Anda di halaman 1dari 8

A.

KONSEP MEDIS
1. DEFENISI
Dismenore adalah perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada
bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada dua
bentuk yaitu dismenorre primer dan dismenorre sekunder.
Dismenore (nyeri haid) merupakan gejala yang timbul menjelang dan selama
mentruasi ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah (Djuanda, Adhi.dkk,
2008).
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebebkan karena adanya kejang otot
uterus . (Price, 2002)

2. ETIOLOGI
Etiologi dapat diklasifikasikan menurut macam dari disminore itu sendiri.
a. Disminore Primer : Jumlah prostaglandin F2α yang berlebih pada darah menstruasi,
yang merangsang aktivitas uterus
b. Disminore sekunder : Timbul karena adanya masalah fisik, seperti endometriosis, polip
uteri, leiomioma, stenosis serviks, atau penyakit radang panggul.
(Price, 2002)

3. PATOFISIOLOGI
Saat fase luteal, korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi pembuahan dan
implantasi. Maka kadar estrogen dan progesterone di sirkulasi akan menurun drastic.
Penurunan kadar hormone tersebut merangsang pengeluaran prostaglandin uterus.
Prostaglandin adalah suatu nyeawa yang berasal dari fosfolipid. Melalui enzim
fosfolipase, fosfolipid akan diubah menjadi as. Arakidonat. Asam ini akan disiklasi
menjadi prostaglandin endoperoksida siklik dalam bentuk PGG2 dengan bantuan enzim
endoperoksida isomerase dan peroksidase. Selanjutnya PGH2 diubah menjadi PGF2α
dibentuk oleh enzim PGF2α
reduktase dan peroksidase. Prostaglandin yang dihasilkan
tersebut akan menginduksi terjadinya kontraksi uterus. Kontraksi uterus selama
menstruasi mulai dari tekanan basal < 10mmHg, sehingga menghasilkan tekanan
intrauterine yang lebih tinggi sapai sering mencapi 150 – 180 mmHg dan juga bisa
melebihi 400mmHg, frekuensi lebih sering yaitu <4 – 5 setiap 10 menit dan tidak beritme
atau berkoordinasi karena kontraksi dari uterus yang berkepanjangan menyebabkan aliran
darah keuterus akan menurun, sehingga uterus akan mengalami iskemia. Selama uterus
iskemia maka akan terjadi metabolisme anaerob, dimana hasilnya akan merangsang saraf
nyeri kecil tipe C yang akan memberikan kontribusi untuk terjadinya dismenore. Nyeri
tersebut dapat menyebar kearah pinggang dan paha di karenakan, pada uterus dipersarafi
oleh T12, L1, L2, L3, S2, S3 dan S4 yang memberikan penyebaran nyeri ke pinggang dan
paha (Rasjdid, 2008). Selain itu PGF2α
dan PGE2 juga dapat menyebabkan timbulnya
keluhan seperti diare, mual, muntah, dll (Fritz & Speroff, 2010) Dismenorea sekunder
(secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah
menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah
tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan
prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by
definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada.
Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis,
polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan
kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan
sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis
pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflammatory disease
c. Tumor dan kista ovarium
d. Oklusi atau stenosis servikal
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
j. Intrauterine contraceptive device
k. Transverse vaginal septum
l. Pelvic congestion syndrome

4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Arif Mansjoer (2000 : 373) tanda dan gejala dari dismenore adalah
a. Dimenore primer
1) Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
2) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
3) Sering terjadi pada nulipara
4) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
5) Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid
6) Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
7) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
8) Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
9) Pemeriksaan pelvik normal
10) Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala
b. Dismenore sekunder
1) Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun
2) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
3) Tidak berhubngan dengan siklus paritas
4) Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
5) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
6) Berhubungan dengan kelainan pelvic
7) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
8) Seringkali memerlukan tindakan operatif
9) Terdapat kelainan pelvic

Nyeri pada disminore juga dapat dibagi menjadi beberapa bagian, berdasarkan gradenya :
0 : Tidak disminore
1 : Nyeri ringan, aktivitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan obat, namun jika obat
dikonsumsi dapat efektif mengurangi nyeri
2 : Nyeri sedang, aktivitas terganggu, membutuhkan obat, dan obat tersebut efektif
mengurangi nyeri
3 : Nyeri hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas, membutuhkan obat, tapi obat
jarang efektif dalam mengurangi rasa nyeri
(Reece & Barberie, 2009)

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan darah lengkap
- Urinalisis
Pemeriksaan tambahan
- Laparaskopi
Therapy
Therapi diberikan berdasarkan klasifikasi dismenore. Pada nyeri primer diberikan
agen antiinflamasi nonsteroid, yang menyekat sistensis prostaglandin melaluo
penghambatan enzim siklooksigenase, misalnya : ibuprofen (Motrin), naproxen, alleve,
Anaprox, Naproxyn, dan as. Mefenamat (ponstel). Dengan pemberian obat-obatan ini
biasanya wanita akan mengalami efek samping
pada gastrointestinal. Kontra indikasi obat-obatan ini adalah pada wanita dengan alergi,
riwayat ulkus peptikum, sensitive terhadap aspirin, asma dan terjadinya kehamilan.
(Brunner & Suddarth, 2002) Terapi akan baik bila dilaksanakan sebelum gejala
menstruasi sampai gejala
berkurang. Dapat juga diberikan kontrasepsi oral, yang berfungsi menghambat
prostaglandin endometrium oleh progesterone. Obat-obatan ini akan menurunkan jumlah
menstruasi sehingga menurunkan konsentrasi prostaglandin. (Price, 2002) Pemberian
analgesic sebelum kram mulai, juga dapat mengurangi rasa nyeri.
Aspirin, inhibitor prostaglandin ringan juga dapat di berikan sesuai dosis, biasanya
dianjurkan setiap 4 jam. Sedangkan, tindakan yang dapat dilakukan untuk nyeri sekunder
adalah mengobati penyakit yang mendasarinya.

6. KOMPLIKASI
Komplikasi dari dismenore primer adalah intensitas nyeri yang mempengaruhi kualitas
hidup dan aktivitas sehari-hari. Hal ini mencakup hilangnya produktivitas akibat
berkurangnya waktu kerja atau sekolah karena harus beristirahat. Secara umum, pada
dismenore primer tidak ada komplikasi organik karena kondisi yang dialami tidak terkait
dengan patologi atau penyakit lain.
Pada dismenore sekunder, komplikasi tergantung pada etiologi yang mendasari.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada dismenore sekunder antara lain infertilitas,
prolaps organ panggul, perdarahan berat, dan anemia.

7. PENATALAKSANAAN
Pada dismenorea primer, penyebab rasa nyaman dijelaskan dan pasien
ditenangkan bahwa menstruasi adalah fungsi normal dari sistem reproduktif. Jika pasien
muda dan ditemani ibunya, ibunya juga harus ditenangkan dan
diberikan pengetahuan mengenai hal ini. Banyak anak perempuan yang menduga bahwa
mereka akan mengalami periode
haid yang sangat menyakitkan apabila ibu mereka mengalaminya juga. Keram yang tidak
nyaman dapat diatasi jika kecemasan dan kekawatiran terhadap signifikansi gejala
tersebut dijelaskan secara adekuat. Gejala biasanya menghilang dengan medikasi yang
sesuai.
Pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitas normalnya dan untuk meningkatkan
latihan fisik karena latihan memberikan dasar neurofisiologis untuk peredaan. Terapi lain
yang bisa dilakukan misalnya :
1. Therapi kompres hangat : Kompres hangat ditujukan agar memperlancar sirkulasi
darah, mengurangi rasa sakit, memperlancar pengeluaran cairan, merangsang peristaltik
usus dan memberikan rasa nyaman klien.
2. Therapy Relaksasi Progresif : a. Tarik nafas, arahkan nafas ke ujung kaki dan
relaksasikan bagian tersebut. Arahkan nafas ke telapak kaki dan tumit dan relaksasikan
bagian tersebut, kemudian hembuskan
b. Tarik nafas, arahkan nafas ke otot kaki bagian bawah dari tumit ke lutut dan
relaksasikan. Pertama kaki kiri kemudian kaki kanan. Hembuskan nafas, rasakan
relaksasi dari ujung kaki ke atas.
c. Tarik nafas, arahkan nafas ke bokong dan panggul kemudian relaksasikan. Hembuskan
nafas.
d. Tarik nafas arahkan ke perut dan otot pinggang, relaksasikan dan hembuskan. e. Tarik
nafas arahkan ke dada dan otot punggung, relaksasikan dan hembuskan nafas.
f. Tarik nafas arahkan ke bahu, tangan dan ujung jari, relaksasikan dan hembuskan nafas.
g. Tarik nafas arahkan ke otot dahi, pipi, alis dan rahang. Biarkan rahang turun, rasakan
kenyamanan saat otot tersebut relaksasi. Biarkan perasaan relaksasi ini menyebar ke otot
leher, tenggorokan dan lidah, hembuskan nafas. h. Bernafaslah secara perlahan dan
teratur dalam latihan.
3. Imagery Guided Merupakan kegiatan yang menggunakan imajinasi untuk menciptakan
gambaran
mental yang serealistik mungkin dari keadaan atau perilaku baru yang ingin kita bentuk.
Secara berkala kegiatan difokuskan pada perhatian tentang gambaran mental tersebut,
sehingga diharapkan akhirnya dapat menjadi kenyataan. Sebaiknya dilakukan di pagi hari
dan hari yang sama (bila dilakukan sesaat setelah bangun tidur pagi hari, akan
mengangkat semangat sepanjang hari). Sebaiknya dilakukan 2 kali sehari, selama 5-15
menit. Dilakukan dengan posisi duduk tegak dan usahakan posisi yang nyaman, boleh
dilakukan dengan posisi duduk di lantai dengan punggung bersandar pada dinding atau
duduk di kursi dengan kaki di lantai dan kedua tangan diletakkan di paha atau di lutut.
Rilekskan tubuh dan fikiran sedalam mungkin sehingga fokus perhatian dapat dilakukan
secara penuh tertuju pada gambaran mental yang ingin diciptakan.
4. Yoga Yoga dipercaya sangat efektif mengurangi cairan yang menumpuk di bagian
pinggang yang menyebabkan nyeri haid, lakukan latihan yoga sekitar 30 menit dengan
kombinasi gerakan dan nafas dalam ( tehnik relaksasi progresif) sebagai berikut: a.
Duduk dengan posisi kedua tangan diletakkan di atas kaki. b. Posisi sujud dengan kedua
tangan diarahkan ke belakang (lakukan selama 2 menit)
c. Posisi telentang, kaki ditekuk, kedua tangan melingkar di atas kepala, lakukan selama 2
menit.
d. Posisi duduk bersila, kedua tangan memegang jari kaki, lakukan selama 1 menit. e.
Posisi kaki kiri ditekuk, kaki kanan diluruskan, badan membungkuk dengan kedua tangan
ke arah kaki kanan sambil mencium lutut kanan, lakukan selama 2 menit. Selanjutkan
ganti ke posisi berlawanan.
f. Posisi kedua kaki diluruskan, badan membungkuk mencium kedua lutut, tangan
memegang kedua jari kaki, lakukan selama 2 menit.
g. Posisi duduk dengan kedua kaki dibuka lebar, tangan dan badan sujud ke depan,
lakukan selama 2 menit.
h. Posisi tengkurap dengan badan ditengadakan keatas, tumpuan pada kedua lengan,
lakukan selama 2 menit.
i. Posisi duduk dengan kaki kiri diluruskan, kaki kanan ditekuk dan dipegang tangan kiri,
badan memutar kearah belakang, lakukan selama 3 menit
j. Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang, lakukan selama 2 menit. k.
Posisi telentang, kedua kaki diangkat ke atas, kedua tangan diatas kepala melingkar,
lakukan selama 3 menit.
l. Posisi telentang dengan kedua kaki dibuka, kedua tangan diletakkan disamping badan,
posisi rileks, lakukan selama 5-10 menit.

B. KONSEP KEPERAWATAN
- Data umum
- Keluhan utama
- Riwayat kesehatan saat ini
- Data umum saat ini

Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds : Pendarahan yang Nyeri akut
 Klien mengeluh berlebih
nyeri pada abdomen
bagian bawah, klien
mengatakan haid
tidak berhenti sejak
beberapa hari yang
lalu
Do :
Klien tampak meringis
Td : 130/80 mmHg, Tb :
176 cm, Nadi : 80x/menit,
Bb : 62 kg
P : penebalan dinding
rahim
Q : pedih
R : skala 5
S : tidak menjalar
 T : hilang timbul

Intervensi keperawatan
N Diagnosis Kriteria hasil Intervensi Rasional
o keperawatan
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Observasi :
Pendarahan tindakan keperawatan 1. observasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
yang berlebih 1x24 jam,masalah karakteristik, durasi, lokasi nyeri dan
nyeri dapat frekuensi, kualitas, skala
teratasi,dengan kriteria intensitas nyeri yang muncul saat
hasil : Nyeri
1. Pasien mengatakan
2. identifikasi skala 2. Untuk mengetahui
nyeri berkurang nyeri seberapakah rasa
2. Skala nyeri berada di nyeri
yang dialami pasien
skala 0 3. Faktor yang
3. Tidak ada darah yang memperberat dan
memperingan nyeri 3. Untuk mengetahui
keluar apa saja yang
4. Klien tidak tampak memperberat dan yg
Terapeutik
meringis 1. Berikan terapi meringankan rasa
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri nyeri
1. Untuk
2. Fasilitasi istirahat mengurangi
dan tidur rasa nyeri yang
dirasakan klien
2. Agar klien dapat
mengontrol nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
1. Untuk
Kolaborasi memberikan
1. Kolaborasi pemahaman agar
pemberian pasien tidak gelisah
analgetik saat nyeri timbul

1. Untuk membantu
proses penyembuhan
pasien pasca
operasi/untuk
mengurangi nyeri

Anda mungkin juga menyukai