Anda di halaman 1dari 8

A.

Tinjauan Tentang Nyeri Haid

1. Konsep Nyeri Haid

a. Definisi Nyeri Haid

Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari rahim

disertai pengeluaran (deskuamasi) endometrium. Siklus haid

dipengaruhi oleh 3 unsur yaitu 1) SSP: Korteks serebri, hipotalamus,

dan hipofise; 2) Ovarium: Perkembangan folikel, estrogen, dan

progesteron; 3) Endometrium/uterus: Fase proliferasi, fase sekresi dan

menstruasi. Siklus haid normal yaitu 21-35 hari dengan lama haid 3-7

hari (Taufan, 2012).

Nyeri haid atau dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa

Yunani.Kata dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang berarti

bulan; dan orrhea yang berarti aliran.Dismenore adalah kondisi medis

yang terjadi sewaktu haid/menstruasi yang dapat menggangu aktivitas

dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa

sakit di daerah perut maupun panggul (Sudari & Afroh, 2012).

b. Etiologi Nyeri Haid atau Dismenore

Menurut Sukarni & Wahyu (2013), secara klinis dismenore dibagi

menjadi dua, antara lain:

1) Dismenore primer

Rasa nyeri di perut bagian bawah, menjalar ke daerah

pinggang dan paha.Kadang-kadang disertai mual, muntah, diare,

sakit kepala dan emosi yang labil.Nyeri timbul sebelum haid dan

1
berangsur hilang setelah darah haid keluar.Etiologinya belum

jelas tetapi umumnya berhubungan dengan siklus ovulatorik.

Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya

dismenore primer yaitu:

a) Prostaglandin

Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan

bahwa peningkatan kadar prostaglandin (PG) penting

peranannya sebagai penyebab terjadinya dismenore. Atas dasar

itu disimpulkan bahwa PG yang dihasilkan uterus berperan

dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Selanjutnya

kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG akan

mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel

miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik.

Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam

peredaran darah, maka selain dismenore timbul pula pengaruh

umum lainnya seperti diare, mual, muntah.

b) Hormon Steroid Seks

Dismenore primer hanya terjadi pada siklus

ovulatorik.Artinya, dismenore hanya timbul bila uterus berada

di bawah pengaruh progesteron. Sedangkan sintesis PG

berhubungan dengan fungsi ovarium. Kadar progesteron yang

rendah akan menyebabkan terbentuknya PGF-alfa dalam

jumlah yang banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat

2
regresi corpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas

membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim

fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam

sintesis PG melalui perubahan fosfolipid menjadi asam

arakidonat.

c) Sistem Saraf (neurologik)

Uterus dipersarafi oleh sistim saraf otonom (SSO) yang

terdiri dari sistim saraf simpatis dan parasimpatis.Jeffcoate

mengemukakan bahwa dismenore ditimbulkan oleh

ketidakseimbangan pengendalian SSO terhadap

miometrium.Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang

berlebihan oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut

sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi

hipertonik.

d) Vasopresin

Akarluad, dkk pada penelitiannya mendapatkan bahwa

wanita dengan dismenore primer ternyata memiliki kadar

vasopresin yang sangat tinggi, dan berbeda bermakna dari

wanita tanpa dismenore. Ini menunjukkan bahwa vasopressin

dapat merupakan faktor etiologi yang penting pada saat haid

menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus dan

berkurangnya darah haid.Namun demikian peranan pasti

3
vasopresin dalam mekanisme dismenore sampai saat ini belum

jelas.

e) Psikis

Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf

pusat, khususnya talamus dan korteks.Derajat penderitaan yang

dialami akibat rangsangan nyeri tergantung pada latar belakang

pendidikan penderita.Pada dismenore, faktor pendidikan dan

faktor psikis sangat berpengaruh; nyeri dapat dibangkitkan

atau diperberat oleh keadaan psikis penderita.Seringkali segera

setelah perkawinan dismenore hilang, dan jarang masih

menetap setelah melahirkan.Munkin kedua keadaan tersebut

(perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik

pada genitalia maupun perubahan psikis.

2) Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder yaitu nyeri mulai saat haid dan

meningkat bersamaan dengan keluarnya darah haid. Dapat

disebabkan oleh antara lain:

1) Endometriosis.

2) Stenosis kanalis servikalis.

3) Adanya AKDR.

4) Tumor ovarium.

c. Manifestasi Klinis Nyeri Haid

4
Menurut Dito & Ari Wulandari (2011), Dismenore primer

haruslah dibedakan dengan dismenore sekunder dari manifestasi atau

gambaran klinisnya.

1) Dismenore Primer

Dismenore primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi

(Ovulatory Cycles). Nyeri dimulai bersamaan dengan onset haid

atau hanya sesaat sebelum haid dan bertahan atau menetap selama

1-2 hari.Nyeri dideskripsikan sebagai spasmodik dan menyebar

ke bagian belakang (punggung) atau paha atas atau tengah.

Berhubungan dengan gejala-gejala umum, seperti berikut:

a) Malaise (rasa tidak enak badan).

b) Fatigue (lelah).

c) Nausea (mual) dan vomiting (muntah).

d) Diare.

e) Nyeri punggung bawah.

f) Sakit kepala.

g) Kadang-kadang dapat juga disertai dengan vertigo atau

sensasi jatuh, perasaan cemas, gelisah, hingga jatuh pingsan.

2) Dismenore Sekunder

Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore

sekunder yang terbatas pada onset haid.Ini biasanya berhubungan

dengan perut besar atau kembung, pelvis terasa berat, dan nyeri

punggung. Berikut adalah manifestasi klinis dismenore sekunder:

5
a) Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah

haid pertama.

b) Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun.

c) Terdapat ketidaknormalan pada pelvis dengan pemeriksaan

fisik, pertimbangkan kemungkinan endometriosis, pelvis

inflamatory disease (penyakit radang panggul), dan pelvis

adhesion (perlengketan pelvis).

d) Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan

NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drug) atau obat anti-

inflamasi non-steroid, kontrasepsi oral, atau keduanya.

d. Penatalaksanaan Nyeri Haid

Menurut Sudari & Afroh (2012), penatalaksaaan yang dapat

dilaksanakan untuk pasien dismenore adalah:

1) Penjelasan dan Nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah

gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan.Penjelasan dapat

dilakukan dengan diskusi mengenai pola hidup, pekerjaan,

kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah

informasi mengenai haid atau adanya hal-hal tabu atau tahayul

mengenai haid dapat dibicarakan. Nasihat mengenai makanan

sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga dapat membantu,

kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

2) Pemberian Obat Analgetik

6
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat

diberikan sebagai terapi simptomatik.Jika rasa nyeri berat,

diperlukan istirahat ditempat tidur dan kompres panas pada perut

bawah untuk mengurangi keluhan.Obat analgesik yang sering di

berikan adalah kombinasi aspirin, fenasetin. Obat-obat paten yang

beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen.

3) Terapi Hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi.Tindakan

ini bersifat sementara dengan maksud membuktikan bahwa

gangguan yang terjadi benar-benar dismenore primer, atau jika

untuk membantu penderita untuk melaksanakan pekerjaan penting

pada waktu haid tanpa gangguan.Tujuan ini dapat dicapai dengan

pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontasepsi.

4) Terapi Alternatif

Terapi alternatif dapat dilakukan dengan kompres handuk

panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah.mandi

air hangat juga bisa membantu. Beberapa wanita mencapai

keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya mengurangi stress

dan organisme juga dapat membantu dengan mengurangi

tegangan pada otot-otot pelvis sehingga membawa kekenduran

dan rasa nyaman.

Salah satu olahraga yang dapat dilakukan yaitu senam

dismenore dan yoga. Karena olahraga ini dapat menghasilkan

7
hormon endorphin yang berfunsi sebagai penenang alami

sehingga menimbulkan rasa nyaman dan mengurangi nyeri pada

saat kontraksi (Sulistyoningrum dkk, 2018)

Anda mungkin juga menyukai