Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anemia masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang belum tuntas
ditangani. Prevalensi kejadian anemia pada remaja perempuan di Indonesia masih
tinggi, yaitu sebesar 22,7 persen. Anemia yang tidak ditangani dengan baik,
khususnya pada remaja perempuan, dapat berdampak jangka panjang bagi dirinya
dan juga anaknya kelak (1) .
Anemia merupakan masalah kesehatan global terutama di negara berkembang.
WHO menyatakan bahwa anemia merupakan salah satu masalah kritis maternal
berupa morbiditas dalam masa postpartum. Program dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia terkait penanggulangan anemia adalah pemberian tablet zat
besi. Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, dilakukan pemeriksaan apusan
darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah. Bila pemeriksaan darah tepi
tidak tersedia, maka langsung diberikan suplementasi besi dan asam folat (2).
World Health Organization (WHO) dalam Worldwide Prevalence of Anemia
melaporkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia
adalah 1,62 miliar orang dengan prevalensi pada anak sekolah dasar 25,4% dan
305 juta anak sekolah di seluruh dunia menderita anemia. Secara global,
prevalensi anemia pada anak usia sekolah menunjukkan angka yang tinggi yaitu
37%, sedangkan di Thailand 13,4% dan di India 85,5%. Prevalensi anemia di
kalangan anak-anak di Asia mencapai 58,4%, angka ini lebih tinggi dari rata-rata
di Afrika (49,8%) (3).
Laporan Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa
anemia gizi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia
dengan prevalensi pada anak usia 5 - 12 tahun sebesar 29% dan di Kota Makassar
sebesar 37,6%.4 Dampak anemia bagi siswa sekolah dasar adalah dapat
menyebabkan gangguan tumbuh kembang fisik, rendahnya daya tahan terhadap
penyakit, tingkat kecerdasan yang kurang dari seharusnya, prestasi belajar/kerja
dan prestasi olahraga yang rendah. Selain itu, anemia pada anak akan berdampak
pada menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan
baik sel tubuh maupun sel otak sehingga menimbulkan gejala muka tampak pucat,
letih, lesu dan cepat lelah sehingga dapat menurunkan kebugaran dan prestasi
belajar (4).
Anemia gizi besi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang
mengandung zat besi dan konsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi,
serta penyakit infeksi. Selain itu, disebabkan oleh distribusi makanan yang tidak
merata ke seluruh daerah, serta pola makan yang kurang beragam turut
menunjang kurangnya asupan zat besi bagi tubuh (5).
Anemia defisiensi besi dapat juga dipengaruhi oleh penggunaan gadget yang
berlebihan, akibat mengidap penyakit kronis, kehilangan darah karena menstruasi,
dan infeksi parasit (cacing). Di Indonesia, penyakit kecacingan masih merupakan
masalah yang besar untuk kasus anemia defisiensi besi karena diperkirakan
cacing menghisap darah 2-100 cc setiap harinya.7 Masyarakat Indonesia masih
banyak yang belum membiasakan sarapan. Padahal dengan tidak sarapan akan
berdampak buruk terhadap proses belajar di sekolah, menurunkan aktivitas fisik,
dan meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat. Melewatkan sarapan pagi
menjadi isu kesehatan masyarakat di dunia. Kebiasaan memberikan anak-anak
sarapan merupakan salah satu faktor utama untuk menjaga kesehatan dan
meningkatkan perilaku anak di sekolah. Hanya 27,7% dari orangtua siswa yang
anaknya mengalami defisiensi besi menyadari bahwa sarapan dapat meningkatkan
konsentrasi belajar di sekolah, sementara 22,4% dari orangtua siswa tidak tahu
tentang pentingnya sarapan dan efeknya pada kesehatan anak (6).
Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Meurudu jumlah penderita
Anemia di wilayah kerja Puskesmas sebanyak 1.981 orang. 613 orang dintranya
adalah remaja usia sekolah.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai faktor yang berhubungn dengan kejadian anemia pada remaja putri di
SMAN 1 Meurudu tahun 2020.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kejadian
anemia pada remaja putrid di SMAN 1 Meurudu tahun 2020?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada
remaja putrid di SMAN 1 Meurudu tahun 2020
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan penggunaan gadget dengan kejadian anemia.
b. Untuk mengetahui hubungan asupan makanan dengan kejadian anemia.
c. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan dengan kejadian anemia.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan tentang Anemia pada remaja putri khususnya bagi
masyarakat dan di jadikan sebagai salah satu bahan bacaan peneliti berikutnya.
1.5. Keaslian Penelitian

Berdasarkan literature yang ada, penelitian ini berlum pernah di lakukan sebelumnya.
Penelitian yang sudah pernah di lakukan tersaji pada tabel di bawah ini
Tabel 1.1. Persamaan Dan Perbedaan Dengan Peneliti Sebelumnya
Nama Peneliti Tujuan Rancangan Hasil Persamaa Perbedaan
Penelitian Penelitian n
Dian Untuk Penelitian ini Ada Tujuan variabel
Gunatmaningsih mengethui menggunaka hubungan Penelitian
, 2007 faktor yang n rancangan pendapatan
berhubunga penelitian Keluarga,
n dengan deskriptif pendidikan
kejadin analitik ibu, sttus
anemia pada dengan cross gizi dan
remaja putri sectional menstrusi
study
Akma Listiana, Analisis Penelitian ini Ada Tujuan 1. Rancangan
2016 faktor- menggunaka hubungan Penelitian Penelitian
faktor yang n rancangan pendapatan 2. Variabel
berhubunga penelitian keluarga,
n dengan deskriptif pendidikan
kejadian analitik ibu,kebiasaa
anemia gizi dengan cross n minum
di SMKN 1 sectional the, BMI
Terbanggi study dan
Besar menstruasi
Lampung berhubungan
Tengah dengan
Anemia
Abdul Basith, Faktor Penelitian ini ada Tujuan Variable
Rismia faktor yang adalah hubungan Penelitian penelitian
Agustina, Noor berhubunga penelitian siklus
Diani,2017 n dengan analitik menstruasi,
kejadian dengan pendapatan
anemia pada rancangan orang tua,
remaja putri cross pendidikan
sectional orang tua
study dengan
kejadian
anemia pada
remaja putri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Anemia
Status zat besi tiap individu bermacam-macam mulai dari excess zat
besi sampai anemia defisiensi zat besi. Walaupun kebutuhan zat besi bervariasi
pada tiap grup yang tergantung pada faktor-faktor seperti pertumbuhan (bayi,
remaja, kehamilan) dan perbedaan kehilangan normal zat besi (menstruasi dan
kelahiran), terjadi proses yang diatur tubuh dalam meningkatkan absorpsi zat besi
sejalan dengan penggunaan zat besi dan menurunkan absorpsi zat besi yang
disimpan di dalam tubuh sejalan dengan adanya asupan makanan(7).
Anemia terjadi apabila kepekatan hemoglobin dalam darah di bawah batas
normal. Hemoglobin ialah sejenis pigmen yang terdapat dalam sel darah merah,
bertugas membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Zat besi mempunyai
peranan penting dalam tubuh, selain membantu hemoglobin mengangkut oksigen
dan mioglobin menyimpan oksigen, zat besi juga membantu berbagai macam
enzim dalam mengikat oksigen untuk proses pembakaran. Anemia gizi adalah
suatu keadaan kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang disebabkan
karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin(8).
Menurut WHO, batas ambang anemia untuk wanita usia 11 tahun keatas
adalah apabila konsentrasi atau kadar hemoglobin dalah darah kurang dari 12 g/dl
(9). Penggolongan jenis anemia menjadi ringan, sedang, dan berat. Belum ada
keseragaman mengenai batasannya, namun untuk mempermudah pelaksanaan
pengobatan dan mensukseskan program lapangan,anemia dapat digolongkan
menjadi tiga : Penggolongan anemia menurut kadar Hb Anemia Hb (g/dl) Ringan
10.0 – 11.9 Sedang 7.0 – 9.9 Berat < 7.0 (10).
Sebelum terjadi anemia biasanya terjadi kekurangan zat besi secara perlahan-
lahan. Pada tahap awal, simpanan zat besi yang berbentuk ferritin dan
hemosiderin menurun dan absorpsi besi meningkat. Daya ikat besi (iron binding
capacity) meningkat seiring dengan menurunnya simpanan zat besi dalam
sumsum tulang dan hati. Ini menandakan berkurangnya zat besi dalam plasma.
Selanjutnya zat besi yang tersedia untuk pembentukan sel-sel darah merah (sistem
eritropoesis) di dalam sumsum tulang berkurang dan terjadi penurunan jumlah sel
darah merah dalam jaringan. Pada tahap akhir, hemoglobin menurun
(hypocromic) dan eritrosit mengecil (microcytic) dan terjadi anemia gizi besi(11).
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. anemia terjadi karena : (1)
kandungan zat besi makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan, (2)
meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, dan (3) meningkatnya pengeluaran
zat besi dari tubuh (8). Penyebab utama anemia yang paling umum diketahui
adalah : (1) kurangnya kandungan zat besi dalam makanan, (2) penyerapan zat
besi dari makanan yang sangat rendah, (3) adanya zat-zat yang menghambat
penyerapan zat besi, dan (4) adanya parasit di dalam tubuh seperti cacing tambang
atau cacing pita, atau kehilangan banyak darah akibat kecelakaan atau operasi
(12). Defisiensi zat besi dari makanan biasanya menjadi faktor utama. Jika zat
besi yang dikonsumsi terlalu sedikit atau bioavailabilitasnya rendah atau makanan
berinteraksi dengan membatasi absorpsi yang dibutuhkan tubuh untuk memenuhi
kebutuhan zat besi, cadangan zat besi dalam tubuh akan digunakan dan hal
tersebut dalam menimbulkan defisiensi zat besi (7). Defisiensi zat gizi seperti
asupan asam folat dan vitamin A, B12, dan C yang rendah dan penyakit infeksi
seperti malaria dan kecacingan dapat pula menimbulkan anemia(13).
2.1.2. Penggunaan Gadget
Penggunaan gadget secara berlebihan bisa timbulkan sejumlah dampak buruk.
Baik secara mental maupun fisik, gadget bisa menimbulkan dampak buruk bagi
seseorang. Gadget juga disebut-sebut bisa merusak mental anak usia dini. Sebab,
bila digunakan secara berlebihan, bisa membuat anak-anak sulit bersosialisasi.
Tak heran saat ini mulai banyak orang tua yang membatasi penggunaan gadget
pada anak mereka (14).
Tak hanya anak-anak, dampak buruk penggunaan gadget berlebih juga
mengancam remaja. Gadget bisa menghambat aktivitas fisik yang berpengaruh
pada pertumbuhan Prefrontal cortex, bagian kecil di otak depan. "Prefrontal
cortex mulai berkembang saat remaja. Dan berperan dalam menentukan
kemampuan kognitif, mengambil keputusan, bersosialisasi serta mengembangkan
kepribadian," ungkap Sandi Perutama Gani, Medical Expert Combiphar di FX
Sudirman (15).
Supaya Prefrontal cortex bisa berkembang dengan baik, anak usia remaja
memerlukan endorphin yang tidak bisa didapatkan ketika terlalu sering bermain
gadget. Endorphin biasanya dihasilkan dari keseimbangan hormon kortisol,
dopamine dan gen DCC (Deleted In Colon Cancer). Hormon kortisol berfungsi
menekan stres, dopamine untuk mengontrol emosi dan gen DCC berpengaruh
pada perkembangan mental. "Jika dopamine terlalu tinggi, akan membuat orang
jadi gila. Kalau terlalu rendah, menyebabkan parkinson. Sedangkan semakin
tinggi gen DCC, pemicu kanker usus besar, akan berpengaruh pada
perkembangan mental," tambah Sandi.
Keseimbangan hormon kortisol, dopamine, dan gen DCC, bisa diperoleh
lewat aktivitas fisik dan pola hidup sehat. "Saat beraktivitas, otak akan bekerja
lebih optimal dan menghasilkan hormon tersebut. Jadi, perbanyak aktivitas fisik,
seimbangkan dengan waktu istirahat dan jauhi narkoba,"(16).
Dikalangan remaja, gadget merupakan salah satu alat tekhnologi yang
membuat remaja malas beraktivitas bahkan banyak remaja yang lupa makan
karena terfokus dengan social media dan game yang ada di gadget yang dalam
genggamannya (17).
Tak bisa dipungkiri bahwa ponsel sekarang sudah menjadi barang yang
melekat di keseharian kita. Sejak bangun tidur hingga mau tidur lagi rasanya mata
dan tangan tak bisa lepas dari ponsel. Penggunaan gadget akan memberikan
dampak negative jika di gunakan dalam waktu yang berlebihan namun tetap bisa
dirasakan manfaat positifnya kalau digunakan dalam durasi tertentu saja. Menurut
peneliti dari university of Oxford bahwa durasi ideal penggunaan gadget dalam
sehari adalah 257 menit atau sekitar 4 jam 17 menit dalam sehari(18).
2.1.3. Asupan Makanan
Seiring dengan meningkatnya populasi remaja di Indonesia, masalah gizi
remaja perlu mendapatkan perhatian khusus karena berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi
dewasa (19) .Remaja memiliki pandangan tersendiri mengenai tubuhnya (body
image) yang seringkali salah (20). Bagi sebagian besar remaja putri tubuh ideal
merupakan impian. Untuk mendapatkan impian tersebut, biasanya banyak remaja
putri yang melakukan diet ketat (yang menyebabkan remaja kurang mendapatkan
makanan yang seimbang dan bergizi), mengkonsumsi minuman atau obat
pelangsing, minum jamu, dsb. Bila tidak dilakukan dengan benar, upaya tersebut
dapat berakibat pada penurunan status gizi (21).
Zat – zat gizi yang kita konsumsi berperan penting untuk penyediaan energy,
perkembangan sel dan jaringan, pengatur bagi tubuh, itu semua tergantung dari
upaya kita dalam memperhatikan asupan makanan yang kita konsumsi, hal ini
telah dijelaskan dalam al,Quran diantaranya dalam surah ‘Abasa ayat 24-28 Allah
menganjurkan agar manusia memperhatikan makanannya, antara lain buah dan
sayuran yaitu untuk pemenuhan vitamin dan Asam Folat.
Dari aspek ilmiah, buah-buahan adalah bahan pangan sumber mineral dan
vitamin, seperti halnya sayuran, buah-buahan juga mengandung makronutrient
yang lengkap yakni: protein, lemak dan karbohidrat, walaupun relatif sedikit
dibanding kandungan mineral dan vitaminnya, disamping kandungan nutrient
yang serba lengkap, buah mengandung pula serat makanan. Manfaat serat
makanan adalah memberi isi atau volume didalam lambung, sehingga
menimbulkan rasa kenyang. Serat makanan juga memperlancar buang air besar,
sehingga mencegah konstipasi.

a. Asupan Fe
Adalah jumlah Fe dan intake Fe yang dikonsumsi dalam waktu tertentu sesuai
standar angka kecukupan gizi (AKG). Besi merupakan mineral mikro yng
paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyk 3 –
5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi
esensial di dalam tubuh. Sebagai alat angkut oksigen dari paru – paru
kejaringan tubuh sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian
terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan(22).
1) Sumber Fe (Besi)
Sumber baik besi adalah makanan hewan seperti daging ayam dan ikan
sumber baik besi lainnya adalah telur, kacang – kacangan, sayuran hijau
dan berbagai jenis buah (23).
2) Akibat Kekurangan Zat Besi
Zat besi juga berperanan penting dalam fungsi normal imuniti.
Kekurangan iron telah menunjukkan tubuh seseorang mudah terjangkit
oleh penyakit. a. Kekurangan zat besi dapat terjadi perdarahan akibat
cacingan atau luka dan akibat penyakit – penyakit yang mengganggu
absorpsi b. Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa
lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kekebalan tubuh
dan gangguan penyembuhan luka, kemampuan mengatur suhu tubuh
menurun. c. Pada remaja dan ibu nifas kekurangan zat besi dapat
menimbulkan anemia. d. dapat menyebabkan keletihan, lemah badan,
jantung berdebar kencang, sakit dada, sesak nafas, serta anemia (24).
3) Akibat Kelebihan Zat Besi
Kelebihan zat besi jarang terjadi karena makanan dapat disebabkan oleh
suplemen besi, gejalanya : rasa nek, muntah, diare, denyut jantung
meningkat, sakit kepala, mengigau dan pingsan.

4) Fungsi Zat Besi.


Zat besi atau iron adalah nutrien penting untuk badan manusia. Seorang
lelaki dewasa yang sehat mempunyai 40 hingga 50 mg iron per kilogram
berat badan manakala bagi wanita dewasa mempunyai 35 hingga 50 mgs
per kilogram berat badan. Iron memainkan peranan penting dalam
pengangkutan oksigen dari pada paru-paru ke tisu. Iron bergabung dengan
oksigen di dalam paru-paru dan melepaskan oksigen dalam tisu-tisu yang
memerlukan. Iron digunakan dalam pembuatan hemoglobin (24).
b. Asupan Protein
adalah jumlah Protein dan intake Protein yang dikonsumsi dalam waktu
tertentu sesuai standar angka kecukupan gizi (AKG). Protein adalah bagian
dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air.
Beberapa enzim, hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks
intraseluler adalah protein. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat
digantikan oleh zat lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh, protein berfungsi sebagai fondasi sel pada manusia. Protein
merupakan zat pembangun jaringan, membentuk stuktur tubuh, pertumbuhan,
transportasi oksigen, membentuk sistem kekebalan tubuh. sumber protein
yang baik yaitu berasal dari protein hewani dan nabati(25). Pada Remaja dan
ibu hamil protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
plasenta uterus, payudara, serta peningkatan volume darah ibu, Sebagian besar
protein dianjurkan berasal dari sumber hewani, misalnya daging susu, telur,
keju, produk ayam dan ikan, karena makananmakanan ini mengandung
kombinasi asam amino yang optimal. Susu dan produk susu telah lama
dianggap sebagai sumber nutrisi, terutama protein dan kalsium yang ideal bagi
wanita hamil (26).
c. Asupan vitamin C
adalah jumlah vitamin C dan intake vitamin C yang dikonsumsi dalam waktu
tertentu sesuai standar angka kecukupan gizi (AKG).
1) Fungsi Vitamin C.
a. Merupakan antioksidan yang diperlukan sekurang-kurangnya 300 fungsi
metabolik dalam badan, termasuklah pertumbuhan dan penggantian sel, fungsi
kilang adrenal, dan untuk menjaga gusi tetap sehat. membantu dalam
pengeluaran hormon anti-stress dan interferon, sejenis protin sistem imuniti
yang penting , dan diperlukan juga untuk metabolisma folik acid , tairosin,
dan phenylalanine. Kajian menunjukkan bahawa dengan mengambil vitamin
C dapat mengurangi gejala penyakit asma. Dapat mencegah sakit dari bahaya
pencemaran, membantu mencegah kanker, memelihara dari jangkitan
penyakit, dan meningkatkan imuniti.
b. Vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi. Vitamin C boleh bercantum
dengan bahan toksik seperti sesetengah logam berat, dan menjadikan mereka
tidak merbahaya, oleh yang demekian bahan tersebut boleh dinyahkan
daripada badan. Sedangkan racun labah hitam yang bisa boleh ditawarkan
dengan memberi vitamin C dalam dos yang tinggi. Vitamin ini juga boleh
mengurangkan paras "low-density lipoproteins" (LDL) atau kolestrol yang
tidak baik , dan pada masa yang sama meningkatkan " high-density
lipoproteins " (HDL) atau kolestrol yang baik , juga menurunkan tekanan
darah tinggi dan membantu mencegah " atherosclerosis" . vitamin C juga
sebagai keperluan dalam pembentukan collagen, vitamin C mencegah dari
pada pembekuan darah yang tidak normal dan lebam ,juga mengurangkan
risiko katarak (cataracts), dan mempercepat penyembuhan luka yang terbakar
(27).
2) Sumber Vitamin C
Oleh karena tubuh kita tidak mampu menghasilkan vitamin C , maka vitamin
C harus diperoleh melalui makanan atau dalam bentuk tambahan berupa
suplemen. kebanyakkan vitamin C yang diperoleh dari makanan yang hilang
dalam air kencing. Vitamin C diperoleh dari buah beri, buah-buahan sitrus,
dan sayuran hijau. Sumber yang baik termasuk asparagus, avocado, black
currants, kobis bunga, anggur, kubis, lemon, mempelam, biji sawi hijau,
bawang, oreng, betik, kacang peas hijau, nenas, bayam, strawberri, tomato,
dan selada air (28).
3) Kekurangan Vitamin C Dapat Menyebabkan
a. Lemah badan
b. Sakit-sakit dan sengal badan.
c. Bengkak gusi.
d. Anemia
e. Hidung berdarah.
f. Scurvy ( pendarahan pada badan, lebam-lebam, dan gusi berdarah, gigi
mudah tercabut, pendarahan ke dalam otot dan sendi, yang menyebabkan
kesakitan).
2.1.4. Kebiasaan Sarapan
Sarapan atau makan pagi adalah keadaan untuk mengonsumsi hidangan utama
pada pagi hari. Waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan
pukul 11.00 pagi. Dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja
perncernaan, sehingga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang memiliki
kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun dengan
kadar lemak rendah(29).
Sarapan memiliki banyak manfaat untuk manusia apalagi untuk remaja yang
masih dalam masa pertumbuhan. Manfaat sarapan(30):

1. Menambah energy
Setelah semalaman tidur, sarapan di pagi hari memiliki peran penting. Tidur
yang panjang membuat kadar gula turun. Padahal gula merupakan sumber
energi. Sarapan itu bisa membantu kamu mendapatkan energi, karena energi
hanya didapat dari proses pembakaran gula yang ada dari makanan. Sebelum
memulai aktivitas berat seperti membereskan rumah, berangkat ke kantor,
berangkat ke sekolah, kamu dan setiap anggota keluarga di rumah harus
mendapatkan sarapan pagi terlebih dulu.
2. Membentuk enzim
Selama kita tidur, enzim pencernaan juga ikut istirahat. Saat sarapan di pagi
hari, enzim yang sempat beristirahat ikut terbangun dan kembali bekerja.
Kemudian enzim dapat mencerna makanan yang masuk ke tubuh. Jika enzim
berpuasa terlalu lama dan baru diaktifkan saat waktunya makan siang, akan
ada beberapa enzim yang akhirnya bekerja tidak baik. Akhirnya mengganggu
kesehatan pencernaan kamu.
3. Membantu kerja otak jadi lebih baik
Ahli dari Universitas Swansea, Wales, membuktikan bahwa siswa yang selalu
sarapan di pagi hati, 22 persen lebih pintar dibandingkan dengan siswa yang
tisak sarapan. Ini dikarenakan energi yang didapat dari makanan membuat
otak bisa bekerja dengan baik.
4. Menenangkan dan membuat bersemangat
Biasanya orang lapar jadi mudah marah. Bayangkan kalau semua orang yang
tidak sempat sarapan jadi marah-marah saat menuju ke kantor. Bila perut
sudah terisi maka kamu akan tenang dan tidak kudah marah. Kemudian kamu
juga akan lebih bersemangat.
5. Sarapan mencegah obesitas
Dengan memilih sarapan yang kaya akan serat dan protein maka ini bisa
mencegah obesitas atau kegemukan. Kamu bisa pilih menu seperti ikan, telur,
dan sayur-sayuran.
6. Menyehatkan bagi tubuh
Obesitas dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti jantung, tekanan darah
tinggi, atau diabetes. Dari penelitian terhadap 27.000 orang dewasa, ada 27
persen orang yang tidak pwrnah sarapan atau mendapatkan sarapan namun
tidak teratur. Orang-orang tersebutlah yang menderita penyakit seperti
disebutkan di atas
7. Arti peribahasa “Sarapan seperti raja”
Ada peribahasa, “Sarapanlah seperti seorang raja, makan siang seperti seorang
putri, dan makan malam seperti seorang fakir.” Sebegitu pentingnya sarapan
sampai terucap peribahasa seperti itu. Itu artinya di saat sarapan kita harus
mengonsumsi makanan yang padat akan gizi seimbang dan lengkap. Makan
siang tidak sebanyak makan pagi, begitu pun saat malam hari.
2.2. Kerangka Teori

Faktor eksternal yang ASUPAN MAKANAN


mempengaruhi status gizi
PENGGUNAAN GADGET
1. Social ekonomi
2. Aktivitas KEBIASAAN SARAPAN
3. Pengetahuan
4. Kebiasaan
5. Berat badan

ANEMIA
Gambar 1. Kerangka Teori
modifikasi: Gibney dan Heryati
2.3. Kerangka Konsep
Asupan Makanan

Penggunaan Gadget ANEMIA

Kebiasaan Sarapan
Gambar 2. Kerangka Konsep

2.4. Hipotesis

a. Ada hubungan Asupan Makanan dengan Kejadian Anemia pada remaja putri.

b. Ada hubungan penggunaan gadget dengan kejadian anemia pada remaja putri.

c. Ada hubungan kebiasaan sarapan dengan kejadian anemia pada remaja putri.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan pendekatan

Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan pada variabel

terikat dan variabel bebas. Pendekatan ini digunakan untuk menlihat hubungan

antara variabel satu dengan variabel lainnya(31).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN I Meureudu.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari – bulan Juni 2020.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi

Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh remaja putrid di SMAN I

Meureudu .

3.3.2. Sampel

Dalam penelitiaan ini peneliti menggunkan tekhnik pengambilan sampel

dengan menggunakan Purposive sampling dengan menggunakan criteria sebagai

berikut:

a. Bersedia menjadi sampel

b. Hadir pada saat dilakukan penelitian

3.4. Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Skala Alat ukur skore


Anemia Kondisi remaja dengan kadar Ordinal Hemometer 1. Tidak
hb <11 gr% dari hasil digital anemia
pemeriksaan laboratorium 2. Anemia

Asupan Rata-rata asupan makanan ordinal Food Recall 1. Kurang


makanan yang dikonsumsi oleh remaja 2. Cukup
putri

Penggunaan Rata-rata lama penggunaan Ordinal Kuesioner 1. Berlebi


gadget gadget dalam sehari h
2. Ideal

Kebiasaan Kebiasaan remaja dalam ordinal Kuesioner 1. Tidak


sarapan mengkonsusmi makanan Sarapan
sebelum melakukan aktivitas 2. Sarapan

3.5. Tekhnik dan Instrumen Penelitian


Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang

sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban.

3.6. Validitas dan Realibilitas

3.6.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan keandalan atau

kesahihan suatu alat ukur dengan kata lain sejauh mana dari kacamata suatu

alat ukur dalam mengukur suatu data. Untuk mengetahui validitas suatu

instrumen (dalam kuesioner) dengan cara melakukan korelasi antara skor

masing-masing pertanyaan dengan skor totalnya dalam suatu variabel.

3.6.2. Uji realibilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat diandalkan. Penelitian ini menentukan derajat konsistensi

dari instrumen peneliti berbentuk kuesioner. Tingkat reliabilitas dapat

dilakukan menggunakan SPSS melalui Uji Cronchbach Alpha yang

dibandingkan dengan Tabel r. Nilai Cronchbach Alpha (reliabilitas).

3.7. Analisis Data

3.7.1. Pengolahan Data

Agar instrument tepat dan nyata maka sebelum digunakan perlu diuju

terlebih dahulu dengan uji validitas yang menggunakan sistem SPSS

(Statisicial Program Social Science)


1. Editing adalah kegiatan memeriksa kelengkapan kuesioner kejelasan

jawaban, dan konsistensi antar jawaban.

2. Koding adalah kegiatan mengklasifikasikan jawaban menurut kategori

masing-masing

3. Skoring setelah dilakukan pengkodean kemudian dilakukan pemberian

nilaisesuai dengan skor yang telah ditentukan.

4. Entri data yang telah dimasukkan dalam komputer.

5. Tabulasi kegiatan memasukkan data kedalam kelompok sesuai variabel

yang akan diteliti

6. Penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi dan deskriptif.

3.7.2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Semua variabel dianalisis untuk mendeskripsikan tiap-tiap variabel

yaitu variabel tingkat pengetahuan gizi, aktivitas fisik dan citra tubuh, yang

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat di gunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan status gizi. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi

square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara

statistik dengan derajat kemaknaan = 0,05 (5%) . Untuk mengetahui tingkat

keeratan hubungan antara variabel bebas dan terikat. Adapun criteria


pemakaian chi square yaitu pada derajat kebebasan sama dengan 1 tidak boleh

ada nilai ekspektasi yang sangat kecil dan tidak ada sel yang nilai obsevasinya

nol.

DAFTAR PUSTAKA

1. AMINI A. Hubungan Konsumsi Fe, Vitamin C, Protein, Kafein dan Pola


Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa Asrama Kebidanan
Aisyiyah Pontianak. 2017.
2. Pratiwi IR, Santoso S, Wahyuningsih HP. Faktor- Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Anemia Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Wates
Tahun 2018. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta; 2018.
3. Organization WH. Foodborne disease: a focus for health education. Geneva:
World Health Organization; 2000;
4. Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jakarta Badan
Penelit dan Pengemb Kesehat Kemeterian Kesehat RI. 2013;
5. Parulian I. Strategi dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia pada
Kehamilan. J Ilm Widya. 2016;1(1).
6. Sirajuddin S, Masni M. Kejadian Anemia pada Siswa Sekolah Dasar. Kesmas
Natl Public Heal J. 2015;9(3):264–9.
7. Gleason G, Scrimshaw NS. Nutritional Anemia. 2007;
8. Depkes RI. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri Dan
Wanita Usia Subur: Petunjuk Pelaksanaan Bagi Pengelola Program Dan
Petugas Penyuluhan. Jakarta Depkes RI. 1998;
9. Arumsari E. Faktor risiko anemia pada remaja putri peserta program
pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi (PPAGB) di kota Bekasi.
Bogor Skripsi GMSK IPB. 2008;
10. Wulandari APN. Pengaruh Anemia Terhadap Remaja Indonesia yang Ambyar
Hatinya. OSF Preprints; 2020;
11. Bacharudin R, Wirakusumah D. The Role of Geomophology in Volcanic
Hazard Mitigation, Apllied in Indonesia, Volcanological Survey of Indonesia,
Paper. In: Remote Sensing and Natural Disaster Symposium, Tsukuba, Japan.
1998.
12. Biesalski HK, Erhardt JG. Nutritional Anemia. Sight and Life Press Basel,
Switzerland; 2007.
13. Council NR. Nutrient requirements of dairy cattle: 2001. National Academies
Press; 2001.
14. Ramadhani CP. Alur kerja asisten produser dan reporter live report dalam
proses produksi program woman radio 94, 3 fm. Universitas Multimedia
Nusantara; 2013.
15. Wulansari NMD. Didiklah Anak Sesuai Zamannya: Mengoptimalkan Potensi
Anak Di Era Digital. Visimedia; 2017.
16. PARAMITRA TIM. Pengaruh Gadget terhadap Kesehatan.
17. Kurnia YS. Hubungan Frekuensi Penggunaan Gadget Terhadap Agresivitas
Pada Usia Remaja Di SMPN 13 Magelang. Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Magelang; 2019.
18. Pratama HC. Cyber smart parenting: kiat sukses menghadapi dan mengasuh
generasi digital. Visi Press; 2012.
19. Pudjiadi S. Ilmu gizi klinis pada anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2005;
20. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta; 2010.
21. Rahmalia S. Hubungan antara Perilaku Makan dengan Status Gizi pada
Remaja Putri. Riau University; 2015.
22. Zebua NN. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa
Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung Beringin Serdang Bedagai Tahun 2017.
2017;
23. Susiloningtyas I. Pemberian zat besi (Fe) dalam Kehamilan. Maj Ilm Sultan
Agung. 2019;50(128):73–99.
24. Merryana Adriani SKM, Kes M. Pengantar gizi masyarakat. Prenada Media;
2016.
25. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu. 2003;
26. Hubbard T, Andrews D, Cáccamo M, Cameron G, Chen Y, Clamp M, et al.
Ensembl 2005. Nucleic Acids Res. Oxford University Press;
2005;33(suppl_1):D447–53.
27. Khomsan A. Pangan dan gizi untuk kesehatan. Rineka Cipta; 2003;
28. Kurniawan M, Izzati M, Nurchayati Y. Kandungan klorofil, karotenoid, dan
vitamin C pada beberapa spesies tumbuhan akuatik. Anat Fisiol.
2010;18(1):28–40.
29. Sholihah Q, Fauzia R, Rachmah DN. Sarapan Pagi & Produktivitas.
Universitas Brawijaya Press; 2015.
30. Putra A, Syafira DN, Maulyda S, Afandi A, Wahyuni S. Kebiasaan Sarapan
pada Mahasiswa Aktif. HIGEIA (Journal Public Heal Res Dev.
2018;2(4):577–86.
31. Swarjana IK, SKM MPH. Metodologi penelitian kesehatan. Penerbit Andi;
2012.

Anda mungkin juga menyukai