Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN POLA KEBIASAAN MAKAN TERHADAP


PENDERITA ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA APLIKASI INSTAGRAM
DI SMPN 6 MATARAM

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan


Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika
Tahun 2022

Oleh

APRILYANI

NIM. P07131119002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

GIZI DAN DIETETIKA

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan baik secara

fisik, mental maupun aktivitas sehingga kebutuhan makanan yang mengandung

zat-zat gizi menjadi cukup besar (Agus, 2009). Peningkatan kebutuhan zat gizi

pada masa remaja berkaitan dengan percepatan pertumbuhan, dimana zat gizi

yang masuk ke dalam tubuh digunakan untuk peningkatan berat badan dan tinggi

badan yang disertai dengan meningkatnya jumlah dan ukuran jaringan sel tubuh

(Soetjiningsi, 2007).

Menurut WHO (2012), sekitar 25-40% remaja di Asia tenggara menderita

anemia tingkat ringan sampai berat. Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga

(SKRT) tahun 1995 prevalensi anemia pada remaja adalah 57.1% sedangkan

pada tahun 2001 sebesar 30%. .

Hasil Survei Kesehatan Nasional Indonesia 2013 menunjukkan prevalensi

anemia pada anak usia 1-4 tahun, 5-14 tahun, dan 15-24 tahun masing-masing

adalah 28,1%, 26,4%, dan 18,4%. Terjadi peningkatan prevalensi dibandingkan

dengan survei sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2007, yaitu masing-masing

27,7%, 9,4% dan 6,9% pada anak usia 1- 4 tahun, 5-14 tahun dan 15-24 tahun.

Secara khusus, prevalensi anemia pada anak usia sekolah dan remaja hampir tiga
kali lipat (Linder, 1958). Menurut data hasil Riskedas tahun 2013 remaja putri

mengalami anemia yaitu 37,1%, mengalami peningkatan menjadi 48,9% pada

Riskesdas 2018, dengan proporsi anemia ada di kelompok umur 15- 24 tahun dan

25- 34 tahun. (Kesehatan, 2018). Survei Kesehatan Nasional juga menunjukkan

bahwa prevalensi anemia di pinggiran kota lebih tinggi dibandingkan di perkotaan

(Kemenkes, 2007).

Secara universal, Iron Deficiency Anemia (IDA) adalah masalah nutrisi paling

umum yang mempengaruhi sekitar 2 miliar orang di dunia, kebanyakan dari

mereka (89%) berada di negara berkembang. IDA mempengaruhi sekitar 300 juta

anak di seluruh dunia, berusia dari enam bulan sampai lima tahun. Di negara

berkembang, IDA adalah masalah kesehatan umum yang menyerang bayi, anak

prasekolah dan sekolah karena tingkat pertumbuhan yang cepat dikombinasikan

dengan habisnya penyimpanan zat besi, kondisi hidup yang buruk dan pola

makan yang tidak memadai (Youssef, Hassan, & Yasien, 2020). Secara global,

sekitar 600 juta anak usia prasekolah dan sekolah menderita anemia. China telah

mengalami transisi ekonomi yang cepat selama beberapa dekade terakhir, pola

makan anak dan status gizi telah meningkat pesat dan prevalensi anemia di antara

anak usia sekolah menurun dari 18,8% pada tahun 1995 menjadi 9,9% pada tahun

2010 (Zhang, Chen, & Liu, 2021).

Pada saat ini Indonesia dihadapkan pada masalah gizi, diantaranya adalah

anemia gizi, kekurangan vitamin A, kekurangan energi, protein dan kekurangan

iodium. Diantara 5 (lima) masalah di atas, maka yang sering terjadi sampai saat
ini adalah anemia gizi. Kekurangan gizi merupakan penyebab anemia yang

mencapai persentasi sekitar 85,5%. Asupan gizi sehari-hari ini dipengaruhi oleh

ketersediaan bahan pangan, pola makan dan peningkatan kebutuhan akan zat besi

untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa

pertumbuhan (Wibowo, dkk, 2013).Remaja adalah individu kelompok umur 10-

19 tahun yang dibagi dalam dua terminasi yaitu remaja awal pada rentang umur

10-14 tahun dan remaja akhir 15-19 tahun. Masa remaja adalah peralihan dari

masa anak dengan masa dewasa yang mengalami semua perkembangan semua

aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Masthalina dkk, 2015). Faktor

yang menyebabkan tingginya angka kejadian anemia pada remaja diantaranya

rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya misalnya vitamin A, vitamin C,

folat, riboflavin dan B12, kesalahan dalam konsumsi zat besi misalnya konsumsi

zat besi bersamaan dengan zat lain yang dapat mengganggu penyerapan zat besi

tersebut (Julaecha, 2020)

Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status

kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau

kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih

maupun gizi kurang. Di Indonesia banyak remaja yang tidak membiasakan

sarapan dan kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi mencapai

50%, oleh sebab itu remaja di Indonesia mudah menderita anemia(Masthalina

dkk, 2015).
Gejala anemia yang timbul adalah seperti kehilangan selera makan, sulit

fokus, penurunan sistem kekebalan tubuh dan gangguan perilaku atau orang

awam lebih mengenal dengan Gejala 5L (lemah, letih, lesu, lelah, lunglai), wajah

pucat dan kunang-kunang. Anemia adalah salah satu masalah gizi mikro yang

cukup serius karena menimbulkan berbagai komplikasi pada kelompok maupun

anak baru lahir dan perempuan. Anemia pada remaja akan berdampak pada

penurunan konsentrasi belajar, penurunan kesegaran jasmani, dan gangguan

pertumbuhan sehingga tinggi badan dan berat badan tidak mencapai normal

(Herwandar & Soviyati, 2020).

Berdasarkan data dipuskesmas Selaparang Kota Mataram didapatkan jumlah

kasus anemia terbesar, Laporan pemantauan anemia siswa-siswi SMP/SMA oleh

dinas kesehatan kota Mataram pada tahun 2014 dan 2015 di atas di seluruh

puskesmas se-Kota Mataram, dimana didapatkan jumlah siswa yang diperiksa

sebanyak 355 siswa pada tahun 2014, dimana dari 355 siswa tersebut yang

mengalami anemia sebanyak 115 siswa atau 32,39%. Dan pada tahun 2015

jumlah siswa yang diperiksa sebanyak 485 siswa,dari 485 siswa tersebut yang

mengalami anemia sebanyak 321 siswa atau 66,19%. Dan dari SMP/SMA yang

berada diwilayah kerja puskesmas selaparang didapatkan SMPN 6 kota Mataram

yang tertinggi data anemia yaitu 92 siswa-siswi dari 129 siswa-siswi yang diukur

kadar Hb nya.

Anemia dapat membawa dampak yang kurang baik bagi remaja, Anemia yang

terjadi pada remaja maka dapat menyebabkan dampak keterlambatan


pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat

mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga dapat

menimbulkan dampak daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar,

konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta dapat

mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah (Wibowo dkk, 2013).

Laporan Napoleon Cat menunjukkan, ada 91,01 juta pengguna Instagram di

Indonesia pada Oktober 2021. Jumlah ini turun 7,18% dibandingkan Agustus

2021 yang mencapai 98,06 juta pengguna. Tercatat, mayoritas pengguna

Instagram di Indonesia adalah dari kelompok usia 18-24 tahun, yakni sebanyak

33,90 juta. Rinciannya, sebanyak 19,8% pengguna aplikasi tersebut adalah

perempuan, sedangkan 17,5% merupakan laki-laki.Kelompok usia 25-34 tahun

menjadi pengguna Instagram kedua di Tanah Air.

Tercatat, pengguna aplikasi ini yang berjenis kelamin perempuan sebesar

16.9%, sedangkan dan laki-laki sebesar 15,3%. Kemudian, kelompok usia 13-17

tahun diurutan pengguna terbanyak selanjutnya. Sebanyak 7% pengguna adalah

perempuan dan 5,2% pengguna merupakan laki-laki. Di kelompok usia 35-44

tahun, perempuan pengguna Instagram sebanyak 6% dan laki-laki

5,5%.Sementara, pengguna Instagram dari kelompok usia 45-54 tahun yang

berjenis kelamin perempuan sebanyak 2,2% dan laki-laki 2,1%. Lalu, di

kelompok usia 55-64 tahun, masing-masing pengguna perempuan dan laki-laki

sebanyak 0,6%. Kemudian, di kelompok usia 65 tahun ke atas, 0,5% pengguna

adalah perempuan dan 0,8% penggunanya adalah laki-laki.Secara keseluruhan,


mayoritas atau 53,2% pengguna aplikasi berbagi foto dan video itu di Indonesia

adalah perempuan. Sedangkan, 46,8% pengguna Instagram lainnya adalah laki-

laki.

Berdasarkan data dan fenomena di atas, penulis tertarik melakukan penelitian

tentang survey kajadian anemia pada remaja di wilayah kota Mataram tepatnya di

SMP N 6 kota Mataram dengan menggunakan Aplikasi instagram.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah perubahan pengetahuan/ peningkatan pengetahuan remaja putri terhadap

anemia dan Gizi seimbang.

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian anemia

pada remaja di wilayah SMPN 6 Mataram.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik remaja yang mengalami anemia berdasarkan

umur dan jenis kelamin di SMPN 6 kota Mataram

2. Untuk mengetahui pola makan yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada

remaja di SMPN 6 kota Mataram

3. Untuk mengetahui kebiasaan madakan yang dapat mempengaruhi kejadian

anemia pada remaja di SMPN Mataram


4. Untuk mengetahui gaya hidup remaja yang dapat mempengaruhi kejadian

anemia pada remaja di SMPN 6 kota Mataram

Manfaat Penelitian

Peneliti mendapatkan wawasan dan pengetahuan lebih mengenai anemia

pada remaja putri dan mendapatkan pengalaman pribadi dalam proses belajar-

mengajar khususnya dalam hal metodologi penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia

1. Defenisi Anemia

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia,

yang tidak hanya terjadi di Negara berkembang tetapi juga di Negara maju.

Penderita anemia diperkirakan dua miliar,dengan prevalensi terbanyak di wilayah

Asia dan Afrika. Bahkan WHO menyebutkan bahwa anemia merupakan 10

masalah kesehatan terbesar di abad modern ini. Kelompok yang berisiko tinggi

menderita adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak usia sekolah dan remaja.

Meskipun demikian kelompok pria juga tidak terlepas dari kejadian anemia.

Anemia merupakan masalah gizi yang paling utama di Indonesia. ( Dodik

Briawan, 2012

2. Klasifikasi Anemia

1. Anemia Makroskopik /Normositik Makrositik

Memiliki SDM lebih besar dari normal (MCI > 100) tetapi

normokromik karena kosentrasi hemoglobin normal (MCHC

normal). Keadaan ini disebabkan oleh terganggunya atau

terhentinya sitesis asam deoksibonukleat (DNA) seperti yang

ditemukan pada defensiensi B12, atau asam folat, dan bisa juga

terjadi padapasien yang mengalami kemoterapi kanker karena


agen-agen menggangu sintesis DNA.

2. Anemia mikrositik

Anemia Hipokromik, Mikrositik sel kecil, hipokronik :

pewarnaan yang bekurang, Karen adarah berasal dari Hb, sel-

sel ini mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang

dari jumlah normal. Keadaan ini umumnya mencerminkan

isufisionsi sintesis heme/ kekurangan zat besi, seperti anemia

pada defisiensi besi, kedaan sideroblastik dan kehilangan darah

kronis, dan gangguan sintesis globin.

Batasan Anemia

Tabel 2.1 Batasan Anemia Menurut WHO

Kelompok Batas Normal

Anak Balita 11 gr %

Anak Usia Sekolah 12gr %

Wanita Dewasa 12 gr %

Laki-laki Dewasa 13 gr %

Ibu Hamil 11 gr %

Sumber : WHO/UNICEF/ UNU,1997 dikutip oleh Natalia Erlina Yuni dalam

buku kelainan darah tahun 2017 hal 69


3. Gejala Anemia

Gejala anemia secara umum (Dodik Briawan, 2012 )

1. Cepat lelah

2. Pucat ( kulit , bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan)

3. Jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan

4. Nyeri dada

5. Napas tersenggal/ pendek saat melakukan aktifitas ringan

6. Pusing dan mata berkunang

7. Cepat marah

8. Tangan dan kaki dingin atau mati rasa

4. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada

Remaja Putri

Penyebab utama anemia dalam tubuh adalah pola konsumsi,terutama wanita

yang kurang mengkonsumsi makanan sumber hewani yang daya serapnya > 15%.

( Dodik Briawan, 2012 ) Pada umumnya anemia sering terjadi pada wanita dan

remaja putri daripada pria hal ini di karenakan:

1. Wanita dan remaja putri pada umumnya lebih sering mengkonsumsi

makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit dibandingkan dengan

makanan hewani sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.

2. Remaja putri biasanya lebih ingin tampil langsing, sehingga membatasi

asupan makanan.

3. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg di ekstraksi, khususnya


melalui feses.

4. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi

±1.3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.

Penyebab anemia gizi pada remaja putri juga dapat terjadi karena asupan besi

yang tidak cukup, kehilangan darah yang menetap, penyakit dan kebutuhan

meningkat yaitu sebagai berikut :( Natalia Erlina Yuni , 2017)

1. Asupan zat besi yang tidak cukup

Pada masa remaja, yang merupakan masa penting dalam pertumbuhan.

Apabila makanan yang dikonsumsi tidak mengandung zat besi dalam jumlah

cukup, maka kebutuhan terhadap zat besi tidak terpenuhi, ini dikarenakan

rendahnya kualitas dan kuantitas zat besi pada makanan yang kita konsumsi.

Kurangnya konsumsi sayuran dan buah-buahan serta lauk pauk akan

meningkatkan resiko anemia zat besi.

Remaja yang belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif, dan

masih dalam masa pencarian identitas diri, cepat dipengaruhi lingkungan.

terutama Keinginan memiliki tubuh yang langsing, membuat remaja membatasi

makan. Aktivitas remaja yang padat menyebabkan mereka makan di luar rumah

atau hanya makan makanan ringan, yang sedikit mengandung zat besi , selain itu

dapat menggangu atau menghilangkan nafsu makan.

2. Defisiensi asam folat

Pemberian asam folat sebesar 35% menurunkan risiko anemia. Defisiensi

asam folat terutama menyebabkan gangguan metabolisme DNA, akibatnya terjadi


perubahan morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah diri

seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel epitel lambung dan usus, vagina

dan serviks. Kekurangan asam folat menghambat pertumbuhan, menyebabkan

anemia megaloblastik dan gangguan darah lainnya, peradangan lidah dan

gangguan saluran cerna.

3. Kehilangan darah ( zat besi )

Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia yang disebabkan

oleh :

a. Pendarahan saluran

Pendarahan saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis,

varises, esophagus dan hemoroid. Selain itu pendarahan juga dapat berasal dari

saluran kemih seperti hematuri, pendarahan pada saluran nafas seperti hemaptoe. (

Dodik Briawan, 2012 )

b. Kecacingan (terutama cacing tambang).

Infeksi cacing tambang menyebabkan pendarahan pada dinding usus,

akibatnya sebagian darah akan hilang dan akan dikeluarkan bersama tinja. Setiap

hari satu ekor cacing tambang akan menghisap 0.03 sampai 0.15 ml darah dan

terjadi terus menerus sehingga kita kan kehilangan darah setiap harinya, hal ini

yang menyebabkan anemia.


c. Penyakit (Sindrom Malabsorbsi)

Penyakit yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia seperti gastritis,

ulkus peptikum dan diare.

d. Kebutuhan tubuh terhadap zat besi yang meningkat

Kebutuhan zat besi wanita lebih tinggi dari pria karena terjadi menstruasi

dengan pendarahan sebanyak 50-80 ccc setiap bulan dan kehilangan zat besi

sebesar 30-40 mg. Remaja yang anemia dan kurang berat badan lebih banyak

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan dengan

wanita dengan usia aman dengan usia reproduksi aman untuk hamil. Penambahan

berat badan yang tidak adekuat lebih sering terjadi pada orang yang ingin kurus ,

ingin menyembunyikan kehamilannya, tidak mencukupi sumber makanannya.

5. Akibat Anemia Gizi Besi

Pada remaja menurunkan konsentrasi dan niat belajar. Menurut tingginya

anemia pada remaja ini kan berdampak pada prestasi belajar siswa karena anemia

pada remaja akan menyebabkan daya konsentrasi menurun sehingga

mengakibatkan menyebabkan prestasi belajar menurun. Sedangakan pada

kesehatan reproduksi remaja yang anemia dan kurang berat badan lebih banyak

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan dengan

wanita dengan usia aman dengan usia reproduksi aman untuk hamil.( Natalia

Erlina, 2017 )
B. Penyuluhan Gizi

a.Pengertian Penyuluhan gizi

Penyuluhan gizi merupakan proses belajar untuk mengembangkan

pengertian dan sikap yang positif terhadap gizi agar yang bersangkutan dapat

memiliki dan membentuk kebiasaan makan yang baik dalam kehidupan sehari-

hari. Penyuluhan gizi secara singkat merupakan proses membantu orang lain

membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baik. Pendekatan penyuluhan

gizi umumnya merupakan pendekatan kelompok (Kemenkes, 2012).

Penyuluhan gizi adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan

dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak

saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran

yang ada hubungannya dengan kesehatan (Machfoedz dan Suryani, 2017).

Dalam melakukan penyuluhan diperlukan adanya alat yang dapat membantu

dalam kegiatan seperti penggunaan media atau alat peraga agar terjalinnya

kesinambungan antara informasi yang diberikan oleh pemberi informasi kepada

penerima informasi. Media adalah suatu alat peraga dalam promosi dibidang

kesehatan yang dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang

dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar

komunikasi dan penyebar-luasan informasi (Kholid, 2014).

Menurut Mubarak, dkk (2017), Media merupakan sesuatu yang bersifat

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien

(siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar atau memahami pada

penerima pesan. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2014), media promosi


kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau

informasi yang tersedia yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu

melalui media cetak, elektronik (TV, radio, komputer, dan sebagainya ) dan media

luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkan pengetahuannya yang akhirnya

diharapkan adanya perubahan perilaku ke arah positif atau lebih baik.

Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada

pada setiap manusia diterima atau ditangkap dengan panca indera. Semakin

banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan

semaki jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain,

alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada

suatu objek sehingga mempermudah pemahaman (Notoatmodjo, 2014).

b. Prinsip-Prinsip Penyuluhan Gizi

Prinsip penyuluhan kesehatan adalah bekerja bersama sasaran bukan bekerja

untuk sasaran (Waryana, 2016). Terdapat beberapa prinsip dalam penyuluhan

partisipatif diantaranya yaitu menolong diri sendiri, partisipasi, demokrasi,

keterbukaan, kemandirian, membangun pengetahuan dan adanya kerjasama serta

koordinasi terhadap pihak-pihak terkait. Penyuluhan kesehatan akan efektif

apabila mengacu pada minat dan kebutuhan masyarakat. Penyuluh kesehatan

harus mengetahui kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi dengan ketersediaan

sumberdaya yang ada (Waryana, 2016).

c. Tujuan Penyuluhan Gizi

Tujuan utama dari kegiatan penyuluhan yaitu mengubah perilaku sasaran

baik mengenai sikap, pengetahuan atau keterampilannya supaya tahu, mau dan
mampu untuk menerapkan inovasi demi perbaikan mutu hidupnya, keluarganya

dan masyarakat (Waryana, 2016).

Menurut (Supariasa, 2012), tujuan penyuluhan gizi, yaitu: penyuluhan gizi

secara umum tujuannya adalah suatu usaha untuk meningkatkan status gizi

masyarakat dengan cara mengubah perilaku masyarakat ke arah yang baik sesuai

dengan prinsip ilmu gizi, penyuluhan gizi secara khusus yaitu meningkatkan

kesadaran gizi masyarakat melalui peningkatan pengetahuan gizi dan makanan

yang menyehatkan, menyebarkan konsep baru tentang informasi gizi kepada

masyarakat, membantu individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan

berperilaku positif sehubungan dengan pangan dan gizi, dan mengubah perilaku

konsumsi makanan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan gizi, sehingga pada

akhirnya tercapai status gizi yang baik.

Selain itu Notoatmodjo (2014), menjelaskan bahwa terdapat beberapa tujuan

atau alasan mengapa media sangat diperlukan didalam pelaksanaan promosi

kesehatan antara lain: media dapat mempermudah penyampaian informasi, media

dapat menghindari kesalahan persepsi, dapat menjelaskan informasi, media dapat

mempermudah pengertian, mengurangi komunikasi yang verbalistik, dapat

menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata, dan memperlancar

komunikasi.

d. Media Penyuluhan Gizi

Media penyuluhan gizi dan kesehatan tidak kalah pentingnya dalam proses

penyampaian informasi kesehatan. Media ini berfungsi sebagai alat bantu


penyuluhan. Berdasarkan fungsinya, media dibagi menjadi 3, yaitu (Notoatmodjo,

2016):

1) Media cetak, terdiri dari:

a) Buklet, yaitu media untuk menyampaikan informasi dalam bentuk buku.

b) Leaflet, seperti flyer tetapi dalam bentuk lipatan

c) Flyer, yaitu media untuk menyampaikan informasi dalam bentuk lembaran

d) Poster, yaitu bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan, yang

biasanya ditempel pada tempat-tempat umum.

2) Media elektronik

Media penyampaian informasi kesehatan melalui instrumen seperti radio,

video, atau slide.

3) Media papan (bill board)

Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai

sebagai media untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan.

e. Media Aplikasi Instagram

Instagram adalah sosial media berbasis gambar yang memberikan

layanan berbagi foto atau video secara online. Instagram berasal dari pengertian

dari keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata "insta" berasal dari kata "instan", seperti

kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan sebutan "foto instan".

Instagram juga dapat menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di

dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata "gram" berasal dari kata "telegram"

yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat.

Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan


menggunakan jaringan Internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat

diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan lakuran dari kata

instan dan telegram.

C. Zat Besi

1.Defenisi Zat Besi

Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini

terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis

hemoglobin (Hb). Heomoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan

eritriosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi),

protoporfirin dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe) ( Dodik Briawan, 2012 )

Besi bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro dan ferri. Konversi kedua

bentuk tersebut relatif mudah. Pada umumnya besi dalam bentuk ferri karena

terikat hemoglobin sedangakan pada proses transport transmembran, deposisi

dalam bentuk feritin dan sintesis heme, besi dalam bentuk fero. Dalam tubuh ,

besi diperlukan untuk pembentukan kompleks besi sulfur dan heme. Kompleks

besi sulfur diperlukan dalam kompleks enzim yang berperan dalam metabolisme

energi. Heme tersusun atas cincin porfirin dengan atom besi di sentral cincin yang

berperan mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dam mioglobin

dalam otot. (Merryana Adriani, 2015 )


2.Fungsi Zat Besi

Besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh : sebagai alat

angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di

dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan

tubuh Rata-rata kadar besi dalam tubuh sebesar 3-4 gram. Sebagian besar ( ± 2

gram ) terdapat dalam bentuk hemoglobin dan sebagian kecil (±130 mg) dalam

bentuk miglobin. Simpanan besi dalam tubuh terutama terdapat dalam hati dalam

bentuk feritim dan hemosiderin. Dalam plasma, transferin mengangkut 3 mg besi

untuk dibawa ke sumsum tulang untuk eritropoesis dan mencapai 24 mg per hari.

Sistem retikuloendoplasmaakan mendegradasi besi dari eritrosit untuk dibawa

kembali ke sumsum tulang unuk eritropoesis. ( Dodik Briawan 2012 )

Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah

merah (hemogobin). Selain itu, mineral juga berperan sebagai komponen untuk

membentuk miglobin (protein yang membawa oksigen ke otot ), kolagen ( protein

yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat

besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.( Merryana Adriana, 2015)

3.Sumber Zat Besi

Sumber zat besi adalah makan heawani, seperti daging, ayam dan ikan.

Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran

hijau dan beberapa jenis buah. Di samping jumlah besi, perlu diperhatikan

kualitas besi di dalam makanan, dinamakan juga ketersediaan biologik. Pada


umumnya besi dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik

tinggi, besi di dalam serealia dan kacang- kacangan mempunyai ketersediaan

biologik sedang, dan besi dalam sebagian besar sayuran, terutama yang

mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaaan

biologik yang rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari,

yang terdiri atas campuran sumber besi bersal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan

serta sumber gizi lainyang dapat membantu sumber absorbsi. Berikut bahan

makanan sumber besi.( Dodik Briawan, 2012 )

4. Kebutuhan Zat Besi Pada Remaja

Kebutuhan besi dalam badan sangat kecil yaitu 35 mg/Kg berat badan

wanita atau 50 mg/Kg berat badan pria. Besi dalam badan sebagian terletak dalam

sel-sel darah merah sebagai sebuah heme, suatu pigmen yang mengandung inti

sebuah atom besi. Dalam satu molekul hemoglobin terdapat empat heme. Besi

juga terdapat dalam sel-sel otot, khususnya dalam mioglobin ( Merryana Adriani,

2015 )

Kebutuhan zat besi pada seseorang sangat sangat bergantung pada usia dan

jenis kelamin. Kebutuhan zat besi pada wanita lebih banyak daripada laki-laki

karena wanita mengalami menstruasi setiap bulan. Wanita hamil, bayi dan anak-

anak lebih beresiko unyuk mengalami anemia zat besi daripada yang lainnya.

Berikut kebutuhan zat besi yang terserap menurut umur pada wanita. Kebutuhan

besi dalam badan sangat kecil yaitu 35 mg/Kg berat badan wanita atau 50 mg/Kg

berat badan pria. Besi dalam badan sebagian terletak dalam sel-sel darah merah
sebagai sebuah heme, suatu pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi.

Dalam satu molekul hemoglobin terdapat empat heme. Besi juga terdapat dalam

sel-sel otot, khususnya dalam mioglobin. ( Dodik Briawan,2012

D. Protein

Protein adalah molekul yang terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino

yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Protein mempunyai fungsi

membangun serta memelihara sel-sel dalam jaringan tubuh dan sintesis porfirin

nukleus hemoglobin. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang

baik karena memiliki susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan

manusiadibandingkan dengan sumber protein dari bahan makanan nabati Protein

berfungsi sebagai zat pembangun yang berperan penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan seseorang. Kebutuhan protein bagi remaja tergantung

pada tingkat pertumbuhan individu.

Remaja berisiko kekurangan protein karena pola konsumsi makan yang

salah dengan membatasi masukan makanan karena ingin menurunkan berat badan

atau diet vegetarian. Makanan sumber protein berasal dari bahan makanan hewani

yaitu telur, daging, ikan, unggas, susu serta hasil olahannya seperti keju

sedangkan kacang-kacangan, tempe dan tahu merupakan sumber protein nabati.

Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat

sehingga akan terjadi defisiensi zat besi, disamping itu makanan yang tinggi

protein terutama yang berasal dari hewani banyak mengandung zat besi.

( Tejasari , 2016 )
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Protein yang Dianjurkan Pada Remaja Wanita

Golongan umur AKP (Gram )

10-12 tahun 50

13-15 tahun 57

16-18 tahun 50

19-29 tahun 50

Sumber : DR. Merryana Adriani dalam buku pengantar gizi masyarakat tahun

2013 hal 41

E. Remaja

Masa remaja merupakan periode pertumbuhan anak-anak menuju proses

kematangan manusia dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan fisik, biologis,

dan psikologis yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik yang terjadi

akan memengaruhi status kesehatan dan nutrisinya.Ketidakseimbangan antara

asupan zat gizi dan kebutuhannya akan menimbulkan masalah gizi baik berupa

masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Banyak kasus kesehatan saat dewasa

ditentukan oleh kebiasaan hidup sehat sejak usia remaja. Status gizi yang

optimal pada usia remaja dapat mencegah penyakit yang terkait dengan diet

pada usia dewasa.(Dodik Briawan, 2012)

WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja.

Walaupun batasan tersebut didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita,

batasan ini berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut

dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
Remaja yang masih dalam mencari identitas diri, seringkali mudah tergiur oleh

modernisasi dan teknologi yang mempengaruhi konsumsi makanan pada remaja

yang condong melihat ke makanan yang cepat saji dari pada kandungan gizi yang

ada di dalamnya. Salah satunya adalah fast food. Fast food adalah makanan cepat

saji yang diperoleh dari makanan luar rumah yang disajikan dengan sediki twaktu

dan tidak perlu menunggu waktu lagi sejak makanan dipesan sampai makanan di

pesan. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia bias

mempengaruhi pola makan pada remaja. Beberapa tahun terakhir banyak tempat

untuk pembelian fast food di beberapa kota besar di Indonesia baik di Mall

ataupun di pinggir jalan. Fast food juga

ditawarkan dengan harga yang terjangkau oleh kantong-kantong remaja,

kebiasaan mengkonsumsi fast food juga sudah menjadi gaya hidup bagi remaja.

Fast food umumnya mengandung lemak, kolestrol, garam dan energi yang sangat

tinggi. Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila terlanjur jadi pola makan,

akan berdampak negatif pada keadaan gizi pada remaja. Hal inilah yang

menyebabkan remaja putri sangat beresiko tinggi untuk menderita anemia.

Kurangnya kesiapan secara mental dan fisik pada remaja putri akan member

dampak pada keturunan yang akan dihasilkan.(Ida Marlena, 2012 )

Remaja sendiri juga memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri utama

pada masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan .

Perubahan-perubahan tersebut antara lain :


1. Perubahan Fisik

Pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik yang cepat

dan proses kematangn seksual. Beberapa kelenjar yang

mengatur fungsi seksualitas pada masa ini telah mulai

matang dan berfungsi. Disamping itu tanda-tanda

seksualitas sekunder juga mulai nampak pada diri remaja.

2. Perubahan intelek

Menurut perkembangan kognitif yang dibuat oleh Jean

Piaget, seorang remaja telah beralih dari masa konkrit-

operasional ke masa formal-operasional.

3. Perubahan emosi

Pada umumnya remaja bersifat emosional. Emosinya

berubah menjadi labil. Menurut aliran tradisional yang

dipelopori oleh G. Stanley Hall, perubahan ini terutama

disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada kelenjar-

kelenjar hormonal.

4. Perubahan sosial

Pada masa remaja,seseorang memasuki status sosial

yang baru. Ia dianggap bukan lagi anak-anak. Karena pada

masa remaja terjadi perubahan fisik ysmg sangat cepat

sehingga menyerupai orang dewasa, maka seorang remaja

juga sering diharapkan bersikap dan bertingkah laku seperti


orang dewasa

5. Perubahan Moral

Pada masa remaja terjadi perubahan control tingkah

laku moral: dari luar menjadi dari dalam. Pada masa ini

terjadi juga perubahan dari konsep moral khusus menjadi

prinsip moral umum

pada remaja

F. Pola Makan

Pola makan adalah tingkah laku atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhannya kana makan yang meliputi sikap, kepercayaan dab pemilihan

makanan Makanan merupakan kebutuhan bagi makhluk hidup , makanan yang

dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai jenis pengolahannya. Seorang remaja

biasanya telah mempunyai kebiasaan terhadap pilihan makanan sendiri yang telah

ia senangi dan pada masa remaja telah terbentuk kebudayaan makan tergantung

pengalaman dan respon terhadap lingkungannya.( Merryana Adriani, 2012 )

Dikutip oleh Merryana Adriani dalam buku Pengantar Gizi Masyarakat.

Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase remaja. Pada

fase ini fisik seseorang terua berkembang, demikian pula aspek sosial maupun

psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam

gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan

yang akan dikonsumsi. Hal terakhir inilah yang akan berpengaruh pada keadaan
gizi seorang remaja Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan, ada 2

faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan yaitu :

1. Faktor Ekstrinsik yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri

manusia, yang terdiri dari lingkungan alam, lingkungan ekonomi,

lingkungan sosial , lingkungan budata dan agama.

2. Faktor Intrinsik, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri manusia

yang terdiri dari asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan yang

sedang sakit, penilaian lebih terhadap mutu makanan dan pengetahuan

gizi.

a. Pola Makan Remaja

Makanan merupakan kebutuhan bagi hidup manusia, makanan yang

dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Pada masyarakat

dikenal pola makan dan kebiasaan makan dimana seseorang/sekelompok orang

tinggal.Salah satu fungsi utama makanan adalah memberikan energi. Energi itu

tidak hanya diperlukan untuk aktivitas atau kegiatan berat tetapi juga untuk

berfungsinya organ- organ tubuh. Jumlah energi yang dicerna dari makanan

diukur dalam kalori dan kebutuhan kalori harian seorang seorang akan bergantung

pada usia, jenis kelamin, tingkat kegiatan, laju metabolisme dan iklim dimana

seorang tinggal. Setiap manusia, membutuhkan makanan untuk mempertahankan

hidupnya,sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-

pengalaman dan respon- respon yang diperlihatkan orang lain terhadap makanan

sejak masa kanak-kanak. Seorang remaja biasanya telah mempunyai pilihan

makanan sendiri yang ia telah senangi dan pada masa remaja telah terbentuk
kebudayaan makan tergantung pengalamam dan respon terhadap lingkungannnya.

( Ida Marlena,, 2012 )

Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase

remaja.Pada fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial

maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami

banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam

menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi. Hal terakhir inilah yang akan

berpengaruh pada keadaan gizi seorang remaja. Pola makan individu dalam

keluarga memiliki proses yang mengahasilkan kebiasaan makan yang terjadi

sejak dini sampai dewasa dan akan berlangsung selama hidupnya. Kebiasaan

makanan adalah tingkah laku atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan

makanan. ( Ida Marlena, 2012 )

Dimasa remaja akan terdapat banyak situasi yang berbahaya yang

memungkinkan seseorang untuk makan secara kurang maupun lebih. Dan pada

masa remaja kegiatan maupun aktivitas sering sekali menurun dikarenakan oleh

jumlah konsumsi makanan yang kurang maupun lebih.Salah satu hal yang paling

penting yang harus dilakukan remaja agar selalu sehat bukan hanya untuk saat itu

tetapi juga menunjang kesehatan seumur hidupnya adalah mengkonsumsi

makanan yang bergizi. ( Ida Marlena, 2012 )

Pada masa pertumbuhan tubuh remaja sangat membutuhkan protein,

vitamin dan mineral. Jika remaja cukup makan, maka remaja tersebut tidak akan
sakit. Ada jenis-jenis makanan tertentu yang sangat penting bagi gadis remaja.

Ketika ia mulai mendapat menstruasi,tiap bulan ada sejumlah darah yang keluar.

Remaja putri tersebut akan menghadapi resiko anemia atau kurang darah. Darah

haid harus diganti dengan memakan buah buahan yang mengandung zat besi dan

kalsium untuk tulangnya kuat.( Ida Marlena, 2012 )

Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh signifikan terhadap

kebiasaan makan mareka. Mereka menjadi lebih aktif, lebih banyak makan diluar

rumah dan lebih banyak pengaruh dalam memilih makanan yang akan

dimakannya. Mereka juga lebih suka mencoba-coba makanan baru, salah satunya

adalah fast food. Pola makan remaja yang perlu dicermati adalah tentang

frekwensi makan, jenis makanan dan jumlah makan.Jumlah atau porsi merupakan

suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan.

( Merry Adriani, 2012 )

b. Frekuensi Makan

Frekuensi makan adalah jumlah keseringan makan dalam sehari-hari baik

kualitatif dan kuantitatif.Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui

alat- alatpencernaan mulai dari mulut samapi usus halus. Lama makanan dalam

lambungtergantung sifat dan jenis makanan. Umumnya lambung kosong antara 3-

4 jam. Makajadwal makan akan menyesuaikan dengan kosongnya lambung. Porsi

makan pagitidak perlu sebanyak porsi makan siang dan makan malam secukupnya

saja.Menu sarapan yang baik harus mengandung karbohidrat, protein dan lemak,
serta cukup air untuk mempermudah pencernaan makanan dan penyerapan zat

gizi. ( Merryana Adriani, 2012 )

c. Jenis Makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan,

dicerna,akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.

Menyediakanvariasi makanan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan

rasa bosan.Sehingga mengurangi selera makan.Menyususn hidangan sehat

memerlukanketerampilan dan pengetahuan gizi. Variasi menu yang tersusun oleh

kombinasibahan makanan yang diperhitungkan dengan tepat akan memberikan

hidangan sehatbaik secara kualitas maupun kuantitas.( Merryana Adriani, 2012 )

d. Tujuan makan

Secara umum, tujuan makan menurut ilmu kesehatan adalah memperoleh

energi yang berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak,

mengatur metabolisme tubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

serangan penyakit. ( Merry Adriani, 2012 )


G. Kerangka Teori

Pola Makan

Faktor- faktor yang Akibat dari tidak


mempengaruhi teratur makan

Faktor ekstrinsik Faktor instrinsik


yang terdiri dari yang terdiri dari
lingkungan,alam asosiasi emosional,
sosial,budaya dan keadaan jasmani
ekonomi

Asupan zat gizi yang tidak


seimbang menyebabkan
anemia pada remaja

Anemia pada remaja putri

2.1 kerangka Teori


H. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen


1. pola makan Anemia pada
Remaja putri

2.2 Kerangka Konsep

I. Defisi Operasional

Tabel 2.3 Defenisi Operasional

Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

Pola Pola makan adalah Kuesioner 1. sesuai Nominal

makan tingkah laku remaja apabila skor

putri untuk ≥ 13

memeberi jawaban 2. tidak sesuai

terhadap hal- hal apabila skor ≤

yang berhubungan 12

dengan pola makan

yang meliputi

frekuensi makan,

jenis makanan,

tujuan makan,

kebutuhan cairan ,

makanan cepat saji,


hubungan aktifitas

dan pola

Makan

Anemia Kadar hemoglobin Melihat 1. Ya jika Nominal

pada (HB) di dalam darah kadar kadar Hb ≤

remaja lebih rendah dari HB 12 gr%

nilai normal dengan 2. tidak

ujian jika

metode kadar Hb

digital ≥12gr%

Hemoq

ue

dengan

merek

Easy

Touch

J. Hipotesis

Ada pengaruh pola makan terhadap kejadian anemia pada remaja putri
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah meleiti pengaruh penyuluhan pola

kebiassan maka menggunakan media Aplikasi instagram tentang Anemia pada

remaja putri di SMPN 6 Mataram

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN 6 Mataram dengan


mensosialisasika tujuan dan pengambil data atau sampel serta
mensosialisasikan media yang akan digunakan. Alasan dipilih
sebagai lokasi penelitian adalah karena pervalensi atau tingkat
anemia pada remaja di SMPN 6 Mataram tergolong tinggi seperti
yang ada pada data Laporan pemantauan anemia siswa-siswi
SMP/SMA oleh dinas kesehatan kota Mataram pada tahun 2014
dan 2015 di atas di seluruh puskesmas se-Kota Mataram, dimana
didapatkan jumlah siswa yang diperiksa sebanyak 355 siswa pada
tahun 2014, dimana dari 355 siswa tersebut yang mengalami
anemia sebanyak 115 siswa atau 32,39%. Dan pada tahun 2015
jumlah siswa yang diperiksa sebanyak 485 siswa,dari 485 siswa
tersebut yang mengalami anemia sebanyak 321 siswa atau 66,19%.
Dan dari SMP/SMA yang berada diwilayah kerja puskesmas
selaparang didapatkan SMPN 6 kota Mataram yang tertinggi data
anemia yaitu 92 siswa-siswi dari 129 siswa-siswi yang diukur
kadar Hb nya.
2. Waktu penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan -2022

B. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

observasional deskriptif dengan pendekatan survey. Survey mengumpulkan

informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, perilaku dan nilai

(Nursalam, 2013). Penelitian ini menggunakan rancangan survey yaitu penelitian

yang dilakukan satu waktu (Notoatmodjo, 2012).

Sebelum pelakukan dilakukan survey dan kemudian dilanjutkan dengan

pertemuan kedua pertemuan untuk penjelasan tentang materi dan media yang akan

digunakan. Setelah dua kali pertemuan penyuluhan akan dilakukan dengan

menggunakan media aplikasi (instagram) yang akan ditunjukan kepada responden.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut dahma (2011) adalah unit dimana suatu hasil penelitian

akan diterapkan, idealnya penelitian dilakukan pada populasi, karena dapatmelihat

gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasil penelitian diterapkan.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 87 orang. Sampel dalam

penelitian ini adalah remaja putri yang berada diwilayah SMPN 6 Mataram.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Besar sampel yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan tehnik sampling nonprobability

sampling dengan purposive sampling dengan jumlah sampel digunakan adalah =

72 orang

Teknik pengambilan sampel atau sampling merupakan proses penyeleksi

porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Cara pengambilan sampel

dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: probability sampling dan nonprobability

sampling. (Nursalam, 2013 : 173).

D. Besar Sampel

Besar sampel dihitung menggunakan total sampling, karena besar sampel

sama dengan besar populasi (Notoatmodjo, 2009).

E. Pengambilan Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tehnik

sampling nonprobability sampling dengan purposive sampling dengan jumlah

sampel digunakan adalah = 72 orang

F. Variabel penelitian

Adapun variabel yang digunakan berdasarkan jenisnya adalah:

1. Variabel Bebas atau Independen


Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti untuk

menciptakan suatu dampak pada variabel terikat (Setiadi, 2013). Variabel bebas

dari penelitian ini adalah penyuluha tentang pola kebiasaan makan dengan media

Aplikasi (instagram )

2. Variabel terikat atau dependen

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Setiasi,

2013). Variabel terikat dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan konsumsi

makan.

G. Data yang dikumpulkan

1. Data Primer

a. Data tentang karakteristik responden meliputi Identitas responden:

Nama, umur dan jenis kelamin dan tingkat pengetahuan pola kebiasaan

makan sebelum dan sesudah perlakuan

b. Data tentang identitas responden meliputi: nama, umur dan jenis

kelamin dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan form

identitas.

c. Data tingkat pengetahuan konsumsi makanan responden dikumpulkan

dengan cara pre testt dan post test dengan 15 pertanyaan dengan skor 1

Jika jawaban Benar dan skor 0 jika jawaban Salah untuk setiap

pertanyaan mengenai pengetahuan tentang pola kebiasaan makan yang

dilakukan menggunakan kuesioner gizi dengan alokasi waktu sekitar 1

hari melalu Aplikasi .


2. Data Sekunder

a. Data tentang identitas orang tua dikumpulkan menggunakan form

identitas.

b. Data tentang gambaran umum Sekolah Dasar pada penelitian ini

diperolah dari profil SMPN 6 Mataram

H . Pengolahan Data

1. Data Primer .

a. Data tingkat pengetahuan konsumsi makanan responden diolah dengan

banyak jumlah pertanyaan yang dijawab benar.

2. Data Sekunder

Data umur responden dikategorikan menjadi 2 yaitu:

a. Umur 10 – 14 tahun

b. Umur 15 – 19 tahun

Data jenis kelamin yaitu:

a. Perempuan

Data pendidikan orang tua dikategorikan menjadi 5 yaitu:

a. Tidak tamat SD

b. Tamat SD

c. Tamat SMP

d. Tamat SMA

e. Tamat Perguruan Tinggi


Data pekerjaan orang tua dikategorikan menjadi 2 yaitu:

a. Bekerja

b. Tidak bekerja

Tingkat pengetahuan konsumsi buah dan sayur pada anak gizi lebih

siswa dikategorikan menjadi 2 yaitu:

b. Benar

c. Salah

Data tentang gambaran umum SMPN 6 Mataram pada penelitian ini

meliputi luas wilayah, letak wilayah, jumlah siswa dan sarana prasarana.

I . Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Univariate (Analisis Deskriptif) yang bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian dan pada umumnya

dalam Analisis ini hanya akan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase

dari variabelnya (Notoatmodjo, 2010). Untuk menilai anemia remaja, peneliti

memberi nilai dengan persentasi dari masing-masing faktor yang mempengaruhi

kejadian anemia pada remaja.

J. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan konsumsi

makanan siswi SMPN 6 Mataram data karakteristi responden meliputi nama

responden, umur, jenis kelamin, pekerjaan orang tua, dan pendidikan orang tua
siswa SMPN 6 Mataram serta tingkat pengetahuan pola makan yang baik

sebelum dan sesudah perlakuan dikumpulkan melalui wawancara dengan

menggunakan form.

K. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013)

Tabel 3.1 Definisi operesional pengaruh penyuluhan pola kebiasaan makan

terhadap penderita Anemia pada Remaja putri.

Variabel Definisi operasional Parameter Alat Skala Skor

ukur

Pengaruh pola Suatu informasi


kebiasaan
makan terhadap mengenai pola
penderita
kebiasaan makan
anemia pada
remaja putri dengan

menggunakan media

aplikasi(instagram),

dengan penyajian

yang singkat padat

dan jelas. Untuuk


mengetahui seberapa

dalam siswa

mengetahui pola

makan yang baik

dengan acuan isi

piringku

Tingkat Perubahan dari tidak Tingkat

pengetahuan tahu menjadi tahu konsumsi

pola makan tentang pola makan yang

yang baik kebiasaan makan baik

yang baik

L. Jenis Bahan yang igunakan Media ; Aplikasih Instagram)

1. Alat dan Bahan-bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Hanpone (android)

b. Aplikasi instagram

2. Cara menggunakan media instagram

A. Perencanaan/persiapan

Pada tahap perencanaan atau persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah :

1) Mebuat akun instagram


2) Membuat/ mencari materi yang akan disampaikan

3) Membuat poling melalui instagram

4) Mebuat kuis melalui instagram

B. Pelaksanaan

1. Penyuluhan secara lansung :

a. Menyiapkan media untuk penelitian

b. Penyuluhan di SMPN 6 Mataram

1. Melakukan probability sampling dan nonprobability sampling

2. perkenalan dan penjelasan penelitian, kemudian melakukan penyuluhan

dan perkenalan tentang media yang akan digunakan yaitu Instagram dan

siswa diminta untuk memahami media yang digunakan dan meminta siswa

untuk mengikuti ( follow) akun instagram yang akan digunakan.

2. penyuluhan menggunakan media aplikasi:

a. Menyediakan Hanpone (Android)

b. Membuka aplikasi instagram

c. Untuk peneliti menggungah materi atau penjelasan tentang polamakan

dan materi Anemia pada remaja putri dengan materi yang inti melalu

feed instagram

d. Membuat polingan, pertanyaan ataupun kuis melalui story instagram

yang akan di pilih oleh siswa yang sudah diambil sampelnya.


M. Alur Penelitian

3.1 kerangka kerja

Sampel (n)

Kelompok perlakuan (n1) Kelompok kontrol (n2)

Pengetahuan Awal
(Pre Test)

Media aplikasi (instagram)


Tanpa perlakuan

Pengetahuan Akhir
(Pre Test)
Sebelum pre test dilakukan observasi dan adaptasi dengan lingkungan,

kelas, guru dan siswa serta menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan

sebagai peneliti, hari berikutnya dilakukan pre test yaitu sehari sebelum

sebelum perlakuan. Empat kali pertemuan selama Satu bulan dibagi menjadi

dua kali pertemuan untuk ceramah mengenai materi gizi yang akan

berhubungan dengan pertanyaan dan jawaban pada saat pembelajaran

menggunakan buku saku dengan durasi 30 menit dan dilanjutkan pada

pertemuan selanjutnya. Setelah itu dilanjutkan dengan dua kali pertemuan,

setiap berakhir pembelajaran dengan durasi ± 30 menit dilakukan evaluasi

sehingga anak mengetahui kejelasan dari pembelajaran yang berlangsung, baik

dari pertanyaan yang tidak bisa dijawab atau kurang dimengerti. Post test

dilakukan pada akhir pertemuan.


DAFTAR PUSTAKA

Almeister, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama
Damayani, dkk . (2014). Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Pola
Makan Pada Remaja Dengan Kejadian Anemia Di Smp
Negeri 2 Kota Pinang Kabupaten Labuan Batu Selatan.
Jurnal. PKM USU Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.
Farida, Ida. (2007). Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja
Dikecamatan Gebog Kabupaten Kudus.Tesis. Magister gizi
Masyarakat

Hertha, Masthalina dkk. (2015). Pola Konsumsi Terhadap Status Anemia


Remaja.
Jurnal KEMAS 11 (1) (80-86)
Hoffbrand, A.V & Moss (2013). Kapita Selekta Hematologi. Buku Kedokteran.
Jakarta : EGC
Latifah dkk (2010) . Status pubertas dan anemia pada remaja awal
laki-laki dan perempuan didaerah endemic gaki. Jurnal.
MGMI vol.1 no 3 desember 2010: 78-119
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka cipta Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Nursari, D. (2009). Gambaran Anemia Pada Remaja SMP Negeri 18
Kota Bogor. Skripsi. Program Studi Kesehatan Maasyarakat
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Permaesih & Herman. (2005). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Anemia Pada Remaja. Jurnal Bul Penel Kesehatan
vol 33 no 4 2005 (162-171)
Gunatmaningsih, Dian. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Anemia Pada Remaja Putri. Skripsi. Universitas
Negeri Semaranh
Harian Analisa. 2017. Kejadian Anemia. Medan. 19 Oktober 2017
Marlena, Ida, 2015. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan.
Pustaka Baru Press.Yogyakarta
MB, Arisman, 2015. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
\MCN, Briawan Dodik, 2014. Anemia Masalah Gizi Pada Remaja
Wanita. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai