Anda di halaman 1dari 7

RESUME MANAJEMEN KEPERAWATAN

MANAJEMEN KONFLIK
Dosen Pembimbing : Erwanto, S.Kep.,Ns.,MMRS

Di susun oleh :

Sevia Ito Permadani (AOA0200937)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
2021
A. Pengertian Konflik
Terdapat banyak definisi mengenai konflik yang bisa jadi disebabkan oleh perbedaan
pandangan dan setting dimana konflik terjadi. Dibawah ini bisa terlihat perbedaan definisi
tersebut:
Konflik adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih banyak anggota organisasi
atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka,atau aktivitas kerja dan
atau kerena mereka mempunyai status, tujuan, penelitian, atau pandangan yang berbeda.
Para anggota organisasi atau subunit yang sedang berselisih akan berusaha agar kepentingan
atau pandangan mereka mengungguli yang lainnya Konflik merupakan sebuah situasi
dimana dua orang atau lebih menginginkan tujuan – tujuan yang menurut persepsi mereka
dapat dicapai oleh salah seorang diantara mereka, tetapi hal itu tidak mungkin dicapai oleh
kedua belah pihak
Konflik adalah perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi
terhadap anggota yang lain, prosesnya dimulai jika satu pihak merasa bahwa pihak lain
telah menghal angi atau akan menghalangi sesuatu yang ada kaitan dengan dirinya atau
hanya jika ada kegiatan yang tidak cocok Di antara definisi yang berbeda itu nampak ada
suatu kesepakata n, bahwa konflik di latarbelakangi oleh adanya ketidak cocokan atau
perbedaan dalam hal nilai, tujuan, status, dan lain sebagainya. Terlepas dari faktor yang
melatar belakangi terjadinya suatu konflik, gejala yang mengemuka dalam suatu organisasi
saat terjadi konflik adalah saat individu atau kelompok menunjukkan sikap “bermusuhan”
dengan individu atau kelompok lain yang berpengaruh terhadap kinerja dalam melakukan
aktivitas organisasi
B. Sumber Konflik
Konflik di dalam organisasi secara sederhana dapat disebabkan oleh factor - faktor sebagai
berikut:
1. Faktor Manusia
- Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
- Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
- Timbul karena ciriciri kepribadian individual, antara lain sikap egoistis,
temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
2. Faktor Organisasi
- Persaingan dalam menggunakan sumberdaya
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas
ataudi batasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan
potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.

- Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi


Tiap tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas,
dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut
- Interdependensi tugas.Konflik
terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu ha sil
kerja dari kelompok lainnya.
- Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mend
apat perilakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif mudah memiliki presepsi
bahwa mereka mendapat tugas tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan
paramanajer senior mendapat tugas yang ringan dan sederhana
- Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung
jawab yang tumpang tindih.
- Masalah “status”.
Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencobamemperbaiki dan
me ningkatkanstatus, sedangkan unit / departemen yang lain menganggap sebagai
sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.
- Hambatan komunikasi.
Hambatan komunikasi, baikdalam perencanaan, pengawasan,koordinasi bahkan
kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen
C. Kategori Konflik
Menurut Hendricks (dalam Octavianty, 2008) berdasarkan tingkatannya konflik itu
sendiri dapat dibagi menjadi konflik intrapersonal dan konflik interpersonal.
1. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal merupakan konflik yang dihadapi atau dialami oleh
individu dengan dirinya sendiri karena adanya tekanan peran dan ekspektasi dari luar
yang berbeda dengan keinginan atau harapannya. Selain itu, konflik intrapersonal dapat
terjadi bila seseorang memiliki dua keinginan dalam waktu yang sama dan tidak
terpenuhi sekaligus (Nimran dalam Rachmayanti, 2017).
Konflik intrapersonal bersumber dari dua hal yang bertentangan yang saling
berhadapan dan sama kuatnya sehingga ekspektasi yang ada tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada (Budisantoso, 2017). Menurut Natascha, konflik intrapersonal
adalah konflik yang terjadi pada diri individu itu sendiri. Seperti halnya ketika keyakinan
yang dipengan oleh individu tersebut bertentangan dengan nilai kebudayaan yang ada,
atau keinginannya tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Konflik intrapersonal
ini bersifat psikologis, yang jika tidak mampu diatasi dengan baik dapat mengganggu
kesehatan psikologis atau kesehatan mental individu yang bersangkutan.
Konflik intrapersonal terjadi ketika individu memiliki kebutuhan, keinginan,
kenyataan dan nilai yang tidak sejalan satu sama lain. Kebutuhan dan keinginan tersebut
tidak mungkin akan terpenuhi keduanya dalam waktu yang bersamaan. Konflik yang
terjadi dapat berupa dua nilai ataupun dua kebutuhan yang tidak sejalan. Konflik dapat
terjadi tidak hanya berupa tindakan, namun juga dapat berupa persepsi. Hal tersebut
disebabkan karena harapan tidak sejalan dengan kenyataan (Noviana, 2010).
2. Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal adalah pertentangan antara seseorang dengan orang lain
atau ketidakcocokan kondisi yang dirasakan oleh seseorang karena adanya hambatan
komunikasi, perbedaan tujuan dan sikap. Konflik interpersonal adalah bentuk
pertentangan yang terjadi dalam organisasi yang disebabkan oleh perbedaan tujuan,
kesalahan komunikasi, ketergantungan aktivitas kerja, perbedaan penilaian dan
kesalahan efektif (Sunardi dalam Rachmayanti, 2017).
Hardjana (dalam Rachmayanti, 2017), menyatakan bahwa konflik interpersonal
adalah perselisihan dan pertentangan antara dua orang atau dua kelompok dimana
perbuatan yang satu berlawanan dengan yang lainnya sehingga salah satu atau keduanya
saling terganggu. Sementara itu Handoko (dalam Rachmayanti, 2017), mengemukakan
bahwa konflik interpersonal adalah ketidaksesuaian dua orang atau lebih anggota atau
kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya perbedaan status, tujuan
nilai dan persepsi.
Konflik interpersonal merupakan pertentangan antar pribadi atau individu yang
didorong oleh ketidaksukaan atau ketidaksepakatan yang sifatnya pribadi. Konflik antar
individu muncul ketika seseorang berpersepsi negatif kepada orang lain atau selalu
menghubungkan penyebab konflik terjadi akibat kepribadian indvidu yang lain. Ketika
seseorang mengalami reaksi emosional negatif, maka ia akan bertindak tidak rasional
terhadap lingkungan sekitarnya. Perselisihan yang terjadi biasanya berupa pendapat
yang saling berlawanan (Rajak, 2013).
3. Konflik Antar Kelompok
Merupakan konflik yang terjadi antara dua atau lebih dari kelompok orang,
departemen, atau organisasi. Sumber konflik ini adalah hambatan dalam mencapai
kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta keterbatasan prasarana (Marquis &
Huston,2010 )
Merupakan konflik yang yerjadi karena perbedaan kepentingan dan tujuan satu
sama lain tidak ada yang mau mengalah. Biasanya konflik antar kelompok ini muncul
karena ingin saling menguasai, yang mayoritas merasa lebih berhak menjadi
pemimpindan menentukan tujuan kelompok tersebut. Sedangkan kelompok minoritas
berasumsi bahwa dalam kelompok tidak boleh ada superior dan inferior, semua
memiliki hak dan kewajiban yang sama, berhak atas perlakuan dan keadilan yang sama.
Terjadi apabila diantara unit- unit kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit
dari kelompok lain, pertentangan ini bila berlarut larut akat membuat koordinasi dan
integrasi kegiatan menjadi terkendala atau mengalami kesulitan. Jadi konflik antar
kelompok merupakan konflik yang terjadi antara dua atau lebih dari kelompok orang,
biasanya terjadi karena perbedaan kepentingan dan tujuan yang satu sama lain tidak
ada yang mau mengalah sehingga muncul rasa ingin saling menguasai.
D. Langkah Penyelesaian Konflik
Menurut Stevenin dalam Handoko (2001: 48), terdapat lima langkah meraih
kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat
mendasar dalam mengatasi kesulitan:
1. Pengenalan. Kesenjangan antara keadaan yang ada atau yang teridentifikasi dan
bagaimana keadaan yang seharusnya.Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah
kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada
masalah padahal sebenarnya tidak ada).
2. Diagnosis.Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji
mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna.
Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.

3. Menyepakati suatu solusi. Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang


memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.Saringlah penyelesaian
yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan
dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
4. Pelaksanaan.Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Namun hati-
hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah pada
kelompok tertentu.
5. Evaluasi.Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru.Jika
penyelesaiannya tampak tidak berhasil, embalilah ke langkah -langkah sebelumnya
dan cobalah lagi.
E. Strategi Penyelesaian Konflik
Sementara itu Mangkunegara (2009) mengatakan para manajer dan karyawan memiliki
beberapa strategi dalam menangani dan menyelesaikan konflik. Strategi tersebut antara lain
adalah:
a) Menghindar.
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik
tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang
akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-
pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi”
b) Mengakomodasi.
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan
masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan
timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat
keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak
lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
c) Kompetisi.
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak
informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin
mengkompromikan nilai-nilai anda.Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa
jadi merupakan metode yang penting untuk alasanalasan keamanan.
d) Kompromi atau Negosiasi.
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang
bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua
pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.

e) Memecahkan Masalah atau Kolaborasi.


Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan
kerja yang sama. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk
saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

Anda mungkin juga menyukai