Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Swamedikasi Nyeri Haid.
Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan hormat, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Yul sebagai dosen pengampu mata kuliah Swamedikasi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.

Surakarta, 19 Februari 2019

(Penulis Kelompok VI)


BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Obat menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Depkes
RI, 2009).
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang
cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnya penyakit di masyarakat
tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong masyarakat untuk
mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal biaya.
Berdasarkan pertimbangan efektif dan efesien tersebut maka dipilihlah swamedikasi sebagai
alternatif. Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. The
International Pharmaceutical Federation (FIP) mendefinisikan swamedikasi atau self-
medication sebagai penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh seorang individu atas
inisiatifnya sendiri (FIP, 1999). Sedangkan definisi swamedikasi menurut WHO adalah
pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal, maupun obat tradisional oleh seorang
individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit (WHO, 1998).
Dalam penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu
agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error). Apoteker sebagai salah satu
profesi kesehatan sudah seharusnya berperan sebagai pemberi informasi (drug informer)
khususnya untuk obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi. Obat-obat yang termasuk
dalam golongan obat bebas dan bebas terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan
sendiri (swamedikasi) (Depkes RI, 2007).
Banyaknya obat-obatan yang dijual di pasaran memudahkan seseorang melakukan
pengobatan sendiri terhadap keluhan penyakitnya, karena relatif lebih cepat, hemat biaya, dan
praktis tanpa perlu periksa ke dokter. Keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak
dialami masyarakat, termasuk nyeri akibat haid (disminorea) (Danang dan Aziz, 2014).
Namun untuk melakukan pengobatan sendiri dalam penatalaksanaan nyeri haid ini
dibutuhkan informasi yang benar agar dapat dicapai mutu pengobatan sendiri yang baik, yaitu
tersedianya obat yang cukup dengan informasi yang memadai akan meningkatkan derajat
kesehatan penderita. (Wahyuningtyas, 2010).
2.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi disminorea?
2. Apa saja klasifikasi disminorea?
3. Bagaimana etiologi disminorea?
4. Bagaimana patofisiologi disminorea?
5. Bagaimana tanda dan gejala disminorea?
6. Apa saja terapi farmakologi disminorea?
7. Apa saja terapi non farmakologi disminorea?
8. Bagaimana alogaritma terapi disminorea?
2.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah definisi disminorea.
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi disminorea.
3. Untuk mengetahui bagaimana etiologi disminorea.
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi disminorea.
5. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala disminorea.
6. Uantuk mengetahui apa saja terapi farmakologi disminorea.
7. Untuk mengetahui apa saja terapi non farmakologi disminorea.
8. Untuk mengetahui bagaimana alogaritma terapi disminore.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dismonore


Dismenore atau nyeri haid merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan oleh wanita
usia reproduktif. Nyeri atau rasa sakit yang siklik bersamaan dengan menstruasi ini sering
dirasakan seperti rasa kram pada perut dan dapat disertai dengan rasa sakit yang menjalar ke
punggung, dengan rasa mual dan muntah, sakit kepala ataupun diare. Oleh karena itu, istilah
dismenore hanya dipakai jika nyeri haid tersepakt demikian hebatnya, sehingga memaksa
penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk
beberapa jam atau beberapa hari (Winknjosastro, 2007). Dismenore (dysmenorrhoea) berasal
dari bahasa Yunani, diman “dys” bearti gangguan/nyeri hebat / abnormalitas, “meno” berati
paklan dan “rrhea” berarti aliran, sehingga dismenore (dysmenorrhoea) dapat diartikan
dengan gangguan aliran darah haid.
2.2 Klasifikasi Disminore
Dismenore dapat dibagi atas 2 bagian berdasarkan kelainan ginekologi, antara lain :
1. Dismenore Primer.
Merupakan nyeri haid yang tidak terdapat hupakngan dengan kelaiann ginekologi, atau
kelainan secara anatomik. Kejadian dismenore primer ini tidak berhupakngan dengan
umur, ras maupun status ekonomi. Namun derajat nyeri yang dirasakan serta durasi
mempunyai hupakngan dengan usia saat menarche, lamanya menstruasi, merokok dan
adanya peningkatan Index Massa Tupakh. Sebaliknya gejala dismenore primer ini
semakin berkurang jika dikaitkan dengan jumlah paritas
2. Dismenore Sekunder.
Nyeri haid yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kelainan secara anatomi.
Gejala dismenore sekunder ini dapat ditemukan pada wanita dengan endometriosis,
adenomiosis, obstruksi pada saluran genitaia, dan lain-lain. Sehingga pada wanita dengan
dismenore sekunder ini juga dapat ditemukan dengan komplikasi lain seperti dyspareunia,
dysuria, perdarahan uterus abnormal, infertilitas dan lain-lain.
2.3 Patofisiologi Disminore
1. Desminorea primer
Pada dasarnya disminore primer memang berhubungan dengan prostglandin
endometrial dan leukotrien. Setelah terjadi proses ovulasi sebagai respons peningkatan
produksi progesteron (Guyton & Hall, 2007). Asam lemak akan meningkatkan dalam
fosfolipid membran sel. Kemudian asam arakidonat dan asam lemak omega-7 lainnya
dilepaskan dan memulaisuatu aliran mekanisme prostaglandin dan leukotrien dalam
uterus. Kemudian berakibat pada termediasinya respons inflamasi, tegang saat menstruasi
dan molimina menstruasi lainnya (Hillard, 2006).
Hasil metabolisme asam arakidonat adalah prostaglandin F2-a;fa yang merupakan
suatu siklooksigenase (COX) yang mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada
miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri menstruasi. Peningkatan level PGF2-alfa
dan PGE-2 akan meningkatkan rasa nyeri pada dismenorea primer (Hillard, 2006).
Selanjutnya, peran leukotrien dalam terjadinya disminorea primer adalah
meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri uterus (Hillard, 2006). Disminore primer
juga bisa diakibatkan oleh adanya tekanan atau faktor kejiwaan, selain adanya peran
hormon leukotrien dan prostaglandin. Stres atau tekanan jiwa bisa meningkatkan kadar
vasopresin dan katekolamin yang berakibat pada vasokonstriksi kemudia iskemia pada sel
(Hillard, 2006).
Adanya pelepasan mediator seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi p, akan
merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan vasokonstriksi yang akhirnya
meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang
akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan
metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis ke
otak akan dipresepsikan sebagai nyeri.
2. Disminore sekunder
Endometritis jaringan endometrium yang membentuk prostaglandin dapat
dijumpai pada ovarium, ligamentum sakrouterina. Uterus retroversi dapat pula disertai
endometritis. Leiomioma (fibroid) merupakan berkas-berkas otot polos yang saling
menganyam, yang terbungkus suatu pseudokapsula dan juga berkaitan dengan produksi
prostaglandin yang berlebihan (Mengel MB, 2001).
2.4. Faktor Resiko dan Etiologi

1. Faktor risiko
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan dismenore. Faktor risiko
diantaranya adalah;
a) Usia muda
Pada saat menstruasi pertama di usia yang muda menyebabkan alat-alat
reproduksi belum dapat berfungsi dengan baik, dan belum siap untuk berkembang dan
masih terjadi penyempitan pada leher rahim. Hal tersebut menyebabkan timbulnya
nyeri ketika menstruasi. Dismenore akan meningkat selama masa remaja, dan akan
semakin menurun dengan bertambahnya usia. Puncak terjadinya dismenore primer
adalah pada rentan usia 15 sampai 25 tahun dan akan menurun setelah melewati masa
tersebut.
b) Kehamilan
Pada peremuan nuliparit kejadian dismenore umum terjadi dan akan menurun
setelah melahirkan anak secara normal. Wanita multiparitas akan mengalami
penurunan keparahan dismenore primer setelah pertama kali melahirkan (Priyanti dan
Mustikasari, 2014) Kehamilan menyebabkan adrenalin akan menurun, dan
menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid akan mengalami
penurunan bahkan hilang.
c) Lama menstruasi
Lama Menstruasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor psikologis yang
biasanya berhubungan dengan tingkat emosional remaja, dan faktor fisiologis lebih
kepada kontraksi otot uterus yang berlebihan. Kontraksi uterus yang berlebihan akan
menyebabkan prostaglandin banyak yang dikeluarkan, sehingga akan menimbulkan
rasa nyeri yang berlebihan, kontraksi uterus yang terus menerus akan menyebabkan
suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi dismneore (Gustina, 2015).
d) Olahraga teratur
Kejadian dismenore akan semakin meningkat bila kurangnya aktivitas selama
menstruasi, untuk itu olahraga merupakan salah satu bentuk rileksasi yang dapat
mengurangi nyeri.
e) Alkohol
Alkohol yang dikonsumsi terus-menerus oleh tubuh akan menyebakan rusaknya
fungsi hati, yang bertanggung jawab dalam penghancuran estrogen untuk
diseksresikan oleh tubuh. Rusaknya fungsi Hati akan menyebakan menumpuknya
estrogen didalam tubuh, hal tersebut dapat mengakibatkan rusaknya Pelvis.
f) Stres
Stres merupakan salah satu faktor risiko pada dismenore. Kondisi stres dapat
menyebabkan sensasi penekanan pada saraf-saraf punggung dan otot punggung bawah
sehingga dapat menimbulkan dismenore.
2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat memegang peranan penting dalam terjadinya
dismenore antara lain :
1. Penyebab Dismenore Primer
a. Faktor kejiwaan
Tingginya angka dismenore pada remaja putri disebabkan oleh belum baiknya
remaja putri dalam mengatur emosional, dan ketidaksiapan remaja putri dalam
menghadapi perkembangan dan pertumbuhan juga dapat menyebabkan gangguan fisik
(Rohma, 2016).
b. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi dapat menjadi faktor penyebab dismenore primer, yang dapat
menurunkan ketahanan seseorang terhadap nyeri. Faktor-faktor ini seperti Anemia,
dan Penyakit menahun.
c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Faktor ini merupakan teori lama, namun tidak dianggap sebagai faktor penting
sebagai penyebab dismenore. Banyak perempuan yang mengalami dismenore tanpa
stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantifleksi (Rakhma, 2012).
d. Faktor Endokrin
Kontraksi yang berlebihan pada dismenore, disebabkan oleh endometrium pada
fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 α menyebabkan kontraksi padaotot-otot
polos. Jumlah prostaglandin yang berlebihan akan dilepaskan dalam peredaran darah,
hal tersebut menimbulkan efek umum seperti muntah, diare, dan nausea.
e. Faktor Alergi
Faktor Alergi dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore dengan
urtikaria, migran atau asma bronkhiale. Smith menyatakan dugaan bahwa sebab alergi
adalah toksin haid (Rahmani,2014).
2. Penyebab Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder jarang ditemukan pada wanita yang berusia kurang dari 25
tahun, dan 25% dapat terjadi pada wanita pada umumnya yang mengalami dismenore.
Penyebab dari dismenore sekunder antara lain endometriosis, penyakit peradangan
rongga dalam daerah kemaluan, peradangan tuba fallopi, perlengketan abnormal
antara organ di dalam perut dan pemakaian IUD (Manurung et al. 2015).
2.5 Tanda dan Gejala Disminore
Tanda dan gejala umum disminore adalah nyeri yang timbul tidak lama sebelum
atau bersama-sama dengan permulaan menstruasi. Biasanya nyeri pada perut bagian
bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai, nyeri dirasakan
sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri yang terus-menerus, dapat
berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Gejala-gejala yang menyertai berupa mual, muntah, sakit kepala, diare dan
perubahan emosional (Wiknjosastro, 1999). Gejala terkait lainnya adalah kembung atau
perut terasa penuh.
2.6 Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi
1. Istirahat yang cukup
2. Olahraga yang teratur
3. Kompres air hangat disekitar perut
4. Makan makanan yang bergizi, makan sayran hijau
5. Banyak minum air putih
2.7 Terapi Farmakologi
1. Obat Analgesik
 Parasetamol adalah obat yang biasanya digunakan untuk mengobati rasa sakit
nyeri yang umum, mulai dari sakit kepala, nyeri haid, sakit gigi, nyeri sendi,
dan nyeri lainnya pada tubuh. Paracetamol juga bias digunakan untuk
meredakan demam. Sebagai analgesik, paracetamol berfungsi sebagai pereda
nyeri dari ringan hingga sedang yang bekerja langsung disistem saraf pusat.
Pada saat nyeri, paracetamol akan bekerja dengan cara menghambat rasa sakit
dari perkembangan hormone prostaglandin. Dengan begitu rasa nyeri akan
berkurang
 Ibu profen memiliki fungsi utama untuk menghilangkan nyeri pada tubuh, ibu
profen yang tergolong dalam jenis NSAID (non steroidal anti inflammatory
drugs) ini, bekerja dengan cara yang berbeda dengan obat analgesic lainnya,
seperti paracetamol. Ketika tubuh merasakn sakit, nyeri atau mengalami
peradangan, maka tubuh akan secara alami menghasilkan zat kimiawi yang
disebut dengan prostaglandin. Sementara, ibu profen mempunyai kemampuan
untuk menghentikan prostaglandin dihasilkan oleh tubuh, sehingga rasa nyeri
pada saat menstruasi pun hilang.
 Aspirin biasa disebut dengan asam asetil salisilat yaitu bentuk olahan senyawa
salisin yang terdapat banyak pada tumbuhan. Senyawa ini memiliki beberapa
fungsi, sesuai dosisnya. Pada dasarnya, fungsi aspirin pada obat menstruasi
bekerja menghambat enzim yang memproduksi dan mengatur kerja hormone
prostaglandin. Untuk menggunakan aspirin dengan dosisnya sebagai obat nyeri
yaitu 300 – 900 mg, yang diberikan setiap 4-6 jam.
2. Obat Diuretik
 Garam pamabrom
Kandungan diuretic ini sering digunakan sebagai pengganti hilangnya cairan
yang dapat menyeimbangkan tekanan darah. Diuretic adalah obat – obat yang
meningkatkan angka produksi urin, dengan demikian akan mengeliminasi
cairan yang berlebihan dari jaringan – jaringan tubuh. Reaksi alergi mungkin
terjadi, termasuk pembengkakan pada lidah, urin bewarna kuning emas, bibir
atau wajah bengkak bahkan kemerahan dan gatal–gatal pada kulit atau
kesulitan bernafas. Konsultasi pada dokter jika terjadi efek samping ini.
3. Obat Antidepresan
 Prozac atau fluoxetine adalah salah satu contoh obat antidepresan yang
digunakan untuk menghindari perubahan suasana mood atau hati menjelang
menstruasi. Obat ini umumnya diminum setiap hari. Tapi untuk wanita dengan
pms, penggunaan antidepresan mungkin bias dikonsumsi pada dua minggu
sebelum menstruasi dimulai.
2.8 Algoritma Terapi
Pemilihan obat

Ibuprofen(Proris Triple Action)


Ibuprofen merupakan obat anti radang non steroid, turunan asam arilasetat yang
mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic yang tinggi, terutama digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri akibat peradangan pada berbagai kondisi. Ibuprofen bekerja dengan
mekanisme menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem syaraf pusat yang
mengkatalis bisintesis prostaglandin seperti sikloksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor
rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamine, serotonin, prostasiklin,
prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau
kimiawi.

Indikasi
Kegunaan ibuprofen adalah untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang misalnya:
a. Sakit gigi dan setelah sakit gigi
b. Sakit kepala termasuk migrain
c. Sakit pada telinga
d. Nyeri otot dan termasuk nyeri akibat penyakit asam urat dan rematik
e. Nyeri akibat batu ginjal
f. Nyeri pasca operasi
g. Nyeri haid
h. Demam, termasuk demam setelah imunisasi

Kontraindikasi
a. Pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap ibuprofen, aspirin, dan NSAID lainnya.
b. Pasien yang akan atau telah menjalani operasi by pass jantung.
c. Pasien yang memiliki masalah ginjal, hati, asma, urtikaria
Dosis
Dosis untuk nyeri haid 200-400 mg tiap 6-8 jam. Dosis maksimal per hari adalah 1,2-2,4 gram.
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro JT, Wells BG, Schwinghammer TL, dan DiPiro CV. 2015. Pharmacotherapy Handbook,
ninth edition. McGraw-Hill Education Compabies: England.

FIP. 1999. Joint Statement By The International Pharmaceutical Federation and The World Self-
Medication Industry: Responsible Self-Medication, FIP & WSMI.

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 74,76,
80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.

Gustina, T., 2015. Hubungan Antara Usia Menarche Dan Lama Menstruasi Dengan Kejadian
Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di SMK Negeri 4 Surakarta (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Hillard, P.J.A. 2006. Dysmenorrhea. Pediatric in Review.27(2): 64-71.

Manurung, M.F., 2015. Efektivitas Yoga Terhadap Nyeri DismenorePada


Remaja.Jurnal Online Mahasiswa (JOM) BidangIlmuKeperawatan, 2(2), pp.1258-1265.

Mengel, M.B. & Schwiebert, P. (2001). Referensi Manual Kedokteran Keluarga. Jakarta:
Hipokrates.

Priyanti, S. and Mustikasari, A. D. (2014) ‘Hubungan Tingkat Stres Terhadap Dismenore Pada
Remaja Putri di Madrasah Aliyah Mamba’Ul Ulum Awang-awang Mojosari Mojokerto’,

Rakhma, A. (2012) ‘Gambaran Derajat Dismenore Dan Upaya Penanganannya Pada Siswi
Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna Depok Jawa Barat’, 1(1). Journal Hospital Majapahit,
6(2), pp. 1–10

Rohma, K., 2016. Hubungan antara faktor sosio demografi dan sikap dalam menghadapi kejadian
dismenorea pada remaja putri di smanegeri 1 suboh situ bondo (Doctoral dissertation,
UniversitasAirlangga).

Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo
Kasus
Seorang pasien wanita berumur 23 tahun datang dengan keluhan nyeri pada bagian
rahim, pasien mengeluh nyeri diduga karena sedang mengalami menstruasi di hari
pertama. Sebagai apoteker apa yang bisa anda anda lakukan?
DIALOG APOTEKER DENGAN PASIEN
Apoteker : Selamat siang mba, saya dengan Rabi apoteker di apotek ini. Ada yang
bisa saya bantu?
Pasien : Iya mba, saya mau beli obat buat nyeri haid ini mba, hari pertama.
Apoteker : Maaf sebelumnya dengan mba siapa ini saya berbicara?
Pasien : Nama saya Rahayu mba
Apoteker : Mohon maaf sebelumnya boleh minta alamat dan no handphonenya mas?
Pasien : Jl. Mojosongo Jebres, No handphonenya 081267665 mba.
Apoteker : Baik kalau begitu mba, apakah saat ini sedang tidak terburu-buru?
Karena saya ingin memberikan informasi terkait obat yang akan saya
berikan.
Pasien : Tidak mba, saya sedang senggang kok
Apoteker : Baiklah mba, kalau begitu mas bisa ikut saya sebentar ke ruang konseling.

Pasien : Iya mba


Apoteker : Bagaimana mba tadi sakitnya ?
Pasien : Begini mba, hari ini saya baru dapet tadi pagi rasanya sakit banget udah
saya coba minumin kiranti datang bulan ga ngefek mba.
Apoteker : Apakah sebelumnya mba nya kalau hari pertama menstruasi selalu seperti
ini?

Pasien : Iya mba, saya kalau hari pertama kaya gini sakitnya, biasanya saya kasih
selain kiranti, paraetamol atau feminax juga kayanya sama aja mba.
Apoteker : Sudah berapa lama mba keluhan yang dirasakan?
Pasien : Kan dari tadi pagi mba, kalau sakitnya kaya gininya ya sejak saya
pertama menstruasi.
Apoteker : Apakah ada keluhan lain yang dirasakan mba? Seperti timbul rasa nyeri
atau yang lainnya?
Pasien : Nyerinya aja sih mba, paling sama lemes, kalau lemesnya sih wajar
masih mungkin karena sakitnya ini.
Apoteker : Apakah sebelumnya sudah pernah ke dokter atau meminum obat mba?
Pasien : Belum sama sekali mba
Apoteker : Baiklah kalau begitu mba, saya ambilkan obatnya dulu. Tunggu sebentar
ya.
Pasien : Baik mba, jangan feminax lagi feminax lagi ya mba, tapi jangan yang
mahal juga mba.
Apoteker Ini saya ambilkan Proris Triple Action mba, isinya ibuprofen.
Pasien : Ini bisa untuk nyeri haid mba ? Aturan minumnya gimana mba ?
Apoteker : Bisa mba cara minumnya bisa 3-4 kali sehari satu tablet ya mba sesudah
makan ya mba atau tiap 6-8 jam sekali. Oh iya mba nya punya riwayat
magh engga ?
Pasien : Oh berarti bisa 3 sampai 4 tablet sehari ya mba, kalo magh sih ga ada.
Apoteker : Oh baiklah soalnya takutnya obatnya ngiritasi lambung mbanya ntar
malah peerih lambungnya.
Pasien : Baik mba, harga berapa ya mba ?
Apoteker : Harganya 11.000 mba, oh iya mba nanti coba deh sekali-sekali
diperiksain ke dokter soalnya sudah berlangsung lama. Obat ini cuman
buat meringankan nyerinya saja soalnya mba.
Pasien : Baik mba, besok saya ke dokter kalau masih belum sembuh, yang penting
saya bisa istirahat sebentar.
Apoteker : Baik mba, oh iya coba tadi berapa aturan minumnya mba ?
Pasien : 3-4 kali sehari habis makan kan mba biar ga perih.
Apoteker : Baiklah begitu mba, terimakasih atas waktunya. Semoga lekas sembuh.

Anda mungkin juga menyukai