KALA I DENGAN
PENYAKIT INFEKSI MENULAR
SEKSUAL
Penyusun:
Aflah Raudhotul Zannah
P17324118002
3B
2021
2
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur SAYA
panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya kami masih diberikan
kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan modul paktik PKK3b asuhan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal dengan topic infeksi menular seksual
ipada persalinan kala I
Saya mengucapkan terimakasih kepada keluarga yang telah memberikan doa agar
proses pembelajaran dan penyusunan modul praktik berjalan lancar. Adapun tujuan
dibuatnya modul ini adalah untuk memenuhi SKS PKK3b di masa isolasi mandiri.
Selain itu, saya juga menaruh harap semoga modul ini dapat bermanfaat untuk
saya pribadi sebagai bahan belajar, maupun untuk para pembaca.
Saya menyadari bahwa modul ini masih memiliki banyak kekurangan.Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun tetap saya nantikan dan harapkan demi
kesempurnaannya.
Penulis
i
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
DAFTAR ISI
ii
PENDAHULUAN
deskripsi, relevansi, Tujuan, dan tujuk Belajar
M DESKRIPSI SINGKAT
Odul ini memuat teori mengenai beberapa infeksi menular seksual yang sering
terjadi dikalangan masyarakat khusunya perempuan. Seperti sifilis, gonore,
chlamydia trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, dan herpes. Dimana tak
jarang infeksi menular seksual ini juga menyerang ibu hamil dan bersalin sehingga
perlu untuk di ketahui apa saja macam macam dari infeksi menular seksual itu,
tanda dan gejala nya seperti apa karena gejala klinis bervariasi sesuai dengan
penyebab infeksi, baik berupa lesi mukokutan, leukorea, pruritus, disuria, dan lain-
lain. Serta bagaimana penatalaksanaanya. Sehingga di harapkan Modul ini dapat
dijadikan bahan pembelajaran atau referensi asuhan.
RELEVANSI
M
Odul ini memberikan gambaran yang sangat berkaitan dengan kesehatan
reproduksi wanita. Dimana infeksi menular seksual merupakan kasus yang sangat
sering terjadi di kalangan masyarakat. IMS ini jika terjadi dalam kehamilan
beberapa di antaranya dapat diturunkan baik transmisi melalui plasenta atau saat
persalinan sehingga sangat penting dilakukan pengkajian sehingga kelainan pada
iii
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
bayi baru lahir dapat dicegah, dan transmisi dari pasien ke tenaga kesehatan
dapat diminimalkan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
T
ujuan pembelajaran dari modul ini adalah mahasiswa mampu mengenali dan
menjelaksna berbagai macam infeksi menular seksual dari tanda dan gejala yang
di dapatkan, dampak yang dapat diterima oleh bayi, serta penanganan yang dapat
diberikan oleh mahasiswa ketika mendapatkan kasus seperti ini.
Selain itu pembelajaran ini bertujuan untuk tercapaikan kompetensi mahasiswa
mengenai kegawatdaruratan maternal dan neonatus
PETUNJUK BELAJAR
Untuk mempermudah proses pembelajran dilakukan langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut :
Langkah 1 : mahasiswa/peserta memahami terlebih dahulu latar belakang
perlunya memepelajari asuhan pada wanita dengan IMS
Langkah 2 : mahasiswa/peserta diminta mencari dan mempelajari referensi lain
terlebih dahulu terkait IMS dalam persalinan
Langkah 3 : mahasiswa/peserta dapat mempelajari modul ini dengan memberikan
tanda hal hal penting dan lakukan review materi di kala senggang
Langkah 4 : mahasiswa/peserta melakukan praktik skill lab dan peer review
dengan tema
iv
Kegiatan Praktikum 1l
Persalinan Kala I Dengan Infeksi Menular
Seksual
120 Menit
PENDAHULUAN
Infeksi menular seksual (IMS) yang disebut juga penyakit menular seksual
(PMS) adalah infeksi yang menular lewat hubungan seksual baik dengan
pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti
pasangan. Infeksi menular seksual merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang menonjol di sebagian besar wilayah dunia. Penyakit IMS merupakan
masalah besar dalam kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana
penyakit IMS membuat individu rentan terhadap infeksi HIV. Cara penularan
penyakit IMS yaitu melalui hubungan seksual dan diikuti dengan perilaku yang
menempatkan individu dalam risiko mencapai HIV, seperti mereka berperilaku
bergantian pasangan seksual dan tidak konsisten menggunakan kondom (Badan
Narkotika Nasional, 2004).
Pada dasarnya setiap orang yang sudah aktif secara seksual dapat tertular
IMS. Namun yang harus diwaspadai adalah kelompok berisiko tinggi terkena IMS
yaitu orang yang suka berganti-ganti pasangan seksual dan orang yang punya
1
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
2
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
3
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
TUJUAN PEMBELAJARAN
4
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
URAIAN MATERI
IMS (Infeksi Menular Seksual) disebut juga penyakit kelamin, merupakan
salah satu penyakit yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri
khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi terutama di daerah genital. IMS
sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh
dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang. Insiden
maupun prevalensi yang sebenarnya di berbagai negara tidak diketahui dengan
pasti. Berdasarkan laporan-laporan yang dikumpulkan oleh WHO (World Health
Organizations), setiap tahun di seluruh negara terdapat sekitar 250 juta penderita
baru yang meliputi penyakit Gonore, Sifilis, Herpes Genetalis, dan jumlah tersebut
menurut hasil analisis WHO cenderung meningkat dari waktu ke waktu
(Daili,2005 : 6)
IMS adalah infeksi yang penularannya kebanyakan melalui hubungan
seksual baik oral, anal, maupun pervaginam. Meskipun begitu penularan IMS
dapat juga menular dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran,
melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang - kadang
dapat ditularkan melalui alat kesehatan (Murtiastutik, 2008).
Klasifikasi IMS Berdasarkan Patogennya
5
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
6
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
7
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
8
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
B. GONOREHA
Gonorea atau di kalangan masyarakat umum dikenal dengan nama GO
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhea. (Daili, 2005) Pada wanita, GO sering tidak menimbulkan gejala
apapun sehingga sering luput dari diagnosis dokter. Hal ini menyebabkan
seorang wanita pengidap GO tidak menyadari dirinya terinfeksi dan
menularkannya ke orang lain. (Ahmad, 2009) Gonore dalam kehamilan
biasanya dijumpai dalam bentuk menahun dan 60 kasus adalah asimptomatik
sehingga penderita tidak menyadari penyakitnya. Namun, dapat pula terjadi
peningkatan gejala selama kehamilan misalnya kolpitis dan vulvitis. Dapat pula
disertai oftalmia neonatorum yang menjadi petunjuk awal bahwa ibu menderita
gonorea. (Ahmad, 2009; Daili, 2005) Adanya poliartritis pada trimester II atau
III harus dipikirkan adanya artritis gonoroika.
9
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
10
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
C. HERPES
Infeksi HSV pada kehamilan dapat terjadi secara primer maupun
rekuren, keduanya dapat menyebabkan efek pada janin yang dikandungnya
berupa abnormalitas pada neonatus. Selain itu HSV dapat menyebabkan
tampilan klinis yang lebih berat pada ibu hamil dibandingkan ibu yang tidak
hamil.5,11 Infeksi primer terutama pada herpes genitalis dalam kehamilan
menimbulkan infeksi yang lebih berat pada neonatus, terlebih pada penderita
yang belum memiliki antibodit terhadap HSV. Infeksi HSV pada neonatus
dapat diperoleh pada saat kehamilan, intrapartum, atau post partum.
Risiko infeksi HSV intrauterin meningkat pada ibu hamil yang menderita
infeksi HSV yang meluas dimana 90% disebabkan oleh HSV-2. Transmisi
11
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
virus intrauterin dapat terjadi pada awal kehamilan (sekitar 20 minggu gestasi)
dan menyebabkan abortus, stillbirth, dan anomali kongenital.5 Anomali
kongenital tersebut berupa kelainan mata (chorioretinitis, microphtalmia,
katarak), kerusakan neurologis (kalsifikasi intrakranial, microcephali), growth
retardation, dan kelainan perkembangan psikomotor. Jika infeksi HSV terjadi
pada saat intrapartum atau post partum maka dapat menyebabkan infeksi
pada neonatus berupa penyakit HSV yang terlokalisir pada kulit, mata dan
atau mulut (SEM); encephalitis HSV dengan atau kelainan pada kulit, mata,
mulut; dan HSV diseminata berupa disfungsi organ berat dengan mortalitas
mencapai 80% tanpa terapi.5 Tujuh puluh sampai 85% infeksi HSV pada
neonatus disebabkan oleh HSV-2, sedangkan sisanya disebabkan oleh HSV.
Infeksi HSV pada kehamilan baik itu infeksi primer maupun rekuren
dapat terjadi simtomatis dan asimtomatis. Kebanyakan infeksi HSV pada
neonatus (70%) disebabkan oleh wanita hamil yang asimtomatis.
12
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
Infeksi HSV pada neonatus lebih sering terjadi (sekitar 50% kasus)
pada ibu dengan infeksi primer dibandingkan ibu dengan infeksi rekuren dan
menyebabkan infeksi neonatal yang berat.5,11 Sembilan puluh persen
neonatal herpes didapatkan pada masa perinatal, yaitu pada saat kelahiran
pervaginam melalui sekret vagina yang terkontaminasi HSV, sedangkan
sisanya didapatkan segera setelah kelahiran.
Penatalaksanaan:
Wanita hamil dengan episode klinis pertama atau rekuren dapat diterapi
dengan acyclovir atau valacyclovir. Walaupun penggunaan kedua obat ini tidak
meningkatkan kemungkinan terjadinya abnormalitas pada fetus, tetapi efek
obat tersebut pada jangka panjang masih membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Risiko tertinggi infeksi neonatal terjadi jika ibu hamil terinfeksi HSV pada
trimester ketiga kehamilan.13 Oleh karena itu persalinan secara sectio sesaria
merupakan keharusan pada wanita hamil yang terinfeksi HSV primer maupun
non primer pada trimester akhir kehamilan. Selain itu, membatasi penggunaan
13
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
monitoring invasif pada wanita yang akan bersalin dapat menurunkan kejadian
infeksi neonatal.
D. CLAMIDIA
Infeki Chlamydia trachomatis dalam kehamilan dapat dihubungkan
dengan abortus spontan, kehamilan ektopik, kematian janin dalam kandungan,
infeksi perinatal, intrauterine growth restriction, kelainan kongenital, ketuban
pecah dini, prematuritas, chorioamnionitis, infeksi puerperalis dan infeksi
neonatal. Prevalensi infeksi C. trachomatis pada wanita hamil di iran tercatat
adalah 18,2%, sedangkan di brazil prevalensi infeksi C. trachomatis pada
wanita hamil adalah 11,0%. 2002.
14
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
Tanda dan gejala yang timbul karena infeksi chlamydia pada wanita
adalah servisitis dan uretritis. Infeksi urogenital didapatkan pada 30% kasus
dengan memberikan gejala: servisitis mukopurulen, duh tubuh vagina yang
purulen, nyeri perut bawah, post-coital atau intermenstrual bleeding, disuria,
didapatkan tanda-tanda PID ataun yeri kronis pada pelvis. Pada wanita hamil,
C. trachomatis mempengaruhi perkembangan intra dan ekstra uterus.
Kehamilan itu sendiri dapat meningkatkan risiko kolonisasi C. trachomatis dan
mengubah respon imun.
15
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
Pada kehamilan, dapat terjadi penularan infeksi dari ibu ke janin dengan
cara kontak langsung saat persalinan, infeksi yang menjalar secara ascenden,
dan agen penyebab yang masuk ke sirkulasi janin menembus barier plasenta.
Wanita hamil merupakan kelompok yang sangat sensitif terhadap infeksi
bakteri, sehingga jika terjadi infeksi C. trachomatis, bayi juga akan terinfeksi
bakteri ini selama melewati saluran persalinan yang dapat menyebabkan
konjungtivitis, faringitis, pneumonia interstisial dan otitis media.10
Diperkirakan dua pertiga neonatus lahir pervaginam dari ibu yang terinfeksi
juga akan terinfeksi saat lahir. Pada neonatal Infeksi dengan C. trachomatis
dapat menyebabkan sekuele jangka panjang seperti penyakit paru obstruktif
kronis.
E. Bakterial Vaginosis
16
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
17
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
18
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
Sering buang air kecil dan terasa sakit, pembengkakan vulva, rasa tidak
nyaman selama berhubungan seksual dan sakit di wilayah perut. pendarahan
di serviks mungkin terjadi, namun ini bukan gejala umum dan bayi lahir dengan
berat badan rendah. Pengobatan trikomoniasis dalam kehamilan adalah
dengan meronidazol yang saat ini diyatakan boleh dipakai pada kehamilan.
Sebaiknya diberikan dosis tunggal (2 gram) dibandingkan dengan dosis
terbagi.(Daili dkk, 2010)
Herpes
Sifilis Gonorrhea Klamidia
Simplex
Pengertian Sifilis Gonore Herpes Klamidia adalah
merupakan merupakan simpleks infeksi menular
penularan salah satu adalah infeksi seksual yang
melalui penyakit akut yang disebabkan oleh
hubungan Infeksi disebabkan bakteri Chlamydia
seksual dan Menular oleh herpes trachomatis.
bersifat Seksual simpleks
sistemik yang (IMS) yang virus (HSV)
disebabkan disebabkan
oleh bakteri oleh bakteri
Treponema Neisseria
palidum. gonorrhoeae.
19
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
20
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
21
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
22
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
perlahan-
lahan pada
jantung, sistim
pembuluh
darah dan
syaraf. Pada
kehamilan
terjadi sifilis
kongenital.
Diagnosis 1. Anamnesa 1. Anamnesa 1. Anamnesa 1. Anamnesa
2. 2. 2. 2. Pemeriksaan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan fisik
fisik fisik fisik 3. Pemeriksaan
3. 3. 3. penunjang:
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan tes
penunjang: penunjang: penunjang: yang sekarang
Uji serologis Pewarnaan PCR, tersedia termasuk
sifilis meliputi gram, kultur, mikroskop kultur sel, deteksi
Uji serologis tes definitif, elektron, antigen, deteksi
non treponema tes kultur, tes asam nukleat,
seperti fermentasi serologi, tes pemeriksaan
pemeriksaan Tzank. serologi.
Rapid Plasma
Reagen
23
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
(RPR),
pemeriksaan
Venereal
Disease
Research
Laboratory
(VDRL), dan
pemeriksaan
Automated
Reagin Test
(ART),
ketiganya
merupakan
pemeriksaan
untuk
mendeteksi
”reagin”
terhadap
antibodi
dimana
antigennya
disebut
cardiolipin
24
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Pada pelaksanaan praktikum di kala I hal yang sangat penting adalah dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan fisik dengan baik dan benar
Langkah / Tugas Kasus
Persiapan Alat, Bahan dan Lingkungan :
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Reflek hammer
e. Jam berdetik
f. Pita ukur
g. Monoaural/dopler
h. Alas bokong
i. Alat DTT/Steril :
- Bak instrumen
- Sarung tangan
- Kom air DTT
- Kapas cebok
j. Set pemeriksaan laboratorium Hb digital, strip protein urine, strip keton urine
k. .lampu sorot bila perlu
l. Perlengkapan pain relief : birth ball, buli hanggat, botol berisi air dingin dll
m. Phantoom ibu hamil
n. Phantoom dilatasi serviks
o. Partograf besar dan lembar partograf
p. Sampiran
25
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
26
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
b. Frekuensi
c. Durasi
d. Kekuatannya
7. Menanyakan mengenai adanya cairan vagina :
a. Perdarahan vagina
b. Lendir darah
c. Air ketuban (kapan, warna, bau dan jumlah)
8. Menanyakan mengenai gerakan janin
9. Menanyakan mengenai istirahat
10. Menanyakan mengenai makan dan minum yang terakhir dikonsumsi
11. Menanyakan mengenai terakhir buang air kecil/besar
12. Menanyakan pendamping persalinan
Data Objektif
1. Memeriksa tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah
b. Suhu
c. Nadi
d. Pernafasan
2. Memeriksa adanya edema pada muka
3. Memeriksa mata : konjungtiva dan sclera
4. Memeriksa payudara
5. Melakukan pemeriksaan abdomen :
a. Luka bekas operasi
b. Tinggi fundus uteri
c. Posisi janin (Leopold I – IV)
d. Kontraksi (frekuensi, durasi dan kekuatan)
e. Detak jantung janin (DJJ)
6. Memeriksa refleks patella
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air serta mengeringkannya dengan
handuk bersih
8. Menggunakan sarung tangan DTT atau steril
9. Menjelaskan prosedur kepada ibu dan memberitahu kemungkinan
ketidaknyamanan selama persalinan
10. Melakukan pemeriksaan dalam
a. Inspeksi vulva:
- Memeriksa pengeluaran lendir dan darah dari vagina
- Memeriksa pengeluaran air ketuban dan warna air ketuban
- Memeriksa benjolan, varises, luka di vulva atau tanda infeksi
27
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
lainnya.
b. Pemeriksaan Vagina: Benjolan, varises dan kelainan kongenital di
vagina
c. Pemeriksaan pendataran serviks
d. Pemeriksaan dilatasi serviks
e. Kondisi Ketuban
f. Presentasi janin
g. Posisi
h. Penurunan kepala
i. Molase
j. Bagian kecil yang terkemuka atau menumbung
Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ibu melaporkan adanya
perdarahan pervaginam atau jika perdarahan jelas pada
pemeriksaan gemital luar
Pemeriksaan lab
Noted : Persalinan pada ibu dengan lesi aktif sebaiknya dihindari untuk
menghindarkan penularan ke janin. Persalinan SC sebaiknya disarankan.
28
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
LATIHAN
a. Sifilis
b. Gonorrhea
c. Hiv
d. Clamidia
e. Kondiloma
29
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
RANGKUMAN
Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain terutama melalui kontak seksual. IMS dan
kehamilan dihubungkan dengan kehamilan ektopik, abortus spontan, kematian
janin dalam kandungan, infeksi perinatal, intrauterine growth restriction, kelainan
kongenital, ketuban pecah dini, prematuritas, chorioamnionitis, infeksi puerperalis,
bayi berat badan lahir rendah, dan infeksi neonatal.
Kehamilan dapat mengubah penampampakan klinik IMS dan akan
mempersulit diagnosis dan terapi. Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi,
30
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
31
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
TES FORMATIF
1. Bakteri yang menyebabkan terjadinya Gonorea adalah?
A. Chilamydia trachomalis
B. Mycoplasma
C. Neisseria
D. Treponema
E. Ureaplasma urealyticum
2. Tanda dan gejala yang timbul seperti servisitis dan uretritis adalah akibat dari
terjadinya infeksi menular seksual jenis?
A. Gonorea
32
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
B. Sifilis
C. Trikomoniasis
D. Chlamydia
E. Kondiloma Akuminata
4. Terdapat rasa panas selama buang air kemih dan keluarnya nanah dari penis
(uretra) disertai rasa sakit saat kencing dan bila infeksi berlanjut akan keluar
cairan campur darah, merupakan gejala pada pria yang terinfeksi IMS jenis?
A. Silfilis
B. Gonorea
C. Chlamydia
D. Bakterial vaginosis
E. HSV
5. Gejala yang ditandai dengan adanya benjolan kecil merah kemudian menjadi
luka atau koreng yang tidak disertai rasa nyeri, merupakan gejala dari infeksi?
A. Sifilis primer
33
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
B. Sifilis sekunder
C. Gonorea pada pria
D. Gonorea lada wanita
E. Chlamydia pada wanita
A. Infeksi HSV pada kehamilan dapat terjadi secara primer maupun rekuren
B. HSV dapat menyebabkan tampilan klinis yang lebih berat pada ibu yang tidak
hamil dibandingkan ibu yang sedang hamil.
C. Risiko tertinggi infeksi neonatal terjadi jika ibu hamil terinfeksi HSV pada
trimester ke-2 kehamilan
D. Infeksi HSV pada neonatus tidak diperoleh pada saat kehamilan,
intrapartum, atau post partum.
E. 70% sampai 85% infeksi HSV pada neonatus disebabkan oleh HSV
sedangkan sisanya disebabkan oleh HSV.-2.
Kunci jawaban
1. C
2. D
3. B
4. B
5. A
6. A
34
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
A. GLOSARIUM
B.
C.
35
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
36
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
DAFTAR PUSTAKA
37
Mata Kuliah : (PKK3B Kegawatdaruratan maternal dan neonatus)
38