Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN

KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 HILISERANGKAI

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH


DARAH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI
DI SMP NEGERI 3 HILISERANGKAI

Tuty Hertati Purba1, Iman Kurnia Murni Laoli2, Rani Suraya3


1,2,3
Prodi S1 Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, indonesia
*Penulis Korespondensi

ABSTRAK

Pendahuluan: Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari nilai
normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Pola makan remaja dilihat dari
jenis, frekuensi, dan jumlah konsumsi zat besi yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi sehingga
lebih rentan mengalami kejadian anemia. Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet tambah darah juga
merupakan program pemerintah untuk mencegah kejadian anemia pada remaja, usia 12-18 tahun di
anjurkan mengkonsumsi tablet tambah darah dengan dosis 1 (satu) tablet perminggu sepanjang tahun.
Tujuan: untuk mengetahui hubungan pola makan dan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai. Metode: penelitian ini
menggunakan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh remaja putri kelas 7 dan 8 SMP Negeri 3
Hiliserangkai sebanyak 57 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Analisis data dil-
akukan secara univariat dan bivariat dan di uji menggunakan uji chi square. Hasil: penelitian menun-
jukan bahwa pola makan yang tidak baik 82,4%%, dan yang baik sebanyak 17,5%. Responden yang
tidak patuh sebanyak 56,1%, dan patuh sebanyak 43,9%. Kejadian anemia 52,6%, dan yang tidak
anemia 47,4%. Kesimpulan: ada hubungan pola dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP
Negeri 3 Hiliserangkai dengan 0,003 p value<0,005, dan ada hubungan kepatuhan mengkonsumsi tab-
let tambah darah dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai dengan
0,000 sehingga p value<0,005.
Kata kunci : Anemia, Pola Makan, Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah

ABSTACT
Anemia is a condition in which hemoglobin levels less than normal value, which is different
for each age group and gender. Diet are seen from the type, frequency and amount of consumption of
iron that does not meet the nutritional adequacy rate so that it is more prone to the incidence of ane-
mia. Compliance in taking the tablet adding blood also was a government program to prevent the oc-
currence of anemia in adolescents, aged 12-18 years in the recommend taking the tablet adding blood
with a dose of one tablet per week throughout the year.
This study aimed to determine associated between diet and adherence to consuming adding
blood tablets with anemia in teenage girls at SMP Negeri 3 Hiliserangkai. This study used a cross-
sectional design. The population was 57 teenage girls in grades 7 and 8 of SMP Negeri 3 Hiliserang-
ka. The sample was technique total sampling. Data analysis was carried out univariate and bivariate
and tested using the chi-square test.
The study showed that the bad diet were 82.4%, and the good ones were 17.5%. Respondents
who did not comply were 56.1%, and obey was 43.9%. The incidence of anemia was 52.6%, and not
anemic were 47.4%.
There is a pattern relationship with the incidence of anemia in adolescent girls at SMP Negeri
3 Hiliserangkai with .003 p-value <.005, and there was a relationship between adherence to consum-
ing adding blood tablets and anemia in teenage girls at SMP Negeri 3 Hiliserangkai with 0.000 so
that p-value <.005.

Keywords: Anemia, Diet, Compliance with Consuming Blood-Adding Tablets


Tuty Hertati Purba, SKM, M.Kes ; Institut Kesehatan Helvetia Medan, Jalan Kapten Sumarssono, No
107, Helvetia Medan, Indonesia 20124. Hp. 085276660107. Email : tutyhertatipurba@gmail.com

370
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 2 DESEMBER 2021
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 HILISERANGKAI

PENDAHULUAN
Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan
bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang sehat dan
berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan ataupun remaja itu sendiri.
Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap tumbuh kembang dan kesehatan remaja menjadi sangat penting
untuk menilai keadaan remaja (1).
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia karena remaja
putri setiap bulannya mengalami haid (menstruasi). Selain itu remaja putri cenderung sangat memper-
hatikan bentuk badannya sehingga akan membatasi asupan makan dan banyak pantangan terhadap
makanan seperti melakukan diet vegetarian (2). Oleh karena itu, sasaran penanggulangan anemia gizi
telah dikembangkan yaitu telah mencapai remaja putri SMP, SMA dan sederajat serta wanita diluar
sekolah sebagai upaya strategis dalam upaya memutus siklus simpul masalah gizi. Walaupun begitu,
prevalensi anemia dikalangan remaja putri masih tergolong dalam kategori tinggi. Hal ini mengindi-
kasi anemia masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia (3). Remaja putri berisiko tinggi men-
galami anemia dibandingkan remaja putra dimana kebutuhan absorpsi zat besi memuncak pada umur
14-15 tahun pada remaja putri, sedangkan pada remaja putra satu atau dua tahun berikutnya (4).
Menurut hasil penelitian Birch di Amerika Serikat prevalensi anemia pada remaja usia 12-20
tahun sebesar 25,5 % dengan rincian pria 21% dan 30% pada wanita. Prevalensi lebih besar di
pedesaan (27%) dibandingksn diperkotaan (22,6%) (5). Berdasakan data World Health Organiza-
tion(WHO) juga menyebutkan 30% penduduk di dunia mengalami anemia dan banyak diderita oleh
ibu hamil dan remaja putri. Cakupan anemia dikalangan remaja masih cukup tinggi yaitu sebesar 29%
(6), sedangkan berdasarkan data Riskesdas 2018 prevalensi anemia di Indonesia secara nasional men-
capai 23,7%, dengan penderita anemia pada usia 5-14 tahun sebesar 26,8% dan 32,0% penderita pada
usia 15-24 tahun, sedangkan berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa proporsi anemia pada perem
n puan lebih tinggi (27,2%) dibandingkan pada laki-laki (20,3%) (7).
Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal,
berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan. Anemia merupakan salah satu masalah
kesehatan utama masyarakat di negara berkembang. Di Indonesia, penyebab utama terjadinya anemia
adalah kekurangan zat besi. Besi merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk
hemoglobin. Anemia defisiensi besi sering terjadi pada remaja dan dapat mengenai semua kelompok
terutama yang memiliki sosial ekonomi rendah (8). Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia,
terutama negara berkembang (developing countries) dan kelompok sosio ekonomi rendah. Secara
keseluruhan anemia terjadi pada 45% wanita di negara berkembang dan 13% di negara maju (9).
Hasil data Riskesdas di Provinsi Sumatera Utara 2018, proporsi penderita anemia berdasarkan
umur yaitu 15-24 tahun sebanyak 84,6%, 25-34 tahun sebanyak 33,7%, 35-44 tahun sebanyak 33,6%,
dan 45-55 tahun sebanyak 24%. Dari hasil Riskesdas 2013 penderita anemia sebanyak 37,1% mening-
kat pada tahun 2018 menjadi 48,9% dan banyak dialami remaja umur 15-24 tahun(10). Berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nias, prevalensi anemia sebanyak 31% dan data dari Puskesmas
Ehosakhozi yang menaungi SMP Negeri 3 Hiliserangkai yaitu prevalensi anemia remaja putri
sebanyak 28%.
Latar belakang dan tradisi kebiasaan makan berhubungan dengan lingkungan hidup, tingkat
kehidupan serta pendidikan seseorang. tidak sedikit remaja putri yang melakukan suatu yang
menghilangkan kebiasaan makan pagi dan siangnya untuk mengurangi berat badan, sedangkan makan
makanan yang bernilai gizi seperti telur, susu dan sayuran sedapat mungkin tidak dimakan. Akibat dari
pola makan tersebut mereka mengalami kekurangan beberapa zat gizi makanan terutama kapur dan zat
besi. Kekurangan zat dalam dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat
lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan produktivitas kerja (11). Faktor
faktor yang mendorong terjadinya anemia gizi pada usia remaja (health media nutrition series) yaitu
adanya penyakit infeksi, menstruasi yang berlebihan, pendarahan mendadak seperti kecelakaan,
jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk dari zat besi, vitamin B12, vitamin C, dan tembaga
(12).
Remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan makan tidak sehat, Antara lain
kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih, diet tidak sehat karena ingin langsing (menga-
371
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 2 DESEMBER 2021
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 HILISERANGKAI

baikan sumber protein, karbohidrat, vitamin dan mineral), kebiasaan ngemil makanan rendah gizi dan
makan makanan siap saji. Sehingga remaja tidak mampu memenuhi keanekaragaman zat makanan
yang dibutuhkan oleh tubuhnya untuk proses sintesis pembentukan hemoglobin (Hb). Bila hal ini ter-
jadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan
anemia (13).
Selain pola makan, kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi adalah ketaatan melaksanakan
anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi. Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat
besi diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat
besi, frekuensi konsumsi perhari sebanyak 1 tablet dalam seminggu dan meminum tablet tambah darah
dimalam hari sebelum tidur. Berdasarkan penelitian sebelumnya mengemukakan, ada hubungan antara
pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri dengan uji Chi Square diperoleh bahwa nilai
koefisien korelasi 0,127 dengan signifikansi 0,026<0,05(14). Berdasarkan penelitian mengemukakan
bahwa ada hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan status anemia p=0,0005 (p<0,05)
dengan uji multivariat variabel tablet Fe dengan peluang 61,55 kali(15).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap 7 siswi, 5 mengatakan bahwa kadang
mengeluh pusing, mengantuk ketika kegiatan belajar dan cepat lelah ketika disekolah, mereka juga
mengatakan kadang tidak sarapan dipagi hari dan kurang mengonsumsi protein dan zat besi seperti
sayuran hijau dan buah-buahan, sedangkan 2 orang menjawab tidak ada keluhan seperti pusing, lelah,
mengantuk ketika kegiatan belajar dan tetap melakukan sarapan setiap hari. Ketika peneliti menan-
yakan tentang kepatuhan mengkonsumsitablet tambah darah, 3 orang menjawab selalu mengonsumsi
tablet tambah darah walau tidak mengetahui manfaat tablet tambah darah dan 4 orang mengatakan
mengonsumsi tablet tambah darah jika mereka ingat. Dari hasil pengamatan peneliti melihat dari 7
siswi ada 3 tampak pucat. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin melakukan penelitian ten-
tang Hubungan Pola Makan Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah dengan Kejadi-
an Anemia pada remaja putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai tahun 2021. Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Mei-1 Juni 2021, di SMP Negeri 3 Hiliserangkai.
Dengan populasi yaitu seluruh remaja putri kelas 7 dan 8 di SMP Negeri 3 Hiliserangkai, dan sampel
57 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Desain penelitian yang di gunakan adalah cross
sectional. Sumber data pola makan dengan cara peneliti melakukan wawancara menggunakan semi
food frequency dan mengisi kuisioner kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah sedangkan untuk
anemia dilakukan dengan cara pemeriksaan hemoglobin. Analisis data menggunakan program SPSS.
analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden, sampel, distribusi dan
frekuensi variable, analisis bivariat untuk melihat hubungan variable dengan uji Chi- Square.

HASIL
Dari penelitian yang dilakukan terhadap 57 remaja putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai, di
dapatkan karakteristik umur, kelas, berat badan, tinggi badan dan status gizi sebagai berikut:
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Kelas, Berat Badam, Tinggi Badan dan
Status Gizi
Karakteristik Responden f Persentase
Umur
12-14 Tahun 47 82,5
15-17 Tahun 10 17,5
Kelas
7 32 56,1
8 25 43,9
Berat Badan
32-35 kg 10 17,4
372
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 2 DESEMBER 2021
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 HILISERANGKAI

36-39 kg 13 22,9
40-43 kg 15 26,3
44-47 kg 15 26,3
48-51 kg 3 5,3
52-55 kg 1 1,8
Tinggi Badan
133-136 cm 2 3,6
137-140 cm 12 21,1
141-144 cm 12 21,1
145-148 cm 17 30,2
149-152 cm 13 22,2
153-156 cm 1 1,8
Status Gizi
Sangat kurus 1 1,8
Kurus 10 17,5
Normal 35 61,4
Gemuk 10 17,5
Sangat Gemuk 1 1,8
Total 57 100
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa dari 57 responden dapat diketahui frekuensi terbesar yaitu 47
orang atau 82,5% dengan umur 12-14 tahun, kelas 7 sebanyak 32 orang atau 56,1%, kelas 8
sebanyak 25 orang atau 43,9%, berdasarkan berat badan frekuensi terbesar yaitu 40-47 kg sebanyak
30 orang atau 52,6%, tinggi badan 145-148 cm sebanyak 17 orang atau 30,2%, dan status gizi dengan
frekuensi terbesar yaitu normal sebanyak 35 orang atau 61,4%.
Tabel 2 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri Di SMP Negeri 3
Hiliserangkai

Pola Makan Anemia Tidak Anemia Total P Value


f % f % F %
Tidak Baik 29 61,7 18 38,2 47 100
Baik 1 10 9 90 10 100 0,003
Total 30 52,6 27 47,4 57 100

Tabel 2 menjelaskan bahwa frekuensi pola makan yang tidak baik dengan anemia sebanyak 29 orang
atau 61,7%%, tidak anemia sebanyak 18 orang atau 38,2%, dan frekuensi pola makan yang baik
dengan anemia sebanyak 1 orang atau 10%, tidak anemia sebanyak 9 orang atau 90% .
Berdasarkan tabel 4.11 tersebut dapat diketahui uji statistik chi-square dengan hasil perhitungan nilai
asymp. Sig. (2-sided) sebesar 0,003 sehingga p value < 0,05 atau Ho ditolak dan Ha diterima yang be-
rarti ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia.

Tabel 3 Hubungan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah dengan Kejadian Anemia
pada Remaja Putri Di SMP Negeri 3 Hiliserangkai
Kepatuhan
Mengkonsumsi Tab- Anemia Tidak Anemia Total
P Value
let Tambah Darah
f % f % F %
Tidak Patuh 24 96,0 1 4,0 25 100
Patuh 6 18,6 26 81,3 32 100 0,000
Total 30 52,6 27 47,4 57 100

Tabel 3 menjelaskan bahwa kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah dengan anemia dengan
patuh, anemia sebanyak 6 orang atau 18,6% , tidak anemia sebanyak 26 atau 81,3%, dan kepatuhan

373
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 2 DESEMBER 2021
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 HILISERANGKAI

mengkonsumsi tablet tambah darah dengan tidak patuh, anemia sebanyak 24 orang atau 96,0%, tidak
anemia sebanyak 1 atau 4,0% .
Berdasarkan tabel 3 tersebut dapat diketahui uji statistik chi-square dengan hasil perhitungan nilai
asymp. Sig. (2-sided) sebesar 0,000 sehingga p value<0,05 artinya Ha diterima yang berarti ada hub-
ungan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada remaja putri di
SMP Negeri 3 Hiliserangkai.

PEMBAHASAN
Pola makan: Berdasarkan hasil penelitian pola makan dengan kejadian anemia pada remaja
putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai di dapat nilai p value 0,003 (p<0,05) yang artinya Ha di terima
atau ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 3 Hilise-
rangkai. Hal ini sejalan dengan penelitian Dzul Istiqomah (16) mengenai hubungan pola makan
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 2 Pringsewu berdasarkan hasil analisis bi-
variat didapatkan nilai p=0,001 (ρ<0,05) bahwa ada hubungan yang bermakna pada pola makan
dengan kejadian anemia pada remaja putri. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan Baiq Nurlaily Utami (17) tentang hubungan hubungan pola makan dan pola menstruasi
dengan kejadian anemia remaja putri menyatakan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan ke-
jadian anemia pada remaja putri dengan p= 0,002 (p<0,005).
Remaja yang lebih sering mengalami anemia adalah remaja putri, hal ini disebabkan remaja
putri dalam usia reproduksi setiap harinya memerlukan zat besi tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan remaja putra karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya. Faktor terjadinya
anemia pada remaja salah satunya adalah pola makan yang dilihat dari jenis makanan, frekuensi
makan dan jumlah konsumsi zat besi. hal ini diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh jayanti
(18) yang menyatakan bahwa faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang. Ku-
rangnya asupan zat besi terjadi karena tidak atau kurang mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar
zat besi tinggi. Hal tersebut diperparah dengan pola konsumsi remaja putri yang terkadang melakukan
diet pengurusan badan sehingga semakin sedikit asupan zat besi yang dapat memenuhi kebutuhan
mereka
Berdasarkan angka kecukupan gizi 2019 kebutuhan zat besi untuk remaja putri umur 12 tahun
adalah 8 mg dan 13-16 tahun 15 mg. dilihat dari hasil penelitian jumlah konsumsi zat besi di SMP
Negeri 3 Hiliserangkai di dapatkan 30 responden yang jumlah konsumsi zat besi 80-89% AKG. Rema-
ja putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai tidak sering mengkonsumsi makanan sumber zat besi sehingga
tidak mencukupi angka kecukupan zat besi dalam sehari. Hal ini terjadi karena remaja lebih suka
mengkonsumsi jajanan dari pada makanan tinggi zat besi dan remaja terkadang melupakan waktu
makan karena terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan lain.
Pola makan remaja putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai dilihat dari jenis dan frekuensi makan
sumber zat besi yang sering dikonsumsi yaitu daun singkong dimana 49 responden mayoritas men-
gonsumsi sekali sehari, jenis makanan sumber zat besi lainnya dikonsumsi sekali seminggu atau sekali
sebulan seperti tahu, daging, dan sayur bayam. Hal ini disebabkan karena daun singkong merupakan
jenis makanan yang mudah didapatkan dan tidak mengeluarkan biaya karena daun singkong didapat-
kan dari hasil tanaman sendiri.
Remaja putri berisiko lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan remaja laki-laki karena
perempuan mengalami menstruasi setiap bulan sehingga banyak kehilangan zat besi. Anemia gizi besi
pada remaja perempuan menjadi berbahaya apabila tidak ditangani dengan baik, terutama untuk per-
siapan hamil dan melahirkan. Remaja putri dengan anemia beresiko melahirkan bayi BBLR, me-
lahirkan bayi prematur, infeksi neonatus dan kematian pada ibu dan bayi saat proses persalinan. Ane-
mia pada remaja perempuan yang sedang hamil juga meningkatkan resiko hipertensi dan penyakit jan-
tung pada bayinya, selain itu kejadian anemia pada masa remaja bisa menggangu aktifitas belajar, sep-
erti kurang konsentrasi, cepat lelah, dan pusing. Oleh sebab itu remaja putri disarankan untuk
mengkonsumsi zat besi yang cukup untuk mencegah kejadian anemia.
Menurut asumsi peneliti, jenis makanan remaja putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai memiliki
jenis makanan yang beragam, namun tidak sering dikonsumsi. Hal ini terjadi karena rata-rata remaja-
putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai tinggal di pedesaan yang jauh dari pasar yang menyediakan

374
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 2 DESEMBER 2021
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 HILISERANGKAI

berbagai jenis makanan untuk bisa di beli, hal ini tidak memungkinkan untuk dicapai setiap harinya.
Sehingga di daerah tersebut hanya bisa mengandalkan hasil dari tanaman sendiri.
Kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah: berdasarkan hasil penelitian, kepatuhan
mengonsumsi tablet tambah darah remaja putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai menggunakan uji chi-
square didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05) yang bermakna Ha diterima atau ada hubungan kapa-
tuhan mengkonsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 3
Hiliserangkai. Hal ini sejalan dengan penelitian Siti Ruqoiyah (19) mengenai hubungan kepatuhan
konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1
Sentolo Kulon Progo dengan hasil uji chi-square 0,000 (p<0,05) yang artinya ada hubungan hubungan
yang bermakna. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Putra, Munir dan
Siam (20) dinyatakan bahwa tablet tambah darah mempunyai hubungan dengan kejadian anemia pada
remaja putri.
Suplementasi tablet tambah darah pada remaja putri merupakan salah satu upaya pemerintah
Indonesia untuk memenuhi asupan zat besi. Pemberian suplementasi tablet tambah darah dengan dosis
yang tepat dapat mencegah anemia yang dapat menggangu prestasi belajar remaja putri serta mening-
katkan cadangan zat besi di dalam tubuh guna menyiapkan remaja putri menjadi seorang ibu dimasa
depan remaja putri. Manfaat mengkonsumsi tablet tambah darah pada remaja putri untuk mengganti-
kan zat besi akibat terjadinya menstruasi di setiap bulannya. Selain itu, strategi penanggulangan ane-
mia pada ibu hamil juga akan lebih efektif jika dilakukan sejak masa remaja.
Program penanggulangan anemia gizi pada WUS dan remaja ditujukan untuk mempersiapkan
kondisi fisik wanita sehingga tidak menurunkan prestasi belajar dan olahraga, kemampuan fisik
meningkat, produktifitas kerja meningkat serta mempersiapkan menjadi ibu yang sehat. Pelaksanaan
program penanggulangan anemia gizi berlandaskan pada kemitraan dan pendekatan keluarga yang
berarti penanggulangan anemia gizi harus merupakan upaya dari berbagai sektor terkait dan swasta
serta kelompok masyarakat dengan pendekatan pemberdayaan keluarga. Pelaksanaannya dilakukan
dalam bentuk kerjasama saling menguntungkan terbuka dan setara guna meningkatkan status
kesehatan rematri melalui kemitraan, mobilisasi potensi dan pemberdayaan keluarga
Berdasarkan surat edaran KeMenKes Nomor HK.03.03/V/0596/2016 tentang anjuran pem-
berian tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil dengan pedoman pelaksanaan pem-
berian tablet tambah darah dengan dosis 1 (satu) tablet per minggu sepanjang tahun, pemberian tablet
tambah darah dilakukan untuk remaja putri usia 12-18 tahun, untuk mengurangi efek samping mi-
numlah tablet tambah darah setelah makan malam, menjelang tidur.
Banyak remaja putri yang tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet tambah darah disebabkan
beberapa faktor yaitu malas dan sering lupa untuk mengonsumsi tablet tambah darah, ku-
rangnyapengetahuan tentang manfaat mengonsumsi tablet tambah darah dan efek samping yang sering
dirasakan setelah minum obat sehingga menyebabkan ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi tablet
tambah darah
Menurut asumsi peneliti hal yang menyebabkan responden tidak patuh mengkonsumsi tablet
tambah darah yaitu frekuensi konsumsi tablet tambah darah dibuktikan dengan pertanyaan nomor 1
sebanyak 25 responden tidak patuh mengkonsumsi tablet tambah darah seminggu sekali dan pertan-
yaan nomor 8 sebanyak 25 responden tidak mengkonsumsi tablet tambah darah dalam 4 minggu tera-
khir. Berdasarkan pertanyaan kuisioner nomor 9 mengenai efek samping mengkonsumsi tablet tambah
darah banyak responden yang tidak mengkonsumsi tablet tambah darah sebanyak 36 responden dan
pertanyaan nomor 10 tentang efek samping tinja berwarna hitam sebanyak 37 responden. Hal ini se-
jalan dengan penelitian Siti Ruqoiyah (20), ketidakpatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi tablet
tambah darah disebabkan karena remaja putri mengalami efek samping seperti mual, muntah, nyeri
ulu hati dan pusing.

KESIMPULAN
Ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 3 Hilise-
rangkai dengan P Value = 0,003 (nilai p < 0,05). Ada hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet tam-
bah darah dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai dengan P Value =
0,000 (nilai p < 0,05).

375
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 2 DESEMBER 2021
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 HILISERANGKAI

SARAN
Remaja putri di SMP Negeri 3 Hiliserangkai diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang makanan seimbang terutama makanan yang tinggi zat besi yang dapat membantu mencegah
kejadian anemia seperti, telur, susu, tahu, sayur bayam, daun singkong. Meningkatkan kemauan dan
kesadaran tentang pentingnya mengkonsumsi tablet tambah darah secara teratur.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terimakasih kepada seluruh staf pengajar program studi sarjana ilmu gizi Institut Kesehatan
Helvetia Medan atas bimbingan dan dukungan yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Aryani. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
2. Isnaeni., dkk. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta | 9. Jurnal Kesehatan 2012;6(6):9–33.
Available from: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1134/4/4. Chapter 2.pdf
3. Poltekes Departemen Kesehatan. 2015. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta:
Salemba.
4. Silalahi V, dkk. 2016. Potensi Pendidikan Gizi dalam Meningkatkan Asupan Gizi pada Remaja
Putri Yang Anemia di Kota Medan. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
5. Woro Tri Utami. 2014. The Relationship Of Pattern Menstruationwith Anemia Incident To
Female Adolescent.
6. World Health Organization. 2015. The global Prevalence Of Anaemia In 2015. In world health
Organization
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Laporan Kesehatan Nasional 2018. In Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
8. Fitriany, Saputri. 2018. Anemia ID. Anemia Defisiensi Besi. 4(2).
9. Fatmah. 2016. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Gravindo
Persada.
10. Balitbangkes Departemen Kesehatan RI. 2018. Laporan Riset Kesehatan Dasar Provinsi
Sumatera Utara tahun 2018. In: Balitbangkes.
11. Suhardjo. Sosio Budaya Gizi. Dirjen Dik. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Bogor;
1989.
12. Merryana Adriani, 2016. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta, Kencana: Prenada Media.
13. Suryani, dkk. 2017. Analisis Pola Makan dan Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri Kota
Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.
14. Tiaki Nka. 2017. Anemia Pada Remaja Putri Kelas XI Di Smk N 2 Yogyakarta Anemia.
15. Putri. 2015. Pengetahuan Gizi, Pola Makan, dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah
dengan Kejadian Anemia Remaja Putri.
16. Istiqomah, Dzul. 2016. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di
SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun 2016. Jurnal Ilmu Kesehatan.
17. Utami, dkk. 2015. Hubungan Pola Makan dan Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia
Remaja Putri. Jurnal Keperawatan Soedirman.
18. Jayanti. 2018. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Akhir di
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
19. Ruqoiyah, Siti. 2019. Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri Kelas XI Di SMA Negeri 1 Sentolo Kulon Progo Tahun 2019.
20. Putra. dkk. 2020. Hubungan Kepatuhan Minum Tablet Fe dengan Kejadian Anemia (Hb) pada
Remaja Putri Di SMP Negeri 1 Tapen Kabupaten Bondowoso. Jurnal Keperawatan.

376
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 2 DESEMBER 2021
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 HILISERANGKAI

377
SCIENTIA JOURNAL
VOL 10 NO 2 DESEMBER 2021

Anda mungkin juga menyukai