Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipoglikemia (shock insulin) adalah suatu sindrome yang komplek berawal dari
suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi serum glukosa
menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik sistem saraf. Kadar
glukosa serum 50 – 55 mg /100ml ( N.55 – 115 mg / dl ) dan adanya gambaran
klinis sebagai petunjuknya.
Pada dasarnya ada dua penyebab gejala klinik akibat hipoglikemi, yaitu aktivasi
sistem saraf autonomic dan neuroglikopenia. Hipoglikemia dapat disebabkan
karena terlalu banyak insulin atau preparat hipoglikemik oral. Hipoglikemia
dapat terjadi setiap saat. Biasanya sering terjadi sebelum makan, terutama jika
menunda makan atau jika tidak makan makanan kecil. Hipoglikemia tengah
malam dapat terjadi karena memuncaknya NPH malam hari atau insulin Lente,
terutama pada pasien yang tidak makan makanan kecil sebelum tidur.
Normal tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 60-120 mg/dl. agar dapat
memberi sumber energi bagi metabolisme sel. Pemasukan glukosa dari berbagai
sumber seperti : pemasukan makanan, pemecahan glikogen, glukoneogenesis
memacu terjadinya respon insulin. Orang sehat akan segera memproduksi
Hormon insulin untuk menurunkan kembali kadar gula darah ke level yang
normal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Hipoglikemia ?
2. Apa saja klasifikasi hipoglikemia ?
3. Bagaimana etiologi atau penyebabnya ?
4. Bagaimana patofisiologi hipoglikemia ?
5. Bagaima manifestasinya ?
6. Apa saja komplikasi pada hipoglikemia ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang hipoglikemia ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medisnya ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada hipoglikemia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Hipoglikemia
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi hipoglikemia
3. Untuk mengetahui bagaimana etiologi atau penyebabnya
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi hipoglikemia
5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasinya
6. Untuk mengetahui apa saja komplikasi pada hipoglikemia

1
7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang hipoglikemia
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medisnya
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada hipoglikemia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Hipoglikemia (shock insulin) adalah suatu sindrome yang komplek berawal
dari suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi serum glukosa
menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik sistem saraf. Kadar
glukosa serum 50 – 55 mg /100ml ( N.55 – 115 mg / dl ) dan adanya gambaran klinis
sebagai petunjuknya.
Hipoglikemia adalah suatu komplikasi dari Diabetes Melitus dimana gula
dalam darah rendah yaitu kurang dari 60 mg/dl.
Seringkali sebagai komplikasi akut IDDM, tetapi dapat juga terjadi pada
NIDDM yang mendapatkan oral hipoglikemik.

B. Klasifikasi Hipoglekimia
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar
ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas
sehingga terjadi hiperinsulin.

2
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan
glikogen.
3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga
terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan
glikogen.
4. Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolisme
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada
sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala,
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya
mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan
kehilangan kesadaran.

C. Etiologi
Pada dasarnya ada dua penyebab gejala klinik akibat hipoglikemi, yaitu aktivasi
sistem saraf autonomic dan neuroglikopenia. Hipoglikemia dapat disebabkan karena
terlalu banyak insulin atau preparat hipoglikemik oral. Hipoglikemia dapat terjadi
setiap saat. Biasanya sering terjadi sebelum makan, terutama jika menunda makan
atau jika tidak makan makanan kecil. Hipoglikemia tengah malam dapat terjadi
karena memuncaknya NPH malam hari atau insulin Lente, terutama pada pasien yang
tidak makan makanan kecil sebelum tidur.
Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari
setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan
olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia
sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat. Gejala

3
hipoglikemik dan manifestasi dapat dibagi menjadi yang diproduksi oleh hormon
counterregulatory ( epinefrin / adrenalin dan glukagon) dipicu oleh glukosa jatuh, dan
efek neuroglycopenic dihasilkan oleh gula otak berkurang,
Terdapat beberapa pencetus hipoglicemia, yang paling sering adalah karena
pengobatan diabitus militus sebagai berikut :
1. Dosis insulin atau oral hipoglikemia berlebihan.
2. Kelambatan makan atau kandungan glukosa.
3. Kelambatan absorbsi glukosa dari saluran cerna.
4. Olah raga atau aktivitas yang berlebihan.
5. Gagal ginjal

D. Patofisioligi
Normal tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 60-120 mg/dl. agar
dapat memberi sumber energi bagi metabolisme sel. Pemasukan glukosa dari
berbagai sumber seperti : pemasukan makanan, pemecahan glikogen,
glukoneogenesis memacu terjadinya respon insulin. Orang sehat akan segera
memproduksi Hormon insulin untuk menurunkan kembali kadar gula darah ke level
yang normal.
Pada orang Diabetes Melitus, terjadi defisiensi Insulin, sehingga Glukosa
tidak bisa dimanfaatkan oleh sel dan hanya beredar di pembuluh darah sehingga
menimbulkan Hiperglikemia. Untuk menurunkan kadar gula darah biasanya
diberikan Insulin, namun karena dosis yang kurang tepat bisa menimbulkan
penurunan glukosa darah yang cepat.
Efek dari penurunan glukosa darah , bisa timbul Hipoglikemia, dengan
gejala yang ringan sampai berat. Gejala Hipoglikemia Ringan, ketika kadar
glukosa darah menurun, sistem syaraf simpatis akan terangsang. Terjadi
pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala : perspirasi, tremor,
takhikardia, palpitasi, gelisah dan rasa lapar.
Pada Hipoglikemia Sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan
sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem syaraf pusat mencakup ketidakmampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusio, penurunan daya ingat, patirasa di
daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan
emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
Pada Hipoglikemia Berat, fungsi sistem syaraf pusat mengalami gangguan
yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk

4
mengatasi Hipoglikemia yang diderita, gejalnya : Disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan dari tidur, kehilangan kesadaran.

Terjadi hipoglikemia bila serum glukosa tidak cukup untuk memenuhi


kebutuhan jaringan. Sistem saraf sangat sensitif terhadap penurunan kadar glukosa
serum, karena glukosa merupakan sumber energi utama. Otak tidak dapat
menggunakan sumber energi lain (ketone, lemak) kecuali glukosa. Sebagai
konsekwensi penurunan kadar glukosa, maka akan mempengaruhi aktivitas sistem
saraf.

Dalam keadaan normal, penurunan glukosa serum oleh karena aktivitas


hormon insulin secara akut, akan merangsang sekresi hormon glukagon dan
epinephrin yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
Sekresi hormon glukagon pada penderita IDDM mengalami gangguan,
sehingga tidak dap at menaikkan kadar gula darah. Peran hormon glukagon
diasumsikan akan digantikan oleh hormon ephinephrine untuk menaikan gula darah,
dengan cara meningkatkan produksi glukosa hepar dan menghambat sekresi hormon
insulin. Akan tetapi pada penderita IDDM sekresi hormon ephinephrine juga
menurun, sebagai akibat adanya gangguan saraf outonom.
Respon terhadap penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) dapat dibedakan
menjadi 2 kategori yaitu :
1. Gejala adrenergik  sebagai akibat dari stimulasi sistem saraf outonom dengan
gejala palpitasi, iritabile, kelemahan umum, dilatasi pupil, pucart, keringat dingin.
2. Gejala neuroglycopenia  sebagai akibat dari tidak adekwatnya suplay gula
darah ke jaringan saraf, yaitu sakit kepala, gelisah, tidak mampu konsentrasi,
bicara tidak jelas, gangguan penglihatan, kejang, coma. Hal ini sering tampak
pada kadar glukosa darah dibawah 45 – 50 mg/dl.

E. Pathway

alkohol Penyakit hepar Penyakit ginjal Tumor Pada pasien


(hepatitis, (gagal ginjal) pankreas DM
sirosis, Ca)

Di Fungsi hati Gangguan Menghasilk >> insulin


metabolisme terganggu inaktivasi an insulin >> aktifitas
di hati insulin >> << asupan
makanann

Menghambat <<fungsi >> insulin


kemampuan sintesis di hati
hati melepas
MK : glukosa 5 Vasodilatasi
Resti Kesadaran
Terlambat << asupan pembuluh
Glikogenesis Sel otak tidak
Aspirasi merurun-
mendapat glukosa fungsi
ke darah Merangsang hati
Kerusakan
&glukoneogen jaringan memperoleh
Gangguan MK : Produksi
saraf hormone
Merangsang simpatik
kelenjar
koma
kematian
penanganan otak KGD kranial
Sakit kepala melepaskan glukosa
olisisotak sumberotakenergi Nyeri adrenalin/epinefrin
terangsang
adrenal
HIPOGLIKEMIA

Reflek batuk Kejang, diplopia Timbul efek

Retensi sputum MK : Tremor lemah Taki- diafore


di tenggorokan Resti cidera , rasa kardi sis
lapar,
kulit
dingin
MK :
Resti
ketidakefektifan MK : MK :
bersihan jalan Intoleransi Kekurangan
nafas aktivitas volume cairan

6
F. Manifestasi Klinis
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat
menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah
dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung
saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi
jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat,
kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar).
Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan
menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa,
tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia
yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala
yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara
perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang
memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas
penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama
jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi.
Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama
serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom
di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa
palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual
(glukosa turun 50 mg%.
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya
gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman
mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan
kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:
1. Perubahan tingkah laku
2. Serangan sinkop yang mendadak
3. Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
4. Keringat berlebihan waktu tidur malam
5. Bangun malam untuk makan

7
6. Hemiplegi/ afasia sepintas
7. Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria

G. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah
selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga
dapat mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah
bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan
gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan sistem
saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal
dan hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang
pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa
orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

I. Penatalaksanaan Medis
1. Glukosa 40% IV, atau glukosa 10% IV setelah 6 jam
2. Glukagon 1-3 mg IM/SC namun jarang dilakukan
3. TKTP
4. Bila tidak ada gangguan sistem syaraf pusat, diberi minuman cairan yang
mengandung karbohidrat
5. Monitor gula darah tiap jam jika perlu

J. ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

8
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah dan penurunan
konsentrasi.
c. Riwayat penyakit saat ini
Berisi tentang kapan terjadinya hipoglikemia, apa yang
dirasakan klien dan apa saja yang sudah dilakukan untuk
mengatasi sakitnya.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit yag diderita seperti diabetes mellitus,
hepatitis, sirosis hepatis, gagal ginjal dan penyakit lainnya yang
berhubungan dengan hipoglikemia. Kaji riwayat penggunaan
obat, konsumsi alcohol, aktivitas fisik yang dilakukan dan
asupan makanan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa menimbulkan
hipoglikemia seperti diabetes mellitus, hepatitis
f. Pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang di alami pasien
mengenai kondisinya.
g. Pemeriksaan fisik
1) Tanda vital :
a) TD : 140 / 70 mmHg
b) HR : 74 x/menit
c) BB : 51 kg
d) TB : 147 cm
e) RR : 24 x/menit

9
f) T : 37 C
2) Kepala
a) Inspeksi : Bentuk bulat, simetris. Tidak
dijumpai tanda peradangan,rambut
menyebar merata.
b) Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri
tekan
3) Mata
a) Inspeksi : Klien masih mampu melihat
benda dengan jarak 2 M, walaupun agak
kabur.
b) Palpasi : konjungtiva anemis
4) Telinga
a) Inspeksi : Terkadang klien kurang
mendengar suara lawan bicaranya dengan
suara normal, tidak ada kotoran, bentuk
simetris
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
5) Hidung
a) Inpeksi : Bentuk simetris, tidak
dijumpai adanya perdarahan dan tanda
peradangan, tidak ada cuping hidung.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak
adanya sinus.
6) Mulut / tenggorokan
a) Inspeksi : Tidak dijumpai perdarahan dan
tanda-tanda peradangan, gigi atas sebelah
kanan sudah banyak yang tanggal, gigi bawah
masih banyak yang utuh, tidak ada caries.
7) Dada

10
a) Inspeksi : Pola nafas reguler dengan frekuensi
24 x/m.
b) Perkusi : ICS I Resonan ICS II Resonan ICS
III – V Dalnes (Kiri), ICS I - V Dalnes
(Kanan)
c) Palpasi : Vokal Fremitus normal
d) Auskultasi : Tidak terdengar bunyi jantung
ketiga
8) Ekstremitas atas
a) Inspeksi : Tidak ada edema, tidak ada lesi
b) Palpasi : Akral hangat, eritema Palmaris(-),
leukonikia(-), hepatic flapping(-), clubbing
finger(-) adanya turgor kulit (+)
9) Abdomen
a) Inpeksi : Cembung,caput medusae (-), vena
paraumbilikalis (-)
b) Palpasi : Distensi(-), nyeri tekan(-), pada
semua kuadran, massa (-), organomegali(-),
defans muscular(-)
c) Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
d) Auskultasi : bising usus(+) normal, bruit
di atas hepar (-)
10) Eksternitas bawah
a) Inspeksi : Tidak ada edema, tidak ada lesi
b) Palpasi : Akral hangat, eritema Palmaris(-),
leukonikia(-), hepatic flapping(-), clubbing
finger(-) adanya turgor kulit (+)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah
intracranial

11
b. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan
kesadaran, kejang dan diplopia.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan berlebih.

3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWA KRITERIA
TAN HASIL
1. Nyeri Setelah Anjurkan Menurunkan
berhubungan dilakukan pasien untuk stimulasi yag
dengan tindakan 1x24 beristirahat di berlebihan
vasodilatasi jam pasien tidak lingkungan yang dapat
pembuluh mengalami nyeri yang tenang mengurangi
darah dengan kriteria sakit kepala
intracranial hasil :
a. Nyeri Observasi Indicator
berkuran adanya tanda- derajat nyeri
g atau tanda nyeri yang tidak
hilang non-verbal langsung yang
seperti di alami
b. skala
ekspresi
nyeri
wajah, posisi
berkuran
tubuh, gelisah,
g, nyeri
diaphoresis,
dapat di
perubahan
control
frekuensi
jantung

Berikan
kompres meningkatkan
hangat pada sirkulasi dan

12
kepala relaksasi

Gunakan
sentuhan Memberikan
terapeutik, pasien
visualisasi dan sejumlah
reduksi stress pengendali
nyeri dan atau
mengubah
mekanisme
sensasi nyeri
dan mengubah
persepsi nyeri

Kolaborasikan Analgesik
pemeberian berguna untuk
analgesic mengurangi
nyeri
2. Resiko tinggi Setelah Menciptakan Untuk
cidera dilakukan lingkungan meminimalkan
berhubungan tindakan 1x24 yang aman terjadinya
dengan jam pasien cidera
penurunan dengan kriteria
kesadaran, hasil : Berikan Untuk
kejang dan a. tidak penghalang meminimalkan
diplopi terjadi sisi tempat terjadinya
cidera tidur, berikan cidera
ketinggian
b. resiko
tempat tidur
cidera
yang rendah
berkuran
dan lakukan
g atau

13
hilang, pemantauan
pasien pada malam
dan hari
anggota
keluarga Menghindarka Untuk
atau n lingkungan meminimalkan
pemberi yang terjadinya
asuhan berbahaya cidera
mengem (misalnya
bangkan memindahkan
strategi perabotan
untuk yang dapat
mempert membahayaka
ahankan n pasien)
keamana
n
Memberikan Untuk
penerangan meningkatkan
yang adekuat kewaspadaan

Observasi Untuk
faktor-faktor meningkatkan
yang kesadaran
meningkatkan pasien, anggota
kerentanan keluarga dan
terhadap pemberi
cidera asuhan

Memfaasilitasi

14
Bantu pasien ambulasi
dalam pasien dapat
ambulasi meminimalkan
sesuai dengan terjadinya
kebutuhan injuri.
3. Kekurangan Setelah Selimuti Untuk
volume dilakukan pasien dengan mencegah
cairan tindakan 1x24 kain tipis dan vasodilatasi,
berhubungan jam pasien hindari suhu terkumpulnya
dengan dengan kriteria yang terlalu darah di
kehilangan hasil : yang panas ekstremitas
volume a. kebutuha dan
cairan n volume berkurangnya
berlebih cairan volume darah
seimbang sirkulasi
.
Anjurkan Untuk
b. menunju
pasien untuk pemenuhan
kkan
mengkonsums kebutuhan
keseimba
i cairan dasar cairan
ngan
sedikitnya dan
cairan
2500ml/hari menurunkan
dibuktika
atau sesuai resiko
n dengan
dengan dehidrasi
membran
kondisi
e mukosa
individu
lembab,
turgor
Kolaborasi Adanya
kulit
untuk penurunan
baik,
pemberian intake cairan
tanda
cairan penggunaan
vital

15
stabil tambahan parenteral
melalui IV dapat
sesuai memperbaiki
keperluan kekurangan
cairan

Pantau Memberikan
masukan dan informasi
haluaran, catat keadekuatan
warna, volume cairan
karakter urin. dan kebutuhan
Hitung cairan
keseimbangan
cairan Peningkatan
Monitoring suhu
perubahan meningkatkan
tanda vital laju metabolic
seperti dan kehilangan
peningkatan cairan melalui
suhu badan, evaporasi.
takikardi, Takikardi
hipotensi menunjukkan
ortostatik kekurangan
cairan sistemik

Evaluasi Merupakan
turgor kulit, indicator
kelembaban langsung status
membrane cairan atau
mukosa perbaikan

16
ketidakseimba
ngan

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana
kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-
obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis
antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi
kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang
sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)

B. Saran
Sebagai bahan acuan bagi klien agar lebih mengetahui tentang hipoglikemia
serta dapat mewaspadai apabila terdapat gejala-gejala klinis yang
menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapt dijadikan literature dalam
menangani pasien dengan hipoglikemia bagi institusi pendidikan sebagai
bahan acuan untuk menambah ilmu dan wawasan pengetahuan mahasiswa
terhadap penyakit hipoglikemia.
Menambah ilmu dan wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan hipoglikemia sebagai syarat untuk memenuhi tugas sebagai
mahasiswa praktik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Eko, Wahyu. 2012. Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia. diakses


tanggal 12 Oktober 2012. Jam 19.30. http://www.kpindo.com/artikel
Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC
Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental Practice.
Inggris: Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an
Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal
McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department: Acute
Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing
Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

19

Anda mungkin juga menyukai