Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Pengetahuan dan Penerapan Pesan Gizi Seimbang pada Remaja

dalam Pencegahan Anemia Gizi Besi

Agustina, Putri Permatasari


Program S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

Abstrak
Latar belakang: Anemia pada remaja putri merupakan salah satu permasalahan Kesehatan Masyarakat, yang
memerlukan pencegahan dan penanggulangan sebaik mungkin, karena dapat menurunkan imunitas dan kualitas
manusia pada generasi selanjutnya.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian dan klasifikasi anemia, hubungan
pengetahuan anemia gizi besi, pengetahuan gizi seimbang dan penerapan pesan gizi seimbang dengan anemia
pada remaja putri dengan menggunakan metode kuantitatif, desain cross-cectional. Sampel siswi SMA Negeri
6 Depok berjumlah 394 orang. Pengumpulan data dengan kuesioner, pemeriksaan kadar hemoglobin dengan
alat Quick Check Hb. Pengukuran tinggi badan dengan microtoise serta berat badan dengan timbangan digital
HN 289.
Hasil: Penelitian ini menunjukan bahwa prevalensi anemia 46.4%, klasifikasi anemia berat 8.6%, anemia
sedang 20 % dan anemia ringan 17.8%. Pengetahuan anemia gizi besi kategori cukup 67.3%, pengetahuan gizi
seimbang kategori cukup 51.3%. Penerapan pesan gizi seimbang yang belum sesuai PGS 64%, Ada hubungan
signifikan pengetahuan gizi seimbang, penerapan pesan gizi seimbang dengan anemia gizi besi, (P < 0,05),
tidak ada hubungan pengetahuan anemia dengan kejadian anemia gizi besi(P>0.05).
Kesimpulan: Anemia gizi besi dipengaruhi oleh beberapa faktor terkait pesan gizi seimbang.
Kata kunci: pengetahuan gizi seimbang, penerapan gizi seimbang, anemia

Relationship Knowledge and Implementation of Balanced Nutrition


Messages in Adolescent for Prevention Iron Nutrition Anemia
Abstract
Backgrounds: Anemia in adolescent girls is one of the problems of Public Health, which requires prevention
and prevention as possible, because it can reduce immunity and human quality in the next generation.
Methods: This study aims to determine the prevalence of anemia incidence and classification, the relationship of
iron nutrition anemia knowledge, balanced nutrition knowledge and the application of balanced nutrition
messages to anemia in young women using quantitative metho ds, cross-cectional design. Samples of students of
Depok 6 Public High School numbered 394 people. Collecting data with questionnaires, examining hemoglobin
levels with a Hb Quick Check tool. Measurement of height with microtoise and weight with digital scales of HN
289..
Results: This study showed that the prevalence of anemia was 46.4%, classification of anemia was 8.6%, anemia
was 20% and anemia was mild 17.8%. Knowledge of iron deficiency anemia was quite 67.3%, balanced
nutrition knowledge was quite 51.3%. The application of balanced nutrition messages that are not yet in
accordance with PGS 64%, There is a significant relationship between balanced nutrition knowledge,
application of balanced nutrition messages to iron nutrition anemia, (P <0.05), no correlation between anemia
knowledge and iron nutrition anemia (P> 0.05) .
Conclusion: Iron nutrition anemia is influenced by several factors related to the message of balanced nutrition.
Keywords: balanced nutrition knowledge, application of baanced nutrition, anemia

Alamat korespondensi:
Jl Garuda V Blok D II no 11. Sawangan Permai. Depok
Email: tinaupn@yahoo.com

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019


1
PENDAHULUAN mempunyai pesan terhadap remaja (usia 10
Menurut Kementerian Kesehatan – 19 tahun) (Almatsier, 2011).
(2014) prevalensi tertinggi anemia terjadi Penerapan pesan gizi seimbang
pada wanita dan remaja putri. Di negara- dengan mengatur frekuensi dan jenis
negara maju prevalensi anemia diperkirakan makanan, menghindari makanan junkfood,
9%, sedangkan di negara berkembang 43%, seperti ayam goreng, pizza, hamburger, mie
wanita usia subur (15-49 tahun) sebesar 30 instan, gorengan, cilok dan cireng,
% (WHO, 2003). Menurut Data Riskesdas chiki/kripik, permen dan lain-lain yang
(2013) menyatakan kejadian anemia secara kandung zat gizi mikronya sangat kurang,
nasional sebesar 21,7 %, pada laki-laki merupakan salah satu factor penting dalam
18,4% dan 23,9% pada perempuan. Target pencegahan dan penanggulangan anemia
WHO prevalensi anemia pada WUS turun gizi besi (Adriani, 2012). Mengingat anemia
50 % pada tahun 2025. Tahun demi tahun gizi besi dapat menurunkan kualitas sumber
nampaknya terjadi peningkatan kejadian daya manusia, dipandang perlu mengetahui
anemia pada remaja. Menurut Data Rikesdas tingkat pengetahuan dan penerapan pesan
2018 menyatakan bahwa anemia meningkat gizi seimbang untuk mencegah anemia gizi
menjadi 48,9 % (Menteri Kesehatan RI, besi (Retno, 2010).
2014). Mengingat anemia gizi besi dapat
Cara penanggulangan dan menurunkan kualitas sumber daya manusia,
pencegahan anemia sudah banyak dilakukan dipandang perlu mengetahui tingkat
oleh Puskesmas dan pelayanan kesehatan pengetahuan dan penerapan pesan gizi
lainnya, seperti menjalankan program seimbang untuk mencegah anemia gizi besi.
suplementasi gizi melalui pemberian Tingkat pengetahuan tersebut dapat
makanan maupun produk zat gizi, berpengaruh terhadap sikap dan tindakan
pemberian tablet besi dan vitamin A, dalam memilih makanan yang sehat,
program fortifikasi bahan makanan seperti mengatur frekuensi makan dan jenis
fortifikasi besi pada tepung serta program makanan yang sesuai dengan pesan gizi
edukasi gizi. Namun prevalensi anemia gizi seimbang (Rusilanti, 2015).
besi hingga kini masih tetap tinggi. SMA negeri 6 Depok merupakan
Tingginya resiko gangguan gizi pada salah satu dari institusi pendidikan dibawah
remaja, seperti anemia sehingga pemerintah dinas pendidikan kota Depok, berada di
mengeluarkan peraturan Permenkes RI No. jalan raya Limo, tidak jauh dari lokasi
41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi FIKES UPN Veteran Jakarta dan merupakan
seimbang (PGS) yang secara khusus daerah binaan Fakultas Ilmu Kesehatan
UPN Veteran Jakarta. Dari hasil wawancara

2 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Volume 11 Edisi 1, 2019


dengan guru Humas SMA negeri 6 Depok, kebiasaan baca label setiap mem beli makanan
didapatkan bahwa belum pernah dilakukan kemasan. Variabel dependen penelitian
penelitian yang serupa dengan judul yang adalah status anemia gizi remaja putri di
peneliti ajukan dan belum ada pemeriksaan SMA 6 Depok. Instrumen yang digunakan
hemoglobin dari petugas kesehatan, berupa kuesioner pengetahuan remaja
terhadap siswa terutama siswi. Oleh sebab tentang pesan gizi seimbang, dan penerapan
itu Program Studi Kesehatan Masyarakat, gizi seimbang, serta pengukuran berat
yang merupakan salah satu Program badan, tinggi badan dan kadar haemoglobin
dibawah naungan Fakultas Ilmu Kesehatan kepada remaja. Data yang diperoleh
Universitas Pembangunan Nasional Veteran dianalisis menggunakan uji chi square
Jakarta, perlu mengetahui tingkat dengan derajat signifikansi p < 0.05.
pengetahuan anemia, gizi seimbang dan
penerapan gizi seimbang sesuai dengan HASIL
standar Pedoman gizi seimbang. Berdasarkan tabel 1, distribusi
tingkat pendidikan ayah dan ibu responden
METODE
hampir merata, Prosentase terbesar berada
Desain pada penelitian ini adalah
pada tingkat pendidikan tinggi (43.9%)
desain analisis korelasi dengan pendekatan
Sebagian besar ayah responden bekerja
cross sectional, dengan populasi dalam
sebagai karyawan sedangkan ibu responden
penelitian ini adalah siswi berusia 15 s/d 17
yang bekerja 34,8%. lebih dari separuh
tahun, terdaftar sebagai siswa aktif. Besar
(60.4%) penghasilan ≥ Rp 5.000.000. Hasil
sampel ditentukan dengan purposive
penelitian didapatkan mayoritas responden
sampling berjumlah 394 siswi, dengan
mempunyai status gizi normal ( 67.5%).
rincian Kelas X 175 siswi dan 219 siswi
Hampir separuh (46.4 %) responden anemia,
kelas XI, yang terdiri dari jurusan IPA dan
dengan klasifikasi anemia berat 8,6%,
IPS. Variabel independen penelitian ini
anemia sedang (20.0%) dan anemia ringan
adalah pengetahuan gizi seimbang dan
(17.8%). Hasil penelitian didapatkan rata-
penerapan gizi seimbang. Penerapan pesan
rata pengetahuan responden tentang anemia
gizi seimbang terdiri dari frekuensi makan
dan gizi seimbang kategori cukup (67,3%)
dalam sehari, kebiasaan sarapan sebelum
dan tinggi (32,7%) namun responden yang
sekolah, kebiasaan konsumsi sayur dan buah,
menerapkan pesan gizi seimbang sesuai
kebiasaan membawa bekal dan air putih dari
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) hanya 36 %.
rumah, kesukaan konsumsi junkfood &fast
food, kebiasaan minum teh/kopi sebelum dan
sesudah makan maupun saat makan, dan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019


3
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Responden yang sering
di SMA Negeri 6 Depok
mengkonsumsi fast food dan junkfood
Variabel n Persentase (%)
Klasifikasi Anemia 52.8%, dan hanya 16,5% responden yang
Tingkat Berat 34 8,6
Tingkat Sedang 79 20 sering minum teh/kopi saat makan maupun
Tingkat Ringan 70 17,8
Pendidikan Ibu dua jam sesudah makan. Responden yang
Rendah 81 20,6
Menengah 157 39,8 sering membaca label sebelum membeli
Tinggi 156 39,6 makanan yang dikemas 43.9 %, dan
Pekerjaan Ibu
Bekerja 137 34,8 responden yang sering menahan lapar agar
Ibu Rumah Tangga 257 65,2
Penghasilan Keluarga tetap langsing 82.2 %.
≥ Rp 5.000.000 238 60,4
< Rp 5.000.000 156 33,3
Pengetahuan Anemia Tabel 2. Distribusi Data Penerapan Pesan
Cukup 265 67,3 Gizi Seimbang Remaja Putri di SMA
Tinggi 129 32,7 Negeri 6 Kota Depok
Pengetahuan Pesan Gizi
No Variabel Tidak/ n Ya/ n
Seimbang
Jarang (%) Sering (%)
Cukup 202 51,3
1 Konsumsi nasi 237 60,2 147 39,8
Tinggi 192 48,7
3x/hr
Penerapan Gizi
2 Sarapan 186 47,2 208 50,8
Seimbang
sebelum
Tidak Sesuai PGS 252 64
sekolah
Sesuai PGS 142 36
3 Konsumsi lauk 194 49,2 200 52,8
hewani
Berdasarkan Tabel 2 hasil penelitian 4 >Banyak porsi 291 73,9 103 50,8
sayur dan buah
menunjukkan seluruh responden dalam piring
makan saya
mengkonsumsi nasi sebagai sumber 5 Makan sayur 310 78,7 84 26,1
dan buah
makanan pokok. Responden yang berwarna
mengkonsumsi nasi tiga kali sehari hanya 6 Bawa bekal 108 27,4 286 21,3
dan air putih
39.8%, responden sering sarapan pagi dari rumah
7 Makan cepat 186 47,2 208 72,6
52.8%. Responden sering mengkonsumsi saji, manis,
asin dan
lauk hewani 50.8%, dan hanya 26,1% berlemak
(fastfood dan
mengkonsumsi lebih banyak porsi sayur dan junkfood)
8 Minum teh/ 329 83,5 65 52,8
buah didalam piring . Responden yang
kopi saat
sering mengkonsumsi sayur dan buah makan atau 2
jam sesudah
bewarna 21.3%. Sebagian besar responden makan
9 Baca label 221 56,1 173 43,9
sering membawa bekal dan air putih dari sebelum beli
makanan
rumah (72.6%). Dari hasil pengamatan kemasan
10 Menahan lapar 70 17,8 324 82,2
peneliti didapatkan bekal yang dibawa
agar tetap
berupa makanan olahan seperti chiken langsing

nugget, ayam goreng olahan, mie goreng


instant, serta sosis goreng.

4 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Volume 11 Edisi 1, 2019


Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Siswi berpengetahuan tinggi 121 (63.0%) tidak
Tentang Anemia dengan Anemia Gizi
terjadi anemia. Hasil uji statistik didapatkan
di SMA Negeri 6 Depok
Pengetahuan Anemia Gizi P = 0.000, simpulan analisa ini ada
Siswi tentang Anemia Tidak Total
Anemia Anemia hubungan yang signifikan antara
n % n % n %
Cukup 124 46,8 141 53,1 265 100 pengetahuan gizi seimbang dengan kejadian
Tinggi 59 45,7 70 54,3 29 100 anemia gizi besi.
P value =0,092

Tabel 5. Hubungan Penerapan Pesan Gizi


Berdasarkan Tabel 3. diketahui Seimbang dengan Anemia Gizi
bahwa hasil analisa uji chi-square hubungan di SMA Negeri 6 Depok
Penerapan Anemia Gizi
pengetahuan anemia, didapatkan responden Pesan Gizi Anemia Tidak Total
Seimbang Anemia
yang berpengetahuan cukup 141(53.2%) n % n % n %
Tidak Sesuai 135 53,6 117 46,4 252 100
tidak terjadi anemia, sedangkan diantara PGS
Sesuai PGS 48 33,8 94 66,2 142 100
responden yang berpengetahuan tinggi 70
(54.3%) tidak terjadi anemia. Hasil uji P value =0,000

statistik didapatkan P = 0.009, maka dapat


Berdasarkan Tabel 5. diketahui
disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi
bahwa dari analisa hubungan penerapan
kejadian anemia gizi besi antara responden
pesan gizi seimbang yang belum sesuai
yang berpengetahuan tinggi dengan
dengan pedoman gizi seimbang 117( 46.4%)
responden yang berpengetahuan cukup.
tidak terjadi anemia, sedangkan diantara
responden yang menerapkan pesan gizi
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Siswa
seimbang sesuai dengan pedoman gizi
tentang Pesan Gizi Seimbang dengan
Anemia Gizi di SMA Negeri 6 Depok seimbang 94 (66.2%) tidak terjadi anemia.
Pengetahuan Anemia Gizi
Siswa tentang Anemia Tidak Total Hasil uji statistic didapatkan P = 0.000,
Anemia Anemia
n % n % n %
maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
Cukup 112 55,4 90 44,6 202 100 signifikan antara penerapan gizi seimbang
Tinggi 71 37 121 63 192 100
dengan kejadian anemia gizi besi.
P value =0,000

Berdasarkan Tabel 4. diketahui PEMBAHASAN


bahwa dari analisa hubungan pengetahuan Hampir separuh (46.4 %) responden
gizi seimbang dengan kejadian anemia terkena anemia, dengan klasifikasi anemia
didapatkan, responden yang pengetahuan berat 8,6%, anemia sedang 20.1% dan
cukup 90( 44.6%) tidak terjadi anemia, anemia ringan 17.8%. Remaja yang
sedangkan diantara responden mengalami anemia akan menurunkan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019


5
kemampuan fisik dan prestasi akademik, sangat beresiko terjadinya gangguan
karena keadaan anemia menyebabkan darah kognitif, system kekebalan tubuh berkurang,
tidak cukup mengikat dan mengangkut dan gangguan tumbuh kembang yang
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh berdampak pada masa perkembangan
terutama ke otak, sehingga responden selanjutnya.
mengalami pusing, mata berkunang, lelah Hasil penelitian menunjukkan tidak
dan mengantuk. Hal ini mengakibatkan sulit ditemukan responden yang berpengetahuan
berkonsentrasi, daya tahan fisik rendah, kurang tentang anemia gizi besi, dua pertiga
aktivitas fisik menurun, mudah terkena responden mempunyai pengetahuan cukup
infeksi dan prestasi belajar menurun. Dalam (67.3%), selebihnya pengetahuan tinggi.
jangka pendek anemia dapat menimbulkan Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian
terlambatnya pertumbuhan fisik, dan Rizky Afrilia, dkk (2013) 14 menunjukkan
kematangan seksual 8. Dampak jangka pengetahuan remaja putri mengenai anemia
panjang beresiko tinggi saat hamil dan gizi besi sebagian besar berada pada
persalinan, seperti keguguran, perdarahan, kategori sedang (60%), 23,3% berada pada
bahkan menyebabkan kematian pada ibu kategori tinggi, hanya sebagian kecil pada
sedangkan pada bayi beresiko terjadi lahir kategori rendah. Namun pada penelitian ini
cacat dan BBLR 9. tidak ditemukan remaja yang
Dari 394 responden yang diteliti berpengetahuan rendah karena
46.4% mengalami anemia, temuan ini lebih perkembangan dan kemajuan tehnologi yang
tinggi dibandingkan persentase global dan pesat sehingga materi-materi tentang
nasional. Menurut WHO remaja putri di kesehatan terutama anemia gizi besi, dapat
Asia Tenggara sekitar 25-40% menderita diakses dengan mudah. Sejalan dengan
anemia. 10. Penelitian ini sejalan dengan temuan Sihotang (2012)15 mendapatkan
penelitian11, di Bangladesh menemukan bahwa sebagian besar remaja putri
sekitar 43% remaja putri di desa menderita mendapatkan informasi tentang anemia gizi
anemia. Menurut Ummi Kalsum & Raden besi dari media (elektronik, cetak, internet),
Halim, 2016 12 menemukan 46,7%, siswa dari guru hanya seperempat bagian,
SMA Negeri 8 Muaro Jambi, mengalami selebihnya dari keluarga dan teman. Anemia
anemia, dan sedangkan penelitian Suryani merupakan suatu keadaan dimana kadar
dkk (2015) 13 di Kota Bengkulu ditemukan hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari
prevalensi anemia gizi besi pada remaja normal. Pada perempuan hemoglobin
putri 43 %. Dari hasil penelitian tersebut normal adalah 12 – 16 gr %, remaja putri
dapat disimpulkan bahwa kejadian anemia dikatakan anemia apabila hemoglobin (Hb)
di beberapa daerah masih tinggi. Hal ini kurang dari 12 g% 16.

6 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Volume 11 Edisi 1, 2019


Pengetahuan tentang anemia gizi tidak hanya diperoleh melalui pendidikan
berpengaruh pada perilaku dalam mencegah disekolah tetapi bisa juga melalui
dan menanggulanginya, namun pada pendidikan nonformal, seperti majalah, TV,
penelitian ini, walaupun ditemukan radio, maupun video melalui internet dan
pengetahuan cukup tinggi, status anemia lainnya. Pengetahuan gizi seimbang yang
masih tetap tinggi. Hal ini disebabkan perlu diketahui responden adalah
ketidak pedulian mereka terhadap kesehatan pengetahuan tentang susunan menu
dirinya, yang menganggap bahwa anemia seimbang, jenis makanan sumber tenaga,
bukan suatu penyakit, tetapi sesuatu yang sumber pembangun, sumber vitamin,
sering dialami mereka, terutama saat sumber mineral, kandungan zat gizi junk
menstruasi. Hal ini terlihat dari hasil food, dan sumber makanan kaya serat 17.
wawancara peneliti dengan dua responden Hasil penelitian didapatkan pengetahuan
yang mengalami anemia kategori berat responden tentang gizi seimbang cukup
dengan Hb < 7.0 gr %, mereka mengatakan baik. Tidak ditemukan pengetahuan kategori
“ anemia akibat menstruasi, jadi biasa rendah.
dialami oleh mereka” tidak terlihat ada Hasil analisis hubungan antara
kecemasan dari raut wajah mereka, pengetahuan gizi seimbang dengan kejadian
walaupun mengeluh suka mengantuk waktu anemia gizi besi menunjukkan, responden
belajar di kelas dan pandangan berkunang dengan kategori tingkat pengetahuan cukup
serta suka pusing kadang jatuh pada saat tentang gizi seimbang 90 (44.6%) tidak
upacara”. Jadi pengetahuan anemia yang terjadi anemia, sedangkan diantara
cukup baik yang diketahui seringkali responden yang berpengetahuan tinggi
diabaikan oleh mereka. Hasil analisa tentang gizi seimbang 121 (63.0%) tidak
hubungan pengetahuan tentang anemia, terjadi anemia. Hasil uji statistic didapatkan
dengan kejadian anemia didapatkan P nilai P = 0.000, maka dapat disimpulkan ada
Value > 0.05, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
perbedaan yang signifikan proporsi kejadian pengetahuan gizi seimbang dengan kejadian
anemia gizi besi antara responden yang anemia gizi besi. Dari hasil analisis
berpengetahuan tinggi dengan responden diperoleh nilai OR = 2.121 (95% CI (1.417-
yang berpengetahuan cukup. 3.175) yang berarti responden dengan
Pengetahuan gizi seimbang pengetahuan tinggi tentang gizi seimbang
merupakan pengetahuan tentang komposisi mempunyai peluang 2.121 kali tidak terjadi
zat gizi yang dibutuhkan seseorang agar anemia.
dapat hidup sehat. Pengetahuan tersebut

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019


7
Hasil penelitian didapatkan 64 % remaja di SMA negeri 8 Muaro Jambi
responden belum mengkonsumsi sesuai didapatkan 60% siswa tidak biasa sarapan
pesan gizi seimbang, hanya 39.8% pagi, begitu juga hasil survey Global School
responden yang biasa mengkonsumsi nasi Health Survey tahun 2015, didapatkan siswa
atau makanan pokok lain sebagai sumber SMP dan SMA Tidak selalu sarapan
tenaga untuk melakukan kegiatan sekolah, (65,2%) 19. Bila kondisi ini berlanjut dalam
dan kegiatan ekstrakurikuler. Defisiensi waktu lama, maka sangat menganggu
energi dan dan zat gizi yang lain pada masa konsentrasi belajar dan menurunnya
remaja dapat berdampak negatif yang prestasi, dan terjadi malnutrisi.
berlanjut sampai tahap dewasa. Penelitian
Aminudin, dkk (2011) 18, menemukan KESIMPULAN
43,4% mahasiswa baru di FKM Unhas Berdasarkan penelitian yang telah
belum melakukan praktik gizi seimbang. dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
Mengkonsumsi makanan dengan gizi bahwa prevalensi anemia gizi besi pada
seimbang akan memberikan energi yang siswi Negeri 6 Depok masih tinggi dengan
cukup untuk kebutuhan tubuh, memelihara klasifikasi terbanyak anemia gizi sedang.
dan mencegah penyakit serta meningkatkan Lebih sepertiga dari jumlah responden
kesehatan. mengalami malnutrisi (gemuk dan obese,
Sarapan pagi merupakan salah satu kurus sekali dan kurus). Pengetahuan siswi
dari pesan gizi seimbang untuk memenuhi tentang anemia, dan gizi seimbang dalam
kebutuhan tubuh pada pagi hari, terutama kategori cukup baik, namun sebagian besar
karbohidrat, yang berfungsi penerapan pesan gizi seimbang belum sesuai
menyeimbangkan kadar gula dalam darah dengan pesan gizi seimbang. Ada hubungan
sebagai sumber tenaga, untuk kerja otak 19. signifikan antara pengetahuan gizi seimbang
Makan pagi dengan menu yang dan penerapan pesan gizi seimbang dengan
mengandung zat gizi karbohidrat, protein anemia gizi besi. Tidak ada hubungan antara
mineral dan vitamin sangat berguna dalam pengetahuan anemia dengan kejadian
berkonsentrasi, menjaga kesehatan dan anemia gizi besi.
untuk tumbuh dan berkembang. Hasil
penelitian didapatkan responden tidak biasa DAFTAR PUSTAKA
sarapan pagi sebanyak 47.2%. Kemenkes Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012).
Perana Gizi Dalam Siklus
19 menemukan 40 % anak usia 6-19 tahun
Kehidupan. Jakarta:Kencana Prenada
tidak makan pagi. Presentasi temuan ini Media Group.
Almatsier, S. Soetardjo, S. Soekarti, M.
lebih baik dari hasil penelitian Ummi
2011. Gizi seimbang dalam Daur
Kalsum & Raden Halim (2016) 12 pada

8 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Volume 11 Edisi 1, 2019


Kehidupan. PT. Gramedia Pustaka Ekstrakurikuler dengan Intensi
Utama. Jakarta Delinkuensi Remaja pada Siswa
Astiandani A(2015). Hubungan Kejadian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Anemia dengan Prestasi Belajar di Kota Semarang. (Jurnal).
Matematika pada Remaja Putri Kelas Universitas Diponegoro. Semarang.
11 di SMAN 1 Sedayu. Skripsi. Rizky Afrilia Putri & Agustin Syamsianah
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu dkk (2013) Hubungan Pengetahuan
Kesehatan „Aisyiyah. Tentang Anemia Gizi Besi Dengan
Kalsum U, Halim R. Kebiasaan Sarapan Tingkat Konsumsi Protein Dan Zat
Pagi Brerhubungan dengan Kejadian Besi Pada Remaja Putri di Ponpes
Anemia pada Remaja di SMA Asy-Syarifah Desa Brumbung
Negeri 8 Muaro Jambi. Jurnal Kabupaten Demak. Jurnal Gizi
Penelitian Universitas Jambi Seri Universitas Muhammadiyah
Sains 2016. Vol. 18. No.1. 9-19 Semarang. Volume 2 no 2
Kementerian Kesehatan. Penuntun Hidup Rusilanti, Dahlia M, Yulianti Y. Gizi Dan
Sehat. 2010;254. Kesehatan Anak Sekolah. Bandung:
McDonald E, Bailie R, Brewster D, Morris Remaja Rosdakarya; 2015. 224 hal.
P. Are Hygiene and Public Health Suhardjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi.
Interventions Likely To Improve Jakarta: Bumi Aksara; 2003.
Outcomes For Australian Aboriginal Suryani, Hafiani, Junita ( 2015). Pola
Children Living In Remote Makan dan Anemia Gizi Besi.
Communities? A Systematic Review Jurnal Kesehatan Masyarakat
Of The Literature. BMC Public Andalas |Oktober 2015 - Maret 2016
Health. 2008;8:1–14. | Vol. 10, No. 1, Hal. 11-18
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Syam, Aminuddin, dkk. Asosiasi Body
Pedoman Gizi Seimbang. Pedoman Image, Perilaku Gizi Seimbang
Gizi Seimbang Permenkes RI. dengan Status Gizi Mahasiswa Baru
2014;1–96. FKM Unhas. Laporan penelitian.
Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Makassar : FKM Unhas. 2011
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Wibowo,C., Notoatmojo H., Rohmani A.
Cipta; 2010. 2013. Hubungan Antara Status Gizi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Dengan Anemia Pada Remaja Putri
Indonesia no 41 tahun 2014 tentang Di Sekolah Menengah Pertama
Pedoman Gizi Seimbang; Menteri Muhammadiyah 3 Semarang.
kesehatan Indonesia Volume 1, no 2
Rahayu, S. D. & Dieny, F. F. (2012). Citra Widodo R. Pemberian Makan, Suplemen,
tubuh, pendidikan ibu, pendapatan Dan Obat Pada Anak. Jakarta: EGC;
keluarga, pengetahuan gizi, 2010.
perilaku makan dan asupan zat besi World Health Organization. 2003. Fruit and
pada siswi SMA. Media Medika Vegetable Promotion Initiative
Indonesia : Universitas Diponegoro. Report of The Meeting. Geneva
Volume 46. (US): WHO.
Retno, U. Hapsari. 2010. Hubungan Antara
Minat Mengikuti Kegiatan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 11 Edisi 1, 2019


9

Anda mungkin juga menyukai