• Gangguan menstruasi umum yang memiliki efek negatif pada kualitas kehidupan wanita dan
keluarga meliputi :
1. Amenorea Hipogonadotropi
Amenorea hipogonadotropi paling banyak menyebabkan supresi hipotalamus, akibat pengaruh
stres (di rumah, sekolah atau tempat kerja) atau rasio lemak dalam tubuh kritis terhadap tubuh
tanpa lemak (berat badan di bawah normal, penurunan berat yang cepat, gangguan makan,
seperti: anoreksia nervosa atau bulimia, latihan fisik yang melelahkan). Keteraturan menstruasi
dapat dicapai dengan mempertahan berat dan lemak tubuh di atas kadar kritis. Kadar endorfin
perifer meningkat karena latihan fisik berat dan diduga memberi efek supresif pada hipotalamus
2. Dismenore
• Dismenore primer terjadi jika tidak ada penyakit organik, biasanya dari bulan keenam sampai tahun
kedua setelah menarke. Dismenore ini seringkali hilang pada usis 25 tahun atau setelah wanita hamil
dan melahirkan per vagina.
• Faktor psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan ovulasi dan
tidak terjadi saat ovulasi disupresi.
• Selama fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya, prostaglandin F2 α (PGF2α) disekresi. Pelepasan
PGF2 α yang berlebihan dapat meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus, sehingga
mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistematik terhadap
PGF2 α , meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia,
mual, muntah dan diare) dan gejala sistem saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi
buruk). Penyebab pelepasan prostaglandin yang berlebihan tidak diketahui.
• Untuk meredakan dismenore primer, dengan mandi air panas, masase, distraksi, latihan fisik dan tidur
yang cukup. Panas dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan meningkatkan
sirkulasi. Orgasme dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan aliran
mentruasi dan meredakan vasokongesti pelvis. Diet dengan mengurangi garam dan peningkatan
penggunaan diuretik alami seperti asparagus dapat mengurangi edema dan rasa tidak nyaman yang
timbul.
b. Dismenore Sekunder
• Sindrom pramenstruasi (pramenstrual syndrome = PMS) dimulai dari fase luteal yakni pada sekitar
hari ke 7 dan ke 10 sebelum menstruasi dan berakhir dengan awal menstruasi.
• Wanita dapat merasakan peningkatan kreativitas dan energi fisik serta mental. Gejala negatif
berhubungan dengan edema (abdomen kembung, pelvis penuh, edema pada ektremitas bawah,
nyeri tekan pada payudara dan peningkatan berat badan) atau ketidakstabilan emosi (depresi,
tiba–tiba menangis, iritabilitas, sering panik dan tidak mampu konsentrasi).
• Nyeri kepala, keletihan dan nyeri punggung merupakan keluhan umum.
• Pemahaman PMS yang kurang dapat menimbulkan harga diri rendah dan stres. Secara teori
penyebab PMS karena defisiensi progesteron, kelebihan prolaktin dan prostaglandin dan defisiensi
diet serta masalah psikologis.
4. Endometriosis
1. Perawatan diri.
2. Terapi yang tersedia untuk mengatasi gangguan.
c. Resiko tinggi gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan gangguan
mentruasi.
• Hipomenorea merupakan aliran menstruasi yang sedikit, dalam waktu singkat yang dapat disebabkan
oleh disfungsi endokrin. Aliran menstruasi sedikit dan berupa bercak darah selama 1 sampai 2 hari.
• Siklus yang pendek 17–20 hari mungkin mengindikasikan anovulasi. Wanita berusia kurang dari 30
tahun dengan siklus anovulasi yang konsisten lebih rentan mengalami infertilitas dan berisiko terkena
karsinoma endometrium.
• Berdasarkan kajian fisik normal dan dokumentasi ovulasi menggunakan kalender menstruasi. Grafik
suhu tubuh dan pemantauan lendir serviks, pola menstruasi merupakan variasi normal. Jika siklus
merupakan siklus anovulasi dibutuhkan tindak lanjut untuk mengidentifikasi infertilitas.
• Kontrasepsi oral sering kali menyebabkan menstruasi ringan sebab dapat menyebabkan defisiensi
estrogen relatif atau menimbulkan pengaruh androgenik pada endometrium. Apabila gejala lain
defisiensi estrogen tidak ditemukan, hipomenorea dianggap sebagai efek samping yang jinak, tidak
ada yang perlu dikhawatirkan kecuali wanita merasa terganggu dengan hipomenorea.
• Stenosis serviks dapat menyebabkan menstruasi ringan yang ditandai dengan
bercak darah yang berwarna coklat tua dan kram. Lubang serviks mungkin
terlihat tersumbat pada saat pengkajian pelvis atau tidak dapat dimasuki oleh
sonde (sebuah alat yang dimasukkan untuk mendilatasi atau mendeteksi
benda asing). Terapi medis seringkali meliputi dilatasi serviks secara progresif.
• Penurunan aliran menstruasi dapat juga terjadi akibat penurunan berat badan
dan ketidakadekuatan suplai protein. Gangguan makan seperti anoreksia atau
bulimia, dapat menyebabkan masalah tersebut. Beberapa medikasi dan obat–
obatan rekreasional dapat menurunkan aliran menstruasi dengan
menghambat estrogen.
4. Perdarahan antar menstruasi
• Perdarahan antar menstruasi mengacu pada perdarahan atau bercak darah di antara waktu menstruasi.
• disebabkan oleh infeksi organik atau masalah fungsional. Bercak darah pada pertengahan siklus
(mittelstaining) yang terkait dengan ovulasi, adalah bercak darah berwarna merah muda yang berlangsung
selama beberapa jam sampai satu hari.
• Kondisi fungsional ini disebabkan oleh penurunan estrogen relatif di pertengahan siklus sesaat sebelum
ovulasi. Kondisi ini hanya terjadi secara rutin atau hanya sesekali. Apabila pengkajian fisik dan riwayat
kesehatan normal, tanda ovulasi lain dapat membantu menguatkan diagnosis tersebut. Biasanya, pasien
tidak memerlukan terapi medis, walaupun pemberian estrogen dalam dosis kecil di sekitar waktu ovulasi
dapat mencegah munculnya bercak darah.
• Vaginitis atau servistis dapat menyebabkan bercak darah atau pendarahan ringan antar menstruasi.
Kondisi ini sering kali disertai dengan peningkatan rabas, gatal, bercak darah selama senggama, atau
ketidaknyamanan selama senggama. Pemeriksaan pelvis dapat menunujukan adanya peningkatan rabas
vagina, eriterma, rabas serviks, polip, atau peradangan. Apabila diagnosis yang ditegakan adalah vaginitis,
terapi medis spesifik diberikan adalah vaginitis, terapi medis spesifik diberikan sesuai dengan organisme
penyebab.
• Perdarahan antarmenstruasi yang tidak teratur mungkin merupakan awal
terjadinya perubahan sitologi yang disebabkan oleh dietilstibestrol, khususnya jika
kondisi ini dialami oleh remaja dan dewasa muda. Papanicolaou (Pap) smear dan
kolposkopi dibutuhkan untuk evaluasi menyeluruh.
• Benda asing merupakan penyebab lain terjadinya bercak darah antarmenstruasi
nonsiklik. Ini sering terjadi pada remaja putri, walaupun tidak jarang terjadi pada
wanita yang lupa melepas tampon atau diafragma dari dalam vaginanya selama
beberapa hari.
• Gejala penyertanya meliputi kram pada abdomen bawah, peningkatan rabas
vagina yang berbau tidak sedap, dan penekanan. Benda asing biasanya dilihat
pada pemeriksaan dengan spekulum dan kemudian dikeluarkan.
• Apabila pengkajian riwayat atau pemeriksaan fisik tidak menunjukan adanya penyebab perdarahan
antarmenstruasi, kemungkinan trauma.
• Penganiayaan seksual merupakan masalah yang sering terjadi pada anak perempuan dan wanita dewasa dan
merupakan salah satu penyebab trauma genital yang paling sering. Pertanyaan sensitif yang diajukan dalam
suasana yang mendukung dan penuh penerimaan mungkin diperlukan untuk mendapat riwayat penganiayaan.
• Penyebab lain trauma mungkin berupa luka goresan, jatuh, dan laserasi saat menggunakan tampon, spons
vagina, atau diafragma
• Kontrasepsi oral dapat menyebabkan perdarahan lucut (breakthrough bleeding) kapan pun di dalam siklus
mentruasi. Kejadian ini biasanya tidak terjadi secara siklik dan tidak teratur, tetapi dapat berulang. Perdarahan
dapat berkisar dari bercak darah ringan sampai perdarahan hebat berwarna merah pekat, dan dapat
berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari. Biasanya, terdapat sedikit atau tidak ada nyeri atau kram.
Perdarahan di luar periode menstruasi terjadi jika peluruhan endometrium berlangsung tidak sempurna selama
menstruasi lucut. Selanjutnya, lapisan endometrium dibentuk dengan berbagai tingkat ketebalan sampai kadar
estrogen yang disediakan oleh kontrasepsi oral tidak lagi mencukupi untuk mempertahankan endometrium.
• Kehamilan harus selalu dipertimbangkan sebagai kemungkinan penyebab perdarahan antarmenstruasi pada wanita
subur. Bahkan wanita yang menggunakan kontrasepsi harus menjalani evaluasi kehamilan karena ada
kemungkinan kontrasepsi tersebut digunakan secara salah. Beberapa wanita hamil terus mengalami perdarahan
ringan saat menstruasi, biasanya terjadi.
• Hiperplasia endometrium yang terjadi akibat ketidakseimbangan hormon sering kali menyebabkan perdarahan
hebat yang terjadi secara mendadak, tanpa suatu pola siklus, terutama pada wanita yang fungsi ovariumnya hampir
berakhir.
• Ovarium yang sudah tua gagal menghasilkan estrogen dan progesteron yang dilepas secara teratur dalam jumlah
yang mencukupi, dan ovulasi menjadi tidak teratur. Progesteron yang memadai penting untuk mengatur peluruhan
endometrium selama fase menstruasi. Apabila estrogen mempengaruhi endometrium yang kekurangan
progesteron, endometrium akan terus berproliferasi dan ketebalannya akan bertambah. Selama menstruasi,
endometrium meluruh secara tidak sempurna sehingga penebalan penebalan lapisan endometrium menjadi tidak
teratur. Saat kadar hormon tidak lagi mendukung endometrium hiperplastik terjadi perdarahan mendadak yang
sangat hebat, yang berisi bekuan besar dan berlangsung beberapa minggu. Apabila pemeriksaan diagnostik
memperlihatkan hiperplasia endometrium, penanganan dapat berupa kuretase atau terapi hormon.
Pengkajian keperawatan
a. Kaji riwayat menstruasi
1) Pap smear
2) Apusan vagina atau serviks untuk dikulur atau pemeriksaan mikroskopik
3) Hematokrit dan hemoglobin
4) Hitung darah lengkap
5) Faeses
6) Kultur urin
7) Pemeriksaan kehamilan
8) Kultur gonorea atau Chlamydia
9) USG panggul atau CT jika massa dipanggul teridentifikasi.
Diagnosa keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan disfungsi menstruasi.
b. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan disfungsi menstruasi,
terapi, dan tindakan keperawatan.
c. Kecemasan berhubungan dengan ketdakpastian hasil terapi.
d. Gangguan citra diri berhubungan efek psikologis akibat disfungsi menstruasi
dan penanganannya.
e. Harga diri rendah berhubungan dengan disfungsi menstruasi.
f. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan:
1) Efek terapi.
2) Gangguan disfungsi menstruasi pada ekspresi seksual.
3) Ketidak harmonisan hubungan dengan orang terdekat.
Perencanaan dan Intervensi keperawatan
a. Peningkatan pengetahuan:
1) Upaya mengetahui penyebab masalah
2) Terapi klinis
3) Perkiraan hasil
b. Diet
c. Kompres panas dan dingin
d. Olahraga
e. Mengurangi kecemasan
f. Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan
َو الَّس َالُم َع َلْيُك ْم َو َر ْح َم ُة ِهللا َو َبَر َك اُتُه