Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN GAGAL GINJAL AKUT

DISUSUN OLEH
RISKA APRILIYANTI TAUFIK 214201446178
ELIANCE MARPAUNG 214201446181
THERESIA FRANSISKA AGUSTINA 2142101446186
HANIFA A. FITRIANI 214201446188
ZAHRA AZIZAH 214201446190
ARY KUNCAHYANI 214201446185

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dari kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Gagal Ginjal Akut" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan anak sakit dan terminal.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pada
Pada Anak Dengan Gagal Ginjal Akut bagi para pembaca dan juga bagi kelompok kami.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, April 2023

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gagal ginjal adalah ketidakmampuan ginjal untuk mengekskresikan zat
sisa (sampah) tubuh, memekatkan urine, dan menyimpan elektrolit. Gagal
ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Margareth &
Rendy, 2012: 30).
Gagal ginjal akut (GGA) atau acute kidney injury (AKI), dahulu
disebut gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu keadaan dimana terjadi
gangguan fungsi ginjal secara akut ditandai peningkatan kadar serum ureum
dan kreatinin, dengan atau tanpa penurunan produksi urin.
Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan pada tahun 2013
populasi diatas 15 tahun yang terdiagnosis gagal ginjal kronis sebesar 0,2%.
Angka ini lebih rendah dibandingkan prevalensi PGK (Penyakit Ginjal
Kronik) di negara- negara lain. Sedangkan provinsi dengan prevalensi
tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan
Sulawesi Utara masing- masing 0,4 % (Infodatin, 2017).
Insiden GgGA pada anak sakit kritis bervariasi antara 8-30% dengan
angka kematian sekitar 37-80%.2,3 Studi lain melaporkan angka kejadian
GgGA pada anak yang dirawat di PICU mencapai 82% bila menggunakan
kriteria pRIFLE. Angka mortalitas meningkat seiring dengan peningkatan
stadium yaitu risk sebesar 18,9%, injury sebesar 36,1% dan failure sebesar
46,4%.5 Saat ini belum ada laporan mengenai insiden GgGA di Indonesia.
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan gagal
ginjal kronik yaitu Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban
jantung meningkat, Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
kegagalan mekanisme pengaturan ginjal, Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan perubahan status cairan dan Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang pajanan (Pranata & Prabowo (2014) dan
Margareth (2012).
Peran perawat dalam pengobatan pada pasien dengan gagal ginjal akut
khususnya pada anak adalah perawat bertanggung jawab memberikan
penyuluhan kepada keluarga mengenai penyakit, implikasi dan rencana terapi,
kemungkinan efek psikologis penyakit dan penanganannya karena pada
remaja yang sangat membutuhkan kemandirian dan cenderung memberontak,
biasanya kurang beradaptasi dengan baik. Mereka marah karena dikendalikan
dan dipaksa bergantung pada program terapi yang keras dan tidak dapat
ditawar. Selain itu perawat berperan dalam pembatasan diet pada anak dan
memberi kesempatan anak terutama remaja untuk berpartisipasi atas program
terapinya sendiri, dikarenakan pembatasan diet terutama membebani anak dan
orangtua. Anak akan merasa diabaikan ketika mereka tidak boleh memakan
makanan yang tadinya sangat disukai sedangkan anggota keluarga yang
lainnya boleh memakan makanan tersebut. Beberapa anak yang tidak
memahami tujuan pembatasan makanan, akan mencuri-curi makanan yang
dilarang dalam setiap kesempatan, untuk itu harus diberikan kesempatan pada
anak untuk berpartisipasi dalam program terapinya sendiri (Wong, dkk, 2009:
1200).

B. Tujuan Umum
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Mampu melakukan simulasi asuhan keperawatan anak pada klien
dengan Gagal Ginjal Akut dengan memperhatikan aspek legal dan etis.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami teori Gagal Ginjal Akut pada anak.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan anak pada
klien dengan gagal ginjal akut.
c. Mahasiswa mampu memahami tindakan keperawatan pada klien dengan gagal
ginjal akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gagal Ginjal Akut

Gagal ginjal akut (GGA) atau Acute kidney injury (AKI) yang sebelumnya
dikenal dengan ARF adalah penurunan fungsi ginjal yang di tandai dengan
peningkatan kadar kreatinin serum dibanding dengan kadar sebelumnya atau
penurunan urine output (UO)(Balqis, Noormartany,Gondodiputra, & Rita, 2016).

Gangguan ginjal akut (GgGA) pada anak masih menjadi masalah karena
merupakan kontributor signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas. Semakin tinggi
keparahan gangguan ginjal akut menyebabkan peningkatan angka kematian (Sharma,
Jha and Singh, 2020).

Prevalensi menurut WHO memperkirakan bahwa prevalensi gagal ginjal akut


lebih dari 356 kasus. Sedangkan menurut kemenkes per 3 November 2022 terdapat
323 kasus di 28 provinsi dengan jumlah kematian 190 pasien, paling banyak di
dominasi oleh Anak dengan rentang usia1-5 tahun (Kemenkes, 2022)

2.2. Etiologi

Acute Kidney Injury dibagi menjadi pre-renal injury, intrinsic renal


disease, termasuk kerusakan vaskular, dan uropati obstruktif. Beberapa
penyebab GnGA, termasuk nekrosis korteks dan trombosis vena renalis, lebih
sering terjadi pada neonatus. Sedangkan HUS lebih sering terjadi pada anak
lebih usia 1 sampai 5 tahun, dan RPGN umumnya lebih sering terjadi pada
anak lebih besar dan remaja. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
laboratorium seperti urinalisis dan radiografi dapat menentukan penyebab dari
GnGA.
a. Pre-renal Acute Kidney Injury Pre-renal Acute Kidney Injury terjadi ketika
aliran darah menuju ginjal berkurang, dihubungkan dengan kontraksi volum
intravaskular atau penurunan volum darah efektif. Seperti diketahui pada pre-
renal injury secara intrinsik ginjal normal, dimana volum darah dan kondisi
hemodinamik dapat kembali normal secara reversibel. Keadaan pre-renal
injury yang lama dapat menimbulkan intrinsic GnGA dihubungkan dengan
hipoksia/iskemia acute tubular necrosis (ATN). Perubahan dari pre-renal
injury menjadi intrinsic renal injury tidak mendadak.

Ketika perfusi ginjal terganggu, terjadi relaksasi arteriol aferen pada tonus
vaskular untuk menurunkan resistensi vaskular ginjal dan memelihara aliran
darah ginjal. Selama terjadi hipoperfusi ginjal, pembentukan prostaglandin
vasodilator intrarenal, termasuk prostasiklin, memperantarai terjadinya
vasodilatasi mikrovasular ginjal untuk memelihara perfusi ginjal. Pemberian
inhibitor siklooksigenase seperti aspirin atau obat anti inflamasi non steroid
dapat menghambat terjadinya mekanisme kompensasi dan mencetuskan
insufisiensi ginjal akut.

b. Intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal) akibat dari kerusakan struktur


glomerulusatau tubulus ginjal. Kondisi ini seperti : rasa terbakar, cedera akibat
benturan daninfeksi serta agens nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis
tubulus akut( ATN) dan berhentinya fungsi renal

c. Pasca renal (obstruksi aliran urin) yang menyebabkan gagal ginjal akut
biasanya akibat dari obstruksi dibagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal
meningkat akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat.

2.3 Patofisiologi

Pada gagal ginjal akut terjadi ketidakmampuan ginjal untuk memfiltrasi


sisa buangan, pengaturan cairan, dan mempertahankan keseimbangan kimia.
Tipe prerenal  merupakan hasil dari penurunan perfusi renal yang dapat
disebabkan oleh dehidrasi, asfiksia perinatal, hipotensi, septic syok, syok
hemoragik atau obstruksi pada arteri renal, diare atau muntah, syok yang
disebabkan oleh pembedahan, luka bakar, hipoperfusi berat ( pada
pembedahan jantung ). Hal ini menimbulkan penurunan aliran darah renal dan
terjadi iskemik.
Tipe intrarenal merupakan hasil dari kerusakan jaringan ginjal yang
mungkin disebabkan oleh nefrotoksin seperti aminoglycosides,
glomerulonefritis, dan pyelonefritis.Tipe postrenal adanya obstruksi pada
aliran urine. Obstruksi dapat meningkatkan tekanan dalam ginjal yang mana
dapat menurunkan fungsi renal. Penyebabnya dapat obstruksiureteropelvic,
obstruksi ureterovesical, neurogenik bladder, posterior urethral valves, tumor
atau edema

2.4 Manifestasi Klinis

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2020) juga memberikan panduan


mengenai manifestasi gagal ginjal akut pada anak. Beberapa gejala yang
disebutkan oleh IDAI antara lain:

a. Berkurangnya produksi urine atau oliguria (produksi urine kurang dari 0,5
ml/kg/jam) dan anuria (tidak ada produksi urine).

b. Edema (pembengkakan) pada wajah, mata, kaki, dan tungkai, terutama pada
pagi hari.

c. Hipertensi (tekanan darah tinggi) pada anak usia di atas 5 tahun atau terjadi
kenaikan tekanan darah di atas batas normal usia anak.

d. Asites (penumpukan cairan dalam rongga perut) atau pleural effusion


(penumpukan cairan dalam rongga dada).

e. Nyeri perut atau pinggang.

f. Mual, muntah, dan anoreksia (hilangnya nafsu makan).

g. Gangguan kesadaran, kejang, atau koma pada kasus yang lebih berat

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa gagal ginjal akut (Pranata & Prabowo, 2014)

1. Biokimiawi

Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan kreatinin
plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi ginjal adalah
dengan analisa creatinine clearance (klirens kreatinin). Selain pemeriksaan
fungsi gnjal (renal function test), pemeriksaan kadar elektrolit juga harus
dilakukan untuk mengetahui status keseimbangan elektrolit dalam tubuh
sebagai bentuk kinerja ginjal.

2. Urinalisis

Urinalisis dilakukan untuk menapis ada/ tidaknya infeksi pada ginjal atau ada/
tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan parenkim ginjal.

3. Ultrasonografi ginjal

Imaging (gambaran) dari ultrasonografi akan memberikan informasi yang


mendukung untuk menegakkan diagnosa gagal ginjal.

4. Elektrolit serum

Dimonitor lewat perjalanan gagal ginjal kronik. Natrium serum dapat berada
dalam batasan normal atau rendah karena retensi air. Kadar kalium naik tetapi
biasanya tetap dibawah 6,5 mEq/L. Fosfor serum naik dan kadar kalsium
turun. Asidosis metabolik diidentifikasi dengan pH rendah, CO2 rendah, dan
kadar bikarbonat rendah.

5. Biopsi ginjal

Dapat dilakukan untuk mengidentifikasi proses penyakit penyebab jika ini


tidak jelas. Selain itu juga digunakan untuk membedakan gagal ginjal akut dan
gagal ginjal kronik. Biopsi ginjal dapat dilakukan pada pembedahan atau
dilakukan menggunakan biopsi jarum.
2.6 Penatalaksanaan

Dalam penatalaksanaan GGA pertama harus disingkirkan kemungkinan


prerenal dan pasca renal. Pada pre-renal, dicari dengan anamnesis yang
sistematik mengenai kemungkinan etiologi (gastroenteritis, dehidrasi, syok,
luka bakar, kelainan jantung) dan pemeriksaan fisik terhadap adanya dehidrasi
dan syok. Bila ditemukan pre-renal terapi disesuaikan dengan etiologinya.

Pada gastroenteritis dehidrasi diberikan cairan ringer laktat. Pada syok


hemoragik diberikan transfusi darah. Syok yang terjadi pada sindrom nefrotik
akibat hipovolemia diberi infus albumin atau plasma. Tujuan pengobatan pada
GGA tipe renal adalah mempertahankan homeostasis tubuh sambil menunggu
ginjal berfungsi kembali. Pemantauan yang perlu dilakukan adalah

1. Tanda-tanda vital: tensi, nadi, pernafasan, ritme jantung

2. pemeriksaan darah; Hb, Ht, trombosit

3. darah ureum dan kreatinin

4. elektrolit : K, Na, Cl, Ca, P dan asam urat

5. analisis gas darah

6. pengukuran diuresis

Terapi GGA dapat dibagi dua yaitu :

1. Terapi konservatif : Tujuan terapi konservatif adalah mencegah progresivitas


overload cairan, kelainan elektrolit dan asam basa, uremia, hipertensi, dan
sepsis.

2. Terapi dialisis.

Indikasi dialisis pada anak dengan GGA:


a. Kadar ureum darah > 200 mg%

b. Hiperkalemia > 7.4 mEq/l

c. Bikarbonas serum < 12 mEq/l

d. Adanya gejala-gejala overhidrasi : edema paru, dekompensasi jantung dan


hipertensi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan

e. Perburukan keadaan umum dengan gejala uremia berat: perdarahan, kesadaran


menurun sampai koma

2.7 Komplikasi Gagal Ginjal Akut

Menurut Corwin, Elizabeth J. 2009, Komplikasi Gagal Ginjal Akut ialah :

a. Retensi cairan akibat kegagalan fungsi ginjal dapat menyebabkan edema atau
gagal jantung kongestif

b. Gangguan elektrolit dan pH dapat menimbulkan ensefalopati

c. Apabila hiperkalemia parah (≥ 6,5 miliekuivalen per liter) dapat terjadi


disritmia dankelemahan otot

d. Gagal ginjal Kronis

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,


semua data – data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif
terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spritual klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik.
(Asmadi, 2008)

I. PENGKAJIAN
i. Identitas pasien

Glomerulus nefritis akut biasanya ditemukan pada anak usia sekolah 2


– 15 tahun dan lebih sering terjadi pada anak laki – laki dibanding anak
perempuan ( Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016).

ii. Keluhan utama

Keluhan utama pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya


memiliki keluhan seperti edema dan hipertensi. Edema ditemukan pada 85%
kasus, terutama pada daerah periorbital (76,3%), wajah, ekstremitas, bahkan
seluruh tubuh. Biasanya edema terjadi secara mendadak dan terlihat perta-ma
kali pada daerah orbital terutama saat bangun di pagi hari dan menghilang di
sore hari setelah penderita melakukan aktivitas. Edema ini disebabkan oleh
retensi natrium dan air akibat kerusakan glomerulus yang mengakibatkan
kelebihan cairan.

iii. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan sekarang Yang harus dikaji adalah adakah hematuria,
gejalah gangguan saluran kemih, penurunan berat badan, mual, muntah,
anoreksia, bengkak pada tungkai, mata, kencing berwarna seperti cucian
daging, peningkatan tekanan darah dan peningkatan suhu badan.
b. Riwayat kesehatan dahulu Yang harus dikaji antara lain penyakit anak
sebelumnya, apakah pernah dirawat di RS sebelumnya, obat – obatan yang
digunakan sebelumnya riwayat alergi, riwayat operasi sebelumnya atau
kecelakaan dan imunisasi dasar.
c. Riwayat kesehatan keluarga (genogram) Yang harus dikaji adanya riwayat
penyakit ginjal dalam keluarga dan penyakit turunan dalam keluarga seperti
DM, Hipertensi.
iv. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum. Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda–tanda vital yaitu
tekanan darah, nadi, RR, dan suhu pada anak, pada anak dengan glomerulus
nefritis akut biasanya terjadi peningkatan tekanan darah disebabkan akibat
terinduksinya sistem rennin-angiotensin, Hipertermi/suhu tubuh meningkat
dikarenakan adanya inflamasi oleh streptokokus.
b. Ukuran antropomerti. Adalah pengukuran fisik yang dapat di ukur dengan alat
pengukur seperti timbangan dan pita meter meliputi : berat badan, panjang
badan, lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan. Pada anak dengan
glomerulus nefritis akut biasanya terjadi penurunan berat badan karena anak
mengalami penurunan nafsu makan.
c. Pemeriksaan Fisik Head To Toe :
(1) Kulit. Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi, bintik–
bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna, bentuknya ada cairan atau
tidak, kelembaban dan turgor kulit baik atau tidak. Pada anak dengan
glomerulus nefritis akut biasanya tampak pucat, timbul edema atau
penumpukan cairan dibawah kulit karena penurunan fungsi ginjal, dimana
terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus yang mengakibatkan ekskresi air,
natrium, zat-zat nitrogen berkurang, sehingga terjadi edema, pitting edema
lebih dari 2 detik.
(2) Kepala. Pada anak dengan glomelurus nefritis akut biasanya ubunubun
cekung, rambut kering.
(3) Wajah. Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya nampak
edema
(4) Mata.
Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya nampak edema pada
kelopak mata, konjungtiva anemis, pupil anisokor, dan skelera anemis.
(5) Telinga. Bentuk, ukuran telinga, kesimetrisan telinga, warna, ada serumen
atau tidak, ada tanda – tanda infeksi atau tidak, palpasi adanya nyeri tekan atau
tidak.
(6) Hidung. Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, lesi, sumbatan,
perdarahan tanda–tanda infeksi, adakah pernapasan cuping hidung atau tidak
dan nyeri tekan. Adanya gangguan pernapasan cuping hidung (gangguan
pernapasan).
(7) Mulut Warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan stomatitis. Langit–
langit keras (palatum durum) dan lunak, tenggorokan, bentuk dan ukuran
lidah, lesi, sekret, kesimetrisan bibir dan tanda–tanda sianosis.
(8) Dada. Kesimetrisan dada, adakah retraksi dinding dada, adakah bunyi
napas tambahan (seperti ronchi, wheezing, crackels), adakah bunyi jantung
tambahan seperti (mur mur), takipnea, dispnea, peningkatan frekuwensi,
kedalaman (pernafasan kusmaul).
(9) Abdomen. Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya nyeri
tekan, palpasi hepar, adakah distensi, massa, dengarkan bunyi bising usus,
palpasi seluruh kuadran abdomen.
(10) Genitalia dan rectum
a. Lubang anus ada atau tidak
b. Pada laki–laki inspeksi uretra dan testis apakah terjadi hipospadia atau
epispadia, adanya edema skrotum atau terjadinya hernia serta kebersihan
preputium.
c. Pada wanita inspeksi labia dan klitoris adanya edema atau massa, labia
mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adakah secret atau bercak
darah.
(11) Ekstremitas. Tangan : telapak tangan pucat, dan udem , pitting udema
lebih dari 2 detik. Kaki : terdapat udem pada kaki pitting udema lebih dari 2
detik.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
b. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
c. Resiko ketidakseimbangan cairan (D.0037)
d. Gangguan Integritas Kulit (D.0129)

III. LUARAN KEPERAWATAN


a. Pola nafas ( L.01004)
b. Toleransi aktivitas ( L.05047)
c. Kesdeimbangan Cairan (L.03020)
d. Integritas kulit dan jaringan ( L.13125)

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN


a. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
Pemantauan Respirasi (I.01014)

Observasi

1. Monitor frekuensi, irama dan kedalaman napas


2. Monitor pola napas
3. Monitor saturasi oksigen

Teraoeutik

1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien


2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2. Informasikan hasil pemantauan, bila perlu
b. Intoleransi aktivitas (D.0056)
Manajemenen energi (I.05178)

Observasi

1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakuka aktivitas

Terapeutik

1. Lakukan rentag gerak pasisf atau gerak aktif


2. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
3. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi terkait asupann makanan

c. Resiko ketidakseimbangan cairan (D.0037)


Manajememn cairan (I.03098)
Observasi
1. Monitor status hidrasi
2. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (Ureum, kretinin, Na, K, Cl)
3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis

Terapeutik

1. Catat intak-output hitung balance cairan 24 jam


2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Kolaborasi

Kolabofrasi pemberian diuretic bila diperlukan

d. Gangguan integritas kulit (D.0129)


Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Observasi
1. Identifikasi gangguan integritas kulit
Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
3. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering

Edukasi

1. Anjurkan menggunakan pelembab


2. Anjurkan meningkatkan nutrisi
3. Anjurkan menghidari terpapar suhu ekstrim
4. Anjurkan manda dan gunakan sabun secukupnya.

Anda mungkin juga menyukai