Anda di halaman 1dari 9

Peran Edukasi Gizi

dalam Pencegahan
Anemia Remaja di
Indonesia
Oleh :
1. Alfin Ryandini Subhan
2. Ryan Jawardi Tuah Talino
3. Sevia Ito Permadani
4. Sulasmi
5. Yongki Pradista
Definisi dan Rist Anemia pada Remaja
 Anemia adalah kondisi di mana jumlah dan ukuran sel darah merah atau kadar hemoglobin berada di
bawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Anemia menjadi salah satu indikator status gizi dan
kesehatan yang buruk (WHO, 2014).

 Pada tahun 2011, 29% wanita berusia 15-49 tahun dan sedang tidak hamil serta lebih dari 50%
wanita berusia 12-15 tahun di seluruh dunia mengalami anemia (WHO, 2015)

 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada anak
usia 1-4 tahun, anak usia 5-14 tahun dan anak usia 15-24 tahun masing-masing sebesar 28,1%,
26,4% dan 18,4%. Dari 18,4% remaja usia 15-24 tahun yang mengalami anemia, proporsinya lebih
banyak pada remaja perempuan dibanding remaja laki-laki (Kemenkes RI, 2013)
 Hasil survey Riskesdas pada tahun 2007, di mana prevalensi anemia pada anak usia 1- 4 tahun, anak
usia 5-14 tahun dan anak usia 15-24 tahun masing-masing sebesar 27,7%, 9,4% dan 6,9%
(Kemenkes RI, 2007). Pada tahun 2018, angka anemia meningkat menjadi 27,2% pada perempuan
dan 20,3% pada laki-laki (Kemenkes RI, 2018).
Dampak Anemia
 Anemia pada remaja memiliki dampak yang serius dan hampir seluruhnya merupakan konsekuensi
dari defisiensi zat besi yang sangat berhubungan dengan tingkat keparahan anemia. Anemia dapat
menyebabkan penurunan resistensi tubuh terhadap infeksi, gangguan pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental serta menurunkan kebugaran fisik, kapasitas kerja dan performa belajar.
Dampak anemia yang paling terlihat pada remaja adalah menurunnya pencapaian belajar selama di
sekolah (Tesyafe et al., 2015).

 Selain itu, anemia pada remaja perempuan dapat membuatnya berisiko untuk mengalami anemia
selama kehamilan. Hal ini akan memberikan dampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan
janin di dalam kandungan, seiring dengan potensi untuk mengalami sejumlah komplikasi selama
kehamilan dan saat melahirkan (Utama, Rahmiwati, Arinda, 2020).
 Sejumlah studi menyebutkan bahwa penyebab anemia pada remaja di antaranya adalah buruknya
pola makan seperti rendahnya asupan zat besi, asam folat, dan vitamin C serta kondisi fisiologis
menstruasi yang dialami pada masa remaja (Thomas et al., 2015). Penyebab anemia terbanyak
adalah defisiensi zat besi yang disebabkan karena kurangnya asupan zat besi, tidak adekuatnya
penyerapan zat besi dan peningkatan kebutuhan zat besi, serta peningkatan kehilangan zat besi
seperti saat menstruasi (Utama, Rahmiwati, Arinda, 2020).
Pencegahan Anemia
 World Health Organization (WHO) mengusulkan suplementasi zat besi dan suplementasi asam folat
sebagai salah satu strategi pencegahan anemia pada remaja. Di Indonesia, manajemen anemia pada
remaja putri berfokus pada suplementasi zat besi. Selain itu, pendekatan lain yang dapat dilakukan
adalah pengelolaan sistem makanan di masyarakat, optimalisasi pola makanan, fortifikasi makanan,
pemberian probiotik dan edukasi gizi (Prieto-Patron et al., 2020; Osei et al, 2017; Vonderheid et al.,
2019).

 Edukasi gizi sebagai salah satu strategi pencegahan anemia pada remaja bertujuan untuk
menginformasikan para remaja mengenai kebutuhan energi dan gizi mereka secara spesifik,
termasuk zat besi, serta manfaat menjalankan pola hidup dan diet yang lebih sehat (Roche et al.,
2018).
Metode Penelitian Anemia Pada Remaja
 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature review. Artikel yang digunakan berupa
artikel penelitian yang dilakukan di Indonesia mengenai edukasi gizi pada remaja dalam upaya
pencegahan anemia.

 Analisis artikel dilakukan dengan menggunakan metode PRISMA (Preferred Reporting Items for
Systematic Review & Meta Analysis). Metode ini terdiri dari empat tahapan : Identification,
Screening, Eligibility dan Included. Database yang digunakan untuk pencarian artikel adalah Google
Scholar dan Portal Garuda. Pencarian dilakukan dengan menggunakan kata kunci “edukasi gizi”,
“anemia”, “remaja
Metode Penelitian Anemia Pada Remaja
1. Pada tahap pertama yaitu Identification, penelusuran dilakukan menggunakan kata kunci melalui
kedua database dan didapatkan artikel sebanyak 1800 artikel melalui Google Scholar dan 7 artikel
melalui Portal Garuda. Seluruh artikel tersebut merupakan artikel penelitian yang dipublikasikan
dalam tiga tahun terakhir.

2. Tahap kedua adalah Screening. Berdasarkan judulnya, seluruh artikel yang telah disaring pada tahap
pertama kemudian dieliminasi.

3. Tahap ketiga yaitu Eligibility. Pada tahap ini, artikel yang telah disaring pada tahap kedua diseleksi
kembali dengan memilih artikel yang hanya tersedia dalam bentuk full text. Kemudian artikel-
artikel tersebut disaring kembali dan dipilih yang gratis.

4. Tahap terakhir yaitu Included. Berdasarkan hasil pada tahap ketiga, dipilih sejumlah 8 artikel
melalui Google Scholar dan 2 artikel melalui Portal Garuda yang sudah disaring berdasarkan
kriteria inklusi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai