Nama Kelompok:
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PATENT DUCTUS
ARTERIOSUS (PDA)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Keperawatan Anak Sakit Kronis dan Terminal. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada anak dengan patent
ductus arteriosus bagi para pembaca dan juga penulis.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kelompok sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI………………………...………………………………………………. ii
BAB I.............................................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................3
2.2 Pengertian..........................................................................................................12
2.3 Etiologi...............................................................................................................12
2.5 Patofisiologi.......................................................................................................15
2.7 Komplikasi.........................................................................................................17
3.1Kesimpulan.........................................................................................................34
3.2 Saran..................................................................................................................34
LAMPIRAN................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Patent ductus arteriosus (PDA) adalah persistensi dari pintasan janin antara
arteri pulmonalis dan aorta. Struktur ini biasanya menutup dalam 3 hari pertama
setelah lahir, namun dapat terjadi keterlambatan penutupan, terutama pada bayi
yang lahir prematur, sehingga menyebabkan terjadinya oversirkulasi pulmoner
dan hipoperfusi sistemik (Purwoko, 2021).
Angka kematian bayi adalah suatu aspek yang menjadi tolak ukur dalam
menentukan derajat kesehatan anak. Menurut WHO kematian terbesar pada
neonatal (75%) terjadi selama minggu pertama kelahiran dan pada tahun 2019,
sekitar 1 juta bayi baru lahir meninggal dalam 24 jam pertama (WHO, 2022)
2
Patent Ductus Arteriosus (PDA) merupakan salah satu Penyakit Jantung
Bawaan (PJB) yang ditandai dengan adanya kegagalan penutupan duktus
arteriosus (DA) segera setelah lahir (Dimiati & Fasli, 2018). Setelah bayi
dilahirkan, normalnya duktus arteriosus akan menutup dua atau tiga hari
kemudian. Dalam sebuah studi menemukan insiden kegagalan DA untuk menutup
setelah lahir berbanding terbalik dengan usia kehamilan, dengan insiden mulai
dari 10% hingga 20% pada bayi prematur sedangkan pada usia gestasi >32
minggu hingga 60% (Garcia et al., 2020). Pada bayi yang cukup bulan,
penutupan spontan secara fisiologis pada DA terjadi pada 50% bayi setelah 24
jam, kemudian 90% pada kasus 48 jam setelah lahir, dan 100% pada kasus 72
jam setelah kelahiran (Ognean et al., 2016).
1.2 Tujuan
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan filosofi, konsep holistik dan proses keperawan kritis
pada klien dengan Patent Ductus Arteriosus (PDA)
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami teori Patent Ductus Arteriosus
b. Mahasiswa mampu memahami konsep teori asuhan Patent Ductus
Arteriosus
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi
Sistem kardiovaskuler ialah sistem organ pertama yang berfungsi dalam
perkembangan manusia. Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai pada
minggu ketiga dan bertujuan menyuplai oksigen dan nutrien dari ibu kepada embrio.
Pada akhir minggu ketiga, tabung jantung mulai berdenyut. Selama minggu keempat
dan kelima, jantung berkembang menjadi organ empat serambi. Dan pada tahap akhir
masa embrio, perkembangan jantung lengkap (Azhibekov et al, 2013)
Pada saat bayi lahir terdapat berbagai macam perubahan fisiologis atau
adaptasi fisiologis yang bertujuan untuk memfasilitasi penyesuaian pada kehidupan
ekstrauterin (luar uterus). Pada masa transisi dari intrauterin (dalam uterus) ke
ekstrauterin (luar uterus) tersebut perlu pernapasan spontan dan perubahan
kardiovaskuler beserta perubahan organ lain menjadi organ dengan fungsi tidak lagi
tergantung pada ibu. Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada
bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen ke
seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan, yaitu penutupan foramen ovale
pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
5
Pada awal gestasi, embrio dapat mencukupi kebutuhan nutrisi melalui proses
difusi. Dengan berkembangnya embrio, kebutuhan nutrisi semakin meningkat sejalan
dengan peningkatan aktivitas metabolik dan hal ini tidak dapat tercukupi dengan
proses difusi saja. Pada saat inilah terjadi pembentukan sistem kardiovaskuler untuk
mendukung pengantaran nutrisi (Rilanto, 2012).
6
Sistem sirkulasi darah janin meliputi vena umbilikalis, duktus venosus arantii,
foramen ovale, duktus arteriosus botalli, dan arteri umbilikalis. Vena umbilikalis
yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari plasenta ke peredaran darah janin,
darah yang dibawanya banyak mengandung nutrisi dan oksigen. Duktus venosus
arantii, pembuluh darah yang menghubungkan vena umbilikalis dengan vena cava
inferior. Foramen ovale yaitu suatu lubang antara atrium kanan dan kiri, lubang ini
akan tertutup setelah janin lahir. Duktus arteriosus botalli yaitu pembuluh darah yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta. Sedangkan arteri umbilikalis yaitu
pembuluh darah yang membawa darah janin ke plasenta. Kedua arteri dan vena
umbilikalis terbungkus dalam suatu saluran yang disebut duktus umbilikalis (tali
pusat) (Rilanto, 2012).
Perjalanan sirkulasi janin bersifat pararel yang artinya sirkulasi paru dan
sirkulasi sistemik berjalan sendiri-sendiri dan antara keduanya dihubungkan oleh
pirau intrakardiak dan ekstrakardiak. Untuk memenuhi kebutuhan respirasi, nutrisi,
dan ekskresi, janin memerlukan sirkulasi yang berbeda dengan sirkulasi ekstrauterin.
Kondisi ini berbeda dengan sirkulasi bayi, dimana sirkulasi paru dan sirkulasi
sistemik berjalan secara seri. Pada janin sirkulasi darah dengan oksigen relatif yang
cukup (pO2=30 mmHg) mengalir dari plasenta melalui vena umbilikalis (Gambar 2).
Separuh jumlah darah ini mengalir ke hati, dan melalui vena hepatika ke vena cava
inferior, sedangkan sisanya melalui ductus venosus langsung (memintas hati) ke vena
cava inferior, yang juga menerima darah dari tubuh bagian bawah. Sebagian besar
darah dari vena cava inferior mengalir ke dalam atrium kiri melalui formen ovale,
selanjutnya ke ventrikel kiri yang kemudian dipompa memasuki aorta asendens dan
sirkulasi koroner. Dengan demikian sirkulasi otak dan sirkulasi koroner mendapat
darah dengan pO2 yang cukup (Rilanto, 2012).
7
Sebagian kecil darah dari vena cava inferior memasuki ventrikel kanan
melalui katup trikuspid. Darah yang kembali dari leher dan kepala janin mengandung
O2 sangat rendah (pO2 = 10 mmHg) memasuki atrium kanan melalui vena cava
superior, dan bergabung dengan darah dari sinus koronarius menuju ventrikel kanan,
selanjutnya ke arteri pulmonalis. Pada janin hanya 15% darah dari ventrikel kanan
yang memasuki paru, selebihnya melewati duktus arteriosus menuju aorta desendens,
bercampur dengan darah dari aorta asendens. Darah dengan kandungan oksigen yang
rendah ini akan mengalir ke organ-organ tubuh sesuai dengan tahanan vaskuler
masing-masing, dan juga ke plasenta melalui arteri umbilikalis yang keluar dari arteri
iliaka interna (Rilanto, 2012).
8
Dari gambaran sirkulasi tersebut, aorta asendens menerima darah yang jauh
lebih sedikit daripada aorta desendens yang selain menerima darah dari aorta
asendens juga dari duktus arteriosus. Kondisi ini membuat istmus aorta janin sempit
dan melebar setelah lahir ketika duktus menutup. Diameter duktus arteriosus pada
janin sama dengan diameter aorta dan tekanan arteri pulmonalis juga sama dengan
tekanan aorta. Tahanan vaskuler pulmoner masih tinggi oleh karena konstruksi otot
arteri pulmonalis. Dimensi aorta dan arteri pulmonalis dipengaruhi oleh aliran darah
ke kedua pembuluh ini. Pada kelainan dengan hambatan aliran ke arteri pulmonalis,
seluruh curah jantung akan menuju aorta asendens hingga penyempitan istmus tidak
terjadi. Sebaliknya, apabila aliran ke aorta asendens terhambat, misalnya pada
stenosis aorta, maka arteri pulmonalis berdilatasi dan terjadi hipoplasia aorta
asendens serta istmus aorta (Rilanto, 2012).
9
Terjadi peningkatan tekanan PaO2 dalam arteri yang biasanya mencapai
sekitar 50 mmHg (setelah pernafasan pertama) menyebabkan terjadinya
kontriksi duktus arteriosus, dimana PaO2 janin sekitar 27 mmHg. Hal ini yang
kemudian menyebabkan duktus arteriosus menutup dan menjadi sebuah
ligamentum.
3. Menutupnya Duktus Venosus
Tindakan mengklem dan memotong tali pusat membuat arteri umbilikalis,
vena umbilikalis, dan duktus venosus segera menutup dan berubah menjadi
ligamen.
2.2 Pengertian
Patent Ductus Arteriosus (PDA) merupakan salah satu Penyakit Jantung
Bawaan (PJB) yang ditandai dengan adanya kegagalan penutupan duktus arteriosus
(DA) segera setelah lahir Setelah bayi dilahirkan, normalnya duktus arteriosus akan
menutup dua atau tiga hari kemudian (Dimiati & Fasli, 2018).
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan:
a. Faktor prenatal
1) Ibu menderita penyakit infeksi: Rubella
2) Ibu alkoholisme
3) Umur ibu lebih dari 40 tahun
4) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin
5) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
b. Faktor genetik
1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
2) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan
3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down
4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain. (Heni et al, 2001)
10
2.4 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-
masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas).
Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir.
Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) diantaranya :
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan
membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
11
2.5 Patofisiologi
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus
setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secaralangsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke
kanan ini menyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin
banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri.
Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini
menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif.
Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan kapiler
pulmoner, menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan
penurunan difusi oksigen dan hipoksia dan terjadi konstriksi arteriol paru yang
progresif. Akan terjadi hipertensi pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan ini
tidak dikoreksi melalui terapi medis atau bedah.
Penutupan PDA terutama tergantung pada respons kontriktor dari duktus
terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan
duktus adalah kerja prostaglandin, tahapan pulmoner dan sistemik, besarnya duktus
dan keadaan si bayi (prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada
bayi prematur dan kurangdapat ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya
tidak berkembang baik dan pirau kiri ke kanan itu cenderung lebih besar. (Bets &
Sowden, 2002)
12
2.6 Pathway PDA
13
c. Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten (terus-menerus sirkulasi
janin); kanan-ke-kiri intracardiac shunting darah, aliran darah paru berkurang
dengan dihasilkannya hypoxemia, sianosis, dan mungkin acidemia hadir.
2. Foto Thorak
Atrium dan ventrikael kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran
vaskuler paru meningkat.
3. Pemeriksaan dengan Doppler Berwarna
Untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
4. EKG
Sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel
kiri pada PDA yang lebih besar.
5. Kateterisasi Jantung
Untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan bila ada
defek tambahan lain.
6. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini tergantung pada volume dan tekanan
hubungan.
a. Volume (tekanan atau perlawanan)
b. Volume suara tinggi menghasilkan peningkatan tekanan arteri paru-paru pada
akhirnya menghasilkan perubahan endotel dan otot dalam dinding pembuluh
darah.
c. Perubahan ini mungkin akhirnya menyebabkan penyakit paru obstruktif
vaskular (PVOD), suatu kondisi perlawanan terhadap aliran darah paru yang
mungkin tidak dapat diubah dan akan menghalangi perbaikan definitif
( Bernita, 2021).
14
2.8 Penatalaksaan Medis
Tujuan penatalaksanaan patent duktus arteriosus yang tidak terkomplikasiadalah
untuk menghentikan shunt dari kiri ke kanan. Pada penderita denganduktus yang
kecil,penutupan ini di tujukan untuk mencegah endokarditis,sedangkan pada duktus
sedang dan besar untuk menangani gagal jantungkongestif dan mencegah terjadinya
penyakit vaskular pulmonal.Penatalaksanaan ini di bagi atas terapi medikamentosa
dan tindakan bedah
a. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukanoperasi. Pada
penderita dengan PDA kecil, dilakukan tindakan bedahadalah untuk mencegah
endarteritis atau komplikasi lambat lain. Pada penderita dengan PDA sedang sampai
besar, penutupan di selesaikanuntuk menangani gagal jantung kongestif atau
mencegah terjadinya penyakit vaskuler pulmonal. Bila diagnosis PDA ditegakkan,
penangan bedah jangan terlalu ditunda sesudah terapi medik gagal jantung
kongestiftelah dilakukan dengan cukup (Bernstein, 2008).
b. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil,dengan
tujuan terjadinya kontriksi otot duktus sehingga duktus menutup.Jenis obat
yang sering di berikan adalah:
1) Indometasin merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang
terbuktiefektif mempercepat penutupan duktus arteriosus.
Tingkatefektifitasnya terbatas pada bayi kurang bulan dan menurun seiring
menigkatnya usia paska kelahiran. Efeknya terbatas pada 3 – minggu
kehidupan.
2) Ibuprofen
15
Merupakan inhibitor non selektif dari siklooksigenase yang berefek
pada penutupan duktus arteriosus. Studi klinik membuktikan
bahwaibuprofen memiliki efek yang sama dengan indometasin pada
pengobatan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan(Gomella et
al,2004).
c. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan
melakukanoperasi. Pada penderita dengan PDA kecil, dilakukan tindakan
bedahadalah untuk mencegah endarteritis atau komplikasi lambat lain.
Pada penderita dengan PDA sedang sampai besar, penutupan di
selesaikanuntuk menangani gagal jantung kongestif atau mencegah
terjadinya penyakit vaskuler pulmonal. Bila diagnosis PDA ditegakkan,
penangan bedah jangan terlalu ditunda sesudah terapi medik gagal jantung
kongestiftelah dilakukan dengan cukup (Bernstein, 2008).
16
2) Riwayat penyakit sekarang: Pada pasien PDA, biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda respiratory distress, dispnea, tacipnea, hipertropi
ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia.
3) Riwayat penyakit terdahulu: Perlu ditanyakan apakah pasien lahir
prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
4) Riwayat penyakit keluarga: Perlu ditanyakan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit PDA karena PDA juga bisa
diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit
jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
5) Riwayat Psikososial: Meliputi tugas perasaan anak terhadap
penyakitnya, bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang
digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak,
koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pernafasan B1 (Breath): Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan
(marchinery murmur),adanyan otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
2) Kardiovaskuler B2 (Blood): Jantung membesar, hipertropi ventrikel
kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema tungkai, clubbing
finger, sianosis.
3) Persyarafan B3 (Brain): Otot muka tegang, gelisah, menangis,
penurunan kesadaran.
4) Perkemihan B4 (Bladder): Produksi urine menurun (oliguria).
5) Pencernaan B5 (Bowel): Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi
makan tidak habis.
6) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone): Kemampuan pergerakan
sendi terbatas, kelelahan.
17
a. Penurunan Curah jantung b.d perubahan kontraktilitas.
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan energi antara suplai oksigen
dan kebutuhan oksigen
d. Resiko infeksi b.d malnutrisi
2.9.2 Intervensi
18
2. Cukup menurn Berikan diet jantungyang
3. Sedang sesuai
4. cukup meningkat Berikan terapirelaksasi untuk
5. meningka mengurangi stres,jika perlu
Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen>94%
Edukasi :
Anjurkan aktivitas fisik
sesuai toleransi
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Rujuk ke program rehabilitas
jantung
2. Gangguan Pertukaran gas Pemantauan Respirasi (I.01014)
pertukaran gas b.d meningkat Observasi
ketidakseimbangan (L.01003) Monitor frekuensi, irama,
ventilasi-perfusi kedalaman dan upaya napas
Setelah dilakukan Monitor pola napas (seperti
intervensi bradypnea, takipnea,
keperawatan selama hiperventilasi, kussmaul,
3 x 24 jam, maka Cheyne-stokes, biot, ataksik)
pertukaran gas Monitor kemampuan batuk
meningkat, dengan efektif
kriteria hasil: Monitor adanya produksi
1. Dispnea sputum
menurun
Monitor adanya sumbatan
2. Bunyi napas
jalan napas
tambahan
19
menurun Palpasi kesimetrisan ekspansi
3. Takikardia paru
menurun Auskultasi bunyi napas
4. PCO2 membaik Monitor saturasi oksigen
5. PO2 membaik Monitor nilai analisa gas
6. pH arteri darah
membaik Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
20
Analisa gas darah), jika perlu
Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
makan
Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor monitor tanda dan
gejala toksikasi oksigen dan
atelektasis
Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
Bersihkan sekret pada mulut,
hidung, dan trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan
napas
Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
Tetap berikan oksigen saat
pasien di transportasi
Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
21
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan/atau
tidur
22
4. Dispnea setelah secarah bertahap
aktivitas cukup Anjurkan menghubungi
menurun perawat jika tanda dan
gelaja kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
23
5. Kadar sel vaksinasi (mis: nama
darah putih produsen, tanggal kadaluarsa)
membai Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal,
dan efek samping
Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah (mis:
hepatitis B, BCG, difteri,
tetanus, pertussis, H.
influenza, polio, campak,
measles, rubela)
Infromasikan imunisasi yang
melindungi terhadap penyakit
namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah (mis:
influenza, pneumokokus)
Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus (mis: rabies,
tetanus)
Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi Kembali
Informasikan penyedia
layanan Pekan Imunisasi
Nasional yang menyediakan
24
vaksin gratis
25
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah salah satu Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
yang ditandai dengan adanya kegagalan penutupan ductus arteriosus setelah lahir.
Normalnya dua atau tiga minggu setelah bayi dilahirkan, ductus srteriosus akan
menutup. Penyebab penyakit jantung belum dapat dikeltahui secara pasti, tetapi ada
beberapa factor yang memperngaruhi yaitu factor prenatal dan factor genetic.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu saya mengharapkan mendapatkan saran atau kritik yang
dapat memberitahu saya menjadi mahaiswa yang jauh lebih baik kembali.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ognean, M. L., Boantă, O., Kovacs, S., Zgârcea, C., Dumitra, R., Olariu, E.,
& Andreicuţ, D. (2016). Persistent ductus arteriosus in critically ill preterm infants.
The Journal of Critical Care Medicine, 2(4), 175– 184.
(https://doi.org/10.1515/jccm2016-0026)
Dimiati, H., & Fasli, R. (2018). The Role of Acetaminophen in Patent Ductus
Arteriosus Closure. Indonesian Journal of Cardiology. Vol. 39, 128-138
27
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
28