Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PERENCANAAN DAN EVALUASI PROMOSI KESEHATAN

MENGENAI PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


DULALOWO KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO 2018

OLEH
MIFTA HULZANA YUNUS
(811418127)
3D

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Saya dapat
menyelesaikan tugas Proposal ini dengan judul Penangan Dan
Penanggulangan Pneumonia dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penyusunan proposal ini selain untuk melengkapi
tugas mata kuliah Dasar Promosi kesehatan yaitu agar para mahasiswa
khususnya mahasiswa Kesehatan Masyarakat dapat mengetahui secara
jelas dan pasti tentang bagaimana caranya menyusun sebuah program
perencanaan dan menganalisisnya untuk dijadikan bahan petimbangan
dalam upaya intervensi berikutnya.
Dalam penyusunan proposal ini saya menyadari, bahwa tanpa
bantuan berbagai pihak proposal ini tidak dapat terseesaikan sebagaimana
mestinya. Untuk itu melalui lembaran ini saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi ilmu, berbagi kesibukan, dan
telah meluangkan waktumya untuk bertukar pikiran dengan saya sehingga
saya dapat merampungkan proposal ini.Melalui proposal ini juga, saya
mengharapkan saran yang dapat memperbaiki kesalahan yang terdapat
pada proposal ini kedepannya.

Gorontalo, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................6
B. Rumusan Masalah........................................................................8
C. Tujuan..........................................................................................8
D. Manfaat .......................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit..........................................................................7
B. Etiologi Penyakit..........................................................................9
C. Patofisiologi Penyakit..................................................................10
D. Tanda dan Gejala Penyakit..........................................................10
E. Cara Penjcegahan penyakit..........................................................11
BAB III METODE PENELITIAN
A. Diagnosis Sosial ..........................................................................14
1. Gambaran Geografis..............................................................14
2. Gambaran Demografi.............................................................15
3. Gambaran Sosial dan Budaya................................................15
B. Diagnosis Epidemiological .........................................................16
1. Hasil Survei Epidemiologi KotaTengah................................16
2. Kasus Penyakit Campak........................................................17
3. Analisis Masalah....................................................................18
C. Diagnosis Perilaku Masyarakat....................................................16
D. Diagnosis Pendidikan dan Organisasi..........................................17
BAB IV SISTEMATIKA PERENCANAAN
A. Perencanaan Penanggulangan......................................................18
B. Kerangka Prioritas Masalah.........................................................18
C. Metode Hanlon.............................................................................19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................19
B. Saran............................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit campak adalah penyakit menular saluran pernapasan akut yang
diakibatkan virus campak. Dalam kliniknya termanifestasi pada gejala demam,
radang saluran pernafasan atas, radang selaput mata, bintik selaput lendir
campak dan bintul kulit.
Hepatitis adalah peradangan pada jaringan hati. Salah satu serangan
penyakit hepatitis adalah warna mata dan kulit penderita tampak kuning
(ikterik). Oleh karena itu, hepatitis sering juga di sebut orang sakit kuning.
Ikterik ini disebabkan karena terbendungnya saluran empedu oleh
pembekakan jaringan hati.
Poliomyelitis adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh suatu
kelompok virus neurutropik (tipe I, II, III). Penyakit ini menyerang system
saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan total. Penyakit polio hanya dapat
menyerang balita dan penyebarannya dari manusia lewat mulut dengan
perantara makanan, air dan kotoran.
Didaerah Gorontalo berdasarkan data mengenai jumlah kasus penyakit
campak yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Gorontalo selama tiga
tahun terakhir yaitu tahun 2003 dengan jumlah 330 kasus, tahun 2004 dengan
jumlah 442 kasus dan tahun 2005 dari bulan januari sampai mei dengan
jumlah kasus 55 kasus (Dinas Kesehatan Propinsi Gorontalo 1995).
Program pencegahan dan pemberantasan campak di Indonesia pada saat
ini berada pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan KLB hasil
pemeriksaan sampel darah dan urine penderita campak pada saat KLB
menunjukkan logam positif sekitar 70% - 100%.
Masalah hepatitis B meningkat, prevalensi pengidap di Indonesia tahun
1993 bervariasi antar daerah yang berkisar dari 2,8% - 33,2%. Bila rata – rata
5% penduduk Indonesia adalah carier hepatitis B maka di perkirakan saat ini
ada 10 juta orang. Para pengidap ini akan semakin menyebar kemasyarakat
luas. Negara dengan tingkat HbsAG>8% dihimbau oleh WHO untuk
menyertakan hepatitis B kedalam program imunisasi nasional. Target di tahun
2007 adalah Indonesia bebas dari hepatitis B sebesar 50% dari ibu hamil
pengidap hepatitis B akan menularkan penyakit tersebut kepada bayinya. Data
epidemiologi menyatakan sebagian kasus yang terjadi pada penderita hepatitis
B (10%) menjurus kepada kronis dan dari kasus yang kronis ini 20%nya
menjadi hepatoma, dan kemungkinan akan kronisitas akan lebih banyak
terjadi pada anak – anak balita karena respon imun pada mereka belum
sepenuhnya berkembang sempurna.
Menurut Prof.Dr.Umar Fahmi, hasil penyelidikan di Kabupaten Lebak
provinsi Banten ditemukan kasus AFP yang mengelompok (clustering). Data
yang dikumpulkan oleh Tim Pusat (Surveilans dan WHO) menyatakan
ditemukan 31 kasus AFP dari 6 kecamatan yaitu Cipanas 17, Sajira 7, Rangkas
Bitung 4, Cimarga 4, Sobang 1, dan Warungunung 1. hasil pemeriksaan dari
laboratorium Litbangkes Depkes Jakarta bahwa diketahui 2 kasus positif VPL.
Ada beberapa pencegahan yang dapat di lakukan di antaranya adalah
memberikan imunisasi polio pada semua anak sebanyak empat kali sebelum
usia satu tahun sebagai bagian imunisasi rutin untuk mencegah tujuh penyakit
utama anak. Lewat pekan imunisasi nasional semua anak di bawah usia lima
tahun di beri dua dosis vaksin polio dengan tenggang waktu satu bulan. Yang
dilakukan saat ini untuk mencegah penyakit polio adalah melindungi semua
anak dan balita dengan memastikan bahwa mereka memperoleh 2 tetes vaksin
polio OPV pada pekan imunisasi nasional pada imunisasi rutin lainnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang melatar belakangi penyusunan proposal
perencanaan ini adalah “Bagaimanakah penyakit dan analisis penyebab
kejadian penyakit campak serta gejala-gejala yang menyebabkan penyakit
campak tersebut?”

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definsi penyakit Campak
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit campak
3. Untuk mengetahui gejala dari penyakit campak
4. Untuk mengetahui cara penanggulangannya.
D. Manfaat
1. Penulis
Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit campak dan
sebagai bahan pembelajaran dalam pembuatan proposal serta analisis
masalah kesehatan yang sangat bermanfaat bagi lulusan Kesehatan
Masyarakat dikemudian hari.

2. Bagi peneliti lain

Dapat digunakan sebagai referensi untuk dilakukan peneliti dan


penyusun proposal lebih lanjut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Campak
Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular yang di tandai
dengan demam, batuk, konjungtivis (peradangan selaput ikat mata /
konjungtiva) dan ruam kulit. Penularan infeksi terjadi karena menghirup
percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam
waktu 2 – 4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak di gunakan secara meluas. Wabah campak terjadi
setiap 2 – 3 tahun, terutama pada anak – anak usia prasekolah dan anak – anak
SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia
akan kebal terhadap penyakit ini.
Penyakit campak adalah penyakit menular saluran pernapasan akut
yang diakibatkan virus campak. Dalam kliniknya termanifestasi pada gejala
demam, radang saluran pernafasan atas, radang selaput mata, bintik selaput
lendir campak dan bintul kulit.
Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat
mudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih
4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh
paramiksovirus (virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari
hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease).
Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif
dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal
(berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak
adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan
imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi
kedua.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak
terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-
anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya
dia akan kebal terhadap penyakit ini
Pada penyakit campak, bercak merah timbul biasanya pada demam hari
ke III-V, kemudian akan berkurang pada minggu keII dan menimbulkan bekas
terkelupas dan bercak kehitaman. Penyakit campak harus diawali dengan
keluhan pilek dan batuk mulai demam pada hari pertama
Dalam perjalan penyakit pada campak di tandai dengan tiga periode
dengan keluhan yang khas pada seorang penderita :
1. Stadium Pertama
Stadium masa tunas, di perkirakan berlangsung 10 – 12 hari. Pada stadium
pertama ini, seorang anak belum memperlihatkan gejala –gejala penyakit
tapi virus penyebab sudah berada dalam tubuh penderita.
2. Stadium Prodromal
Pada stdium ini sudah tampak gejala berupa demam salesma, hidung
berair, batuk pilek, mata yang merah dan berair (konjungtiva), fotofobia
(mata mudah silau) dan sukar menelan.
3. StadiumErupsi
Ditandai dengan gejala khas berupa demam yang tinggi diikuti dengan
keluarnya bercak atau bintik warna merah yang khas (koplik spot). Bintik
merah ini mula – mula keluar di bagian belakang telinga. Seterusnya,
bintik – bintik ini akan menjalar kewajah, leher, dada, perut, kaki hingga
merebak keseluruh badan. Ruam kulit merupakan bintik berwarna merah
muda, ketika penyakit bertambah berat ruam kulit dapat saling
bersambungan dan menunjukkan warna merah tua.

Komplikasi pada anak yang sehat dan gizinya cukup campak jarang
berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak adalah
infeksi bakteri, pneumonia, infeksi telinga tengah. Kadang terjadi penurunan
trombosit sehingga penderita mudah memar dan mudah mengalami
perdarahan ensefalitis (infeksi otak).
Penyakit campak berakibat buruk terhadap saluran pernafsan dan paru –
paru. Pada saluran pernafasan terjadi infeksi pada laring yaitu yang di sebut
dengan laryngitis. Pada jaringan paru – paru dapat terjadi radang paru – paru
yang di sebut Bronkopneumonia. Jika terjadi laryngitis, anak akan
memperlihatkan keluhan sesak nafas, suara mengorok atau suara serak.
Keluhan panas badan tetap ada dan dapat menghilang pelan – pelan sejalan
dengan penyembuhan penyakit. Peradangan paru – paru pada penyakit
campak ini dapat disebabkan langsung oleh virus campak (morbilivirus) atau
oleh adanya kuman lainnya. Jika terjadi peradangan paru – paru beberapa
penyakit akan muncul.
Gejala – gejala penyakit itu berupa : batuk, sesak nafas yang berat.
Anak tampak sangat kesulitan dalam bernafas. Bersamaan dengan munculnya
komplikasi terhadap paru – paru ini, keluhan panas badan tetap tinggi. Jika
panas badan sangat tinggi, tidak jarang anak yang menderita peradangan paru
– paru ini akan mengalami kejang. Dapat di perkirakan apakah peradangan
paru – paru disebabkan langsung oleh virus campak atau akibat bakteri lain.
Cara yang mudah adalah dengan melihat pola demam sejalan dengan
penyembuhan penyakit campak. Sejalan dengan penyembuhan penyakit, panas
badan langsung menghilang. Akan tetapi, jika kuman lain sebagai
penyebabnya, suhu tubuh tetap tidak turun walaupun tanda – tanda penyakit
campak telah menghilang, artinya peradangan paru – paru sebagai infeksi
sekunder oleh bakteri lain.

B. Etiologi Penyakit Campak


Campak disebabkan oleh virus RNA dari famili paramixovirade, genus
morbillivirus. Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah
ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan uirn. Virus
dapat aktif sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus campak
dapat diisolasi dalam biakanembrio manusia atau jarigan ginjal kera rhesus.
Perubahan sitoplastik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa
multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat
dideteksi bila ruam muncul. Penyebaran virus maksimal adalah melalui
percikan ludah (droplet) dari mulut selama masa prodormal (stadium kataral).
Penularan terhadap penderita rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus
aslinya. Orang yag terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah
pemajanan, pada beberapa keadaan dapat menularkan hari ke 7. Tindakan
pencegahan dengan melakukan isolasi terutama di rumah sakit atau institusi
lain, harus dipertahankan dari hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5
sesudah ruam muncul.

C. Patofisiologi Campak
lesi campak terdapat dikulit, membrane mukosa nasaforing,bronkus, dan
saluran cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel
monokulear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi disekitar kapiler. Ada
hipeplasi limfonodi, terutama pada apendiks. Pada kulit, reaksi terutama
menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik pada
mukosa bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari eksudat serosa dan
poliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit.

D. Gejala Klinis Penyakit Campak


Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi
dalam 3 stadium, yaitu:
1. Stadium kataral (prodormal)
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambran klinis seperti
demam, malaise, batuk,fotopobia, konjungtivitis, dan coryza.
Menjelang akhir dari stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
enantem, terdapat bercak koplik berarna putih kelabu sebesar ujung
jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal yang
berhadapan dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan
limfositosis.
2. Stadium Erupsi
Coryza dan batuk bertambah. Timbul enatem atau titik merah di
palatum durum dam palatum mole. Kadang-kadang terlihat bercak
koplik. Terjadi eritem bentuk makulopapular disertai naiknya suhu
badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritem
timbul dibelaang telinga bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat pendarahan
ringan pada kulit. Rasa gatal, muka begkak. Ruam mencapai anggota
baah ada hari ke 3,dan menghilang sesuai urutan terjadinya. Terdapat
pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah
leher belakang. Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai
diare dan muntah. Variasi yang biasa terjadi adalah black measles,
yaitu morbili yang disertai dengan perdarahan di kulit, mulut, hidung,
dan traktus digestivus.
3. Stadium Konvalensi.
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berarna lebih tua atau
hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan
hlang sendiri. Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal
kecuali bila ada komplikasi.

E. Cara Pencegahan Penyakit Campak


Orang yang sudah menderita penyakit morbili atau campak biasanya kebal
dan tidak mungkin kambuh lagi. Sementara orang yang tidak kebal harus
mempertimbangkan untuk mendapatkan vaksin campak. Berikut beberapa
beberapa pencegahan morbili atau campak:
1. Vaksin
Pencegahan campak dapat dilakukan dengan menggunakan imunisasi.
Vaksin MMR terdiri dari 3 vaksin Mumps (gondongan), Measles
(campak), Rubella (campak Jerman) yang memberikan kekebalan
tubuh terhadap penyakit Gondongan, Campak dan Rubella. Vaksin
MMR diberikan pada bayi berumur 9 bulan, dan booster vaksin
diberikan kembali saat anak berumur 15-18 bulan dan 6 tahun.
Pemberian vaksin morbili dilakukan dengan cara penyuntikan
subkutan biasanya pada daerah lengan atas. Orang dewasa yang belum
pernah menerima imunisasi dapat meminta vaksin dari dokter sebagai
salah satu cara pencegahan campak.
2. Batasi interaksi dengan orang lain
Jika Anda atau anggota keluarga terkena virus ini, batasi
interaksi dengan orang lain dan hindari kegiatan sosial yang membuat
pasien campak harus beraktivitas yang melelahkan dan menguras
tenaga.
3. Beristirahat
Disarankan untuk beristirahat yang cukup, menyantap makanan
yang sehat, dan berkonsultasi dengan dokter agar kondisi tubuh segera
membaik. Pada umumnya, campak hanya terjadi 1 kali karena tubuh
kita dapat membentuk antibodi yang akan melindungi kita terkena
penyakit ini kembali di kemudian hari.

F. Intensitas Vaksin Campak


a. Macam Vaksin
Macam vaksin yang digunakan untuk imunisasi:
1. Vaksin yang dilemahkan. Daya infeksi kuman atau virus dilemahkan
namun mampu menumbuhkan respon imun. Vaksin ini dapat berasal
dari keseluruhan organisme atau bagian dari organisme contoh vaksin
polio oral.
2. Vaksin yang telah dimatikan (bakteri, virus atau riketsia). Berasal dari
mikroorganisme yang telah dimatikan. Respon imun yang timbul lebih
lemah daripada vaksin hidup sehingga biasanya memerlukan imunisasi
ulang, contohnya kolera, pertusis.
3. Vaksin Subunit. Berasal dari bagian organisme misalnya komponen
kapsul bakteri (streptococcus pneumoniae). Keuntungan vaksin ini
aman diberikan pada anak, menghindari vaksin yang virulen.
4. Vaksin toksoid, dibuat dari bahan toksin bakteri. Meski tidak toksis
namun dapat merangsang pembuatan antibodi, contoh vaksin tetanus,
dan difteri.
5. Vaksin konyugat. Vaksin polisakarida murni ini kurang imunogenik
untuk anak di bawah usia 2 tahun. Untuk meningkatkan imunogenitas,
polisakarida dikonyugasikan dengan protein karier.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Diagnosis Sosial
1. Gambaran Geografis
Puskesmas Dulalowo adalah salah satu Puskesmas dari 10
Puskesmas yang ada di Kota Gorontalo, tepatnya berkedudukan di Jl.
Sulawesi No. 2 Kelurahan Dulalowo, Kecamatan KotaTengah.
Puskes Dulalowo mewilayahi Kecamatan Kota Tengah sebagai
wilayah kerja. Jarak antara Puskesmas Dulalowo dengan pusat Kota
Gorontalo adalah sekitar 5 Km.
Sebagai wilayah kerja Puskesmas, Kecamatan KotaTengah
memiliki luas wilayah 307,125 Km², dengan enam kelurahanyaitu
Kel.Wumialo, Kel. Dulalowo Timur, Kel. Dulalowo ,Kel. Liluwo,
Kel.Pulubala dan Kel. Paguyaman, 36RW, 136RT, dengan jarak dari
ibu Kota Kota Gorontalo ± 6 km. Letak geografis wilayah kerja
Puskesmas Dulalowo yaituT erletak pada 00º28'17"-00º35'56"Lintang
Utara dan 122º59'44"-123º05'59"Bujur Timur dengan batas wilayah
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara :KecamatanKotaUtara
b. Sebelah Timur :KecamatanKotaTimur
c. Sebelah Selatan :KecamatanKotaSelatan
d. Sebelah Barat :KecamatanDungingi dan KotaBarat
Kecamatan Kota Tengah memiliki 6 Kelurahan. Dan Puskesmas
Dulalowo memiliki cakupan wilayah kerja sebanyak kelurahan dari
Kecamatan KotaTengah tersebut, adapun 6 Kelurahan tersebut adalah :
a. Kelurahan Wumialo dengan 4 Lingkungan, 7 RW, dan 28 RT,
b. Kelurahan Dulalowo dengan 2 Lingkungan, 4 RW, dan 17 RT,
c. Kelurahan Dulalowo Timur dengan 3 Lingkungan, 5 RW, dan 18 RT,
d. Kelurahan Liluwo dengan 4 Lingkungan, 6 RW, dan 22 RT,
e. Kelurahan Pulubala dengan 5 Lingkungan, 8 RW, dan 34 RT dan,
f. Kelurahan Paguyaman dengan 3 Lingkungan, 5 RW, dan 16 RT.
2. Gambaran Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kerja PuskesmasDulalowo sampai
dengan akhir tahun 2018 adalah sebanyak 26.624 jiwa, dengan jumlah
penduduk Laki – laki sebanyak 10.936 jiwa dam penduduk Perempuan
sebanyak 13.688 jiwa dengan jumlah terbanyak adalah di kelurahan
Liluwo sebanyak 6.787 jiwa dan terendah adalah di kelurahan
Paguyaman yaitu 2.187 jiwa.
Berikut adalah grafik distribusi penduduk di kecamatan Kota
Tengah pada tahun 2018.
Grafik Distribusi Penduduk
Kecamatan Kota Tengah pada tahun 2019
5.000

4.500

4.000

3.500

3.000

2.500

2.000

1.500

1.000
Wumi al o Dul al owo Dul tim Li l uwo Pul uba l a Paguya man
La ki - Laki Perempuan

Sumber : Kecamatan Kota Tengah

3. Gambaran Sosial dan Budaya


a. Agama dan Kepercayaan
Penduduk di Wilayah kerja PuskesmasDulalowo Sebanyak 98%
beragama Islam, sementara 2% lainnya adalah beragama Kristen,
Katholik, Hindu, dan Budha. Sementara penganut Kepercayaan
lainnya tidak ada.
b. Status Pendidikan
Status Pendidikan sebagian besar penduduk di wilayah kerja
PuskesmasDulalowo adalah bersekolah baik SD, SMP, SMA dan
Sarjana/Pasca Sarjana. Namun sebagian penduduk yang berusia lanjut
adalah kelompok Masyarakat dengan status tidak pernah atau putus
sekolah, dan ini terjadi dikarenakan pada masa lampau kepentingan
bersekolah tidak di budayakan.

B. Diagnosis Epidemiological
1. Hasil Survei Epidemiologi KotaTengah tahun 2018
Program survey adalah program pengamatan dan pemantauan
penyakit di lapangan yang memiliki tugas dan fungsi mengumpulkan
dan mengelolah, menganalisis, menginterpretasi, melaporkan dan
menyebarluaskan hasil analisis serta mengevaluasikan hasil cakupan.
Di lapangan survey penyakit dilaksanakan untuk mengetahui besar
kecilnya kejadian penyakit dan indikasi – indikasi penularan kasus
melalui beberapa jenis kajian.
PuskesmasDulalowo pada selang tahun 2018 memiliki 10
Penyakit menonjol dimana kasus tertinggi adalah ISPA sebanyak 7.103
kasus dan terendah adalah Penyakit Kulit alergi sebanyak 912 Kasus.
Berikut adalah 10 Penyakit menonjol di PuskesmasDulalowo pada
tahun 2018 :
a. Infeksi Akut pada Saluran Pernapasan Bagian atas sebanyak 7.103
Kasus
b. Penyakit lain pada Saluran Pernapasan Sebanyak 3.562 Kasus
c. Gingivitis dan jaringan Peridental sebanyak 1.721 kasus
d. Romatik sebanyak 1.519 kasus
e. Febris sebanyak 1.512 kasus
f. Diare sebanyak 1.335 kasus
g. Hipertensi sebanyak 1.316 kasus
h. Penyakit kulit alergi sebanyak 1.888 kasus
i. Gastritis sebanyal 1.167 kasus
j. Penyakit kulit alergi sebanyak 912 kasus

2. Kasus Penyakit Campak


GOLONGAN UMUR PER JENIS KELAMIN
1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-59 > 60
No BULAN
Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn
L P L P L P L P L P L P L P
1. oktober 1 2 1 1 2 1

2. november 1 2 1 1 1

3. desember 1 2

Jika dibuat dalam bentuk diagram maka dapat dilihat jelas peningkatan
dalam setiap bulannya.
DIAGRAM PENYAKIT CAMPAK DI PUSKESMAS DULALOWO
7

6
6

5
5

2
2 2

1
1 1

0
OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
LAKI-LAKI PEREMPUAN

3. Analisis Masalah
Penyakit Campak
Jika dilihat dari diagram diatas total untuk 3 bulan terakhir,
telah terjadi 40 kasus penyakit campak yang berkunjung ke puskesmas
yang ada di keluran Dulalowo kec. Kota Tengah Kota Gorontalo, total
kasus baru penyakit campak yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas
Dulalowo pada selang 3 bulan pada tahun 2018 adalah sebanyak 40
kasus dimana keseluruhan kasus (100%) mendapat pengobatan di
Puskesmas dan tidak terjadi kasus kematian pada total kasus penyakit
campak tersebut. Kasus terbanyak terjadi pada selang bulan oktober
yaitu perempuan sebanyak 6 dan Laki-laki sebanyak 2 kasus. dan
sisanya masing – masing kasus terjadi pada bulan November dan,
Desember. Pada bulan November penderita penyakit campak untuk
laki-laki sebanyak 1 kasus, sedangkan penderita perempuan sebanyak
5 kasus. Dan pada bulan Desember jumlah penderita perempuan
sebanyak 2 kasus, sedangkan penderita laki-laki sebanyak 1 kasus.
C. Diagnosis Perilaku Masyarakat
Kejadian penyakit di tengah Masyarakat merupakan suatu permasalahan
kesehatan yang harus menjadi perhatian khusus kita semua karena setiap
gangguang kesehatan Masyarakat menjadi bebab social, sehingga dengan
demikian perlu di carikan solusi pemecahan mashalah yang ada.
1. Kondisi sanitasi yang belum mantap
Keadaan sanitasi suatu wilaya sangat berpengaruh terhadap
derajat kesehatan Masyarakat. Rendahnya stabilitas sanitasi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan Masyarakat seperti halnua pada
kejadian Demam Berdarah di atas, salah satu pemicunya adalah
ditemukannya tempat – tempat perindukan nyamuk (air genangan) di
dalam rumah – rumah penduduk. Adanya air genagan dalam rumah
menunjukan bahwa kondisi kesehatan lingkungan Masyarakat yang
masih belum mantap. Pada kasus Diare, Campak bahkan Disentri,
beberapa penderita merupakan anak – anak yang suka memanfaaatkan
sungai untuk MCK dimana sungai merupakan salah satu sumber
infeksi. Pemanfaatan sungai untuk kepentingan di atas di dorong oleh
tidak tersedianya sarana jamban keluarga padahal kebanyakan
masyarakt memiliki rumah permanen namum tidak menyediakan
sarana ini.

2. Rendahnya PHBS Masyarakat


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan benteng
utama keluarga dalam menangkal kejadian penyakit. Dengan PHBS
kita dapat menjamin peningkatan derajat masyarakat termasuk
kesehatan lingkungan. Rendahnya PHBS dalam suatu komunitas
masyarakat akan menjadi ancaman serius bagi kesehatan dalam
komunitas masyarakat tersebut, karena disadari bahwa perilaku
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit.
Pada beberapa kasus lainnya ditemukan bahwa penderita suka
jajan sembarangan makanan yang tidak diketahui kondisi sanitasi
makanan tersebut, begitupun pada beberapa kasus Diare beberapa
penderita ditemukan mengkonsumsi air yang tidak dimasak dengan
baik. Pada kasus Campak beberapa penderita ditemukan suka mandi
hujan berlebihan, bermain di bawah terik matahari dan beraktivitas
pada tempat – tempat yang tidak saniter seperti mandi sungai, tidak
menggunakan sandal, beraktivitas di tempat sampah, dsb. Sementara
ada penderita yang tidak di Imunisasi campak semasa kecil dan masih
banyak perilaku keliru masyarakat lainnya yang pada akhirnya dapat
merugikan diri mereka sendiri.

D. Diagnosis Pendidikan dan Organisasi


1. Minimnya Pengetahuan masyarakat akan kesehatan
Selain status sanitasi yang masih kurang dan PHBS yang
rendah, kejadian penyakit di wilayah kerja Puskesmas Dulalowo pada
selang waktu 2018 juga dipicu oleh minimnya status pendidikan
penderita yang disebabkan oleh drop out sekolah, alasan kemiskinan,
pengaruh lingkungan bermain, dsb.
BAB IV
SISTEMATIKA PERENCANAAN

A. Perencanaan Penanggulangan
Setelah melakukan sebuah analisis masalah sehingganya saya sebagai
penyusun akan mencoba menginterpretasikan sebuah perencanaan yang
diperoleh dari hasil analisis di atas melalu atau menggunakan metode Hanlon.
Namun sebelum mengaplikasikan masalah melalui metode ini kita harus
mengetahui terlebih dahulu mengenai permasalahan yang ada. Melalui
identifikasi ataupun analisis perihal apa sajakah yang dibutuhkan dalam
melakukan dan melaksanakan program.

B. Kerangka Prioritas Masalah


1. Menentukan Masalah
Adapun masalah yang timbul adalah mengenai bagaimanakah
melakukan pencegahan dan penanggulangan serta upaya pembatasan
penyakit pneumonia di Kecamatan KotaTengah.
2. Menentukan Sasaran
Adapun sasarannya adalah Masyarakat yang mendiami wilayah
Kota Tengah yang meliputi 6 Kelurahan baik yang belum terpapar atau
yang telah terpapar, lebih di khususkan pula bagi penderita maupun
keluarga penderita serta wilayah yang paling rawan dan paling banyak
mengidap penyakit tersebut.
3. Menentukan metode yang digunakan
Adapun metode yang di gunakan berupa
a. Metode pendidikan Perorangan :
1) Bimbingan dan Penyuluhan
2) Wawancara
3) Ceramah
4) Seminar
5) Diskusi
6) Curah Pendapat
7) Simulasi, dll
b. Metode pendidikan Masa :
1) Ceramah Umum
2) Penyuluhan
3) Simulasi
4) Demonstrasi, dll
4. Material yang digunakan
Adapun material yang dibutuhkan dalam hal ini meliputi proses
pendanaan kegiatan dan penyediaan sarana untuk berlangsunnya
kegiatan.
5. Serta alat atau mesin yang melengkapi sarana kegiatan (Media)
Adapun Media/Alat/Sarana yang diperlukan adalah
a. Media elektronik : LCD, Laptop, Radio, Televisi, dll
b. Media Cetak : Surat kabar, Leaflet, Poster, Flyer, Rubric, Foto, dll
Pada intinya program tersebut dilakukan selain dapat menambah
wawasan dan pendidikan kesehatan agar para Masyarakat mengerti tentang
bahaya – bahaya yang ada di sekitar mereka dan membiasakan membiasakan
mereka hidup dalam lingkungan yang bersih serta lebih meningkatkan derajat
kesehatan mereka sendiri melalui program – program dari dinas kesehatan
maupun Puskesmas setempat dengan prosedur pelaksanaan berkala atau
periode.
Sehingganya diharapkan dapat merubah pandangan hidup yang
sebelumnya tidak tahu menjadi tahu dan mengharapkan perubahan –
perubahan sikap dari masing – masing individu Masyarakat.

C. Metode Hanlon
Dalam menentukan sebuah prioritas masalah yakni penanganan penyakit
campak perlu dilakukan upaya – upaya intervensi yang cukup baik untuk
memberikan perubahan terhadap peningkatan kesehatan Masyarakat, dalam
hal ini melalui metode Hanlon.
Metode Hanlon merupakan cara dalam pengambilan keputusan untuk
mengidentifikasi faktor – faktor eksplisit yang harus di perhatikan dalam
menentukan prioritas, untuk mengorganisasi faktor – faktor ke dalam
kelompok yang memiliki bobot relative satu sama lain, memungkinkan faktor
– faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara
individual.
Sehingga sangat penting dalam kesehatan Masyarakat. Di bawah ini akan
saya paparkan mengenai bagaimana cara menyelenggarakan kegiatan tersebut
sekalian dengan prioritas masalahnya melalui atau menggunakan metode
Hanlon, tetapi secara sederhana melalui jalur skematik (market Analyze)

p
P
M
M
S
a
e
s
n
d
a
M
e
a
y
id
t
s
a
d
n
u
a
lg
r
n
o
a
it
u
a
C
d
r
e
a
n
h
k
a
e
a
n
t
e
a
r
n
t
a
,
t
k
in
d
s
e
a
s
e
m
a
in
t
p
l
m
e
a
t
p
u
m
le
,p
n
a
a
s
t
d
l
in
lg
,
g
u
ld
la
l
n
g
a
n

p
e
n
y
a
k
i
t
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu penyakit yang sering menyerang anak – anak adalah campak.
Campak merupakan penyakit yang mudah menular. Campak di sebabkan pelh
virus yang di sebut paramyxovirus. Virus ini memasuki tubuh melalui saluran
pernafasan bagian atas. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan penderita atau melalui udara. Virus campak mudah
menyerang anak dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun. Daya tahan
tubuh anak yang lemah dan kondisi tubuh kekurangan gizi menyebabkan anak
– anak mudah terserang campak. Inkubasi virus penyebab campak kedalam
tubuh terjadi dalam waktu 10 – 14 hari. Gejala – gejala penyakit ini akan
tampak setelah inkubasi virus tersebut.
Gejala – gejala campak antara lain :
· Demam dan menggigil, hidung dan mata berair
· Batuk – batuk
· Perasaan lemah dan lelah
· Sensitif terhadap cahaya
· Nafsu makan turun
· Konjungtivitis (mata membengkak)
· Suara parau
· Setelah tiga hari, ruam – ruam besar berwarna kelihatan di kulit muka,
leher dan juga pada selaput lendir mulut. Ruam ini menyebabkan rasa
gatal kulit.
· Dalam keadaan parah, suhu badan naik sampai 40% celcius atau lebih
sehingga penderita merasa sakit.

Campak sangat mudah tertular sewaktu periode prodormal. Pada akhir


dari fase prodormla terdapat bintik yang di sebut dengan bintik koplik. Bintik
kecil, biru kecokelatan yang di lingkari warna merah. Kelihatan di dalam
mulut pada pipi yang berlawanan dengan geraham dan kadang – kadang
terjadi perdarahan. Sesudah 3 hari erbentuk bintik koplik, temperatur badan
mulai meningkat, bintik mulai menghilang dan timbul ruam yang gatal. Ruam
ini mulai dari kecil, rata pada bagian belakang telinga, leher dan pipi. Dari
ukuran kecil ruam akan membesar berwarna merah dan menimbulkan rasa
gatal di kulit. Kondisi tersebut membuat tubuh menjadi tidak nyaman.
Untuk mencegah penyakit campak sebaiknya pada usia tertentu, anak
diberikan vaksinasi anticampak. Vaksinasi anti campak biasanya di berikan
pada waktu bayi berumur 9 bulan dan cukup satu kali saja.
Selain melakukan vaksinasi anticampak, untuk mencegah terjadinya
penyakit campak sebaiknya adalah hidup sehat, menjaga kebersihan
lingkungan, pakaian dan badan. Linkungan buruk dengan sanitasi rendah
merupakan sumber penyakit dan mempermudah penularannnya.
Penyakit campak menyerang tubuh dengan kondisi kurang gizi.
Kekurangan gizi menyebabkan metabolisme tubuh terganggu pertumbuhan
dan perkembangan terhambat, sistem imunitas tubuh pun merupakan sistem
penangkal kuman penyakit yang memasuki tubuh juga menyebabkan tubuh
tidak dapat merespons untuk membentuk antibody yang akan menangkis
serangan kuman penyakit. Oleh karena itu kita perlu menjaga mutu makanan
yang kita konsumsi.

B. Saran
Diharapkan kepada instansi terkait untuk dapat mencegah peningkatan
prevalensi penyakit campak, khususnya di wilayah Puskesmas Dulalowo.

Anda mungkin juga menyukai