Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir semua wanita mengalami gangguan kesehatan pada saat
menstruasi, baik gangguan ringan maupun yang sangat berat. Serius
tidaknya gangguan tersebut tergantung pada kondisi tubuh setiap orang.
Nyeri saat haid merupakan keluhan yang sering dijumpai di
kalangan wanita usia subur, yang menyebabkan mereka pergi ke dokter
untuk berobat dan berkonsultasi. Dismenore terdapat pada 30-75% dari
populasi dan kira-kira separuhnya memerlukan pengobatan. Etiologi dan
patogenesis dismenore sampai sekarang belum jelas, maka pengobatannya
pun masih simpang siur. Pengobatan secara kedokteran barat yang akhir-
akhir ini banyak dipakai yaitu anti prostaglandin non steroid seperti: asam
mefenamat, naproksen dan ibuprofen, yang berefek menurunkan
konsentrasi prostaglandin di endometrium. Tetapi ternyata obat-obat ini
mengakibatkan banyak kerugian karena dapat menimbulkan iritasi
lambung, kolik usus, diare, lekopeni dan serangan asma bronkial.
Keberhasilan pengobatan secara barat belum diketahui dengan pasti,
sedangkan pengobatan secara akupunktur keberhasilannya sekitar 90,9%.
Pada umumnya setiap wanita akan mengalami gejala-gejala seperti
malas, lemas, payudara mengejang, dan nyeri di sekitar perut bagian
bawah sebelum atau saat mengalami haid. Bahkan ada juga wanita yang
mengalami nyeri di perut sampai kram perut, mual, nyeri kepala, sehingga
gak bisa melakukan aktivitas sehari-hari bahkan sampai pingsan seperti
yang kamu alami. Gejala PMS (premenstrual syndrom) yang berat seperti
ini disebut dengan dismenorrhoe. Karena memang dismenorrhoe bisa
berkaitan dengan gejala adanya gangguan pada organ reproduksi. Namun
ada juga dismenorrhoe yang hanya disebabkan karena kondisi tubuh yang
sedang kurang sehat, baik secara fisik maupun psikologis. Misalnya
sedang sakit, maupun sedang mengalami stres yang berlebihan. Tetapi jika

1
kondisinya seperti ini tentu saja dismenorrhoe tidak akan dialami setiap
bulan setiap kali mengalami haid.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dismenore ?
2. Apa saja klasifikasi dismenore ?
3. Apa penyebab dismenore ?
4. Bagaimana pathofisiologi dismenore ?
5. Bagaimana pathway dismenore ?
6. Bagaimana gambaran klinis dismenore ?
7. Bagaimana perbedaan dismenore primer dan sekunder ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dismenore ?
9. Bagaimana penalaksanaan dismenore ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dismenore
2. Untuk mengetahui klasifikasi dismenore
3. Untuk mengetahui penyebab dismenore
4. Untuk mengetahui pathofisiologi dismenore
5. Untuk mengetahui pathway dismenore
6. Untuk mengetahui gambaran klinis dismenore
7. Untuk mengetahui perbedaan dismenore primer dan sekunder
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dismenore
9. Untuk mengetahui penalaksanaan dismenore

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Dismenore
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang
otot uterus. Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur
sangkar Michaelis . Nyeri dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat
kolik atau terus menerus. Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan
suatu penyakit. Istilah dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup
berat dimana penderita mengobati sendiri dengan analgesik atau sampai
memeriksakan diri ke dokter.
Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup
sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore
sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin
banyak digunakan, dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin
meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan
menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram
yang bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak
nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang
mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. Dismenore dikelompokkan sebagai
dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore
sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya. Wanita yang tidak
berovulasi cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering
terjadi pada mereka yang baru saja mulai menstruasi atau mereka yang
menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah gejala-gejala menstruasi
seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik.
Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian
hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997). Ada 2
jenis dismenorea, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder.

3
B. Klasifikasi Dismenore
Dismenore terbagi menjadi 2 , yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder :
1. Desminore primer
Desminore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari
bulan ke-6 sampai tahun ke-2 setelah menarke. Desminore ini seringkali
hilang saat berusia 25thn atau setelah wanita hamil dan melahirkan
pervaginam. Faktor psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti
berhubungan dengan ovulasi dan tidak terjadi saat ovulasi disupresi. Selama
fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya, prostaglandin F2 alfa (PGF2α)
disekresi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitude dan
frekuensi reaksiuterus dan menyebabkan vesospasme arteriol uterus, sehingga
menyebabkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifak siklik. Respon
sistemik terhadap PGF2α meliputi nyeri punggung , kelemahan,
mengeluarkan keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, diare)
dan gejala system saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi
buruk) (Heitkemper,dkk 1991). Penyebab pelepasan prostaglandin yang
berlebihan belum diketahui.
2. Desminore sekunder
Desminore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organic, seperti
endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium
atau uterus dan polip uterus. IUD juga dapat menyebabkan desminore
sekunder. Desminore sekunder dapat disalah artikan sebagai desminore
primer aatau dapat rancu dengan komplikasi kehamilan dini. Pada kasus
pemeriksaan pelvis abnormal dibutuhkan evaluasi selanjutnya untuk
menentukan diagnosis. Desminore dapat timbul pada perempuan dengan
menometroragia yang meningkat. Evaluasi yang hati-hati harus dilakukan
untuk mencari kelainan dalam kavum uteri atau pelvis yang dapat
menimbulkan kedua gejala tersebut. Histeroskopi, histerosalpingogram
(HSG), sonogram transvaginal (TSV), dan laproskopi, semuanya dapat
digunakan untuk evaluasi. Pengobatak ditujukan untuk memperbaiki keadaan
yang mendasarinya.

4
C. Etiologi
1. Dismenore Primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium
yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai
berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial
paha. Penyebab Dismenore Primer antara lain :
a. Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut
Novak dan Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah
kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen merangsang
kontraktilitas uterus.
b. Kelainan organic
Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis servikalis,
mioma submukosum bertangkai, polip endometrium.
c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis
Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat
berteduh, konflik dengan kewanitaannya, dan imaturitas.
d. Faktor konstitusi
Seperti: anemia, penyakit menahun, dsb dapat memengaruhi timbulnya
dismenorea.
e. Faktor alergi
Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada
asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migren, dan asma
bronkiale.
2. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut :
a. Endometriosis
b. Polip atau fibroid uterus
c. Penyakit radang panggul
d. Perdarahan uterus disfungsional
e. Prolaps uterus

5
f. Maladaptasi pemakaian AKDR
g. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus
terauputik, atau ,melahirkan.
h. Kanker ovarium atau uterus.

D. Pathofisiologi
1. Dismenorea primer
(primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama
setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular
ovulatory cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel
endometrium yang terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan
prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi
miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah
terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan
dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat
terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki
peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea
primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan
miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor,
yang ada di endometrium sekretori (Willman, 1976). Respon terhadap
inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung
pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin
mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi
uterus yang memanjang (prolonged uterine contractions) dan penurunan aliran
darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di
cairan endometrium (endometrial fluid) wanita dengan dismenorea dan
berhubungan baik dengan derajat nyeri (Helsa, 1992; Eden, 1998).
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari
fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi
selama menstruasi (Speroff, 1997; Dambro, 1998). Peningkatan prostaglandin
di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal

6
menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang
berlebihan (Dawood, 1990). Leukotriene juga telah diterima (postulated)
untuk mempertinggi sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus (Helsa,
1992). Jumlah leukotriene yang bermakna (significant) telah dipertunjukkan di
endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak berespon terhadap
pengobatan dengan antagonis prostaglandin (Demers, 1984; Rees, 1987;
Chegini, 1988; Sundell, 1990; Nigam, 1991). Hormon pituitari posterior,
vasopressin, terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mereduksi
(mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea
primer (Akerlund, 1979). Peranan vasopressin di endometrium dapat
berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.
2. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja
setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an
atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless
cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder,
namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai
(concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk:
endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium,
chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi
atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan
sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi
patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea
sekunder :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflammatory disease
c. Tumor dan kista ovarium
d. Oklusi atau stenosis servikal
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps

7
h. Intrauterine adhesions
i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
j. Intrauterine contraceptive device
k. Transverse vaginal septum
l. Pelvic congestion syndrome
m. Allen-Masters syndrome

E. Pathway

Fungsi Abstruksi
VFungsi Fisologi Fungsi Endokrin
komalis servik

Persepsi Nyeri
Produk Prostaglandin Penumpukan darah
Meningkat
hadidn
prostaglanidin

Peningkatan utrerus
Gastroistentinal Merangsang Pengeluaran
produk
netransmiter
vasopresin

Peningkatan Mual, Muntah Kontraksi Uterus/


kontraksi uterus endometerium

Hipoksia dan Nutrisi Terjadi hipersentivitas


iskemia jarinagn
uterus

Nyeri

Hambatan Mobilitas
Kurang Pengetahuan

Ansietas

8
F. Gambaran Klinis
1. Dismenore Primer
Deskripsi perjalanan penyakit
a. Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah,
bersifat spasmodis yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian
dalam.
b. Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelu menstruasi, namun
nyeri yang paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda
pada hari kedua.
c. Dismenore kerpa di sertai efek samping seperti :
1) Muntah
2) Diare
3) Sakit kepala
4) Sinkop
5) Nyeri kaki
d. Karakteristik dan faktor yang berkaitan :
1) Dismenore primer umumnya di mulai 1-3 tahun setelah menstruasi.
2) Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 23- 27
tahun, lalu mulai mereda.
3) Umumnya terjadi pada wanita nulipara , kasus ini kerap menuntun
signifikasi setelah kelahiran anak.
4) Lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
5) Dismenore berkaitan dengan aliran menstruai yang lama.
6) Jarang terjadi pada atlet.
7) Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak
teratur.
8) Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)
9) Usia saat menstruasi pertama <12 tahun

2. Dismenore sekunder
Deskripsi perjalanan penyakit

9
a. Dismenore di mulai setelah usia 20 tahun
b. Nyeri berdifat unilateral.
c. Tanda gejala umum yang paling sering muncul yaitu :
1) Nyeri pada daerah supra pubis seperti cram, menyebar sampai area
lumbrosacral.
2) Sering disertai nausea, muntah
3) Diare
4) Kelelahan
5) Nyeri kepala
6) Emosi labil

G. Perbedaan antara dismenore primer dan sekunder


1. Dismenore Primer
a. usia lebih muda
b. timbul segera setelah terjadinya siklus haid yang teratur
c. sering pada nulipara
d. nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
e. nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada dan meningkat bersamaan
hari pertama dan kemudian dengan keluarnya darah haid
f. sering memberikan respons - sering memerlukan tindakan terhadap
pengobatan medika dakan operatif mentosa
g. sering disertai mual, muntah, - tidak diare, kelelahan dan nyeri kepala

2. Dismenore Sekunder
a. usia lebih tua
b. tidak tentu
c. tidak berhubungan dengan paritas
d. nyeri terus-menerus
e. nyeri mulai pada saat haid menghilang bersamaan haid dengan keluarnya
darah haid.

10
H. Pemeriksaan penunjang
Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
menunjang penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala
yang timbul. Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab organik dismenorea:
1. Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.
2. Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi
3. Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan
ektopik.
4. Sedimentation rate.
5. Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas
dalam mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif
negatifnya yang relatif rendah.
6. Laparoscopy
7. Hysteroscopy
8. Dilatation
9. Curettage
10. Biopsi Endomentrium

I. Penatalaksanaan
1. Dismenore primer
a. Latihan
1) Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang
2) Latihan menggoyangkan panggul
3) Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang
atau miring.
b. Panas
1) Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung
atau abdomen bagian bawah
2) Mandi air hangat atau sauna

11
c. Orgasme yang mampu menegakkan kongesti panggul.(peringatan :
hubungan seksual tanpa orgasme, dapat meningkatkan kongesti panggul.
d. Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin
e. Pijat daerah punggung, kaki , atau betis.
f. Istirahat
g. Obat-obatan
1) Kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan gejala
2) Mirena atau progestasert AKDR dapat mencegah kram.
3) Obat pilhan adalah ibuprofen, 200-250 mg, diminum peroral setiap 4-
12 jam, tergantung dosis, namun tidak melebihi 600 mg dalam 24jam.
4) Aleve (natrium naproksen) 200mg juga bisa di minum peroral setiap 6
jam.
h. Terapi Komplementer
i. Biofeedback
j. Akupuntur
k. Meditasi
l. Black cohos

2. Dismenore sekunder
a. PRP
PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau
peritonitis panggul. Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi
Neisseria Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram
negative, anaerob, kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital.
Lakukan kultur dengan benar.
b. Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis di
tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas).
Rekomendasi dari center for disease control and prevention (CDC) adalah
sebagai berikut :
1) Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di
tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.

12
2) Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g
probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2 kali/
hari selama 14 hari.
3) Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis
mengenai kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan
antibiotic pe IV.
.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DISMENORE

Nona A berusia 17 Tahun, mengeluh kram pada abdomen bawah setiap


mengalami mentruasi. Pasien mengatakan gejala ini dirasakan sejak menarche. Ia
seringkali tidak masuk sekolah karena nyeri yang dirasakan parah. Ia sering
mengalami perut kembung dan nyeri punggung saat mentruasi. Banyaknya darah
mentruasi tidak terlau banyak, biasanya mengganti pembalut sekitar 3-4 kali
sehari pada saat mentruasi dengan lama sekitar 5 hari. Tanda tanda vital normal,
pemeriksaan pelvic menunjukan genitalia ekterna normal dan anverted uterus
baik. Pemerikassaan lab serum beta Hcg , 5 Miu/Ml, gambaran pelvic normal,
kultur gonokokus dan clamidia negative

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny A
Usia : 17 tahun
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri abdomen
b. Riwayat kesehatan sekarang
Nona A mengeluh nyeri dibagian perut. Nyeri dirasakan setiap kali
mentrusi.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Setiap kali mentruasi sejak menarche selalu sakit

14
3. Analisa data
Data Etiologi Problem
DS : Klien mengeluh Fungsi Endokrin Nyeri
kram diabdomen bawah
setiap menttruasi Produkprostaglandin
DO : TTV Normal,
Tanda tanda vital Gastroisteatinal
normal, pemeriksaan
pelvic menunjukan Mual, muntah
genitalia ekterna
normal dan anverted Nutrisi
uterus baik.
Pemerikassaan lab Nyeri
serum beta Hcg , 5
Miu/Ml, gambaran
pelvic normal, kultur
gonokokus dan
clamidia negative

DS : Klien seringkali Fungsi Endokrin Gangguan mobilitas


tidak masuk sekolah
karena nyeri yang Produkprostaglandin
dirasakan parah
DO : TTV Normal Gastroisteatinal

Mual, muntah

Nutrisi

Nyeri

15
Hambatan mobilitas

DS : Klien seringkali Fungsi Endokrin Ansietas


tidak masuk sekolah
karena nyeri yang Produkprostaglandin
dirasakan parah
DO : TTV Normal Gastroisteatinal

Mual, muntah

Nutrisi

Nyeri

Kurang pengetahuan

Ansietas

B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus dan
hipetrsensivitas
2. Hambatan mobilitas berhubungan dengan kelemahan
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahua

C. Intervensi
NO Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 I Tupan: Mandiri 1. Dapat
Nyeri hilang 1. Hangatkan menyebabkan
Tupen : bagian perut terjadinya

16
Setelah dilakuakn 2. Masase daerah vasodilatasi dan
perawatan selama 1 perut yang nyeri mengurangi
x 24 jam nyeri 3. Lakukan teknik kontraksi
berkurang dengan relaksasi spasmodamik
Kriteria hasil : 4. Berikan diureis uterus
1. Pasien menyatakan natural tidur dan 2. Menguragi nyeri
rasa nyaman istirahat karena adanya
setelah nyeri 5. Ajarkan senam stimulus
berkurang dismenore sentuhan
2. Pasien mampu Kolaborasi : teurapeutik
mengontrol nyeri 1. Pemberian 3. Mengurangi
3. Pasien tidak analgetik ntekanan untuk
mengalami ( aspirin, kafein, mendapatk rileks
gangguan tidur fanasetin ) 4. Mengurangi
4. Pasien mengetahui 2. Terapi kongesti
lanhkah langkah diometasin, ibu 5. Diperlukan
senam dismenore profen untuk
5. Pasien mampu naproprosen mengurangi rasa
menggunakan nyeri agar
tehnik ibudapat istirahat
nonfarmakologi 6. Biasanya
untuk mengurangi digunakan untuk
nyeri, mencari menormalkan
bantuan produksi
prostagladin
2 II Tupan : 1. Ajarkan dan 1. Latihan rutin
Tidak terjadi berikan dorongan akan sangat
hambatan mobilitas pada klien untuk bermanfaat
Tupen : melakukan 2. Keluarga akan
Setelah dilakukan program latihan mengajarkan
perawatan selama 1x secara rutin dirumah apabila

17
24 jam hambatan 2. Ajarkan pada perawat tidak
mobolitas berkurang klien dan ada
dengan criteria hasil keluarga untuk
: dapat mengatur
1. Klien meningkat posisi secara
dalam aktivitas mandiri dan
fisik menjaga
2. Mengerti tujuan keseimbangn
dari peningkatan selama latihan
mobilitas ataupun aktifitas
3. Memverbalisasika sehari hari
n perasaan dalam 3. Kolaborasi
meningkatkan dengan ahli
kekuatan dan terpifisik untuk
kemampuan progam latihan
berpindah
4. Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk
mobilisasi
(walker)

3 III Tupan : 1. Ajarkan pasien 1. Mengajarkan


tentang penyakit pasien tentang
Tidak terjadi ansietas
dan kondisinya

Tupen : perawatannya adalah salah satu


2. Libatkan orang aspek yang
Setelah dilakukan terdekat dalam paling penting
tindakan program dari
keperawatan selam 1 pengajaran, perawatannya.
x 24 jam ansietas sediakan materi 2. Membantu

18
berkuranng dengan pengajaran/instru meningkatkan
kriteria hasil ksi tertulis. pengetahuan dan
3. Ajarkan senam memberikan
1. Klien mengerti
nyeri haid sumber tambahan
tentang penyakit
untuk
nyeri haid dan
referensi perawa
perawatannya
tan di rumah.
2. Klien mengerti
terapi senam nyeri
haid

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu
haid/menntruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan
pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut
maupun pinggul. Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri;
yaitu dismenore spasmodic dan dismenore kongestif, dan ada tidaknya
kelainan atau penyebab yang dapat diamati; yaitu dismedore primer dan
dismenore sekunder.
Penyebab dari nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti
meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari
penyebabnya. Ada beberapa factor yang menyebabkan dismenore yaitu
factor psikologis, factor endokrin, factor konstitusi,anomaly uterus
congenital dan endometriosis.

B. Saran
Disarankan bagi wanita banyak mengkonsumsi makanan yang
berzigi dan olah raga secara teratur. Disarankan bagi wanita agar
mengupayakan pola hidup sehat dan Periksa kesehatan secara berkala dan
teratur

20
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba Medika

Heffner, Linda J dkk. 2008. At A Glance Sitem Reproduksi. Jakarta : Erlangga

http://sagungputri.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-disminore.html

21

Anda mungkin juga menyukai