Anda di halaman 1dari 44

MODUL PRAKTIK

KALA I DENGAN
PENYAKIT INFEKSI MENULAR
SEKSUAL

Penyusun:
Aflah Raudhotul Zannah
P17324118002
3B

JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

2021

2
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur SAYA
panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya kami masih diberikan
kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan modul paktik PKK3b asuhan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal dengan topic infeksi menular seksual
ipada persalinan kala I
Saya mengucapkan terimakasih kepada keluarga yang telah memberikan doa agar
proses pembelajaran dan penyusunan modul praktik berjalan lancar. Adapun tujuan
dibuatnya modul ini adalah untuk memenuhi SKS PKK3b di masa isolasi mandiri.
Selain itu, saya juga menaruh harap semoga modul ini dapat bermanfaat untuk
saya pribadi sebagai bahan belajar, maupun untuk para pembaca.
Saya menyadari bahwa modul ini masih memiliki banyak kekurangan.Oleh  karena
itu, saran dan kritik yang membangun tetap saya nantikan dan harapkan demi
kesempurnaannya.

Bandung,  Maret 2021

Penulis

i
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………i


Daftar Isi………………………………………………………………………………….ii
Pendahuluan…………………………………………………………………………….iii

Tinjauan Mata Kuliah


Modul 1: Asuhan Kebidanan Persalinan
Kegiatan Praktikum 1:
Persalinan Kala I dengan Infeksi menular seksual................................................1
Pelaksanaan Praktikum.........................................................................................25
Latihan...................................................................................................................30
Rangkuman............................................................................................................31
Tes Formatif 1........................................................................................................33
Kunci Jawaban Tes Formatif..................................................................................35
Glosarium ..............................................................................................................36
Daftar pustaka .......................................................................................................38

ii
PENDAHULUAN
deskripsi, relevansi, Tujuan, dan tujuk Belajar
M DESKRIPSI SINGKAT

Odul ini memuat teori mengenai beberapa infeksi menular seksual yang sering
terjadi dikalangan masyarakat khusunya perempuan. Seperti sifilis, gonore,
chlamydia trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, dan herpes. Dimana tak
jarang infeksi menular seksual ini juga menyerang ibu hamil dan bersalin sehingga
perlu untuk di ketahui apa saja macam macam dari infeksi menular seksual itu,
tanda dan gejala nya seperti apa karena gejala klinis bervariasi sesuai dengan
penyebab infeksi, baik berupa lesi mukokutan, leukorea, pruritus, disuria, dan lain-
lain. Serta bagaimana penatalaksanaanya. Sehingga di harapkan Modul ini dapat
dijadikan bahan pembelajaran atau referensi asuhan.

RELEVANSI
M
Odul ini memberikan gambaran yang sangat berkaitan dengan kesehatan
reproduksi wanita. Dimana infeksi menular seksual merupakan kasus yang sangat
sering terjadi di kalangan masyarakat. IMS ini jika terjadi dalam kehamilan
beberapa di antaranya dapat diturunkan baik transmisi melalui plasenta atau saat
persalinan sehingga sangat penting dilakukan pengkajian sehingga kelainan pada

iii
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

bayi baru lahir dapat dicegah, dan transmisi dari pasien ke tenaga kesehatan
dapat diminimalkan.

TUJUAN PEMBELAJARAN
T
ujuan pembelajaran dari modul ini adalah mahasiswa mampu mengenali dan
menjelaksna berbagai macam infeksi menular seksual dari tanda dan gejala yang
di dapatkan, dampak yang dapat diterima oleh bayi, serta penanganan yang dapat
diberikan oleh mahasiswa ketika mendapatkan kasus seperti ini.
Selain itu pembelajaran ini bertujuan untuk tercapaikan kompetensi mahasiswa
mengenai kegawatdaruratan maternal dan neonatus

 PETUNJUK BELAJAR
Untuk mempermudah proses pembelajran dilakukan langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut :
Langkah 1 : mahasiswa/peserta memahami terlebih dahulu latar belakang
perlunya memepelajari asuhan pada wanita dengan IMS
Langkah 2 : mahasiswa/peserta diminta mencari dan mempelajari referensi lain
terlebih dahulu terkait IMS dalam persalinan
Langkah 3 : mahasiswa/peserta dapat mempelajari modul ini dengan memberikan
tanda hal hal penting dan lakukan review materi di kala senggang
Langkah 4 : mahasiswa/peserta melakukan praktik skill lab dan peer review
dengan tema

iv
Kegiatan Praktikum 1l
Persalinan Kala I Dengan Infeksi Menular
Seksual
 120 Menit

PENDAHULUAN
Infeksi menular seksual (IMS) yang disebut juga penyakit menular seksual 
(PMS) adalah infeksi yang menular lewat hubungan seksual baik dengan
pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti
pasangan. Infeksi menular seksual merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang menonjol di sebagian besar wilayah dunia. Penyakit IMS merupakan
masalah besar dalam kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana
penyakit IMS membuat individu rentan terhadap infeksi HIV. Cara penularan
penyakit IMS yaitu melalui hubungan seksual dan diikuti dengan perilaku yang
menempatkan individu dalam risiko mencapai HIV, seperti mereka berperilaku
bergantian pasangan seksual dan tidak konsisten menggunakan kondom (Badan
Narkotika Nasional, 2004).
Pada dasarnya setiap orang yang sudah aktif secara seksual dapat tertular
IMS. Namun yang harus diwaspadai adalah kelompok berisiko tinggi terkena IMS
yaitu orang yang suka berganti-ganti pasangan seksual dan orang yang punya

1
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

satu pasangan seksual tetapi pasangan seksualnya suka berganti-ganti pasangan


seksual (Dirjen PPM & PLP Depkes RI, 2003).
Terdapat lebih dari 15 juta kasus IMS dilaporkan per tahun (CDC, 2012).
Usia remaja merupakan kelompok yang paling rentan terkena infeksi ini,
dilaporkan lebih dari 3 juta kasus per tahun. Salah satu kewenangan wajib dalam
penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular yang ditetapkan Departemen
Kesehatan dan menjadi salah satu indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)
adalah jumlah kasus IMS yang ditangani atau diobati. Oleh karena itu
pengembangan program penanggulangan IMS di setiap daerah sangat diharapkan
(Depkes RI, 2003).

Dengan perkembangan di bidang sosial, demografik, serta meningkatnya


migrasi penduduk, populasi berisiko tinggi tertular IMS akan meningkat pesat.
Beban terbesar akan ditanggung negara berkembang, namun negara maju pun
dapat mengalami beban akibat meningkatnya IMS oleh virus yang tidak dapat
diobati, perilaku seksual berisiko serta perkembangan pariwisata. IMS menempati
peringkat 10 besar alasan berobat di banyak negara berkembang, dan biaya yang
dikeluarkan dapat mempengaruhi pendapatan rumah tangga. Pelayanan untuk
komplikasi atau sekuele IMS mengakibatkan beban biaya yang tidak sedikit,
misalnya untuk skrining dan pengobatan kanker serviks, penanganan penyakit
jaringan hati, pemeriksaan infertilitas, pelayanan morbiditas perinatal, kebutaan
bayi, penyakit paru pada anak-anak, serta nyeri panggul kronis pada wanita.
Beban sosial meliputi konflik dengan pasangan seksual dan dapat mengakibatkan
kekerasan dalam rumah tangga.

2
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Infeksi menular seksual merupakan masalah utama kesehatan wanita.


Lebih dari 50% wanita yang terkena IMS tidak memperlihatkan tanda-tanda.
Perempuan hamil lebih rentan menderita IMS akibat perubahan-perubahan yang
terjadi selama kehamilannya, baik perubahan dalam responimun, hormonal
maupun anatomis. Pada persalinan pun sering kali dijumpai IMS pada ibu
bersalin, yang mana pada beberapa IMS sangat dapt ditularkan kepada bayi jika
dilakukan persalinan secara spontan. Sehingga sangat penting dilakukan
skrining atau pengkajian pada ibu bersalin untuk menghindari terpaparnya bayi/
tenaga kesehatan dari infeksi tersebut.
Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah sifilis, gonore, chlamydia
trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, kondiloma, dan kandidiasis. Gejala
klinis bervariasi sesuai dengan penyebab infeksi, baik berupa lesi mukokutan,
leukorea, pruritus, disuria, dan lain-lain. 

3
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Untuk menambah wawasan mengenai macam-macam infeksi menular


seksual
2. Untuk mengetahui tanda – tanda dari setiap infeksi menular seksual
3. Untuk mencegah terjadinya tranmisi infeksi baik terhadap bayi maupun
kita sebagai tenaga kesehatan
4. Untuk menambah wawasan terkait penatalaksanaan dari kasus infeksi
menular seksual pada persalinan kala I

4
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

URAIAN MATERI
IMS (Infeksi Menular Seksual) disebut juga penyakit kelamin, merupakan
salah satu penyakit yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri
khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi terutama di daerah genital. IMS
sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh
dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang. Insiden
maupun prevalensi yang sebenarnya di berbagai negara tidak diketahui dengan
pasti. Berdasarkan laporan-laporan yang dikumpulkan oleh WHO (World Health
Organizations), setiap tahun di seluruh negara terdapat sekitar 250 juta penderita
baru yang meliputi penyakit Gonore, Sifilis, Herpes Genetalis, dan jumlah tersebut
menurut hasil analisis WHO cenderung meningkat dari waktu ke waktu
(Daili,2005 : 6)
IMS adalah infeksi yang penularannya kebanyakan melalui hubungan
seksual baik oral, anal, maupun pervaginam. Meskipun begitu penularan IMS
dapat juga menular dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran,
melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang - kadang
dapat ditularkan melalui alat kesehatan (Murtiastutik, 2008). 
Klasifikasi IMS Berdasarkan Patogennya 

1 Bakteri Neisseria gonorrhoeae Uretritis, epididimitis, servisitis,


proktitis, faringitis,
konjuntivitis, Barthoholinitis
Chilamydia trachomatis Uretritis, epididimitis, servisitis,
Mycoplasma hominis  proktitis, salpingitis,
Ureaplasma urealyticum limfofranuloma venerum 
Treponema palladium  (hanya C. trachomatis)
Gardnerella vaginalis  Sifilis  
Donovania granulomatis   Vaginitis  
Granuloma Inguinale  

5
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

2 Virus Herpes simplex virus   Herpes genitalis  


Herpes B virus   Hepatitis fulminan akut dan
Human papiloma virus   kronik 
Molluscum contaginosum  Kondiloma akuminata  
Virus  Human Moloskum kontangiosum   
immuinodeficiency virus  
AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome)  

3 Protozoa Trichomonas vaginalis Vaginitis, uretritis, blasnitis


4 Fungus Candida albicans   Vulvaginits, blanitis
balanopostitis
5 Ekstroparasi Phthirus pubis  Sarcoptes Pedikulosis pubis  Scabies
t scabiei  var. hominis
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5 (Daili, 2009)
Ada beberapa jenis IMS yang insidensinya cukup tinggi  dikalangan
masyarakat, diantaranya: 
1. Gonore(GO) 
2. Sifilis 
3. Trikomoniasis 
4. Kondiloma Akuminata 
5. Infeksi Chlamydia 
6. HIV-AIDS (Hakim, 2011)
 
A. SIFILIS
Sifilis disebabkan oleh Treponema pallidum, yaitu sejenis bakteri yang
berbentuk spiral. Penularan bisa terjadi melalui tranfusi darah bila donor
berada dalam tahap awal infeksi tersebut. (Hutapea, 2005) Infeksi bisa
ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayinya yang belum lahir

6
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Sifilis yang terkait dengan kehamilan adalah sifilis congenital. Merupakan


penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibu yang menderita sifilis.
Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap
masa kehamilan. infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu,
karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi
masih belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron dapat
ditemukan Treponema pallidum pada janin minggu. (Arifin, 2010) Sifilis
kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun pertama
kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak
disebut dengan sifilis kongenital lanjut.
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan, namun sebagian
besar kasus sifilis kongenital merupakan akibat penularan in utero. Risiko sifilis
kongenital berhubungan langsung dengan stadium sifilis yang diderita ibu
semasa kehamilan. Lesi sifilis kongenital biasanya timbul setelah 4 bulan in
utero pada saat janin sudah dalam keadaan imunokompeten. Penularan in
utero terjadi transplasental, sehingga dapat dijumpai Treponema pallidum
pada plasenta, tali pusat, serta cairan amnion. Treponema pallidum melalui
plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan menyebar keseluruh
jaringan. Kemudian berkembang biak dan menyebabkan respons peradangan
selular yang akan merusak janin. (Ahmad, 2009) Kelainan yang timbul dap at
fatal sehingga terjadi abortus atau lahir mati atau terjadi gangguan
pertumbuhan pada penanganan yang tepat. Selain itu untuk penanganan dari
aspek lainnya, diperlukan kerjasama lintas sektoral, meliputi pemerintah
setempat, tokoh agama dan budaya, pendidikan, dan lain-lain.  

7
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Sifilis disebabkan oleh Treponema llidum, yaitu sejenis bakteri yang


berbentuk spiral. Penularan bisa terjadi melalui tranfusi darah bila donor
berada dalam tahap awal infeksi tersebut. (Hutapea, 2005) Infeksi bisa
ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayinya yang belum lahir.
Sifilis yang terkait dengan kehamilan adalah sifilis congenital. Merupakan
penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibu yang menderita sifilis.
Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap
masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin
berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan
janin terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop
elektron dapat ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10
minggu. (Arifin, 2010) Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang
muncul pada dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua
tahun pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital lanjut.
Apabila infeksi terjadi pada kehamilan maka luka primer di daerah
genital mungkin tidak dapat dikenal karena tempatnya atau kecilnya.
Sebaliknya luka ini dapat lebih besar dari biasanya bila vaskularisasi alat
genital lebih banyak pada saat hamil. Infeksi primer dapat menimbulkan
chancre, tergantung pada besarnya imunitas penderita. Pada kelainan sifilis
sekunder, kelainan yang dapat ditemukan adalah limfadenopati dan rash.
Dalam banyak kasus, tidak diketahui bahwa seorang ibu menderita sifilis
akibat penyakit yang dapat asimptomatik. Kelahiran mati atau lahirnya bayi
dengan sifilis kongenital merupakan petunjuk awal ke arah diagnosis sifilis
pada ibu. (Ahmad, 2009) Karena itu, perlu dilakukan anamnesis tentang

8
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

kemungkinan adanya kontak dengan penderita sifilis. Sifilis harus diobati


segera ketika diagnosis ditegakkan, tanpa memandang tuanya kehamilan.
Semakin dini pengobatan diberikan, maka semakin baik prognosisnya bagi
janin. Sifilis primer yang tidak diobati secara adekuat, 25% akan menjadi sifilis
sekunder dalam waktu 4 tahun. Tanpa pengobatan, sifilis primer maupun
sekunder 10% akan berkembang menjadi sifilis kardiovaskular dan 16%
menjadi neurosifilis. Sekitar 10% dari penderita yang tidak diobati akan
meninggal akibat langsung dari penyakit. Saat ini, pengobatan sifilis untuk ibu
hamil adalah dengan pemberian penisilin dan bagi penderita yang alergi
terhadap penisilin maka pemberian dilakukan secara desensitisasi. 

B. GONOREHA
Gonorea atau di kalangan masyarakat umum dikenal dengan nama GO
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhea. (Daili, 2005) Pada wanita, GO sering tidak menimbulkan gejala
apapun sehingga sering luput dari diagnosis dokter. Hal ini menyebabkan
seorang wanita pengidap GO tidak menyadari dirinya terinfeksi dan
menularkannya ke orang lain. (Ahmad, 2009) Gonore dalam kehamilan
biasanya dijumpai dalam bentuk menahun dan 60 kasus adalah asimptomatik
sehingga penderita tidak menyadari penyakitnya. Namun, dapat pula terjadi
peningkatan gejala selama kehamilan misalnya kolpitis dan vulvitis. Dapat pula
disertai oftalmia neonatorum yang menjadi petunjuk awal bahwa ibu menderita
gonorea. (Ahmad, 2009; Daili, 2005) Adanya poliartritis pada trimester II atau
III harus dipikirkan adanya artritis gonoroika. 

9
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Apabila terjadi infeksi dalam kehamilan lebih dari 4 minggu, perjalanan


penyakit tidak berbeda dengan infeksi gonorea di luar kehamilan. Diagnosis
gonorea akut dalam kehamilan tidak sulit bila ditemukan adanya gejala-gejala
klinis seperti disuria, uretritis, servisitis, fluor albus seperti nanah encer agak
kuning atau kuning-hijau, dan kadang kadang bartholinitis akut atau
vulvokolpitis. 

Hasil pemeriksaan laboratorium dengan sediaan apus getah urethra


atau serviks dengan pewarnaan methylene blue atau Gram, menunjukkan
banyak diplokokus intra dan ekstraselular. (Ahmad, 2008) Apabila hasilnya
meragukan, sebaiknya dilakukan kultur. Konjungtivitis gonoroika neonatorum
(gonoblen neonatorum) bukan merupakan penyakit kongenital, tetapi infeksi
yang terjadi selama persalinan, saat kepala janin melewati jalan lahir dan mata
bayi bersentuhan dengan bagian-bagian yang terinfeksi gonokokus. 

Pengobatan dengan penisilin biasanya memberikan hasil yang


memuaskan, kecuali dalam kasus-kasus yang resisten. Pemberian prokain
penisilin G dalam aquadest sebanyak 4,8 juta IU intramuskular, diberikan
dalam dosis tunggal. Dapat pula diberikan ampisilin per oral 3,5 gram dosis
tunggal. Apabila penderita tidak tahan penisilin, dapat diberikan eritromisin 4
kali sehari 0,5 gram selama 5-10 hari; atau kanamisin 2 gram im dalam dosis
tunggal. Setiap pengobatan harus memperhatikan adanya infeksi genital lain
seperti sifilis dan klamidia. (Daili dkk, 2010) Pemeriksaan klinis dan
laboratorium perlu diulang 3 hari atau lebih setelah pengobatan selesai.
Apabila terjadi kekambuhan maka penderita harus diobati lagi dengan dosis 2

10
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

kali lipat. Untuk mencegah gonoblenorea pada neonatus, maka semua


neonatus kedua matanya diberi salep eritromisin atau kloromisetin. Seorang
ibu dengan gonorea tetap dapat menyusui bayinya.

C. HERPES
Infeksi HSV pada kehamilan dapat terjadi secara primer maupun
rekuren, keduanya dapat menyebabkan efek pada janin yang dikandungnya
berupa abnormalitas pada neonatus. Selain itu HSV dapat menyebabkan
tampilan klinis yang lebih berat pada ibu hamil dibandingkan ibu yang tidak
hamil.5,11 Infeksi primer terutama pada herpes genitalis dalam kehamilan
menimbulkan infeksi yang lebih berat pada neonatus, terlebih pada penderita
yang belum memiliki antibodit terhadap HSV. Infeksi HSV pada neonatus
dapat diperoleh pada saat kehamilan, intrapartum, atau post partum. 

Risiko infeksi HSV intrauterin meningkat pada ibu hamil yang menderita
infeksi HSV yang meluas dimana 90% disebabkan oleh HSV-2. Transmisi

11
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

virus intrauterin dapat terjadi pada awal kehamilan (sekitar 20 minggu gestasi)
dan menyebabkan abortus, stillbirth, dan anomali kongenital.5 Anomali
kongenital tersebut berupa kelainan mata (chorioretinitis, microphtalmia,
katarak), kerusakan neurologis (kalsifikasi intrakranial, microcephali), growth
retardation, dan kelainan perkembangan psikomotor. Jika infeksi HSV terjadi
pada saat intrapartum atau post partum maka dapat menyebabkan infeksi
pada neonatus berupa penyakit HSV yang terlokalisir pada kulit, mata dan
atau mulut (SEM); encephalitis HSV dengan atau kelainan pada kulit, mata,
mulut; dan HSV diseminata berupa disfungsi organ berat dengan mortalitas
mencapai 80% tanpa terapi.5 Tujuh puluh sampai 85% infeksi HSV pada
neonatus disebabkan oleh HSV-2, sedangkan sisanya disebabkan oleh HSV.

Infeksi HSV yang terjadi pada akhir trimester kehamilan meningkatkan


risiko terjadinya infeksi neonatal sekitar 30-50% dibandingkan infeksi pada
awal kehamilan sebesar 1%.5 Infeksi primer HSV pada saat trimester dua atau
tiga dapat menimbulkan prematuritas dan abnormalitas pada fetus karena
lebih berisiko untuk mentransmisikan virus kepada janin, sedangkan infeksi
rekuren cenderung menimbulkan risiko yang lebih rendah pada fetus.
Sebaliknya hubungan antara infeksi HSV dengan kejadian keguguran pada
trimester pertama masih kontroversial.

Infeksi HSV pada kehamilan baik itu infeksi primer maupun rekuren
dapat terjadi simtomatis dan asimtomatis. Kebanyakan infeksi HSV pada
neonatus (70%) disebabkan oleh wanita hamil yang asimtomatis. 

12
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Infeksi primer pada wanita yang sedang hamil menimbulkan tampilan


klinis yang lebih berat dibandingkan wanita yang tidak hamil.11 Lesi
gingivostomatitis dan vulvovaginitis herpetika cenderung lebih menyebar dan
risiko terjadinya gejala pada organ visceral (hepatitis, encephalitis) lebih besar.
Ketika infeksi primer didapatkan pada akhir kehamilan, maka tubuh ibu tidak
sempat untuk membentuk antibodi untuk menekan replikasi virus sebelum
terjadinya persalinan.

Infeksi HSV pada neonatus lebih sering terjadi (sekitar 50% kasus)
pada ibu dengan infeksi primer dibandingkan ibu dengan infeksi rekuren dan
menyebabkan infeksi neonatal yang berat.5,11 Sembilan puluh persen
neonatal herpes didapatkan pada masa perinatal, yaitu pada saat kelahiran
pervaginam melalui sekret vagina yang terkontaminasi HSV, sedangkan
sisanya didapatkan segera setelah kelahiran.

Penatalaksanaan:

Wanita hamil dengan episode klinis pertama atau rekuren dapat diterapi
dengan acyclovir atau valacyclovir. Walaupun penggunaan kedua obat ini tidak
meningkatkan kemungkinan terjadinya abnormalitas pada fetus, tetapi efek
obat tersebut pada jangka panjang masih membutuhkan evaluasi lebih lanjut.

Risiko tertinggi infeksi neonatal terjadi jika ibu hamil terinfeksi HSV pada
trimester ketiga kehamilan.13 Oleh karena itu persalinan secara sectio sesaria
merupakan keharusan pada wanita hamil yang terinfeksi HSV primer maupun
non primer pada trimester akhir kehamilan. Selain itu, membatasi penggunaan

13
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

monitoring invasif pada wanita yang akan bersalin dapat menurunkan kejadian
infeksi neonatal.

Selain itu, pada berbagai penelitian, pemberian acyclovir dan


valacyclovir kepada ibu hamil dari umur 36 minggu gestasi sampai persalinan
dapat menurunkan frekuensi manifestasi klinis, penyebaran virus pada saat
persalinan sehingga mengurangi dilakukannya tindakan section sesaria, dan
penurunan risiko transmisi vertikal.

D. CLAMIDIA
Infeki Chlamydia trachomatis dalam kehamilan dapat dihubungkan
dengan abortus spontan, kehamilan ektopik, kematian janin dalam kandungan,
infeksi perinatal, intrauterine growth restriction, kelainan kongenital, ketuban
pecah dini, prematuritas, chorioamnionitis, infeksi puerperalis dan infeksi
neonatal.   Prevalensi infeksi C. trachomatis pada wanita hamil di iran tercatat
adalah 18,2%, sedangkan di brazil prevalensi infeksi C. trachomatis pada
wanita hamil  adalah 11,0%. 2002.

Infeksi C. trachomatis mengalami peningkatan selama 10 tahun


terakhir. WHO memperkirakan ada 92 juta kasus baru setiap tahun, dan lebih
dari 80% kasus terjadi Asimtomatik.  C. trachomatis adalah bakteri intraseluler
penyebab infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Secara umum,
semua wanita yang aktif secara seksual berisiko terkena infeksi C.trachomatis.
Kira-kira 60% -80% infeksi C. trachomatis pada wanita tidak bergejala
sehingga sulit untuk menilai penyebaranya, penderita tidak menyadari infeksi
ini dan tidak segera mendapat pengobatan. Infeksi C. trachomatis sukar

14
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

didiagnostik, mudah menjadi kronis dan residif, serta dapat menyebabkan


berbagai komplikasi yang serius.

Infeksi C. trachomatis yang tidak terobati dapat menyebabkan masalah


kesehatan yang serius, baik pada pria dan wanita, demikian juga pada bayi
yang dilahirkan dari ibu yang telah terinfeksi. 

Tanda dan gejala yang timbul karena infeksi chlamydia pada wanita
adalah servisitis dan uretritis. Infeksi urogenital didapatkan pada 30% kasus
dengan memberikan gejala: servisitis mukopurulen, duh tubuh vagina yang
purulen, nyeri perut bawah, post-coital atau intermenstrual bleeding, disuria,
didapatkan tanda-tanda PID ataun yeri kronis pada pelvis. Pada wanita hamil,
C. trachomatis mempengaruhi perkembangan intra dan ekstra uterus.
Kehamilan itu sendiri dapat  meningkatkan risiko kolonisasi C. trachomatis dan
mengubah respon imun.

C. trachomatis merupakan bakteri intraseluler dengan kemampuan


berubah dari bentuk istirahat ke bentuk replikasi yang infeksius dalam sel
hospes (host) menyebabkan eliminasi mikroba ini menjadi makin sulit.
Penyakit infeksi ini sering tidak disertai gejala klinis sehingga sulit untuk
menilai penyebaranya dan  sangat merugikan kesehatan. Meskipun sering
asimtomatik infeksi C. trachomatis pada wanita dapat ditemukan servisitis
mukopurulen, uretritis, dan endometritis. Servisitis mukopurulen dapat
menyebabkan beberapa komplikasi, penyebaran intraluminal ascending
organisme dari serviks yang menyebabkan penyakit radang panggul (PID),
Infeksi menaik selama kehamilan yang dapat menyebabkan abortus,

15
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

pecahnya membran ketuban, korioamnionitis, persalinan prematur, IUFD serta


infeksi nifas dan juga peningkatan risiko perkembangan karsinoma serviks.

Pada kehamilan, dapat terjadi penularan infeksi dari ibu ke janin dengan
cara kontak langsung saat persalinan, infeksi yang menjalar secara ascenden,
dan agen penyebab yang masuk ke sirkulasi janin menembus barier plasenta.
Wanita hamil merupakan kelompok yang sangat sensitif terhadap infeksi
bakteri, sehingga jika terjadi infeksi C. trachomatis, bayi juga  akan terinfeksi
bakteri ini selama melewati saluran persalinan yang dapat menyebabkan
konjungtivitis,  faringitis, pneumonia interstisial dan otitis media.10
Diperkirakan  dua pertiga neonatus lahir pervaginam dari ibu yang terinfeksi
juga akan terinfeksi saat lahir. Pada neonatal Infeksi dengan C. trachomatis
dapat menyebabkan sekuele jangka panjang seperti penyakit paru obstruktif
kronis.

E. Bakterial Vaginosis

Bakterial vaginosis adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina


yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob
menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora
normal vagina. Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis bacterial vaginosis
harus ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue
pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, (2) adanya bau amis setelah
penetesan KOH 10% pada cairan vagina (3) duh yang homogen, kental, tipis,
dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan
nitrazine paper. (Ahmad, 2009)

16
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Awalnya infeksi pada vagina hanya disebut dengan istilah vaginitis, di


dalamnya termasuk vaginitis akibat Trichomonas vaginalis dan akibat bakteri
anaerob lain berupa Peptococcus dan Bacteroides, sehingga disebut vaginitis
nonspesifik. Setelah Gardner menemukan adanya spesies baru yang akhirnya
disebut Gardnerella vaginalis, istilah vaginitis nonspesifik pun mulai
ditinggalkan. Berbagai penelitian dilakukan dan hasilnya disimpulkan bahwa
Gardnerella melakukan simbiosis dengan berbagai bakteri anaerob sehingga
menyebabkan manifestasi klinis vaginitis, di antaranya termasuk dari golongan
Mobiluncus, Bacteroides, Fusobacterium, Veilonella, dan golongan
Eubacterium, misalnya Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum, dan
Streptococcus viridans.
Dalam kehamilan, penelitian membuktikan bahwa bakterial vaginosis
merupakan salah satu faktor penyebab pecahnya ketuban pada kehamilan
dan persalinan prematur. Dengan demikian, pemeriksaan terhadap
kemungkinan infeksi perlu diperhatikan. Pengobatan yang dianjurkan
metronidazol 250 mg per oral diberikan 3 hari selama 7 hari. Pendapat lama
mengenai metronidazol yang tidak dianjurkan untuk diberikan pada trimester
pertama kehamilan ternyata dari beberapa penelitian besar yang melibatkan
150 200.000 sampel tidak menunjukkan efek teratogenik sama sekali. Pada
saat ini metronidazol boleh dipakai pada seluruh masa kehamilan. Dapat juga
diberikan klindamisin 300 mg secara oral 2 kali sehari selama 7 hari. (Ahmad,
2009; Daili dkk, 2010)
F. Trikomoniasis

17
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Trikomoniasis merupakan penyakit protozoa persisten yang umum


menyerang saluran urogenital pada wanita ditandai dengan timbulnya vaginitis
dengan bercak bercak berwarna merah seperti “strawberry”, disertai dengan
discharge berwarna hijau dan berbau. (Ahmad, 2009) Pe menimbulkan uretritis
atau cystitis dan umumnya tanpa gejala, serta dapat menyebabkan terjadi
komplikasi obstetrik dan memfasilitasi terjadinya infeksi HIV.
Biasanya trichomoniasis berdampingan dengan gonorrhea; pada suatu
studi ditemukan sekitar 40%. Oleh karena itu, jika ditemukan trichomoniasis
maka perlu dilakukan penilaian menyeluruh terhadap semua patogen
penyebab “STD” (“STD Check”). Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya
parasit yang bergerak pada pemeriksaan mikroskopis atau dari kultur
discharge. Penyebab penyakit ini adalah Trichomonas vaginalis, salah satu
protozoa dengan flagella. Trichomonas vaginalis ditularkan khususnya melalui
kontak seksual secara langsung. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui
mutual masturbation dan berbagai sex toys (alat bantu seks). (Daili, 2002;
Kornia dkk, 2006) Distribusi penyakit tersebar luas; penyakit yang sering
terjadi hampir di seluruh benua dan menyerang semua ras bangsa, terutama
menyerang orang dewasa dengan insidensi yang tinggi pada wanita usia 16-
35 tahun. Secara keseluruhan sekitar 20% wanita terkena infeksi pada masa
usia subur.
Perempuan yang terinfeksi parasite Trichomonas akan mengeluarkan
cairan dari vagina berwarna kuning kehijauan atau abu abu serta berbusa
dalam jumlah banyak, kadangkala disertai pendarahan dan bau tidak sedap,
gatal pada vulva sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman. (Daili, 2010)

18
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Sering buang air kecil dan terasa sakit, pembengkakan vulva, rasa tidak
nyaman selama berhubungan seksual dan sakit di wilayah perut. pendarahan
di serviks mungkin terjadi, namun ini bukan gejala umum dan bayi lahir dengan
berat badan rendah. Pengobatan trikomoniasis dalam kehamilan adalah
dengan meronidazol yang saat ini diyatakan boleh dipakai pada kehamilan.
Sebaiknya diberikan dosis tunggal (2 gram) dibandingkan dengan dosis
terbagi.(Daili dkk, 2010)

Herpes
Sifilis Gonorrhea Klamidia
Simplex
Pengertian Sifilis Gonore Herpes Klamidia adalah
merupakan merupakan simpleks infeksi menular
penularan salah satu adalah infeksi seksual yang
melalui penyakit akut yang disebabkan oleh
hubungan Infeksi disebabkan bakteri Chlamydia
seksual dan Menular oleh herpes trachomatis.
bersifat Seksual simpleks
sistemik yang (IMS) yang virus (HSV)
disebabkan disebabkan
oleh bakteri oleh bakteri
Treponema Neisseria
palidum.  gonorrhoeae.

Etiologi Treponema Gonore Herpes Klamidia


pallidum disebabkan simpleks virus trachomatis

19
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

merupakan oleh bakteri (HSV) tipe I merupakan parasit


spesies Neisseria dan II intraseluler
Treponema gonorrhoeae merupakan obligate yang
dari famili yang virus herpes bergantung pada
Spirochaeta, berbentuk hominis yang sel lain untuk
ordo diplokokus merupakan hidupnya. Parasit
Spirochaetales gram-negatif, virus DNA.  ini menyebabkan
tidak motil, Tipe I atau infeksi pada
berdiameter tipe II yang epitel kolumnar.
sekitar 0,8 ditandai
m dengan dengan
sisi mendatar adanya
dan vesikel yang
konkafnya berkelompok
berdekatan. di atas kulit
yang sembab
dan
eritematosa
pada daerah
dekat
mukokutan.
Gejala 1. Sifilis 1. Pada pria Keluhan 1. Pada wanita
primer Terdapat rasa seperti Sakit perut,
Ditandai panas selama sensasi keputihan

20
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

dengan buang air terbakar dan abnormal,


adanya kemih dan gatal, perdarahan diluar
benjolan kecil keluarnya beberapa jam menstruasi,demam
merah nanah dari sebelum ringan, hubungan
kemudian penis (uretra) timbul lesi, seks menyakitkan,
menjadi luka disertai rasa terkadang nyeri dan rasa
atau koreng sakit saat disertai gejala terbakar saat
yang tidak kencing dan umum, kencing,
disertai rasa bila infeksi misalnya pembengkakan di
nyeri. berlanjut lemas, dalam vagina atau
2. Sifilis akan keluar demam dan di sekitar anus,
sekund cairan nyeri otot. ingin buang air
er campur Timbul kecil melebihi
Ditandai darah. gelembung- biasanya,
adanya gejala 2. Pada gelembung perdarahan vagina
nafsu makan wanita yang setelah
yang Terdapat berkelompok berhubungan,
menurun, pengeluaran dengan keluarnya cairan
demam, sakit cairan yang mudah kekuningan dari
kepala, nyeri abnormal dari pecah. leher rahim yang
sendi, bercak vagina, rasa mungkin memiliki
merah, nyeri di bau yang kuat.
benjolan kecil- bagian perut, 2. Pada pria
kecil seluruh namun pada Nyeri atau rasa

21
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

tubuh, tidak wanita terbakar saat


gatal, gonore kencing, cairan
kebotakan seringkali bernanah atau
rambut dan tidak susu dari penis,
juga dapat penampilkan testis bengkak atau
disertai gejala-gejala. lembek,
pembesaran pembengkakan di
kelenjar getah sekitar anus.
bening yang
bersifat
menyeluruh.
3. Sifilis
tersier
Ditandai
dengan
kelainan yang
bersifat
destruktif pada
kulit, selaput
lendir, tulang
sendi serta
adanya
radang yang
terjadi secara

22
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

perlahan-
lahan pada
jantung, sistim
pembuluh
darah dan
syaraf. Pada
kehamilan
terjadi sifilis
kongenital.
Diagnosis 1. Anamnesa 1. Anamnesa 1. Anamnesa 1. Anamnesa
2. 2. 2. 2. Pemeriksaan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan fisik
fisik fisik fisik 3. Pemeriksaan
3. 3. 3. penunjang:
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan tes
penunjang: penunjang: penunjang: yang sekarang
Uji serologis Pewarnaan PCR, tersedia termasuk
sifilis meliputi gram, kultur, mikroskop kultur sel, deteksi
Uji serologis tes definitif, elektron, antigen, deteksi
non treponema tes kultur, tes asam nukleat,
seperti fermentasi serologi, tes pemeriksaan
pemeriksaan Tzank. serologi.
Rapid Plasma
Reagen

23
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

(RPR),
pemeriksaan
Venereal
Disease
Research
Laboratory
(VDRL), dan
pemeriksaan
Automated
Reagin Test
(ART),
ketiganya
merupakan
pemeriksaan
untuk
mendeteksi
”reagin”
terhadap
antibodi
dimana
antigennya
disebut
cardiolipin

24
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Pada pelaksanaan praktikum di kala I hal yang sangat penting adalah dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan fisik dengan baik dan benar
Langkah / Tugas Kasus
Persiapan Alat, Bahan dan Lingkungan :
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Reflek hammer
e. Jam berdetik
f. Pita ukur
g. Monoaural/dopler
h. Alas bokong
i. Alat DTT/Steril :

- Bak instrumen
- Sarung tangan
- Kom air DTT
- Kapas cebok
j. Set pemeriksaan laboratorium Hb digital, strip protein urine, strip keton urine
k. .lampu sorot bila perlu
l. Perlengkapan pain relief : birth ball, buli hanggat, botol berisi air dingin dll
m. Phantoom ibu hamil
n. Phantoom dilatasi serviks
o. Partograf besar dan lembar partograf
p. Sampiran

25
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

q. Tempat sampah basah dan tempat sampah kering


r. Baskom plastik berisi larutan klorin 0,5%

I. Melakukan Pengkajian data


Data subjektif
1. Menanyakan identitas ibu dan suami:
a. Nama
b. Usia
c. Alamat
d. No. Kontak
e. Pendidikan
f. Pekerjaan
2. Meninjau/menanyakan mengenai usia kehamilan
3. Meninjau/menanyakan mengenai riwayat obstetri yang lalu :
a. Kehamilan
- Paritas dan riwayat abortus
- Masalah/komplilkasi
b. Persalinan
- Cara persalinan
- Berat badan bayi
- Masalah/komplikasi
c. Nifas dan menyusui
- Masalah/komplikasi
- Proses menyusui dan lama menyusui
4. Riwayat penyakit ibu
Kaji lebih dalam mengenai riwayat penyakit menular seksual, bisa dengan
menanyakan apakah memiliki riwayat keputihan yang abnormall, nyeri
saat berhubungan seksual, atau terdapat lesi pada jalan lahir.
Jika ibu sebelumnya memiliki riwayat IMS maka gali lebih dalam,
mengenai jumlah pasangan seksual, tanyakan hasil pemeriksaan
sebelumnya, dan apakah ibu dan pasangan sudah pernah di obat atau
belum
5. Menanyakan apa yang dirasakan ibu
6. Menanyakan mengenai kontraksi :
a. Kapan mulai terasa

26
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

b. Frekuensi
c. Durasi
d. Kekuatannya
7. Menanyakan mengenai adanya cairan vagina :
a. Perdarahan vagina
b. Lendir darah
c. Air ketuban (kapan, warna, bau dan jumlah)
8. Menanyakan mengenai gerakan janin
9. Menanyakan mengenai istirahat
10. Menanyakan mengenai makan dan minum yang terakhir dikonsumsi
11. Menanyakan mengenai terakhir buang air kecil/besar
12. Menanyakan pendamping persalinan
Data Objektif
1. Memeriksa tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah
b. Suhu
c. Nadi
d. Pernafasan
2. Memeriksa adanya edema pada muka
3. Memeriksa mata : konjungtiva dan sclera
4. Memeriksa payudara
5. Melakukan pemeriksaan abdomen :
a. Luka bekas operasi
b. Tinggi fundus uteri
c. Posisi janin (Leopold I – IV)
d. Kontraksi (frekuensi, durasi dan kekuatan)
e. Detak jantung janin (DJJ)
6. Memeriksa refleks patella
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air serta mengeringkannya dengan
handuk bersih
8. Menggunakan sarung tangan DTT atau steril
9. Menjelaskan prosedur kepada ibu dan memberitahu kemungkinan
ketidaknyamanan selama persalinan
10. Melakukan pemeriksaan dalam
a. Inspeksi vulva:
- Memeriksa pengeluaran lendir dan darah dari vagina
- Memeriksa pengeluaran air ketuban dan warna air ketuban
- Memeriksa benjolan, varises, luka di vulva atau tanda infeksi

27
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

lainnya.
b. Pemeriksaan Vagina: Benjolan, varises dan kelainan kongenital di
vagina
c. Pemeriksaan pendataran serviks
d. Pemeriksaan dilatasi serviks
e. Kondisi Ketuban
f. Presentasi janin
g. Posisi
h. Penurunan kepala
i. Molase
j. Bagian kecil yang terkemuka atau menumbung
Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ibu melaporkan adanya
perdarahan pervaginam atau jika perdarahan jelas pada
pemeriksaan gemital luar
Pemeriksaan lab

jika dicurigai ibu terinfeksi menular seksual, dan terdapat fasilitas


pemeriksaan terhadap hal tersebut, maka lakukan pengambilan darah/
specimen sesuai dengan kebutuhan penegakan diagnose
Penatalaksanaan
Lakukan penatalaksanaan pada kala I persalinan sesuai standar dengan
memperhatikan pencegahan infeksi dengan seksama. Jika terdapat lesi aktif
pada saat pemeriksaan fisik maka persiaan rujukan harus segera dilakukan.
Lakukan inform consent dan dukungan psikologis pada klien.

Noted : Persalinan pada ibu dengan lesi aktif sebaiknya dihindari untuk
menghindarkan penularan ke janin. Persalinan SC sebaiknya disarankan.

28
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

LATIHAN

Treponema pallidum merupakan spesies Treponema dari famili Spirochaeta,


ordo Spirochaetales yang merupakan penyebab dari ?

a. Sifilis
b. Gonorrhea
c. Hiv
d. Clamidia
e. Kondiloma

29
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

RANGKUMAN
Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain terutama melalui kontak seksual. IMS dan
kehamilan dihubungkan dengan kehamilan ektopik, abortus spontan, kematian
janin dalam kandungan, infeksi perinatal, intrauterine growth restriction, kelainan
kongenital, ketuban pecah dini, prematuritas, chorioamnionitis, infeksi puerperalis,
bayi berat badan lahir rendah, dan infeksi neonatal. 
Kehamilan dapat mengubah penampampakan klinik IMS dan akan
mempersulit diagnosis dan terapi. Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi,

30
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

penurunan reaksi imunologis, perubahan flora serviko-vaginal, yang semuanya


akan berpengaruh pada perjalanan dan manifestasi klinis IMS itu sendiri. 
Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah sifilis, gonore, chlamydia
trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, kondiloma, dan kandidiasis. Gejala
klinis bervariasi sesuai dengan penyebab infeksi, baik berupa lesi mukokutan,
leukorea, pruritus, disuria, dan lain-lain. 
Pada kehamilan, dapat terjadi penularan infeksi dari ibu ke janin dengan
cara kontak langsung saat persalinan, infeksi yang menjalar secara ascenden, dan
agen penyebab yang masuk ke sirkulasi janin menembus barier plasenta.
Penanganan penyakit menular seksual pada kehamilan adalah dengan
penanganan umum, konservatif, termasuk konseling dan pengobatan pada mitra
seksual. 
Gejala klinis bervariasi sesuai dengan penyebab infeksi, baik berupa lesi
mukokutan, leukorea, pruritus, disuria, dan lain-lain. Pada kehamilan, dapat terjadi
penularan infeksi dari ibu ke janin dengan cara kontak langsung saat persalinan,
infeksi yang menjalar secara ascenden, dan agen penyebab yang masuk ke
sirkulasi janin menembus barier plasenta. Penanganan penyakit menular seksual
pada kehamilan adalah dengan penanganan umum, konservatif, termasuk
konseling dan pengobatan pada mitra seksual.
Disarankan kepada masyarakat umum agar senantiasa melakukan
pencegahan terhadap infeksi menular seksual. Khususnya pada ibu hamil agar
mendapat perhatian penting mengingat dampak yang diakibatkan dari infeksi
menular seksual pada kehamilan. Hubungan sexual yang aman, tidak berganti
partmer sexual dll

31
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Persalinan pada ibu dengan lesi aktif sebaiknya dihindari untuk


menghindarkan penularan ke janin. Persalinan SC sebaiknya disarankan.
Kewaspaan universal harus selalu dilakukan oleh tenkes saat menangani
pasien meliputi, cuci tangan dengan sabun, menggunakan APD, dekontaminasi
alat, Pemrosesan alat setelah digunakan dll

TES FORMATIF
1. Bakteri yang menyebabkan terjadinya Gonorea adalah?
A. Chilamydia trachomalis
B. Mycoplasma
C. Neisseria
D. Treponema
E. Ureaplasma urealyticum

2. Tanda dan gejala yang timbul seperti servisitis dan uretritis adalah akibat dari
terjadinya infeksi menular seksual jenis?
A. Gonorea

32
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

B. Sifilis
C. Trikomoniasis
D. Chlamydia
E. Kondiloma Akuminata

3. Yang bukan merupakan kriteria klinik dalam diagnosis bacterial vaginosis


adalah?

A. adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah


B. Keluar cairan berwarna kuning kehijauan atau abu-abu dari vagina
C. adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina
D. Duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu
E. pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.

4. Terdapat rasa panas selama buang air kemih dan keluarnya nanah dari penis
(uretra) disertai rasa sakit saat kencing dan bila infeksi berlanjut akan keluar
cairan campur darah, merupakan gejala pada pria yang terinfeksi IMS jenis?
A. Silfilis
B. Gonorea
C. Chlamydia
D. Bakterial vaginosis
E. HSV

5. Gejala yang ditandai dengan adanya benjolan kecil merah kemudian menjadi
luka atau koreng yang tidak disertai rasa nyeri, merupakan gejala dari infeksi?

A. Sifilis primer

33
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

B. Sifilis sekunder
C. Gonorea pada pria
D. Gonorea lada wanita
E. Chlamydia pada wanita

6. Berikut adalah pernyataan yang benar tentang HERPES

A. Infeksi HSV pada kehamilan dapat terjadi secara primer maupun rekuren
B. HSV dapat menyebabkan tampilan klinis yang lebih berat pada ibu yang tidak
hamil dibandingkan ibu yang sedang hamil.
C. Risiko tertinggi infeksi neonatal terjadi jika ibu hamil terinfeksi HSV pada
trimester ke-2 kehamilan
D. Infeksi HSV pada neonatus tidak diperoleh pada saat kehamilan,
intrapartum, atau post partum.
E. 70% sampai 85% infeksi HSV pada neonatus disebabkan oleh HSV
sedangkan sisanya disebabkan oleh HSV.-2.

Kunci jawaban
1. C
2. D
3. B
4. B
5. A
6. A

34
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

A. GLOSARIUM
B.
C.

Abortus : biasa disebut juga keguguran adalah kematian janin dalam


kandungan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu
Anomali : suatu keganjilan, keanehan atau penyimpangan dari
keadaan biasa/normal 
Asimptomatik : kasus konfirmasi tanpa disertai gejala
Atrofi : penyusutan
Chancre : infeksi bakteri yang menyebabkan luka terbuka pada alat
genital (kelamin) dan sekitarnya.

35
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Disuria : rasa sakit dan tidak nyaman saat kencing


Fetus : janin
in utero : dalam Rahim
intrauterin : dalam Rahim
Lesi : istilah kedokteran untuk merujuk pada keadaan jaringan
yang abnormal pada tubuh
Leukorea : biasa disebut keputihan adalah gejala atau manifestasi klinis
dari sebuah penyakit
Mukokutan : merupakan penyakit infeksi jamur candida pada kulit dan
mukosa, misalnya kandidiasis oral, vagina, kulit, dan kuku.
Mukopurulen : emisi atau sekresi cairan yang mengandung lendir dan
nanah ( muco- berkaitan dengan lendir dan purulen berkaitan
dengan nanah ) dari mata , hidung , leher rahim , dalam
vagina atau bagian lain dari tubuh karena infeksi dan
peradangan
Plasenta : organ yang terbentuk dan menempel pada dinding rahim
sejak awal kehamilan atau sekitar bulan pertama dan kedua
kehamilan
Pruritus : rasa gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh
seseorang. Gatal dapat disertai dengan ruam. 
Prevalensi : proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu
dalam jangka waktu tertentu
Poliartritis : terjadi ketika empat atau lebih sendi di tubuh menjadi nyeri
dan meradang

36
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Sekret : produk atau hasil dari proses sekresi.


Stillbirth : bayi lahir mati
Uterus : Rahim

DAFTAR PUSTAKA

Fauzia Andrini Djojosugito. Infeksi Herpes Simpleks Dalam Kehamilan. Jurnal


Review. JIK, Jilid 10, Nomor 1, Maret 2016, Hal. 1-4
Ni Nyoman Mestri Agustini, Ni Luh Kadek Alit Arsani. Infeksi Menular Seksual
Dan Kehamilan. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun  2013
Armina Haramaini,  Rachmatdinata, Rasmia Rowawi. Prevalensi Servisitis
Gonore pada Wanita Hamil di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota
Bandung Tahun 2015. Artike Penelitian.

37
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)

Arum Krismi, Herwinda Brahmanti2, Satiti Retno Pudjiati. Infeksi Menular


Seksual Multipel Pada Perempuan Hamil Trimester Kedua (Laporan
Kasus). Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana. Volume: 01 – Nomor 
01 – Oktober 2015. 
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan. Kemenkes. 2013
Wenny Nursa Octarina, Andani Eka Putra, Puja Agung Antonius. Hubungan
Infeksi Chlamydia Trachomatis Dengan Kejadian Abortus Spontan Di
Rsud Dr. Rasidin Dan Rsia Siti Hawa  Padang. Artikel Penelitian. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3).
Pedoman nasional penanganan infeksi menular seksual . 2015. Jakarta.
KEMENKES RI
Indriatni Wresti. 2014. Infeksi Menular Seksual : Diagnosis dan Tatalaksana.
Jakarta : FKUI.

38

Anda mungkin juga menyukai