5. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa faktor yang terkait dengan dismenorea primer yaitu prostaglandin uterine
yang tinggi, aktivotas uteri abnormal, dan faktor emosi/ psikologis. Belum diketahuin dengan jelas
bagaimana protaglandin bisa menyebabkan dismenorea tetapi diketahui bahwa wanita dengan
dismenorea mempunyai prostaglandin yang 4 kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenorea.
Dismenorea primer biasanya timbul pada hari pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya
bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada abdomen.
6. KLASIFIKASI
Dismenorea dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dismenorea primer muncul pada permulaan menstruasi saat menarke, dan biasanya tidak
terdapat dasar organik untuk nyeri tersebut, yang diyakini disebabkan oleh aktivitas abnormal saraf
dan otot serviks uterus.
b. Dismenorea sekunder dimulai lebih lambat dan sering kali terkait dengan penyakit organik
yang mendasari ( contoh : endometriosis).
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenore adalah :
a. Tes laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap : normal.
2) Urinalisis : normal
b. Tes diagnostic tambahan
- Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang lain.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dismenorea primer diatasi dengan inhibitor prostaglandin yang bisa mengalangi sintesis
dan metabolisme prostaglandin. Obat anti-inflamasi nonsteroid (nonsteroidal anti-inflamatory
drugs, NSAID) adalah obat yang efektif untuk menghambat sintesis prostaglandin. Contoh obat-
obat ini adalah Ibuprofen, Naproxen, dan Ketoprofen. Disminorea sekunder diatasi dengan
memperbaki penyebab organik.
Bagi sebagian besar wanita, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) yang
menghambat terbentuknya prostaglandin, misalnya ibuprofen, dapat secara efektik mengurangi
kram; asetaminofen kurang membantu, karena bekerja dengan mekanisme yang berbeda dengan
obat-obat anti-inflamasi terdahulu. Inhibitor prostaglandin harus digunakan pada saat tanda awal
nyeri muncul atau pada tanda pertama pengeluaran darah haid. Karena kram akibat haid yang kuat
dapat menyebabkan terjadinya endometris (pertumbuhan jaringan uterus di luar uterus yang
menyebabkan nyeri) keluhan dismenore harus selalu dianggap serius dan harus dilakukan upaya
untuk mengurangi insidensnya.
Selain itu penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut Sarwono (1999), adalah sebagai
berikut :
a. Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk
kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan,
dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau
tahayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang
cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
b. Pemberian obat analgetik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesic yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik.
Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah
untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesic yang sering di berikan adalah preparat kombinasi
aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin,
ponstan, acet-aminophen.
c. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud
membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer, atau untuk memungkinkan
penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat
dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontasepsi.
d. Terapi alternative
Sebagai tambahan pemakaian obat penawar sakit tanpa resep, ada banyak yang dapat anda lakukan
sendiri untuk membantu mengurangi kram menstruasi, dan dengan sedikit percobaan, anda pasti
dapat menemukan cara untuk membawa kelegaan. Suhu panas merupakan ramuan tua yaitu dapat
dilakukan dengan kompres handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah.
Mandi air hangat juga bisa membantu.
Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya mengurangi stress dan
orgasme juga dapat membantu dengan mengurangi tegangan pada otot-otot pelvis sehingga membawa
kekenduran dan rasa nyaman.
Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram menstruasi. Salah satunya adalah
peregangan kucing, yang meliputi berada pada posisi merangkak kemudian secara perlahan menaikkan
punggung anda keatas setinggi-tingginya.
http://sagungputri.blogspot.co.id/2012/01/asuhan-keperawatan-disminore.html
two
BAB II
PEMBAHASAN
2. Dismenore Sekunder
Dismenorhea sekunder bisa terjadi kapanpun setelah menarche, tetapi paling sering ketika
wanita berumur 20an atau 30an tahun, setelah beberapa tahun mengalami siklus normal tanpa rasa
nyeri. Peningkatan prostaglandin juga ikut berperan di sini, akan tetapi disertai adanya kelainan
atau penyakit pada pelvic (panggul). Penyebab tersering adalah endometriosis, leiomioma,
adenomiosis, polip endometrial, chronic pelvic inflammatory disease (PID), dan pemakaian IUD.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menntruasi yang dapat mengganggu
aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut
maupun pinggul.
2. Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri; yaitu dismenore spasmodic dan dismenore
kongestif, dan ada tidaknya kelainan atau penyebab yang dapat diamati; yaitu dismedore primer
dan dismenore sekunder
3. Penyebab dari nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti meskipun telah banyak penelitian yang
dilakukan untuk mencari penyebabnya. Ada beberapa factor yang menyebabkan dismenore yaitu
factor psikologis, factor endokrin, factor konstitusi,anomaly uterus congenital dan endometriosis.
3.2. Saran
1. Disarankan bagi wanita banyak mengkonsumsi makanan yang berzigi dan olah raga secara teratur,
2. Disarankan bagi wanita agar mengupayakan pola hidup sehat dan Periksa kesehatan secara berkala
dan teratur
http://ferrystoner.blogspot.co.id/2013/03/makalah-dismenore.html
three
DISMENORE
Definisi
Nyeri ini terasa di perut bagian hawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis. Nyeri dapat terasa
sebelum, selama dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus.
Etiologi :
- Dysmenorrhoe primer : sejak menarche, haid nyeri dan tidak ada kelainan dari alat kandungan.
- Dysmenorrhoe sekunder : terjadi kemudian, biasanya terdapat kelainan seperti endometriosis dan infeksi
kronik genetalia interna.
- psikogen.
- endokrin
Dysmenorrboe sekunder
Terjadi pada :
- gynatresi.
Manifestasi klinis
Dismenore primer :
Usia muda
Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
Sering pada nulipara
Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik.
Tidak dijumpai keadaan patologik pelvik
Hanya terjadi pada siklus haid anovulatorik.
Sering disertai mual, muntah, kelelahan, dan nyeri kepala.
Dismenore sekunder :
Pentalaksanaan:
Dismenore primer
- psikoterapi.
- analgetika.
- hormonal : pada siklus yang anovulatoar tidak ada dysmenorrhoe jadi kita pergunakan obat-obat yang
mencegah ovulasi.
Dimenore sekunder :
Terapi causal.
http://tiaraaskep.blogspot.co.id/2008/11/bab-i-pendahuluan-hampir-semua-wanita.html
four
Konsep Dasar
Difinisi
Dismenore adalah menstrusi yang nyeri disebabkan oleh kejang otot uterus.
Klasifikasi
1. Dismenore primer
Dismenore primer biasanya terjadi akibat adanya kelainan pada gangguan fisik yang mendasarinya,
sebagian besar dialami oleh wanita yang telah mendapatkan haid.
Lokasi nyeri dapat terjadi di daerah suprapubik, terasa tajam, menusuk, terasa diremas, atau sangat
sakit. Biasanya terjadi terbatas pada daerah perut bagian bawah, tapi dapat menjalar sampai daerah
paha dan pinggang.
Selain rasa nyeri, dapat disertai dengan gejala sistematik, yaitu berupa mual, diare, sakit kepala, dan
gangguan emosional.
2. Dismenore sekunder
Biasanya terjadi selama 2 – 3 hari selama siklus dan wanita yang mengalami dismenore sekunder ini
biasanya mempunyai siklus haid yang tidak teratur atau tidak normal. Pemeriksaan dengan laparaskopi
sangat diperlukan untuk menemukan penyebab jelas dismenore sekunder ini.
Etiologi
Dismenore primer
Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadi dismenore primer, tapi
meskipun demikian patofisiologisnya belum jelas.
Etiologi dismenore primer di antaranya :
1. Faktor psikologis
Biasanya terjadinya pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang
rendah, sehingga dengan sedikit rangsangan nyeri, maka ia akan sangat merasa kesakitan
2. Faktor endokrin
Pada umumnya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus yang tidak bagus. Hal ini sangat erat
kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri.
3. Alergi
Teori ini dikemukakan setelah memerlukan setelah memberhatikan hubungan antara asosiasi antara
dismenore dengan urtikaria, migren, asma bronchial, namun bagaimana pun belum dapat dibuktikan
mekanismenya.
Dismenore sekunder
1. Faktor konstitusi seperti : anemia.
2. Faktor seperti obstruksi kanalis servikalis
3. Anomali uterus congenital
4. Leiomioma submukosa.
5. Endometriosis dan adenomiosis
Gejala Klinis
Gejala klinis dismore yang sering ditemukan adalah :
1. Nyeri tidal lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung
beberapa jam atau lebih
2. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit, kepala, diare, dan sebagainya.
Komplikasi
1. Syok
2. Penurunan kesadaran
Penatalaksanaan Medis
Terapi medis untuk klien dismenore di antaranya :
1. Pemberian obat analgetik.
2. Terapi hormonal
3. Terapi dengan obat nonsteriod antiprostagladin.
4. Dilatasi kanalis serviksalis
Dapat memberikan keringan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin
Pemeriksaan Penujang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenore adalah :
1. Tes laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap : normal.
b. Urinalisis : normal
2. Tes diagnostic tambahan
a. Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang lain.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan dismenore adalah sebagai berikut
1. Karakteristik nyeri
2. Gejala yang mengikutinya.
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri
uterus.
2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan adanya mual, muntah.
3. Kopi individu tidak efektif yang berhubungan dengan kelebihan emosional.
Intervensi Keperawatan
1. Diagnosis 1 : Nyeri yang berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus, hipersenstivitas
saraf nyeri uterus.
Tujuan : nyeri klien berkurang dalam waktu 1 x 24 jam
Intervensi Mandiri
a. Hangatkan bagian perut.
Rasional : dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan mengurangi kontraksi spasmodik uterus.
b. Masase daerah perut yang terasa nyeri.
Rasional : mengurangi nyeri karena adanya stimulus sentuhan terapeutik.
c. Lakukan latihan ringan.
Rasional : dapat memperbaiki aliran darah ke uterus dan tonus otot.
d. Lakukan teknik relaksasi.
Rasional : mengurangi tekanan untuk mendapatkan rileks
e. Berikan diuresis natural (vitamin) tidur dan istirahat.
Rasional : mengurangi kongesti
Kolaborasi
a. Pemberian anagetik (aspirin, fenasetin, kafein)
Rasional : diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri agar ibu dapat istirahat.
b. Terapi dio,etasin, ibuprofem, naprosen.
Rasional : biasanya digunakan untuk menormalkan produksi prostagadin
c.
2. Diagnosis 2 : koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kelabilan emosional.
Intervensi Mandiri
a. Kaji pemahaman klien tentang penyakit yang dideritanya.
Rasional : kecemasan ibu terhadap rasa sakit yang diderita akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan
b. Tentukan stress tambahan yang menyertainya.
Rasional : stress dapat mengganggu respons saraf otonom, sehingga dikhawatirkan akan menambah
rasa sakit.
c. Berikan kesempatan pada ibu untuk mendiskusikan bagaimana rasa sakit yang dideritanya.
d. Bantu klien mengidentifikasi keterampilan koping selama periode berlangsung.
Rasional : penggunaan perilaku yang efektif dapat membantu klien beradaptasi dengan rasa sakit yang
dialaminya.
e. Berikan periode tidur atau istirahat.
Rasional : kelelahan karena rasa sakit dan pengeluaran cairan yang banyak dari tubuh cenderung
merupakan masalah berarti yang mesti banyak dari tubuh cenderung merupakan masalah berarti yang
mesti segera diatasi.
f. Dorong keterampilan mengenai stress, misalnya dengan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan,
imajinasi dan latihan napas dalam.
Rasional : dapat mengurangi rasa nyeri dan mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri.
Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan
mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan
atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.
http://darsananursejiwa.blogspot.co.id/2010/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
Five
BAB I
KONSEP DASAR DISMENORE
A. Defenisi Dismenore
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot uterus. Nyeri ini
terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis . Nyeri dapat terasa
sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus.
Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah dismenorea biasa
dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita mengobati sendiri dengan analgesik
atau sampai memeriksakan diri ke dokter.
Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk
istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau
beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini
teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar
prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan
menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi;
pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana
beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari.
Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan
dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya. Wanita yang tidak berovulasi
cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru
saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah
gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik.
Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa jam atau
beberapa hari (Simanjuntak, 1997). Ada 2 jenis dismenorea, yaitu dismenorea primer dan
dismenorea sekunder. Pembagian dismenorea menurut Sunaryo (1989) adalah sebagai berikut :
pertama dismenorea primer atau esensial, intrinsik, idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan
atau didapati adanya kelainan ginekologik yang nyata; yang kedua dismenorea sekunder atau
ekstrinsik, yaitu rasa nyerinya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah pelvis, misalnya
endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD.
Menurut Huffman (1968) menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja hampir semuanya
disebabkan dismenorea primer.
Dismenorea primer disebabkan karena gangguan keseimbangan fungsional, bukan karena penyakit
organik pelvis, sedangkan dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan organik di pelvis
yang terjadi pada masa remaja
B. Klasifikasi Dismenore
a. Desminore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari bulan ke-6 sampai tahun
ke-2 setelah menarke. Desminore ini seringkali hilang saat berusia 25thn atau setelah wanita hamil
dan melahirkan pervaginam. Faktor psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti
berhubungan dengan ovulasi dan tidak terjadi saat ovulasi disupresi. Selama fase luteal dan aliran
menstruasi berikutnya, prostaglandin F2 alfa (PGF2α) disekresi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan
meningkatkan amplitude dan frekuensi reaksiuterus dan menyebabkan vesospasme arteriol uterus,
sehingga menyebabkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifak siklik. Respon sistemik
terhadap PGF2α meliputi nyeri punggung , kelemahan, mengeluarkan keringat, gejala saluran
cerna (anoreksia, mual, muntah, diare) dan gejala system saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala,
dan konsentrasi buruk) (Heitkemper,dkk 1991). Penyebab pelepasan prostaglandin yang
berlebihan belum diketahui.
b. Desminore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organic, seperti endometriosis, penyakit
radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus dan polip uterus. IUD juga dapat
menyebabkan desminore sekunder. Desminore sekunder dapat disalah artikan sebagai desminore
primer aatau dapat rancu dengan komplikasi kehamilan dini. Pada kasus pemeriksaan pelvis
abnormal dibutuhkan evaluasi selanjutnya untuk menentukan diagnosis. Desminore dapat timbul
pada perempuan dengan menometroragia yang meningkat. Evaluasi yang hati-hati harus dilakukan
untuk mencari kelainan dalam kavum uteri atau pelvis yang dapat menimbulkan kedua gejala
tersebut. Histeroskopi, histerosalpingogram (HSG), sonogram transvaginal (TSV), dan laproskopi,
semuanya dapat digunakan untuk evaluasi. Pengobatak ditujukan untuk memperbaiki keadaan
yang mendasarinya.
http://heldaupik.blogspot.co.id/2012/03/askep-dismenore-diagnosa-nanda-2011.html