Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH CAMPAK

DISUSUN OLEH :
Nama :
1. Juni Setyaningsih (19.0601.0007)
2. Devi Yulia Pramae Sella (19.0601.0030)
3. Mentari Farida S. (19.0601.0043)
Prodi : D3 Keperawatan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MAGELANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas Makalah Stunting mata kuliah Keperawatan Anak dengan lancar
dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak
pada semester 4, program studi D3 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Magelang.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan dan
masalah, namun berkat bantuan, kerjasama, dan bimbingan dari berbagai pihak maka kesulitan
tersebut dapat teratasi.

Pada penyusunan makalah ini, sangat disadari bahwa masih terdapat kekurangan,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Magelang. 17 Juni 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
1.3. Tujuan .................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1. Definisi ................................................................................................................................... 3
2.2. Anatomi Fisiologi .................................................................................................................. 3
2.3. Etiologi ................................................................................................................................... 4
2.4. Manifestasi Klinis.................................................................................................................. 4
2.5. Patofisiologi ........................................................................................................................... 5
2.6. Pathway.................................................................................................................................. 5
2.7. Komplikasi ............................................................................................................................. 7
2.8. Penatalaksanaan ................................................................................................................... 7
2.9. Pemeriksaan Fisik ................................................................................................................. 7
2.10. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................... 7
2.11. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .............................................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 11
3.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 11
3.2. Saran .................................................................................................................................... 11
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH KATA SULIT ............................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 13

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Campak adalah penyakit endemic di negara berkembang. Salah satunya di Indonesia,
campak menyerang terutama pada bayi dan balita. Penyakit tersebut disebabkan oleh
virus golongan Paramyxovirus. Pada tahun 2013, di dunia terdapat 145.700 orang
meninggal akibat campak, sedangkan sekitar 400 kematian setiap hari sebagian besar
terjadi pada balita (WHO, 2015).
Penyakit campak di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang
harus ditangani karena kasus campak masih tinggi dan hampir di semua daerah masih
terdapat kejadian luar biasa. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian campak
adalah sumber daya manusia yang secara umum masih rendah sehingga keberhasilan
program kesehatan belum seperti apa yang diharapkan khususnya program reduksi penyakit
campak. Di antara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi campak adalah
penyebab utama kematian pada balita oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor
penting dalam mengurangi angka kematian balita (Depkes RI, 2010).
Indonesia adalah negara ke-4 di dunia yang memiliki angka kesakitan dan kematian terbesar
akibat campak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar 1 juta orang sakit dan 30 ribu
anak Indonesia meninggal tiap tahun akibat penyakit ini atau setiap 20 menit, satu anak
Indonesia meninggal akibat penyakit campak dan komplikasi penyakit ikutan lainnya seperti
radang paru-paru, diare, kebutaan, gangguan pendengaran, dan encephalitis yang merusak
otak. (Marniasih, Hermawan, & Abidin, 2012)
Di Dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta orang yang menderita campak. Pada
tahun 2005 diperkirakan 345.000 kematian diseluruh dunia, sebagian besar diantaranya
adalah anakanak. (Hayu, 2020)
Kasus campak di Indonesia sebesar 12.681 kasus pada tahun 2016 dan Provinsi Jawa Timur
adalah wilayah yang memiliki jumlah kasus campak terbanyak, yaitu sebesar 3.765 kasus.
Cakupan imunisasi campak pada bayi sudah memenuhi target, namun cakupan imunisasi
campak pada balita belum memenuhi target. (Oktaviasari, 2018)

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari campak ?
2. Bagaimana anatomi fisiolginya?
3. Apa etiologi campak?
4. Apa saja manifestasi klinis pada penderita campak?
5. Bagaimana pathosifiologi campak?
6. Bagaimana pathway campak?
7. Apa saja komplikasi pada penderita campak?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien campak?
9. Apa saja pemeriksaan fisik pada klien campak?
10. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien campak?
11. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien campak?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari campak
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi
3. Untuk mengetahui etiologic pada campak

1
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada penderita campak
5. Untuk mengetahui patofisiologi pada campak
6. Untuk mengetahui pathway campak
7. Untuk mengetahui komplikasi pada penderita campak
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari pasien campak
9. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik pada pasien campak
10. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien campak
11. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien campak

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Definisi
Virus campak merupakan salah satu mikroorganisme yang sangat mudah menular
antara individu satu ke individu yang lain, terutama pada anak-anak yang memasuki
usia prasekolah dan tamat SD. Campak adalah penyakit menular yang sering
menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB). Campak adalah anggota dari
Paramyxoviridae, dalam genus Morbillivirus. Penyakit ini mudah menular melalui
sistem pernapasan, terutama percikan ludah atau cairan yang keluar dari sistem
pernapasan, seperti pada saat bersin, batuk, maupun berbicara. (Oktaviasari, 2018)
Morbili adalah penyakit virus akut yang menular dengan ditandai 3 stadium erupsi dan
stadium konvallisensi, dengan manifestasi demam, konjungtivitis dan bercak koplik,
pembesaran serta nyeri limpa nadi (Nelson,2000).
2.2.Anatomi Fisiologi
1. Anatomi kulit.
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16
% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium
minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada
telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit
berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan
lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari
mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans
dan merkel. Tebal epidermis berbedabeda pada berbagai tempat di tubuh,
paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya
sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6
minggu.
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis
dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi,
yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya
berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
2. Vasikularis kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap
papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak
terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran
epidermis

3
3. Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang
raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung
jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
2.3.Etiologi
1. Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus
Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama dengan virus
gondongan (mumps), virus parain-uenza, virus human metapneumovirus, dan RSV
(Respiratory Syncytial Virus).
2. Virus ini terdapat dalam darah dan secret nasofaring pada masa gejala awal hingga
24 jam setelah timbulnya bercak merah dikulit dan selaput lendir
3. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar. 15 minggu dalam
pengawetan beku, virus tidak aktif pada pH rendah.
4. Secara biologik campak ini serupa dengan cacar yaitu hanya memiliki satu serotipe
virus dan adanya vaksin campak yang efektif
5. Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukan imunoglobulis kelas igG
dan IgM distimulasi oleh infeksi campak, muncul bersama - sama diperkirakan 12
hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi setelah 21 hari. (Halim, 2016)

2.4.Manifestasi Klinis
Menurut Nelson (2000), masa tunas/inkubasi penyakit campak ini berlangsung kurang
lebih dari 10 – 20 hari dan kemudian timbul gejala – gejala yang dibagi menjadi 3
stadium, yaitu :
1. Stadium Kataral (Prodomal)
Stadium Prodomal berlangsung selama 4 – 5 hari ditandai oleh demam ringan
hingga sedang. Batuk kering ringan, coryza, fotofobia, dan konjungtivitis.
Menjelang akhri stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplil yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai.
Bercak koplil berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar di bawah, tetapi
dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang,
mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit langit dan
karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam
waktu 12 – 18 jam. Kadang – kadang stadium prodromal bersifat berat karena
diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang kejang dan pneumoni. Gambaran
darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
2. Stadium Erupsi
Coryza dan batuk batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum
dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk macula papula disertai
dengan menaiknya suhu tubuh, eritema timbul dibelakang telinga dibagaian atas
lateral tengkuk, sepangjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kdang
terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muaka bengkak. Terdapat
pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibular dan didaerah leher belakang.

4
Juga terdapat sedikit splenomegaly, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi
dan morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai
perdaraan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus
3. Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hipegmentasi)
yang bias hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pada kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Pada penyakit – penyakit lain dengan eritema atau
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali bila ada komplikasi
2.5.Patofisiologi
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari penderita.
Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel epitel saluran
napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar
limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul multiplikasi virus
di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga
terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi
viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari
ke-11 sampai hari ke14, virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh
lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di
sel-sel endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag. (Halim, 2016)
2.6.Pathway
(dihalaman selanjutnya)

5
Paramyxoviridae Morbili Mengendap pada Saluran cerna
Virus organ
Epitel Saluran
napas Hiperplasi jaringan
Masuk saluran napas Kulit limpoid
Penurunan
Poliferasi sel fungsi silia Iritasi mukosa usus
Ditangkap oleh makrofag
endotel kapiler
dalam korium Peningkatan Sekresi meningkat
Menyebar ke kelenjar sekret
limfe regional Eksudasi
Peristaltic mingkat
serum/eritrosit
Reflek batuk
dalam epidermis
Mengalami relikasi
Diare
Ketidakefektif
Ruam an Bersihan
Virus dilepas kedalam Dehidrasi
Jalan Nafas
aliran darah (virema
primer Gangguan
Intregitas Kulit Ketidakseimbangan
Cairan Dan
Virus sampai RES Elektrolit

Replikasi kembali

Virus sampai ke multiple


tissue set (virema
sekunder) Histamin
Reaksi radang

Gatal Set point meningkat


Pengeluaran mediator
kimia Peningkatan suhu tubuh
Nyeri

Mempengaruhi thermostat
Nafsu makan menurun
dalam hipotalamus

Intake makanan
menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

6
2.7.Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit campak yaitu :
1. Bronkopneumonia
2. Enteritis
3. Encephalitis
4. Encephalitis akut (radang otak)
5. SSPE (Subacute Seleroting Panencephalitis)
6. Otitis Media Akut
2.8.Penatalaksanaan
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring,
antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam),
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi sebagai
imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak.
Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan
pneumonia.5 Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai
berikut :
 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan
 Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai
umur penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan
gejala defisiensi vitamin A
Pada campak dengan komplikasi otitis media dan/atau pneumonia bakterial dapat diberi
antibiotik. Komplikasi diare diatasi dehidrasinya sesuai dengan derajat dehidrasinya.
(Halim, 2016)
2.9.Pemeriksaan Fisik
1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya
tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. Pada umunya anak tampak lemah.
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
4. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang
munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi,
muka, dan kemudian seluruh tubuh.
2.10. Pemeriksaan Penunjang
a. Deteksi antigen
Antigen campak dapat dideteksi pada sel epitel dalam secret respirasi dan urine.
Antibody terhadap nucleoprotein bermanfaat karena merupakan protein virus yang
paling banyak ditemukan pada sel yang terinfeksi.
b. Isolasi dan identifikasi virus
Apusan nasofaring dan konjungtiva, sampel darah, secret pernafasan, serta urine
yang diambil dari pasien pada saat demam.
c. Serologi
Pemastian infeksi campak secara serologis bergantung pada peningkatan titer
antibody 4x lipat antara serum fase akut dan fase konvalensi atau terlihatnya
antibody IgM spesifik campak didalam specimen serum tunggal yang diambil
antara 1 – 2 minggu setelah awitan ruam.

7
2.11. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
- Anamnese
a. Identitas Penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis
kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis
b. Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema (titik merah)
dipalatum durum dan palatum mole.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang
tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,
koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak
f. Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak
g. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
h. Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
 Gizi buruk kurang dari 60 %
 Gizi kurang 60 % - <80 %
 Gizi baik 80 % - 110 %
 Obesitas lebih dari 120 %

- Pemeriksaan fisik (head to toe)


a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan
tanda-tanda vital
b. Kepala dan leher
 Inspeksi
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,
fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas
lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah
 Palpasi

8
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula
dan didaerah leher belakang
c. Mulut
 Inspeksi
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan
molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole,
perdarahan pada mulut dan traktus digestivus
d. Torak
 Inspeksi
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,
perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran
penyakit secara klinis menyerupai influenza
 Auskultasi
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan
e. Abdomen
 Inspeksi
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit
 Auskultasi
Bising usus
 Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,
misalnya masa atau pembengkakan
f. Kulit
 Inspeksi
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik
 Palpasi
Turgor kulit menurun

2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan
analisa serta sintesa data.Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data
subyektif objektif.
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab

B Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kuli b.d perubahan hormonal d.d adanya ruam pada kulit
diseluruh tubuh (D.0129)
2. Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (D.0130)
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan d.d pembesaran kelenjar getah
bening disekitar leher (D.0019)
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan integritas kuli b.d perubahan hormonal d.d adanya ruam pada kulit
diseluruh tubuh
Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane
mukosa.
Kriteria hasil :
- Terbebas dari adanya lesi jaringan
- Suhu elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan

9
Intervensi : Perawatan integritas kulit (1.11353)
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
b. Anjurkan minum air yang cukup
c. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
d. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
2. Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (D.0130)
Tujuan : pemeliharaan (mempertahankan) suhu tubuh dalam rentang yang
normal.
Kriteria Hasil :
- Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal
- Anak bebas dari demam
Intervensi :
Manajemen Hipertermia (1.15506)
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolit
d. Sediakan lingkungan yang dingin
e. Longgarkan pakaian
f. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
g. Lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin)
h. Anjurkan tirah baring
Regulasi Temperatur (1.114578)
a. Monitor suhu anak tiap dua jam, jika perlu
b. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
c. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan d.d pembesaran kelenjar getah
bening disekitar leher (D.0019)
Tujuan : menambah nutirsi pada anak
Kriteria Hasil :
- Anak dapat mendapat nutrisi yang baik
Intervensi : Manajemen Nutrisi (1.03119)
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogatic
d. Monitor asupan makanan
e. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatic jika asupan oral sudah
dapat ditoleransi
f. Anjurkan posisi duduk jika mampu
g. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

10
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Penyakit Campak adalah penyakit menular yang menyerang anak. Dan identik
dengan peningkatan suhu tubuh yang tinggi.
Keluhan umum yang terjadi biasanya adalah timbulnya kemerahan, gatal-gatal
pada area tubuuh, timbul gejala flu disertai mata berair dan kemerahan. Setelah 3-4 hari
kemerahan pada tubuh akan mulai menghilang. Dan akan muncul kehitaman setalh 1-
2 minggu apabila akan sembuh kulit akan terlihat bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah
serius.Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak (pada kasus
ringan) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Namun, bila anak dalam kondisi yang yang tidak sehat dapat menyebebkan kematian
pada anak.
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik yaitu
antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum.
Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi ayng timbul.
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi
campak pada balita usia 9 bulan ke atas (imunisasi aktif).
3.2.Saran
1. Perawat
Kami menyarankan kepada perawat dalam perawatan campak harus menggunakan
askep yang tepat dan harus cepat tanggap dalam memberikan kasus perawatan
campak pada anak
2. Keluarga
Kami menyarankan kepada keluarga agar lebih memperhatikan status gizi anak
yang terkena campak agar tidak berdampak buruk bagi kondisi anak. Dan kami
menyarankan kepada keluarga untuk mengikuti perkembangan perawatan anak

11
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH KATA SULIT

1. Stadium erupsi
Ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan selama 5-6 hari.
Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut belakang telinga, kemudian menyebar ke
wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas
2. Stadium konvallisensi
(penyembuhan) dimulai setelah ruam timbul merata, suhu badan berangsur turun dan
normal kembali. Ruam akan menghilang dan menjadi bercak kehitaman
(hiperpigmentasi) dengan kulit yang mengelupas seperti bersisik (ganti kulit).
3. Bercak koplik
Bercak koplik adalah bercak putih kecil yang biasanya muncul di mulut bagian dalam,
yaitu di bagian dalam pipi dan langit-langit mulut. Bercak koplik umumnya bertahan
selama 3-5 hari.
4. Eritema
Kondisi munculnya bercak kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran
pembuluh darah dibawah kulit.
5. Pneumoni
Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara disalah satu atau kedua paru
– paru, yang dapat berisi cairan
6. Enantema
Ruam (bitnik – bitnik kecil) pada selaput lender.
7. Patognomonik
Tanda yang memberi petunjuk kepada seorang dokter akan suatu diagnosis yang pasti
8. Splenomegaly
Pembesaran pada organ limpa, yang disebabkan oleh sejumlah penyakit atau infeksi

12
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, Campak, 2010 dalam www.depkes.go.id diakses tanggal 12 November 2011
Halim, R. G. (2016). Campak pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran, 43(3), 188. Retrieved
from http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/31/28
Hayu, R. E. (2020). Evaluasi Dan Implementasi Sistem Surveilans Campak Di Kabupaten
Magelang Provinsi Jawa Tengah. Al-Tamimi Kesmas: Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat (Journal of Public Health Sciences), 8(2), 109–117.
https://doi.org/10.35328/kesmas.v8i2.535
Marniasih, W., Hermawan, D., & Abidin, Z. (2012). Faktor-faktor Yang Berhunungan
Dengan Kejadian Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Natar Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2012. Jurnal Dunia Kesmas, 1(April), 1–10.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak vol 2. Jakarta : EGC
TIM Pokja SDKI PPNI. 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Oktaviasari, K. E. (2018). Relationship of Measles Immunization with Measles in East Java.


Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 166. https://doi.org/10.20473/jbe.v6i22018.166-173

13

Anda mungkin juga menyukai