DISUSUN OLEH
RISKA APRILIYANTI TAUFIK 214201446178
ELIANCE MARPAUNG 214201446181
THERESIA FRANSISKA AGUSTINA 2142101446186
HANIFA A. FITRIANI 214201446188
ZAHRA AZIZAH 214201446190
ARY KUNCAHYANI 214201446185
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dari kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Gagal Ginjal Akut" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan anak sakit dan terminal.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pada
Pada Anak Dengan Gagal Ginjal Akut bagi para pembaca dan juga bagi kelompok kami.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gagal ginjal adalah ketidakmampuan ginjal untuk mengekskresikan zat
sisa (sampah) tubuh, memekatkan urine, dan menyimpan elektrolit. Gagal
ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Margareth &
Rendy, 2012: 30).
Gagal ginjal akut (GGA) atau acute kidney injury (AKI), dahulu
disebut gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu keadaan dimana terjadi
gangguan fungsi ginjal secara akut ditandai peningkatan kadar serum ureum
dan kreatinin, dengan atau tanpa penurunan produksi urin.
Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan pada tahun 2013
populasi diatas 15 tahun yang terdiagnosis gagal ginjal kronis sebesar 0,2%.
Angka ini lebih rendah dibandingkan prevalensi PGK (Penyakit Ginjal
Kronik) di negara- negara lain. Sedangkan provinsi dengan prevalensi
tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan
Sulawesi Utara masing- masing 0,4 % (Infodatin, 2017).
Insiden GgGA pada anak sakit kritis bervariasi antara 8-30% dengan
angka kematian sekitar 37-80%.2,3 Studi lain melaporkan angka kejadian
GgGA pada anak yang dirawat di PICU mencapai 82% bila menggunakan
kriteria pRIFLE. Angka mortalitas meningkat seiring dengan peningkatan
stadium yaitu risk sebesar 18,9%, injury sebesar 36,1% dan failure sebesar
46,4%.5 Saat ini belum ada laporan mengenai insiden GgGA di Indonesia.
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan gagal
ginjal kronik yaitu Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban
jantung meningkat, Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
kegagalan mekanisme pengaturan ginjal, Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan perubahan status cairan dan Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang pajanan (Pranata & Prabowo (2014) dan
Margareth (2012).
Peran perawat dalam pengobatan pada pasien dengan gagal ginjal akut
khususnya pada anak adalah perawat bertanggung jawab memberikan
penyuluhan kepada keluarga mengenai penyakit, implikasi dan rencana terapi,
kemungkinan efek psikologis penyakit dan penanganannya karena pada
remaja yang sangat membutuhkan kemandirian dan cenderung memberontak,
biasanya kurang beradaptasi dengan baik. Mereka marah karena dikendalikan
dan dipaksa bergantung pada program terapi yang keras dan tidak dapat
ditawar. Selain itu perawat berperan dalam pembatasan diet pada anak dan
memberi kesempatan anak terutama remaja untuk berpartisipasi atas program
terapinya sendiri, dikarenakan pembatasan diet terutama membebani anak dan
orangtua. Anak akan merasa diabaikan ketika mereka tidak boleh memakan
makanan yang tadinya sangat disukai sedangkan anggota keluarga yang
lainnya boleh memakan makanan tersebut. Beberapa anak yang tidak
memahami tujuan pembatasan makanan, akan mencuri-curi makanan yang
dilarang dalam setiap kesempatan, untuk itu harus diberikan kesempatan pada
anak untuk berpartisipasi dalam program terapinya sendiri (Wong, dkk, 2009:
1200).
B. Tujuan Umum
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Mampu melakukan simulasi asuhan keperawatan anak pada klien
dengan Gagal Ginjal Akut dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami teori Gagal Ginjal Akut pada anak.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan anak pada
klien dengan gagal ginjal akut.
c. Mahasiswa mampu memahami tindakan keperawatan pada klien dengan gagal
ginjal akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gagal ginjal akut (GGA) atau Acute kidney injury (AKI) yang sebelumnya
dikenal dengan ARF adalah penurunan fungsi ginjal yang di tandai dengan
peningkatan kadar kreatinin serum dibanding dengan kadar sebelumnya atau
penurunan urine output (UO)(Balqis, Noormartany,Gondodiputra, & Rita, 2016).
Gangguan ginjal akut (GgGA) pada anak masih menjadi masalah karena
merupakan kontributor signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas. Semakin tinggi
keparahan gangguan ginjal akut menyebabkan peningkatan angka kematian (Sharma,
Jha and Singh, 2020).
2.2. Etiologi
Ketika perfusi ginjal terganggu, terjadi relaksasi arteriol aferen pada tonus
vaskular untuk menurunkan resistensi vaskular ginjal dan memelihara aliran
darah ginjal. Selama terjadi hipoperfusi ginjal, pembentukan prostaglandin
vasodilator intrarenal, termasuk prostasiklin, memperantarai terjadinya
vasodilatasi mikrovasular ginjal untuk memelihara perfusi ginjal. Pemberian
inhibitor siklooksigenase seperti aspirin atau obat anti inflamasi non steroid
dapat menghambat terjadinya mekanisme kompensasi dan mencetuskan
insufisiensi ginjal akut.
c. Pasca renal (obstruksi aliran urin) yang menyebabkan gagal ginjal akut
biasanya akibat dari obstruksi dibagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal
meningkat akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat.
2.3 Patofisiologi
a. Berkurangnya produksi urine atau oliguria (produksi urine kurang dari 0,5
ml/kg/jam) dan anuria (tidak ada produksi urine).
b. Edema (pembengkakan) pada wajah, mata, kaki, dan tungkai, terutama pada
pagi hari.
c. Hipertensi (tekanan darah tinggi) pada anak usia di atas 5 tahun atau terjadi
kenaikan tekanan darah di atas batas normal usia anak.
g. Gangguan kesadaran, kejang, atau koma pada kasus yang lebih berat
1. Biokimiawi
Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan kreatinin
plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi ginjal adalah
dengan analisa creatinine clearance (klirens kreatinin). Selain pemeriksaan
fungsi gnjal (renal function test), pemeriksaan kadar elektrolit juga harus
dilakukan untuk mengetahui status keseimbangan elektrolit dalam tubuh
sebagai bentuk kinerja ginjal.
2. Urinalisis
Urinalisis dilakukan untuk menapis ada/ tidaknya infeksi pada ginjal atau ada/
tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan parenkim ginjal.
3. Ultrasonografi ginjal
4. Elektrolit serum
Dimonitor lewat perjalanan gagal ginjal kronik. Natrium serum dapat berada
dalam batasan normal atau rendah karena retensi air. Kadar kalium naik tetapi
biasanya tetap dibawah 6,5 mEq/L. Fosfor serum naik dan kadar kalsium
turun. Asidosis metabolik diidentifikasi dengan pH rendah, CO2 rendah, dan
kadar bikarbonat rendah.
5. Biopsi ginjal
6. pengukuran diuresis
2. Terapi dialisis.
a. Retensi cairan akibat kegagalan fungsi ginjal dapat menyebabkan edema atau
gagal jantung kongestif
I. PENGKAJIAN
i. Identitas pasien
Observasi
Teraoeutik
Edukasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi