tahun di Amerika Serikat, remaja yang mengalami
dismenorea 59,7% dengan keluhan nyeri. Namun nyeri berat dirasakan oleh
remaja tersebut sebesar 12%,37% mengalami nyeri sedang dan 49% remaja
mengalami nyeri ringan. Studi ini melaporkan bahwa akibat dari dismenorea,
sebanyak 14% remaja putri sering absen sekolah (Anurogo, 2011).
Di india tentang “Dismenorea Primer dan Dampaknya terhadap Kualitas
Hidup Remaja Putri” di laporkan bahwa kejadian dismenorea sebanyak 84,2%.
Wanita yang mengalami dismenorea berpeluang 4,9 kali lebih besar untuk
tidak hadir pada perkuliahan, 3,1 kali lebih besar berpeluang menurunkan
aktivitas fisik, 3,2 kali lebih besar berpeluang untuk merasakan ketidakpuasan
dalam bekerja dibandingkan dengan wanita yang tidak dismenorea. Jadi dapat
disimpulkan bahwa dismenorea menyebabkan absen di perkuliahan dan
memiliki efek merugikan terhadap kualitas hidup remaja putri (Joshi, 2015).

C. Patofisiologi Dismenorea
Selama siklus menstruasi di temukan peningkatan dari kadar
prostaglandin terutama PGF2 dan PGE2. Pada fase proliferasi konsentrasi
kedua prostaglandin ini rendah, namun pada fase sekresi konsentrasi PGF2

14
lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PGE2. Selama siklus menstruasi
konsentrasi PGF2 akan terus meningkat kemudian menurun pada masa
implantasi window. Pada beberapa kondisi patologis konsentrasi PGF2 dan
PGE2 pada remaja dengan keluhan menorrhagia secara signifikan leih tinggi
dibandingkan dengan kadar prostaglandin remaja tanpa adanya gangguan haid.
Oleh karena itu baik secara normal maupun pada kondisi patologis
prostaglandin mempunyai peranan selama siklus menstruasi (Reeder, 2013).
Di ketahui FP yaitu reseptor PGF2 banyak ditemukan di myometrium.
Dengan adanya PGF2 akan menimbulkan efek vasokontriksi dan meningkatkan
kontraktilitas otto uterus.
Sehingga dengan semakin lamanya kontraksi otot uterus ditembah adanya efek
vasokontriksi akan menurunkan aliran darah keotot uterus selanjutnya akan
menyebabkan iskemik pada otot uterus dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Dibuktikan juga dengan pemberian penghambat prostaglandin akan dapat
mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi rasa nyeri pada saat menstruasi.
Begitu juga dengan PGF2 dimana dalam suatu penelitian disebutkan bahwa
dengan penambahan PGF2 dan PGE2 akan meningkatkan derajat rasa nyeri
saat menstruasi (Anurogo, 2011).
Peningkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya (terutama PGF2a)
dari endometrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi uterus yang tidak
terkoordinasi dan tidak teratur sehingga timbul nyeri. Selama periode
menstruasi, remaja yang mempunyai dismenorea mempunyai tekanan intrauteri
yang lebih tinggi dan memiliki kadar prostaglandin dua kali lebih banyak
dalam darah menstruasi di bandingkan remaja yang tidak mengalami nyeri.
Akibat peningnkatan aktivitas uterus yang abnormal ini, aliran darah menjadi
berkurang sehingga terjadi iskemia atau hipoksia uterus yang menyebabkan
nyeri. Mekanisme nyeri lainnya disebabkan oleh serat prosteglandin (PGE2)
dan hormon lainnya yang membuat serat saraf sensori nyeri di uterus menjadi
hipersensitif terhadap kerja badikinin serta stimulasi nyeri fisik dan kimiawi
lainnya (Reeder, 2013).

15
16
D. Klasifikasi Dismenorea
1. Dismenorea Primer
a) Pengertian Dismenorea Primer
Dismenorea Primer merupakan nyeri yang dirasakan secara
berlebihan. Penyebab terjadinya dismenorea primer ini tidak di ketahui
penyebab fisik yang nyata (Morgan, 2009).
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di
adanya kelainan pada alat- alat genital yang nyata.
Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche
biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus- siklus haid
pada bulan- bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis
anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul
tidak lama sebelumnya atau bersama- sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat
berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-
jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat
menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan 10 dengan rasa
nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas
dan sebagainya. Gadis dan perempuan muda dapat diserang nyeri haid
primer. Dinamakan dismenorea primer karena rasa nyeri timbul tanpa
ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang
sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu
diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari perempuan yang belum
pernah melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti
dari teori itu (Hermawan, 2012).
b) Penyebab Dismenorea Primer
1) Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus luteum.
Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas
uterus, sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas
uterus.

17
Di sisi lain, endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot polos.
Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran
darah, maka selain dysmenorrhea dapat juga dijumpai efek lainnya
seperti nausea (mual), muntah, dan diare.
2) Kelainan Organik
Ditemukan adanya kelainan pada rahim seperti kelainan letak arah
anatomi uterus, hypoplasia uteri (keadaan perkembangan rahim
yang tidak lengkap), obstruksi kanalis servikalis (sumbatan saluran
jalan lahir), mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri
dari jaringan otot), dan polip endometrium.
3) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis
Adanya perasaan yang mengganggu dari psikis seseorang remaja
yang memberikan efek negatif terhadap diri, sehingga
menyebabkan nyeri dismenorea
4) Faktor konstitusi
Anemia dan penyakit menahun juga dapat mempengaruhi
timbulnya dysmenorrhea
5) Faktor alergi
Adanya hubungan antara dimenorea dengan urtikaria (biduran),
migrain dan asma (Anurogo, 2011).
c) Faktor Risiko Dismenorea Primer
1) Usia saat menstruasi pertama kurang dari 12 tahun
2) Belum pernah hamil dan melahirkan
3) Memiliki haid yang memanjang atau dalam waktu lama
4) Merokok
5) Riwayat keluarga positif terkena penyakit
6) Kegemukan atau kelebihan berat badan (Anurogo, 2011).

18
d) Gambaran Klinik
Dismenorea primer biasanya akan dirasakan secara bertahap yaitu
dimulai dari tahap ringan yang dimulai dari adanya kram pada bagian
tengah, yang memiliki sifat spasmodik yang dapat menyebar
kepunggung atau paha bagian belakang. Umumnya dismenorea primer
akan dirasakan pada saat 1 sampai 2 hari sebelum menstruasi atau saat
12 menstruasi. Nyeri yang dirasakan tersebut akan terasa lebih berat
selama 24 jam dan berkurang setelah itu (Morgan, 2009).
Selama nyeri, beberapa wanita juga merasakan efek pengikut
seperti malaise ( rasa tidak enak badan), fatigue (lelah), nausea (mual)
dan vomiting (muntah), diare, nyeri panggung bawah, sakit kepala,
kadangkadang dapat juga di sertai vertigo atau sensai jatuh, perasaan
cemas, gelisah hingga jatuh pingsan, dan biasanya berlangsung sekitar
48-72 jam baik sebelum ataupun sesudah menstruasi (Anurogo, 2011).
Dismenorea primer memiliki karakteristik dan faktor yang
berkaitan dengannya yaitu biasanya dismenorea dimulai 1-3 tahun
setelah menstruasi dan akan bertambah berat apabila sudah berumur 23-
27 tahun dan secara perlahan-lahan akan mereda setelah umur tersebut.
Dismenorea primer biasanya terjadi pada remaja yang belum pernah
menikah dan nyerinya akan kurang apabila sudah melahirkan. Namun
pada remaja yang memiliki indeks masa tubuh yang berlebihan akan
mempengaruhi terhadap nyeri rahim kecuali remaja tersebut atlet.
Dismenorea primer akan terjadi aliran menstruasi yang lama dan jarang
terjadi pada remaja yang memiliki siklus haid yang tidak teratur
(Morgan, 2009).

2. Dismenorea Sekunder
a) Pengertian Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder merupakan suatu nyeri pada bagian abdomen
yang disebabkan karena adanya kelainan pada panggul.

19
Dismenorea sekunder bisa terjadi setelah remaja mengalami menstruasi,
tetapi paling sering datang pada usia 20-30 tahunan. Penyebab yang
paling 13 sering dialami oleh remaja adalah endometriosis,
adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease
dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau intra uterine device (IUD)
(Anurogo, 2011). Dismenorea sekunder yang dirasakan oleh penderita
berlangsung dari 2 sampai 3 hari selama menstruasi, namun penderita
dismenorea sekunder biasanya terjadi pada remaja yang memiliki umur
lebih tua dan sebelumnya mengalami siklus menstruasi yang normal
(Reeder, 2013).
b) Penyebab Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder dapat disebabkan oleh penggunaan alat
kontrasepsi, kelainan letah-arah, kista ovarium, gangguan pada
panggul, tumor, dan lain-lain (Anurogo, 2011).
c) Faktor Risiko Dismenorea Sekunder
1) Endometriosis
2) Adenomyosis
3) Intra Uterine Device (IUD)
4) Pelvic inflammatory disease (penyakit radang panggul)
5) Endometrial carcinoma (kanker endometrium)
6) Ovarian cysta (kista ovarium)
7) Congenital pelvic malformations
8) Cervical stenosis (Anurogo, 2011).
d) Gambaran Klinis
Dismenorea sekunder biasanya terjadi dengan perut besar atau
kembung, pelvis terasa berat dan terasa nyeri di punggun. Perbedaan
dengan dismenorea yang lainya adalah nyerinya akan semakin kuat
pada fase luteal dan akan memuncak sekitar haid. Sifat nyeri yang
dimiliki adalah unilateral dan biasanya terjadi pada umur lebih dari 20
tahun. Karakteristik yang lain yang dapat terjadi adalah darah
menstruasi yang banyak atau perdarahan yang tidak teratur.

20
Walaupun kita memberikan terapi NSAID, nyeri yang dirasakan tetap
tidak berkurang (Anurogo, 2011).

E. Penatalaksanaan
1) Pencegahan
Sebelum melakukan pengobatan seorang remaja setidaknya dilakukan
penanganan secara alami terhadap dismenorea. Penanganan ini dapat
dilakukan untuk nyeri menstruasi, diantaranya yaitu :
a) Seorang remaja di sarankan untuk tidak stress karena akan
mempengaruhi nyeri dismenorea. Seorang remaja harus berfikir
positif agar dismenorea terhindari
b) Makan dengan makan-makanan yang bergizi, yaitu makanan yang
mengandung gizi seimbang.
Pada saat seorang remaja mengalami menstruasi, disarankan untuk
banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayur-saturan untuk selalu
segar dan sehat
c) Istirahat yang cukup dan tidak menguras tenaga secara berlebihan
d) Seringlah minum-minuman yang mengandung kalsium tinggi
seperti susu ataupun seorang remaja dapat mengonsumsi suplemen
yang mengandung kalsium yang tinggi.
2) Pengobatan
Bila nyeri demikian hebat dan perlu pertolongan segera, maka kita
bisa membeli obat-obatan anti nyeri yang dijual dipasaran bebas tanpa
harus dengan resep dokter, misalnya feminax, aspirin, parasetamol
dan lain-lain. Jangan lupa bacalah dengan teliti aturan pemakaiannya.
Apabila telah melakukan upaya-upaya dirumah baik dengan
pemanasan, latihan maupun obat-obatan selama lebih kurang 3 bulan
tetapi belum ada sedikitpun perbaikan, sebaiknya konsultasi dengan
ahlinya secara langsung (Petugas Kesehatan) (dr. Fadlina, 2010).

21
BAB IV
PENUTUP

Dismenorea pada remaja putri menjadi salah satu permasalah kesehatan


reproduksi yang harus diberi penanganan. Mengingat proporsi besar wanita yang
sedikit mengetahui kesehatan reproduksi harus diberi bantuan edukasi. Perempuan
yang tidak memiliki anggaran membeli obat analgesic dalam mengatasi
dismenorea hanya mampu menahan rasa nyeri sampai menstruasi selesai.
Penelitian meta-analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa kompres hangat,
akupresur atau olahraga dapat memberikan tambahan yang efektif, atau olahraga
adalah alternative yang efektif sebagai obat analgesik untuk manajemen nyeri
pada dismenorea primer.

22
DAFTAR PUSTAKA

Mike Armour, Caroline A. Smith, Kylie A. Steel2 dan Freya Macmillan. 2019.
Article. 16 pages https://link.springer.com/content/pdf/10.1186/s12906-
019-2433-8.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai