Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi Nyeri


Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan
adanya (aktual) atau potensi kerusakan jaringan atau keadaan yang menggambarkan kerusakan
tersebut. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan yang bersifat subjektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap individu dalam tingkatannya, dan hanya individu
tersebut yang dapat menjelaskan rasa nyeri yang dialaminya. Walaupun merupakan salah satu
dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling
sedikit dipahami.

Teori terjadinya nyeri:

a. Teori Pemisahan (Specificity Theory)


Rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang
bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke
sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rngsangan nyeri tersebut diteruskan.

b. Teori Pola (Pattern Theory)


Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang
aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih
tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri.

c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)


Nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar
ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansia

1
gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat
dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat.

d. Teori Transmisi dan Inhibisi.


Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls – impuls saraf, sehingga
transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotranmitter yang spesifik.

1.2 Dismenorea

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang.
Salah satu tanda keremajaan secara biologis pada perempuan yaitu mengalami menstruasi
antara usia sepuluh sampai enam belas tahun. Menstruasi merupakan peristiwa fisiologis yang
dialami setiap perempuan. Seringkali perempuan yang mengalami masalah menstruasi
diantaranya nyeri haid / dismenorea.
Nyeri haid / dismenorea adalah keluhan ginekologis akibat ketidakseimbangan hormon
progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan timbul rasa nyeri. Sekitar 70-90 % kasus
nyeri haid terjadi saat usia remaja dan dapat menimbulkan dampak konflik emosional,
ketegangan serta kegelisahan. Hal ini akan mempengaruhi kecakapan mengenali diri sendiri dan
kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial , kecakapan akademik, maupun kecakapan
vokasional. Dismenorea dapat mengganggu aktivitas pembelajaran dan menurunkan
konsentrasi remaja. Oleh sebab itu dismenorea pada remaja perlu diperhatikan orang tua dengan
memberikan penanganan yang tepat baik secara farmakologis maupun non farmakologis.

1.3 Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan nyeri ?


b. Apakah nyeri pada umumnya sama dengan nyeri pada dismenorea ?
c. Bagaimana mekanisme terjadinya dismenorea ?
d. Apa penyebab terjadinya dismenorea?
e. Bagaimana cara mengatasi atau mengobati terjadinya dismenorea?

2
1.4 Tujuan

a. Dapat mengetahui perbedaan nyeri secara umum dengan nyeri haid / dismenorea
b. Dapat mengetahui penyebab terjadinya dismenorea
c. Dapat mengetahui mekanisme terjadinya dismenorea
d. Dapat mengetahui cara mengatasi dismenorea

3
BAB II
ISI

2.1 Perbedaan Definisi Nyeri Secara Umum dan Dismenorea

Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri merupakan
pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan
secara potensial dan aktual. Konsep nyeri adalah hasil kerusakan struktural, bukan saja
tanggapan sensorik dari suatu proses nosisepsi, tetapi juga merupakan tanggapan emosional
(psikologik) yang didasari atas pengalaman termasuk pengalaman nyeri sebelumnya. Persepsi
nyeri menjadi sangat subjektif tergantung kondisi emosi dan pengalaman emosional
sebelumnya. Nyeri dapat ditoleransi dengan meningkatkan pengertian, simpati, persaudaraan,
pengetahuan, pemberian analgesik, anisolitik, antidepresan dan pengurang gejala. Sebaliknya,
toleransi nyeri menurun pada keadaaan marah, cemas, bosan, kelelahan, depresi, penolakan
sosial, dan keadaan yang tidak menyenangkan. Nyeri pada dasarnya adalah reaksi fisiologis
karena merupakan reaksi perlindungan untuk menghindari stimulus yang membahayakan tubuh.
Nyeri dapat menjadi reaksi patofisiologis yang merugikan individu bila tetap berlangsung
walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada, sehingga individu tersebut membutuhkan terapi.

Dismenorea atau nyeri haid adalah perasaan nyeri pada saat haid yang biasanya dialami oleh
remaja perempuan yang baru mengalami menstruasi pertama dan terkadang dialami oleh wanita
dewasa. Dismenorea ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun pinggul yang
dapat mengganggu aktivitas individu sehingga membutuhkan pengobatan.

2.2 Klasifikasi Dismenorea

Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan atau

penyebab yang dapat diamati, berikut adalah klasifikasi dismenorea :


4
2.2.1 Dismenorea berdasarkan jenis nyeri

a. Dismenorea Spasmodik

Yaitu nyeri yang dirasakan di bagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid

dimulai. Dismenorea spasmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita berusai 40

tahun ke atas.Sebagian wanita yang mengalami dismenorea spasmodik tidak dapat melakukan

aktivitas. Tanda dismenorea spamodik yaitu mual, muntah, dan pingsan. Dismenorea

spasmodik dapat diobati atau di kurangi dengan melahirkan bayi pertama, walaupun tidak

semua wanita mengalami hal tersebut.

b. Dismenorea Kongestif

Dismenorea kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang. Gejala yang

ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang,

tidak terlalu menimbulkan nyeri, bahkan setelah hari pertama haid. Penderita dismenorea

kongestif akan merasa lebih baik di bandingkan dengan dismenorea spasmodik. Gejala yang

ditimbulkan yaitu pegal pada paha, sakit pada payudara, rasa lelah, mudah tersinggung,

kehilangan keseimbangan,, gangguan tidur, dan timbul memar di paha serta lengan atas.

2.1.1 Dismenorea berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab

a. Dismenorea Primer

Dismenore primer biasanya dimulai dalam 6 hingga 12 bulan setelah menarche (pertama kali

menstruasi). Saat menstruasi, pelepasan sel-sel endometrium akan diikuti dengan


5
dikeluarkannya prostaglandin yang akan menyebabkan timbulnya iskemia, kontraksi

miometrium dan vasokonstriksi. Ternyata dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa wanita

dengan dismenorhea berat, terjadi peningkatan prostaglandin pada darah menstruasinya.

Kondisi yang akan meningkatkan risiko mengalami dismenorhea primer yaitu merokok, minum

alkohol selama menstruasi, obesitas, tidakmemiliki anak, menarche dini, dan memiliki riwayat

yang sama dalam keluarga.

b. Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder bisa terjadi kapanpun setelah menarche, tetapi paling sering ketika

wanita berumur dua puluhan atau tiga puluhan tahun, setelah beberapa tahun mengalami siklus

normal tanpa rasa nyeri. Peningkatan prostaglandin juga ikut berperan di sini, akan tetapi

disertai adanya kelainan atau penyakit pada pelvic (panggul). Penyebab tersering adalah

endometriosis, leiomioma, adenomiosis, polip endometrial, chronic pelvic inflammatory disease

(PID), dan pemakaian IUD.

2.3. Etiologi Dismenorea

Penyebab dari nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti meskipun telah banyak penelitian

yang dilakukan untuk mencari penyebabnya. Pada dismenorea primer:

2.3.1. Faktor Psikologis

Biasanya terjadi pada remaja dengan emosi yang tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang

rendah, sehingga sangat sedikit rasa nyeri dapat merasakan kesakitan.

6
2.3.2. Faktor Endokrin

Hal ini di hubungkan dengan kontraksi usus yang tidak baik.Hal ini sangat erat kaintannya

dengan pengeruh hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya

kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri.

Dalam dismenorea sekunder, etiologi yang mungkn terjadi adalah :

a. Faktor Konstitusi Seperti Anemia

Pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang menyebabkan penderahan, tumor atau fibroid.

b. Anomali Uterus kongenital

Anomali Uterus kongenital,Seperti rahim yang terbalik, peradangan selaput lender rahim.

c. Endometriosis

Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan endometrium diluar rongga

rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian dalam rahim. Saat siklus metruasi,

lapisan endometrium ini akan bertambah sebagai lapisan terjadinya kehamilan. Bila kehamilan

tidak terjadi, maka lapisan ini akan terlepas dan di keluarkan sebagai mentruasi.

2.3 Fisiologi Menstruasi

Haid normal merupakan hasil akhir suatu siklus ovulasi. Siklus ovulasi diawali dari
pertumbuhan beberapa folikel antral pada awal siklus, diikuti ovulasi dari satu folikel dominan,
yang terjadi pada pertengahan siklus. Empat belas hari pasca ovulasi, bila tidak terjadi
pembuahan akan diikuti dengan haid. Sedangkan siklus anovulasi adalah siklus haid tanpa
ovulasi sebelumnya. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang disekresi hipotalamus
mengontrol siklus baik pada ovarium dan uterus. GnRH merangsang dilepaskannya follicle-
stimulating hormone(FSH) dan luteinizing hormone(LH) oleh pituitari anterior. FSH berperan
7
dalam pertumbuhan folikel, sedangkan LH berperan dalam perkembangan dari folikel
tersebut.FSH dan LH menstimulasi folikel-folikel untuk mensekresikan estrogen. Selain itu, LH
juga berperan untuk merangsang theca cells dari suatu folikel yang sedang berkembang untuk
mensekresi androgen. Androgen yang dihasilkan ini nantinya akan dikonversi menjadi estrogen
karena adanya pengaruh dari FSH. LH akan memicu terjadinya ovulasi dan pembentukan
corpus luteum, corpus luteum akan menghasilkan estrogen, progesterone, relaxin dan inhibin.
Estrogen yang disekresi oleh folikel memiliki beberapa fungsi yang penting :
a. Perkembangan dari struktur reproduksi wanita dan karakteristik seks sekunder.
b. Meningkatkan anabolisme protein, termasuk pertumbuhan tulang (bekerja
bersama dengan Growth Hormone).
c. Menurunkan level kolesterol darah.
d. Inhibisi pelepasan GnRH oleh hipotalamus dan sekresi LH serta FSH oleh pituitari
anterior.

Progesteron, disekresi oleh sel yang terdapat pada corpus luteum, bersama dengan estrogen
untuk mempertahankan endometrium agar dapat terjadi implantasi jika terjadi pembuahan dan
mempersiapkan kelenjar mamae untuk sekresi air susu. Relaksin diproduksi untuk menginhibisi
kontraksi uterus yang berlebihan. Sedangkan, Inhibin disekresi oleh sel granulosa dan juga oleh
corpus luteum setelah ovulasi, fungsinya untuk mencegah sekresi FSH dan mengurangi kadar
LH .Siklus haid pada wanita umumnya antara 24-36 hari. Berikut adalah fase – fasenya :

a. Fase menstrual

Fase yang terjadi 5 hari pertama dari suatu siklus.Pada ovarium, fase ini adalah ketika terjadi
perkembangan folikel primordial menjadi folikel sekunder sedangkan di uterus terjadi
peluruhan 50-150 ml yang berupa darah, jaringan serta mukus. Peluruhan ini terjadi karena
penurunan kadar progesteron dan estrogen yang memicu sekresi prostaglandin sehingga
menyebabkanarterioluterus menjadi vasokonstriksi.

b. Fase pre-ovulatori

8
Yaitu waktu antara hari terakhir menstruasi dengan ovulasi. Fase ini terjadi pada hari ke-6
hingga hari ke-13.Di ovarium, folikel sekunder mulai mensekresikan estrogen dan inhibin. Pada
hari ke-6, folikel sekunder akan menyebabkan folikel lainnya menjadi folikel dominan.
Sedangkan pada uterus, estrogen yang dibebaskan kedalam darah oleh folikel ovarium
menstimulasi regenerasi dari endometrium sehingga ketebalan endometrium menjadi lebih
kurang 4 - 10 mm. Fase preovulatori juga disebut juga fase proliferatif karena endometrium
sedang berproliferasi.

c. Fase ovulasi

Yaitu fase rupturnya folikel matur (Graafian) dan dilepaskannya oosit sekunder ke rongga
pelvik, pada umumnya terjadi pada hari keempat belas.

d. Fase post-ovulatori

Terjadi antara ovulasi dengan onset dari menstruasi berikutnya. Fase ini terjadi pada hari ke-
15 sampai hari ke-28. di ovarium, folikel matur mengalami degenerasi menjadi corpus
Hemorrhagicum. Sel Theca internal dengan sel granulosa akan ditransformasi menjadi
corpusluteum karena pengaruh LH. Fase ini disebut juga dengan fase luteal. Pada uterus,
progesteron dan esterogen yang dihasilkan oleh corpus luteum menyebabkan perkembangan
kelenjar endometrial, vaskularisasi dari endometrium dan penebalan endometrium. Fase ini
disebut juga dengan fase sekretori. Apabila tidak terjadi fertilisasi, maka kadar hormon akan
turun karena degenerasi corpus luteum.

2.5. Tanda dan Gejala Dismenore

Dismenorea dapat di tandai dengan gajala nyeri pada perut bagian bawah, nyeri yang

dirasakan sebagai kram yang timbul hilang atau sebagai nyeru tumpul yang terus menerus ada.

Nyeri mulai timbul sesaat sesudah atau selama haid, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam

9
dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenorea juga sering disertai dengan sakit kepala, mual,

sembelit atau diare dan sering berkemih, dan kadang sampai menjadi muntah.

2.6 Patofisiologi Dismenorea

Penelitian membuktikan bahwa dismenorea primer disebabkan karena adanya prostaglandin


F2α, yang merupakan stimulan miometrium poten dan vasokonstriktor pada endometrium.
Kadar prostaglandin yang meningkat selalu ditemui pada wanita yang mengalami dismenorea
dan tentu saja berkaitan erat dengan derajat nyeri yang ditimbulkan. Peningkatan kadar ini
dapat mencapai 3 kali dimulai dari fase proliferatif hingga fase luteal, dan bahkan makin
bertambah ketika menstruasi. Peningkatan kadar prostaglandin inilah yang meningkatkan tonus
miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan. Adapun hormon yang dihasilkan pituitari
posterior yaitu vasopresin yang terlibat dalam penurunan aliran menstrual dan terjadinya
dismenore. Selain itu, diperkirakan faktor psikis dan pola tidur turut berpengaruh dengan
timbulnya dismenorea tetapi mekanisme terjadinya dan pengaruhnya dengan dismenorea belum
jelas dan masih dipelajari (Karim,2013). Peningkatan kadar prostaglandin juga ditemui pada
dismenorea sekunder, tetapi harus ditemui adanya kelainan patologis pada panggul yang jelas
untuk menegakkan diagnosis dismenorea sekunder. Faktor yang ditemukan dalam patogenesis
dismenorea sekunder adalah endometriosis, pelvic inflammatory disease, kista dan tumor
ovarium, adenomiosis, fibroid, polip uteri, adanya kelainan kongenital, pemasangan
intrauterine device, transverse vaginal septum, pelvic congestion syndromedan allen-masters
syndrome.

2.7 Diagnosis Dismenorea

Diagnosis dimulai dengan evaluasi ginekologis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik

termasuk pemeriksaan rongga panggul. Diagnosis dismenorea hanya bisa dipastikan saat dokter

telah mengeliminasi kelainan menstruasi yang lain atau kondisi medis lain dengan gejala yang

sama atau pengobatan yang mungkin bisa menyebabkan kondisi seperti itu. Sebagai tambahan,
10
prosedur diagnostik untuk dismenorea termasuk di dalamnya antara lain dengan USG, MRI,

laparoskopi dan histeroskopi. Dismenorea primer dan sekunder dapat dibedakan melalui

anamnesis, termasuk di dalamnya usia pada saat menarche, perdarahan abnormal dari vagina

atau cairan abnormal dari vagina, dispareunia (nyeri saat hubungan seksual) dan riwayat

obstetri.

2.8 Pengukuran Derajat nyeri

Derajat nyeri dapat diukur denganmacam-macam cara, misalnya tingkah laku pasien, skala

verbal dasar/ VerbalRating Scales (VRS), dan yang umum adalah skala analog visual/ Visual

AnalogueScales (VAS).

Skala Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale) :

0 = Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.


1= nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) = Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk.
2= (tidak menyenangkan) = nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit.
3= (bisa ditoleransi) = nyeri Sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan
hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter.
4= (menyedihkan) = Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan
lebah.
5= (sangat menyedihkan) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki
terkilir
6 =(intens) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya sebagian
mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu.
7 =(sangat intens) = Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar - benar mendominasi indra
Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri.
11
8 =(benar-benar mengerikan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir
jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama.
9= (menyiksa tak tertahankan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa
mentoleansikanrnya dan sampai-sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit
apapun caranya, tidak peduli apa efek samping atau risikonya.
10=(sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) = Nyeri begitu kuat tak sadarkan diri.
Kebanyakan orang tidak pernah mengalami sakala rasa sakit ini. Karena sudah keburu
pingsan seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang
sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.

Pengelompokan: Skala nyeri 1-3 berarti Nyeri Ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak
terganggu) Skala nyeri 4-6 berarti Nyeri Sedang (menganggu aktifitas fisik) Skala nyeri 7-10
berarti Nyeri Berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri) Jika kedua skala nyeri di
atas digabungkan maka akan menjadi seperti ini: skala nyeri. Nyeri pada dismenorea ini yang
dapat diatasi dengan swamedikasi adalah skala nyeri dari 0-6. Jika nyeri yang dirasakan sudah
melebihi ambang skala nyeri lebih dari 6 maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih
lanjut ke dokter.

2.9 Pertanyaan yang harus digali kepada pasien


a. Menanyakan identitas pasien dengan jelas ?
b. Menanyakan keluhan utama yang dirasakan oleh pasien ?
c. Menanyakan frekuensi gejala apakah terus menerus atau hanya sesekali ?
d. Menanyakan sudah melakukan pemeriksaan lebih lanjutkah kepada dokter terkait
nyeri yang dirasakan ?
e. Bagianmanakah pada pasien yang dirasakan ketika nyeri?
f. Ketika sedang apa anda merasakan nyeri?
g. Seberapa sakitkah nyeri yang anda rasakan, jika kami memberikan skala nyeri dari 1-
10?
h. Tindakan apa yang dilakukan jika merasa nyeri?

12
i. Obat apakah yang terakhir kali anda konsumsi? Dan mengapa anda memilih obat
tersebut?
j. Apa yang anda rasakan setelah anda mengonsumsi obat yang biasa anda konsumsi?
k..Menanyakan riwayat penyakit sekarang

-Apakah anda pernah mengalami riwayat penyakit peradangan rongga panggul? (Jika iya)

Sejak kapan mulai mengalami gejala?

Frekuensi nyeri yang dialami dalam satu hari?

Dibagian manakah rasa nyeri yang dirasakan?

Sudah melakukan pemeriksaan yang lebih lanjutkah jika rasa nyeri itu timbul lagi?

Obat apa yang terakhir kali di konsumsi?

-Apakah anda pernah mengalami infeksi pada ovarium? (jika iya)

Apakah anda sering merasakan nyeri punggung saat haid?

Dibagian manakah rasa nyeri yang dirasakan?

Frekuensi nyeri yang dialami dalam satu hari?

Obat apa yang terakhir kali dikonsumsi?

2.10 Terapi Farmakologis

a. Asam Mefenamat

Meredakan nyeri ringan sampai sedang yang berhubungan dengan penyakit sakit kepala,
sakit gigi, dismenorea primer, nyeri karena trauma (nenturan), Nyeri otot, dan nyeri sesudah
operasi. antipiretik (demam pada anak karena infeksi). Mekanisme kerja asam mefenamat
sendiri yaitu dapat menghambat sintesis prostaglandin dengan menghambat kerja isoenzim
COX-1 & COX-2 sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik. Asam
13
mefenamat mengikat reseptor prostaglandin sintetase COX-1 dan COX-2, menghambat aksi
prostaglandin sintetase. Reseptor ini memiliki peran sebagai mediator utama peradangan dan /
atau peran untuk signaling prostanoid dalam aktivitas dependen plastisitas, sehingga gejala
nyeri untuk sementara berkurang. Cara penggunaan :

1.Gunakanlah obat ini setelah makan dan dianjurkan untuk banyak minum air putih

2.Jangan menghancurkan atau mengunyah obat ini hanya karena agar lebih mudah diminum.
Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai
mengonsumsinya.

3.Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua
kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Untuk memudahkan usahakan
untuk mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari. Apabila ada dosis yang terlewat akibat
lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih
lama sekitar 5 jam atau lebih.

4.Tidak boleh menggandakan dosis asam mefenamat pada jadwal minum berikutnya sebagai
ganti untuk dosis yang terlewat.

Cara penyimpanan: Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat
lembap

Dosis : Untuk mengatasi nyeri, sakit gigi, rematik, nyeri pasca operasi

-Dewasa: Dosis lazim 500 mg tablet tiga kali sehari.


Dosis tambahan 250 mg setiap 6 jam sekali.
Pengunaan tidaklebih dari seminggu.

- Anak-anak > 6 bulan: 25 mg/kg sehari yang dibagi


dalam beberapa dosis. Digunakan tidak lebih dari 7 hari.

Dosis untuk dismenorea.

-Dewasa: Dosis lazim 500 mg tiga kali sehari.

Dosis tambahan 250 mg tiap 6 jam sekali. Penggunaan


tidak lebih dari 3 hari.

14
Indikasi : untuk mengobati nyeri akut seperti nyeri pada sakit gigi, setelah pencabutan
gigi atau rasa sakit setelah trauma misalnya cedera otot, sendi, tulang atau keseleo. Ini juga
merupakan salah satu obat pilihan untuk mengobati nyeri haid (dismenore) dan sindrom
premenstruasi.

Cara kerja : asam mefenamat (Asmef) yaitu dengan cara menghalangi efek enzim yang
disebut siklooksigenase (COX). Enzim ini membantu tubuh untuk memproduksi bahan kimia
yang disebut prostaglandin.Nah, prostaglandin ini yang menyebabkan rasa sakit dan
peradangan. Dengan menghalangi efek enzim COX, maka prostaglandin yang diproduksi akan
lebih sedikit, sehingga rasa sakit dan peradangan akan mereda atau membaik

Efek samping :

Efek samping yang relatif ringan seperti sakit kepala, gugup dan muntah.

Efek samping yang serius dapat berupa diare, hematemesis (muntahdarah), hematuria (darah
dalam urin), penglihatan kabur, ruam kulit, gatal dan bengkak, sakit tenggorokan dan demam.

Pencegahan dan peringatan :Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan hal-
hal seperti ini: Sampaikan pada dokter Anda jika pernah mengalami alergi terhadap kandungan
obat ini., Obat Asam Mefenamat dapat menyebabkan pusing atau mengantuk. Jadi, jangan
mengemudi atau mengoperasikan mesin berat yang membutuhkan kewaspadaan tinggi, sakit
maag yang serius atau perdarahan dapat terjadi, apabila menggunakan obat ini dalam dosis
tinggi atau untuk waktu yang lama, apalagi jika ditambah dengan kebiasaan merokok dan
minum-minuman beralkohol. Jangan menggunakan lebih dari dosis yang dianjurkan atau
digunakan selama lebih dari yang ditentukan tanpa mengonsultasikannya dengan dokter Anda.
Jangan minum aspirin saat Anda menggunakan asam mefenamat kecuali dokter yang
menganjurkan. Obat ini harus digunakan dengan sangat hati-hati pada anak dibawah empat
belas tahun karena keamanan dan efektivitasnya belum dikonfirmasi.
Interaksi Obat : Beberapa jenis obat dapat berinteraksi dengan asam
mefenamat. Seperti beberapa jenis obat berikut ini:

-Obat jenis NSAID atau pereda rasa nyeri lainnya, karena dapat meningkatkan efek obatnya.
15
-Obat antikoagulan seperti warfarin dapat berinteraksi dan menambah efek pendarahan dari
kedua obat ini. Penggunaan bersamaan dapat meningkatkan risiko pendarahan.

-ACE Inhibitor dan angiotensin blocker dapat berkurang efeknya dalam mengurangi hipertensi
jika digunakan bersamaan dengan asam mefenamat.

-Penggunaan bersamaan dengan obat antasida tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan efek
samping yang tidak diinginkan.

-Penggunaan bersamaan dengan obat diuretik dapat meningkatkan efek samping pada ginjal.

b. Parasetamol (Analgesik-antipiretik)

Merupakan pengganti obat kuno fenasetin yang dibanyak Negara, juga di Indonesia, dilarang
peredarannya sejak ternyata dapat mengakibatkan kanker ginjal dankandung kemih (1984).Obat
anti nyeri dan anti demam ini paling banyak digunakan karena pada takaran biasa bersifat
aman, tanpa memberikan efek samping.

Cara kerja : Daya kerjanya hampir sama dengan asetosal dan lama kerjanya sedikit
lebih singkat. Kombinasi dengan kofein memperkuat efeknya 40%. Tidak berkhasiat anti
radang, karena hanya merintangi prostaglandin di otak dan tidak diujung syaraf.

Efek Samping : Pada dosis terlampau tinggi (lebih dari 3 g sehari) dapat terjadi mual,
muntah dan menurunnya nafsu makan. Dosis diatas 5 g sudah dapat merusak sel-sel hati secara
fatal pada anak-anak kecil, maka oat-obat yang mengandung parasetamol harus disimpan
dengan baik, jauh dari jangkauan anak-anak. Penggunaan lama dari dosis tinggi dapat merusak
ginjal dan hati

Dosis : Dewasa 3-5x sehari 500 mg

c. Asetosal

16
Pada dosis tinggi (3-4 g sehari) juga bekerja antiradang, berkat perintangan prostaglandin
diujung-ujung saraf.Pada umumnya mula kerjanya agak cepat, dalam waktu 20 – 30 menit.
Efeknya bertahan 5 jam.

Cara kerja : Asetosal bekerja dengan cara menghambat enzim COX (Siklooksigenase).
Sistem enzim COX merupakan enzim yang berperan dalam pembentukan prostaglandin,
dengan kerja penghambatan ini maka asetosal dapat menghasilkan efek anti nyeri.Asam
asetilsalisilat langsung dan ireversibel menghambat aktivitas kedua jenis siklooksigenase
(COX-1 dan COX-2) untuk mengurangi pembentukan prekursor prostaglandin dan tromboksan
dari asam arakidonat. Hal ini membuat asam asetilsalisilat yang berbeda dari AINS lain (seperti
diklofenak dan ibuprofen) yang merupakan inhibitor reversibel. Salisilat dapat kompetitif
menghambat pembentukan prostaglandin.Antirematik asam asetil salisilat yang (nonsteroidal
anti-inflammatory) tindakan adalah hasil dari analgesik dan mekanisme anti-inflamasi; efek
terapi tidak karena stimulasi hipofisis-adrenal. Agregasi platelet-menghambat efek asam
asetilsalisilat khusus melibatkan kemampuan senyawa untuk bertindak sebagai donor asetil ke
siklooksigenase; salisilat nonacetylated tidak berpengaruh signifikan secara klinis pada agregasi
platelet.Asetilasi ireversibel membuat siklooksigenase aktif, sehingga mencegah pembentukan
menggabungkan agen tromboksan A2 dalam trombosit.Karena trombosit tidak memiliki
kemampuan untuk mensintesis protein baru, efek bertahan untuk kehidupan trombosit terkena
(7-10 hari). Asam asetil salisilat juga dapat menghambat produksi agregasi platelet inhibitor,
prostasiklin (prostaglandin I2), oleh sel endotel pembuluh darah. Penghambatan prostasiklin
tidak permanen karena sel-sel endotel dapat menghasilkan lebih siklooksigenase untuk
menggantikan enzim non-fungsional.

Dosis : 500 mg sebanyak 3-4 kali sehari

Efek Samping : iritasi pada lambung, gangguan pencernaan, mual (yang paling umum).
Memperburuk gejala asma, muntah, memar (sangat jarang terjadi)

Kontraindikasi : memiliki tukak lambung, hemophilia, alergi terhadap asetosal, alergi


terhadap NSAID seperti ibu profen

Cara penggunaan : -Gunakanlah obat ini setelah makan


17
-Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk yang tertera pada
kemasan sebelum mulai mengonsumsinya
-Tidak boleh menggandakan dosis aspirin pada jadwal minum
berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat

Peringatan : -Aspirin dapat menyebabkan kantuk dan pusing, efek ini akan
diperburuk dengan konsumsi alcohol

-Harap lebih beerhati-hati untuk pasien lanjut usia


-Hati-hati penggunaan pada pasien gangguan fungsi ginjal
kronis,obat ini dapat memperberat kerja ginjal.

Interaksi Obat : -Obat penghilang rasa sakit inflamasi, seperti diklofenak, ibuprofen,
indometasin, dan naproxen. Jika dikonsumsi bersamaan dengan aspirin dapat meningkatkan
resiko perdarahan lambung

-Jika aspirin dikonsumsi dengan warfarin dapat meningkatkan


resiko perdarahan
-Jika diberikan bersamaan dengan antidepresan selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti venlafaxine,
citalopram, fluoxetine dapat meningkatkan resiko perdarahan

Nama obat (Paten) Kandungan Dosis


Mefinal, Ponstel, Ponstan, Asam mefenamat Dosis lazim 500 mg 3x
stanalin ds, etafenin, sehari.
yekapons, witranal,
tropistan, tifestan, teamic, Dosis tambahan 250 mg tiap
stelpon, stanza 6 jam sekali. Penggunaan
tidak lebih dari 3 hari.
Tylenol, panadol, Paracetamol 500 mg 3-5x sehari
acetaminophen, alphamol,
Biogesic, betamol, calapol,

18
citomol, darcemol,
decadol,ekacetol, erlamol,
erphamol, farmadol,
fasidol, Grafadon,
Hufagesic, ifitamol,
itamol, itramol, lanamol,
metamol, nasamol, nufadol,
Omegrip, Ottopan, pamol,
paracetamol, paracetol,
Termorex, Tempra
Aspilet Asetosal 500 mg sebanyak 3-4 kali
sehari

3 Rujukan ke Dokter

Jika setelah menggunakan obat NSAID tidakmerasakanperubahan yang efektif dan


memberikan efek samping yang tidak diinginkan, Anda disarankan untuk berhenti minum obat
NSAID dan hubungi dokter segera jika Anda mengalami salah satu dari efek samping berikut:
mual, peningkatan asam lambung, ruam kulit atau kulit melepuh dengan demam, diare,
penglihatan kabur, dan sakit tenggorokan. NSAID tidak bisa digunakan untuk semua orang.
Silakan dibicarakan dengan dokter atau apoteker untuk menentukan NSAID yang tepat untuk
Anda.

2.11. Terapi Non Farmakologis Nyeri

2.11.1. Distraction (pengalihan perhatian terhadap nyeri)

Merupakan strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan perhatian klien kepada sesuatu yang
lain dari pada terhadap rasa nyeri dan emosi negatif. Anak dan usia sekolah rasanya yang lebih
19
banyak menggunakan tehnik ini. Seperti yang banyak orang tua ketahui permainan yang
interaktif atau mendengarkan musik, merupakan terhnik distraksi yang kuat bagi anak.

2.11.2 Reframing

Merupakan tehnik yang mengajarkan untuk memonitor/mengawasi pikiran negatif dan


menggantinya dengan salah satu pikiran yang lebih positif. Ajarkan pasien yang memandang
nyeri dengan ekspresi negatif seperti , “ saya tidak kuat menahan rasa nyeri ini, rasa nyeri ini
tidak pernah berakhir” tetapi ganti (reframing) pandangan pasien dengan “saya pernah
merasakan nyeri ini sebelumnya, dan nyeri ini akan membaik (berkurang)”

2.11.3. Teknik Relaksasi (Relaxation Techniques)

Merupakan metode yang digunakan untuk menurunkan kecemasan dan ketegangan otot
(muscle tension). Kedua cara berikut digunakan untuk mencapai kondisi relaksasi fisik dan
mental. Relaksasi fisik bertujuan untuk menurunkan ketegangan otot dan relaksasi mental
untuk menurunkan rasa cemas.

- Imagery : setrategi yang menggunakan gambaran mental (perumpamaan) untuk


membatu relaksasi
- PMR (Progressive Muscle Relaxation): setrategi untuk membatu relasksasi
melalui penegangan dan pelemasan otot.

2.11.4. Biofeedback

Latihan biofeedback merupakan cara lain untuk membatu pasien ketika mengalami nyeri,
khususnya bagi seseorang yang sulit merileksasi ketegangan otot. Biofeedback merupakan
sebuah proses individu untuk belajar mempengaruhi respon psisiologis diri. Melalui
biofeedback pasien dapat merubah pengalaman tentang rasa nyeri yang sedang dirasakan.

2.11.5. Cutaneous Stimulation (simulasi pada area kulit)

20
Counterstimulation (rangsangan pada area kulit) merupakan istilah yang digunakan untuk
mengindentifikasi tehnik yang dipercaya dapat mengaktifkan opioid endogen, sebuah sistem
analgesic monoamin.intervensi ini cukup efektif menurunkan bengkak melalui cryotherapy
(aplikasi dingin), menurunkan kekakuan (memalui aplikasi panans), dan meningkatkan input
serabut saraf yang berdiameter besar untuk memblok pesan nyeri yang dihantarkan oleh serabut
saraf diameter kecil (melalui aplikasi panas, dingin, tekanan, getaran, atau pijatan). Panas dan
dingin dapat memproduksi analgesia untuk mengurangi nyeri.Terapi panas meningkatkan aliran
darah, meningkatkan metabolism jaringan, menurunkan kekuatan vasomotor, dan
meningkatkan vikoelasitas jaringan rawan /penyambung sehingga efektif untuk mengurangi
nyeri sendi atau kekakuan sendi.tetapi penggunaan terapi panas perlu di control karena dapat
meningkatkan bengkak dan peroses peradangan. Terapi dingin pun mempunyai beberapa
keunggulan:

- Mengurangi bengkak dengan menurunkan aliran darah


- Menurunkan peradangan
- Mengurangi demam
- Mengurangi sepasme otot
- Meningkatkan ambang batas nyeri sehingga mengurangi nyeri

2.11.6. Transcutaneous Stimulation

Transkutan stimulasi di dapat melalui penggunaan Transcutaneous electrical nervestimulation


(TENS), akupuntur, dan akupresur.

2.12. KIE

Seorang perempuan berusia 16 tahun mengeluhkan rasa sakit di perut yang terjadi ketika
sedang datang bulan selama dua hari terakhir. Pasien menjelaskan nyeri perut sebagai ‘kram
atau nyeri perut bagian bawah, nyeri di punggung bawah, paha bagian dalam terasa ditarik,
mual, sakit kepala, dan pusing’. Rasa nyeri pertama terjadi saat hari kedua dia datang bulan,
terulang terus menerus sampai hari ini (hari keempat).

Riwayat pasien: Dismenore

21
Obat-obat yang dikonsumsi: jamu herbal yang mengandug jahe dan asam jawa.

KIE:

Asam mefenamat dapat diminum 3 kali sehari 500 mg dengan segelas air mineral. Jangan
berbaring setidaknya selama 10 menit setelah mengonsumsi obat ini. Jangan mengonsumsi
asam mefenamat bersamaan dengan antasida, warfarin dan ACE inhibitor. Obat Asam
mefenamat harus disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat
lembap. Asam mefenamat ini dapat menimbulkan efek samping yang relatif ringan seperti sakit
kepala, gugup dan muntah. Efek samping yang serius dapat berupa diare, hematemesis (muntah
darah), hematuria (darah dalam urin), penglihatan kabur, ruam kulit, gatal dan bengkak, sakit
tenggorokan dan demam.

BAB III
22
PENUTUP

1.Dismenorea merupakan kondisi medis yang terjadi sewaktu haid yang dapat mengganggu

aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut

maupun pinggul.

2. Dismenorea dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri; yaitu dismenorea spasmodik dan

dismenorea kongestif, dan ada tidaknya kelainan atau penyebab yang dapat diamati; yaitu

dismedorea primer dan dismenorea sekunder.

3. Penyebab dari nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti meskipun telah banyak penelitian

yang dilakukan untuk mencari penyebabnya. Faktor yang menyebabkan dismenorea yaitu

faktor psikologis, faktor endokrin, faktor konstitusi, anomali uterus congenital dan

endometriosis.

4.Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari

kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang

mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya.

5. Untuk mengatasi nyeri haid biasanya dilakukan terapi berupa farmakologis dengan asam
mefenamat 2-3x sehari 500 mg. Nyeri yang biasa dialami oleh wanita selama haid masih
tergolong kedalam nyeri akut dan biasanya selain dengan obat kimia dapat digunkan obat
tradisional seperti jamu kunyit asam yang dapat membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami.
Selain itu terapi non farmakologik juga dapat dilakukan seperti disfraction, reframing, teknik
relaksasi dan lain-lain

23
DAFTAR PUSTAKA

1.Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2013. ISO Farmakoterapi Buku 1. Jakarta: ISFI Penerbitan.

2.Lestari, N. M. S. D. 2013. Pengaruh dismenorea pada remaja.Seminar Nasional FMIPA


UNDIKSHA III.

3.Drs.H.T.Tan, Drs.Kirana R. Swamedikasi (cetakan Pertama). Ir.Saraswati

4.Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar Fundamental : Konsep, proses dan praktek. Edisi 4 .
Jakarta. EGC.

5.Smeltzer, Suzanne C .2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Edisi 8,
Vol 2. Jakarta : Buku kedokteran

6.Sue C. Delaune and Praticia K. Ladner.Fundamental of Nursing Standards & Practice Second
Edition. 2002. Delmar Thomson Learning : United States of America.

7.Nursalam. 2003. Konsep dan Teori Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai