Anda di halaman 1dari 8

1.

Gangguan haid
A. Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:
1. Gangguan siklus haid
a. Polimenorea
Siklus haid lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21 hari, perdarahan
kurang lebih sama atau lebih banyak daripada haid normal. Penyebabnya adalah
gangguan hormonal, kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan lai-
lain.Pada gangguan hormonal terjadi gangguan ovulasi yang menyebabkan
pendeknya masa luteal. Diagnosis dan pengobatan membutuhkan pemeriksaan
hormonal dan laboratorium lain.
b. Oligomenorea
Siklus haid lebih panjang dari normal, yaitu lebih dari 35 hari, dengan perdarahan
yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus ini kesehatan penderita tidak terganggu
dan fertilitas cukup baik.
c. Amenorea
Keadaan dimana tidak adanya haid selama minimal 3 bulan berturut-
turut.Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea primer dan sekunder.Amenorea
primer ialah kondisi dimana seorang perempuan berumur 18 tahun atau lebih tidak
pernah haid, umumnya dihubungkan dengan kelainan-kelainan kongenital dan
genetik.Amenorea sekunder adalah kondisi dimana seorang pernah mendapatkan
haid, tetapi kemudian tidak mendapatkan haid, biasanya merujuk pada gangguan
gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. Ada pula
amenorea fisiologis yaitu masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi,
dan setelah menopause.
B. Gangguan volume dan lama menstruasi
a. Hipermenorea (menoragia)
Merupakan perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari 8
hari.Penyebab kelainan ini terdapat pada kondisi dalam uterus.Biasanya dihubungkan dengan
adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium yang lebih luas dan gangguan
kontraktilitas, polip endometrium, gangguan peluruhan endometrium, dan sebagainya. Terapi
kelainan ini ialah terapi pada penyebab utama.
b. Hipomenorea
Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih sedikit dari
normal.Penyebabnya adalah terdapat pada konstitusi penderita, kondisi uterus, gangguan
endokrin, dan lain-lain.Terapi hipomenorea adalah bersifat psikologis untuk menenangkan
penderita, kecuali bila sudah didapatkan penyebab nyata lainnya. Kondisi ini tidak
memperngaruhi fertilitas.
C. Gangguan lain terkait menstruasi
A. Disminorea
a) Pengertian
gangguan ginekologik berupa nyeri saat menstruasi, yang umumnya berupa kram
dan terpusat di bagian perut bawah. Rasa kram ini seringkali disertai dengan nyeri
punggung bawah, mual muntah, sakit kepala atau diare. Istilah dismenorea hanya dipakai
jika nyeri terjadi demikian hebatnya, oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa
tidak enak di perut bagian bawah sebelum dan selama haid. Dikatatakan demikian apabila
nyeri yang terjadi ini memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya
untuk beberapa jam atau hari

Dismenorea dibagi menjadi dua yaitu:

a. Dismenorea primer
Merupakan nyeri menstruasi yang diasosiasikan dengan siklus ovulasi dan
merupakan hasil dari kontraksi miometrium tanpa teridentifikasinya kelainan
patologik.Dismenorea primer umumnya terjadi 12-24 bulan setelah menarche, ketika
siklus ovulasi sudah terbentuk
b. Dismenorea sekunder
Merujuk pada nyeri saat menstruasi yang diasosiasikan dengan kelainan pelvis,
seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uterina dan lainnya. Oleh karena itu,
dismenorea sekunder umumnya berhubungan dengan gejala ginekologik lain seperti
disuria, dispareunia, perdarahan abnormal atau infertilitas
b) Etiologi
Beberapa faktor yang memegang peran sebagai penyebab dismenorea primer,
antara lain: i
1. Faktor kejiwaan
Dismenorea mudah terjadi pada remaja yang emosinya tidak stabil.
2. Faktor konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan, dapat juga menurunkan
ketahanan pada rasa nyeri, seperti anemia, penyakit menahun, dan lainnya dapat
mempengaruhi timbulnya dismenorea.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis
Stenosis kanalis servikalis pada perempuan dengan uterus hiperantefleksi adalah
teori tertua terjadinya dismenorea primer, namun hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea.
4. Faktor endokrin
Kontraksi uterus yang berlebihan umumnya dianggap sebagai sebab kejang yang
terjadi pada dismenorea primer. Faktor endokrin memiliki hubungan dengan tonus dan
kontraktilitas uterus, dimana estrogen disebutkan merangsang kontraktilitas uterus
sedangkan progesteron menghambat, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan fakta
bahwa pada perdarahan disfungsional anovulatoar yang biasanya bersamaan dengan
kadar estrogen yang berlebihan tidak menimbulkan rasa nyeri.
Penjelasan lain menyebutkan bahwa prostaglandin merangsang kontraksi otot
polos dan bila dilepaskan secara berlebih ke dalam sirkulasi darah dapat menyebabkan
dismenorea. Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir hal inilah yang memegang
peranan terpenting dalam etiologi dismenorea primer.
5. Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya hubungan dismenorea dengan urtikaria,
migraine atau asma bronkial
B. Pre Menstrual Syndrome/Tension
a. Pengertian
Merupakan kumpulan keluhan yang umumnya dimulai datu minggu hingga
beberapa hari sebelum mulainya haid dan menghilang sesudah haid mulai, meskipun
terkadang berlangsung sampai selesai haid.Keluhan yang sering muncul umumnya
berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran
dan rasa nyeri payudara, dan lain-lain. Keluhan pada kasus berat dapat meliputi depresi,
rasa takut, gangguan konsentrasi, dan lain-lain.
b. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui dengan jelas, tetapi salah satu faktor yang
berpengaruh adalah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron yang
mengakibatkan retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, serta terkadang
edema.Faktor kejiwaan serta masalah-masalah sosial juga berpengaruh. Perempuan
yang mudah mengalami premenstrual syndrome ini adalah perempuan yang lebih peka
terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan faktorfaktor psikologis.
c. Penangganan
Pembatasan konsumsi garam dan pengurangan minum selama 7-10 hari sebelum
haid serta pemberian diuretik dapat dilakukan untuk mengurangi retensi cairan dan
natrium.Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan untuk mengimbangi kelebihan
relatif estrogen. Terapi psikologis juga dapat diberikan pada penderita.
2. Unsafe Abortion
a) Pengertian Unsafe Abortion
Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil
(tenaga medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan
(WHO, 1998).
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh
orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga
menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. (Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI).
Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan
tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga
dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.  (Behrman Kliegman, 2000:167).
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan
yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan,
hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan
pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan
pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan resikonya .
b)  Penyebab Unsafe Abortion
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan
yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti :
a. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
b. Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
c. Kehamilan di luar nikah.
d. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
e. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
f. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
c) Metode yang Dilakukan Untuk Unsafe Abortion
Metode yang dilakukan untuk unsafe abortion antara lain yaitu :
a. Kuretase  tidak steril
b. Mengkonsumsi obat-obatan
c. M e m a s u k k a n b e n d a   asing ke dalam vagina
d. Pijat
e. Injeksi
f. Melompat
d) Pencegahan dan penangganan kasus unsafe abortion
- Unsafe abortion dapat dicegah dengan beberapa langkah, yaitu :
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti berolahraga,
seni, dan keagamaan.
3. Menghindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual, seperti
meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.
4. Sex education.
5. Peningkatan Sumber Daya Manusia.
6. Penyuluhan tentang aborsi dan bahayanya.
7. Kerjasama dengan pemuka agam dan tokoh adat.
- Penanganan Kasus Unsafe Abortion
Adapun penanganan kasus unsafe abortion adalah sebagai berikut :
1. Memberikan dukungan moril pada ibu yang melakukan aborsi.
2. Mencegah terjadinya komplikasi.
3. Mengatasi adanya perdarahan, perlukaan dan infeksi.
e) Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan
apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang
sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
a. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang
akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis
oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
1. Kematian mendadak karena perdarahan hebat.
2. Kematian mendadak karena pembiusan gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi seruis disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (uterine perforation)
5. Kelainan pada plasenta/ari0ari (placenta Previa) yang akan menyebablan cacat pada anal
berikutnya dan perdarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
6. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (infertil)
7. Infeksi rongga panggil (pelvic inplammatory disease)
8. Infeksi pada lapisan rahim (endometriosis)
b. Resiko gangguan psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai
“Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam
“Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti
berikut ini:
a. Kehilangan harga diri (82%)
b. Berteriak – teriak histeris (51%)
c. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
d. Mulai mencoba menggunakan obat-obatan terlarang (41%)
e. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Di luar hal-hal tersebut di atas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
- Ciri-ciri Unsafe Abortion.
1)  Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
2) Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
3) Kurangnya fasilitas dan sarana
4) Status illegal
- Dampak Unsafe Abortion
1) Dampak sosial.
Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi.
2) Dampak kesehatan.
Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
3) Dampak psikologis.
Trauma
f) Komplikasi Unsafe Abortion
Komplikasi pasca aborsi
1) Demam
2) Mengigil
3) Sakit sekitar p[erut, kram, sakit punggung
4) Perut yang terasa lunak saat di tekan
5) Pendarahan yang berlebihan
6) Pengeluaran vagina yang berbau busuk
7) Mengalami penundaan hingga 6 minggu atau lebih untuk mendapatkan siklus menstruasi
kembali
Komplikasi jangka pendek
1) Infeksi
2) Aborsi yang tidak tuntas
3) Aborsi yang gagal
4) Trauma Rahim
5) Perdarahan
g) Peran bidan dalam menangani unsafe abortion
Peran bidan dalam tindakan preventif untuk mengurangi aborsi
1) Berikan remaja akan informasi yang benar, dan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi
yang berkualitas
2) Melakukan Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya.
3) Mendorong remaja untuk melanjutkan pendidikan, memaksimalkan potensi, mencegah
pernikahan dini, dan resiko melahirkan muda.
4) Mengajarkan pada remaja (khususnya perempuan) untuk bertindak asertif terhadap
pasangan.
5) Mendorong anak perempuan untuk menunda kehamilan sampai mencapai kematangan baik
secara psikis dan emosi
6) Menyiapkan anak laki-laki menjadi ayah dan teman yang bertanggung jawab
7) Mendorong orang dewasa khususnya orang tua mau mendengar dan merespon masalah
remaja
8) Menolong remaja terhindar dari resiko dan bahaya seksual dan reproduksi
9) Melibatkan remaja dalam keputusan-keputusan yang menyangkut kehidupannya

Anda mungkin juga menyukai