Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMKN 16 BENGKURING


SAMARINDA TAHUN 2019

Abstrak: Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia


terutama pada remaja putri. Remaja putri mengalami anemia karena perdarahan
menstruasi, pola hidup remaja putri seperti pola makan dan pola tidur berubah
menjadi kurang teratur misalnya sering terlambat makan atau kurang tidur. Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan
kejadian penyakit anemia pada remaja putri kelas XI Angkatan 2018/2019 di
SMKN 16 Bengkuring. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan
menggunakan desain Cross Sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode
total sampling, sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas XI
angkatan 2018/2019 di SMKN 16 Bengkuring yaitu sebanyak 56 siswi.
Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik
Chi-Square.

Kata Kunci : Anemia, Remaja Putri, Menstruasi, Pola Makan, Pola Tidur
Abtract: Anemia is the biggest public health problem in the world, especially in
adolescent girls. Young women suffer from anemia because of bleeding of
menstruation, girls life styles uch as diet and sleep patterns turn out to be less
regular for example often toolate to eat or sleep deprivation. The purpose of this
study was to determine the factors associated with the incidence of anemia in
adolescent girls class XI class of 2018/2019 at SMKN 16 Bengkuring. This type of
research is quantitativebyusing a crosssectionaldesign. Sampling using total
sampling method, thesample in this study were all teenage girls of class XI class
of 2018/2019 at SMKN 16 Bengkuring as many as 56 students. Data processing
uses univariate and bivariate analysis with Chi-Square statistical tests.The results
of this study showed as many as 41% of adolescent girls declared anemia. Then
there is a relationship between menstrual patterns (p-value=0,000) and eating
patterns (p-value=0,001) with the incidence of anemia in adolescent girls and
there is no relationship between sleep patterns (p-value=0,122) with the
incidence of anemia in adolescent girls class XI 2018/2019 at SMK 16
Bengkuring. The researchers suggestion is to give blood-add tablets specifically
for teenagers who are menstruating. Then teens need to increase foods that
support iron absorption, for example food srich in vitamin C. Their education to
young women about the importance of meeting the need for sleep.

Keywords: Anemia, Adolescent Girls, Menstruation, Eating Pattern, Sleep


Patterns
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (2013), anemia gizi besi didefinisikan
suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah hemotrokit atau jumlah
eritrosit lebih rendah dari normal. Prevalensi anemia dunia berkisar 40-80%.
Angka kejadian anemia pada remaja putri di negara-negara berkembang sekitar
53,7% dari semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri disebabkan
karena keadaan stress, haid, atau terlambat makan.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, salah satu
masalah yang dihadapi remaja Indonesia adalah masalah gizi mikronutrien, yakni
sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia, yang
sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi (anemia defisiensi zat besi).
Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun sebesar
57,1%, dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena
anemia paling tinggi terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013).
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Samarinda tahun 2016 tercatat kasus
anemia dengan total 321 kasus di 22 puskesmas Kota Samarinda. Kemudian pada
tahun 2017 tercatat kasus anemia dengan total 64 kasus di 14 puskesmas Kota
Samarinda. Kasus tertinggi tahun 2016 di Kota Samarinda terdapat pada
Puskesmas Bengkuring dengan jumlah 69 kasus, diurutan kedua terdapat pada
Puskesmas Sidomulyo sejumlah 30 kasus. Kemudian kasus tertinggi tahun 2017
di Kota Samarinda masih terdapat pada Puskesmas Bengkuring dengan jumlah 35
kasus dan diurutan kedua terdapat pada Puskesmas Karang Asam sejumlah 8
kasus anemia.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Dzul
Istiqomah Hasyim tahun 2018 menyatakan bahwa ada hubungan pola makan dan
pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Kemudian
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rompas tahun 2015 menyatakan
bahwa ada hubungan kadar Hemoglobin dengan pola tidur (kualitas tidur).
Faktor yang mengakibatkan anemia terjadi pada remaja putri umumnya
dikarenakan pola menstruasi yang tidak teratur atau tidak normal, juga pola hidup
seperti pola makan dan pola tidur yang tidak baik. Anemia pada remaja putri
merupakan pendukung dalam tingginya angka kematian ibu, tingginya insiden
bayi berat lahir rendah, kematian prenatal tinggi dan lain sebagainya. Hal penting
dalam mengontrol anemia pada ibu hamil adalah dengan memastikan kebutuhan
zat besi (Fe) pada remaja sudah terpenuhi.
Hasil studi pendahuluan yang sudah peneliti lakukan di SMKN 16
Bengkuring Samarinda dengan dibantu dengan staf puskesmas bidang gizi dan
epidemiologi, mendapatkan data dari 25 siswi dan diperiksa kadar Hemoglobin
masing-masing siswi, terdapat 13 siswi yang dinyatakan anemia. Sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMKN 16 Bengkuring Samarinda
khususnya dikelas XI karena dikelas X dan kelas XII tidak terdapat siswa putri.
Berdasarkan uraian latar belakang, teori, jurnal dan data-data diatas terkait
Anemia maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Kelas XI di SMKN 16
Bengkuring Samarinda.
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian Anemia pada
remaja putri kelas XI di SMKN 16 Bengkurig Samarinda
PUSTAKA
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) remaja atau dalam istilah
asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan yang memiliki
rentang usia 10 – 19 tahun.
MenurutSoebroto anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja:
1. Budaya, Politik, dan Kebijakan dalam Masyarakat
Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa
kepercayaan.
2. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi.
3. Pola makan
a. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap,
berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan .
b. Konsumsi Gizi
Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui
kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi
serta mengetahui faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.
c. Konsumsi Zat Besi
Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme (40%) dan besi
nonheme. Besi nonheme merupakan sumber utama zat besi dalam makanan.
Terdapat dalam semua jenis sayuran. Sedangkan besi heme hampir semua terdapat
dalam makanan hewani.
4. Pengetahuan Tentang Anemia
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan resultan
dari akibat proses penginderaan terhadap suatu objek.
Hal ini sesuai degan hasil penelitian Firiana dan Dhito (2019) bahwa
Rendahnya asupan zat besi diakibatkan karena kurangnya pengetahuan remaja
puteri terhadap makanan yang kaya akan zat besi dan makanan yang dapat
menghambat penyerapan zat besi. Kurangnya pengetahuan tersebut karena hanya
pada tahun 2018 awal saja remaja puteri tersebut mendapatkan sosialisasi
mengenai anemia dan TTD.
5. Sosial Ekonomi Keluarga
Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi frekuensi
distribusi penyakit tertentu, misalnya TBC, infeksi akut gastrointestinal, ISPA,
anemia, malnustri, dan penyakit parasit yang banyak terdapat pada penduduk
golongan ekonomi rendah.
6. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi dan parasit merupakan salah satu penyebab anemia gizi
besi karena parasit dalam jumlah besar dapat mengganggu penyerapan zat besi.
7. Aktivitas Fisik
Kebutuhan energi yang tinggi sebagian besar diperlukan untuk maintenen
dan aktivitas fisik dibandingkan dengan yang diperlukan untuk pertumbuhan.
Kebutuhan energi tergantung aktivitas fisik, remaja yang kurang aktif dapat
menjadi kelebihan BB atau mungkin obesitas, walaupun asupan energi lebih
rendah dari kebutuhan energi yang direkomendasikan.
8. Pola Menstruasi
Pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika
darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak maka akan terjadi anemia
defisiensi besi.
9. Pola Tidur
Pola tidur adalah model, bentuk, atau corak tidur dalam waktu yang relative
menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,
frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur.
10. Layanan Kesehatan
Remaja memiliki masalah dan kebutuhan kesehatan khusus, yang tidak
terlayani dengan baik dalam program kesehatan anak tradisional ataupun dalam
praktik perawatan medis swasta. Karena banyak waktu mereka dihabiskan
dirumah dan disekolah, sangat masuk akal untuk mengembangkan program
layanan khusus untuk melayani kebutuhan mereka di lingkungan sekolah. Untuk
melakukannya diperlukan kerjasama berbagai pihak yang berkepentingan dan
kelompok.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain Cross
Sectional. Adapun populasi dalam penelitian ini sebanyak 56 remaja putri di
SMKN 16 Bengkuring kelas XI angkatan 2018/2019 dengan menggunakan
metode Total Sampling (sampel diambil seluruhnya).
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner dan
lembar observasi. Lembar kuesioner digunakan untuk mengetahui identitas
responden, pola menstruasi, pola makan dan pola tidur responden sedangkan
lembar observasi digunakan untuk mengobservasi dan mencatat hasil pengukuran
yang meliputi hasil pengecekkan kadar Hb (Hemoglobin).
Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis univariat
dan bivariat dengan menggunakan SPSS. Univariat digunakan untuk
mendeskripsikan setiap variabel dalam penelitian, disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi dan presentase dari masing-masing variabel sedangkan bivariat
digunakan untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara variabel bebas dan
variabel terikat anemia pada remaja putri dengan uji Chi-square yang disajikan
dalam bentuk tabel kontingensi 2x2.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Keadaan siswa (Jumlah)
Jumlah siswa secara keseluruhan 417 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Kelas
X berjumlah 164 siswa, kelas XI berjumlah 134 siswa, kelas XII berjumlah 119
siswa. Berikut daftar jumlah siswa/i kelas XI di SMKN 16 Bengkuring Tahun
ajaran 2018/2019 :
Tabel 1. Distribusi siswa/i kelas XI A2018/2019

No. Kelas L P Jumlah


1. XI TSM 33 1 34
2. XI AK 1 5 25 30
3. XI AK 2 27 8 35
4. XI MM 13 22 35
JUMLAH 78 56 134

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah siswi di kelas XI angkatan


2018/2019 sejumlah 56 siswi

2. Analisis Univariat
Berdasarkan hasil analisis univariat, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Status Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri di SMKN 16 Bengkuring Angkatan 2018/2019

Kejadian Anemia (Kadar Hb) n %


Normal (≥12 gr%) 33 59
Anemia (<12 gr%) 23 41
Total 56 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 56 responden di SMKN 16


Bengkuring yang berstatus anemia yaitu sebanyak 23 siswi (41%), dan siswi
dengan kadar Hb normal sebanyak 33 siswi (59%).
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Menstruasi Pada Remaja Putri di
SMKN 16 Bengkuring Angkatan 2018/2019

Pola Menstruasi n %
Normal 31 55
Tidak Normal 25 45
Total 56 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 56 responden di SMKN 16


Bengkuring dengan pola menstruasi normal yaitu sebanyak 31 siswi (55%), dan
siswi dengan pola menstruasi tidak normal sebanyak 25 siswi (45%).

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan Pada Remaja Putri di SMKN
16 Bengkuring Angkatan 2018/2019

Pola Makan n %
Baik 26 46
Buruk 30 54
Total 56 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 56 responden di SMKN 16


Bengkuring dengan pola makan baik yaitu sebanyak 26 siswi (46%), dansiswi
dengan pola menstruasi buruk sebanyak 30 siswi (54%).
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Tidur Pada Remaja Putri di SMKN 16
Bengkuring Angkatan 2018/2019

Pola Tidur n %
Baik 37 66
Buruk 19 34
Total 56 100

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 56 responden di SMKN 16


Bengkuring dengan pola makan baik yaitu sebanyak 37 siswi (66%), dan siswi
dengan pola menstruasi buruk sebanyak 19 siswi (34%).
3. Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil uji analisis uji variabel independen terhadap variabel
dependen menggunakan uji Chi-Square, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Hubungan Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMKN 16 Bengkuring Angkatan 2018/2019

Kejadian Anemia
Pola Total P
Normal Anemia α
Menstruasi Value
n % n % N %
Normal 26 79 5 22 31 55
Tidak Normal 7 21 18 78 25 45 0,000 0,05
Total 33 100 23 100 56 100

Berdasarkan tabel 6, didapatkan hasil analisis hubungan pola menstruasi


dengan kejadian anemia pada remaja putri diperoleh 18 siswi (78%) dengan pola
menstruasi tidak normal lebih tinggi dibandingkan pola menstruasi normal yaitu
sebanyak 5 siswi (22%). Hasil uji statistik yang dilakukan diperoleh nilai P value
0,000 < α 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pola
menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMKN 16 Bengkuring
angkatan 2018/2019.
Tabel 7. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMKN 16 Bengkuring Angkatan 2018/2019

Kejadian Anemia
Total P
Pola Makan Normal Anemia α
Value
n % n % N %
Baik 22 67 4 17 26 46
Buruk 11 33 19 83 30 54 0,001 0,05
Total 33 100 23 100 56 100

Berdasarkan tabel 7, didapatkan hasil analisis hubungan pola makan dengan


kejadian anemia pada remaja putri diperoleh 19 siswi (83%) dengan pola makan
buruk lebih tinggi dibandingkan pola makan baik yaitu sebanyak 4 siswi (17%).
Hasil uji statistik yang dilakukan diperoleh nilai P value 0,001 < α 0,05 maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan
kejadian anemia pada remaja putri di SMKN 16 Bengkuring angkatan 2018/2019.

Tabel 8. Hubungan Pola Tidur dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMKN
16 Bengkuring Angkatan 2018/2019

Pola Tidur Kejadian Anemia Total α


Normal Anemia P
n % n % N % Value
Baik 25 76 12 52 37 66
Buruk 8 24 11 48 19 34 0,122 0,05
Total 33 100 23 100 56 100

Berdasarkan tabel 8, hasil analisis hubungan pola tidur dengan kejadian


anemia pada remaja putri diperoleh 12 siswi (52%) dengan pola tidur baik lebih
tinggi dibandingkan pola tidur buruk yaitu sebanyak 11 siswi (48%). Hasil uji
statistik yang dilakukan diperoleh nilai P value 0,122 > α 0,05 maka dapat
disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola tidur dengan kejadian
anemia pada remaja putri di SMKN 16 Bengkuring angkatan 2018/2019.

1. Hubungan Antara Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia Pada


Remaja Putri
Persentase kejadian anemia pada remaja putri kelas XI angkatan 2018/2019
di SMKN 16 Bengkuring sebesar 41%. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa
kejadian anemia lebih banyak terjadi pada remaja putri dengan pola menstruasi
yang tidak normal yaitu sebesar 78% dibanding dengan remaja putri dengan pola
mestruasi normal yaitu 22%. Hal ini memperlihatkan adanya hubungan antara
pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Kejadian anemia pada
remaja putri di SMKN 16 Bengkuring dikarenakan tidak patuhnya dalam
mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) saat sedang menstruasi. Pada saat
menstruasi ini yang menyebabkan wanita mengalami kehilangan darah tiap bulan
rata-rata 33,2 ± 16 cc (jika menstruasi normal), jika lebih daripada itu maka lebih
banyak kehilangan darah saat menstruasi (Proverawati, 2011).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan ada hubungan yang
bermakna antara pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri, yang
dilakukan oleh Dzul Istiqamah Hasyim (2018) yang menyatakan bahwa siklus dan
lamanya haid juga akan berpengaruh terhadap kebutuhan besi. Remaja yang tidak
terpenuhi kebutuhan besinya akan berdampak pada kondisi defisiensi besi yang
dapat menjadi defisiensi besi anemia. Dan penelitian Abdul Basith dkk (2017)
yang menyatakan Lama menstruasi pada remaja sangat dipengaruhi oleh kondisi
tubuh remaja tersebut, beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi lama
menstruasi pada remaja putri adalah seperti kelelahan karena padatnya aktivitas
dan pengaruh stres yang tinggi, yang mana stres nantinya dapat mempengaruhi
hormon yang ada dalam tubuh dan dapat menyebabkan masalah menstruasi pada
wanita. Namun berbeda dengan hasil penelitian Suchi Avnalurini (2018)
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pola menstruasi
dengan kejadian anemia pada remaja putri.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhito Dwi (2019) di wilayah
Puskesmas Bengkuring diketahui bahwa kepatuhan konsumsi Tablet Tambah
Darah (TTD) berhubungan dengan kadar hemoglobin (Hb). Ini menandakan
bahwa remaja putri yang tidak patuh dalam mengkonsumsi Tablet Tambah Darah
(TTD) berhubungan dengan kejadian anemia di wilayah Puskesmas Bengkuring.
Menurut Gilly tahun 2009 lamanya proses menstruasi akan mempengaruhi
jumlah sel darah merah di dalam tubuh, semakin lama proses menstruasi maka
semakin banyak darah yang keluar, yang mana hal ini dapat menyebabkan
masalah anemia pada perempuan. Menurut Kusmiran tahun 2011 lama menstruasi
dapat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti makanan yang dikonsumsi, aktifitas
fisik, faktor hormon dan enzim didalam tubuh, masalah dalam vaskular serta
faktor genetik (keturunan) juga menyatakan semakin rendah kadar Hb
(Hemoglobin) nya semakin panjang siklus menstruasinya.

2. Hubungan Antara Pola Makan dengan Kejadian Anemia Pada Remaja


Putri
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kejadian
anemia pada remaja putri lebih banyak terjadi pada siswi dengan pola makan
buruk yaitu sebesar 83% dibandingkan dengan pola makan baik yaitu sebesar
17%. Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan pola makan dengan
kejadian anemia pada remaja putri kelas XI angkatan 2018/2019 di SMKN 16
Bengkuring.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan adanya
hubungan bermakna antara pola makan dengan kejadian anemia pada remaja
putri, yang dilakukan oleh Dzul Istiqomah (2018) dan Nur Khatim (2017) yang
menyatakan tidak hanya pola makan yang mempengaruhi terjadinya anemia tetapi
faktor lain seperti kurangnya kandungan Vitamin B12, Protein dan Asam Folat
dalam makanan yang dikonsumsi sehingga mempengaruhi kadar hemoglobin.
Menurut Masrizal tahun 2007 yang menyatakan salah satu klasifikasi anemia
adalah makrositik yang terdiri dari anemia megaloblastik dan non megaloblastik,
dimana anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan kekurangan
vitamin B12, Asam folat dan gangguan sintesis DNA. Kemudian menurut
Baliwati 2004, remaja memiliki kesibukan yang cukup tinggi sehingga akan
mempengaruhi pola makan menjadi tidak baik/tidak teratur dan kemudian
mempengaruhi kadar Hemoglobin nya. Dan menurut Almatsier (2011) jika dalam
keadaan defisiensi besi, absorbsi dapat mencapai 50 persen yang diperkiran
normal arbsorbsi hanya 5-15 persen. Oleh karena itu, kurangnya konsumsi pangan
dapat mempengaruhi penyerapan zat besi.
3. Hubungan Antara Pola Tidur dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri
Berdasarkan hasil analisis yang didapat bahwa kejadian anemia lebih tinggi
terdapat pada siswi yang pola tidurnya baik yaitu sejumlah 52% dibandingkan
dengan siswi yang pola tidurnya buruk yaitu sejumlah 48%. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola tidur dengan
kejadian anemia pada remaja putri kelas XI angkatan 2018/2019 di SMKN 16
Bengkuring.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Indah Ari Astuti (2017) dengan hasil
analisis tidak terdapat hubungan pola tidur dengan kejadian anemia pada remaja
putri menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan tidur remaja adalah
pubertas yang mempengaruhi peningkatan rasa mengantuk disiang hari walaupun
tidak ada perubahan pada tidur malamnya, keterlibatan orang tua dalam
menentukan waktu tidur yang berpengaruh pada jam bangun pagi dan jadwal
sekolah yang membuat remaja harus bangun lebih pagi untuk sekolah. Penelitian
tsb sejalan dikarenakan responden penelitian ini diharuskan bangun pagi untuk
bersekolah dan kebanyakan responden mempunyai waktu tidur yang berkualitas.
Namun berbeda dengan hasil penelitian Rompas (2015) yang menyatakan ada
hubungan kadar hemoglobin dengan pola tidur (kualitas tidur).
Menurut Potter & Perry (2005), pola tidur dipengaruhi oleh gaya hidup
termasuk stress yang mengarah pada insomnia dan penggunaan medikasi untuk
tidur yang dapat mengganggu pola tidur dan memperburuk masalah tidur. Dan
menurut Jackowska (1493) Selain durasi dan kualitas tidur yang perlu
diperhatikan juga adalah kedalaman tidur. Tidur yang dalam terjadi pada fase Non
Rapid Eye Movement (NREM) tahap III dan IV. Pada tahap ini terjadi sekresi
hormon untuk merangsang perbaikan dan pembaharuan sel-sel tubuh termasuk sel
darah. Fase Non Rapid Eye Movement (NREM) berlangsung selama 70-100
menit.
Dengan demikian walaupun responden mempunyai durasi tidur yang cukup
dan kualitas tidur yang baik, tetapi jika kedalaman tidur tidak tercapai
kemungkinan dapat menderita anemia. Tetapi tidak menjadi faktor besar terhadap
kejadian anemia dengan melihat hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa
responden lebih banyak menjaga pola tidurnya sehingga pola tidur responden
dinyatakan baik yaitu sebesar 66% yang mempunyai kualitas tidur, durasi, dan
kedalaman tidur yang baik dibandingkan dengan pola tidur buruk yaitu sebesar
34%.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian anemia lebih banyak
terjadi pada remaja putri dengan pola menstruasi yang tidak normal dibanding
dengan remaja putri dengan pola mestruasi normal.semakin lama masa menstruasi
maka semakin banyak darah yang keluar,hal ini disebabkan karena remaja putri di
SMKN 16 Bengkuring tidak patuh mengkomsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
pada saat sedang menstruasi sehingga dapat menyebabkan masalah anemia. Pola
makan yang buruk berhubungan dengan kejadian anemia. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah, orangtua dan pihak
puskesmas agar dapat melakukan: Pemberian tablet tambah darah kepada seluruh
remaja putri dari instansi puskesmas wilayah setempat.Untuk mengatasi
ketidakpatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah diharapkan adanya
keterlibatan peranan orangtua terhadap remaja yang menderita anemia.
Melakukan penyuluhan tentang pentingnya komsumsi TTD dan akibat bila tidak
patuh mengkomsumsi TTD. Dilakukannya pemeriksaan hemoglobin secara rutin
oleh pihak puskesmas kesekolah.
.
DAFTAR RUJUKAN
Aisyah. (2016). Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Konsumsi Makanan Berserat
Pada Siswa SMKN 6 Yogyakarta. Fakultas Teknik. Universitas Negeri
Yogyakarta.

Ari, Indah. (2017). Hubungan antara pola tidur dengan kejadian anemia pada
remaja putri SMA di Kab. Bantul. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan.
Universitas Alma Ata Yogyakarta.

Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT


Rineka Cipta.

Azizah, Latifatul. (2018). Hubungan Kebiasaan Bermain Games Online Dengan


Kualitas Tidur Remaja Pada Kelas X Tahun 2018. Keperawatan. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika. Jombang.

Almatsier, S. (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka


Utama.

Andi, Darnah. (2014). Biostatistika 1. Moeka. Jakarta Barat.

Avnalurini, Suchi. (2018). Hubungan Antara Status Gizi Dan Pola Menstruasi
Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Prodi DIII Kebidanan
Universitas Muslim Indonesia. Jurnal Kesehatan, 1, 1.

Banudi, La. (2013). Gizi Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.

Basith, Abdul. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia


pada remaja putri di SMP Negeri 4 Banjarbaru. Dunia Keperawatan, 5, 1.

Baiq. (2015). Hubungan diet dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada
remaja putri di MTs Ma’Arif Nyatnyono Kabupaten Semarang. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 10, 2.

BKKBN. (2015). Remaja dan SPN (Seks Pranikah).

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. (2002). Epidemiologi. Jakarta : EGC.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. (2016). Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

Dinas Kesehatan Kota Samarinda. (2018). Data Anemia Kota Samarinda.


Samarinda : Dinas Kesehatan Kota Samarinda.
Dwi, Ari. (2014). Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
Anemia. Keperawatan. STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto.

Elwanda dkk. (2017). Pengaruh Pola Tidur Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa
di Sekolah. Tangerang Selatan.

Fatimah. (2016). Pengaruh Mendengarkan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dan


Terjemahnya terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Siswi Kelas 1 MTs
Muallima’at. Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Fikawati, Sandra. (2017). Gizi Anak Dan Remaja. Depok : PT Raja Grafindo
Persada.

Fitriana dan Dhito Dwi Pramardika. (2019). Evaluasi Program Tablet Tambah
Darah pada Remaja Putri. MMPKI, 2, 3.

Handayani., Haribowo A.S. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba medika.

Haribi, Ratih. (2014). Kadar Hemoglobin Pada Buruh Wanita Yang Bekerja Di
Malam Hari. Jurnal Litbang, 1, 1.

Iis. (2018). Hubungan Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri. Jurnal Keperawatan, 11, 2.

Istiqomah, Dzul. (2018). Pengetahuan, sosial ekonomi, pola makan, pola haid,
status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian anemia pada remaja putri.
Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, 14, 1.

Khatim, Nur. (2017). Hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada
remaja putri kelas XI di SMKN 2 Yogyakarta. Fakultas Kesehatan.
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Situasi Kesehatan


Reproduksi Remaja. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Kenali Masalah Gizi yang


Ancam Remaja Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI.
Listiana, Akma. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Anemia Gizi Pada Remaja Putri di SMKN 1 Termanggi Besar.
Jurnal Kesehatan, 7, 3.

Noor, Juliansyah. (2015). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novi. (2018). Hubungan Antara Tingkat Kecukupan Protein, Vitamin C dan Zat
Besi (Fe) Dengan Kadar Hemoglobin Pada Siswi Sekolah Usaha Perikanan
Menengah (SUPM). Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Prawira. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada Remaja


Putri di SMK Analisis Kimia Nusa Bangsa. Bogor. Promotor, 2, 2.
Proverawati. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Rompas. (2015). Hubungan kadar hemoglobin dengan kualitas tidur. Jurnal


Keperawatan, 1, 1.

Siallagan, (2010). Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan. Fakultas Keperawatan.
Universitas Sumatera Utara.

Siti. (2013). Hubungan Konsumsi Pangan, Kebiasaan Latihan Fisik & Kadar
Hemoglobin pada Remaja Putri di SMPN 27 Kelurahan Sumur Batu.
Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Soebroto, I. (2010). Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta:


Bangkit.

Sri. (2018). Pengetahuan & Sikap tentang Makanan Serta Pola Makan Pada
Siswa Kelas XI SMKN 4. Fakultas Teknik. Universitas Yogyakarta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

Susila. (2014). Metode Penelitian Epidemiologi. Yogyakarta: Bursa Ilmu


Karangkajen.

Utomo, Prayogo. (2005). Apresiasi Penyakit. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Yamin, Tenri. (2012). Hubungan Pengetahuan, Asupan, dan Faktor yang


berhubungan dengan Kejadian Anemia Remaja Putri di SMA Kabupaten
Kepulauan Selayar. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
Yusniwati. (2012). Pengaruh Pola Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Anemia
pada Siswi Atlit di SMA 9. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Sumatera Utara.

Wahyu. (2016). Hubungan Antara Status Gizi, Siklus dan Lama Menstruasi
dengan kejadian Anemia Remaja Putri di SMAN 3 Surabaya. Fakultas
Kedokteran. Universitas Airlangga Surabaya.
Wiknjosastro, Hanifa. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

World Health Organization. (2013). The World Health Report 2013.

World Health Organization. (2014). Health For The World’s Adolescents. Dalam
Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Kesehatan
Reproduksi Remaja.

Anda mungkin juga menyukai