Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE


(CKD) DI RUANG ICU RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh:

Nama : Efri
NIM : ( 2021-01-14901-015 )

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis
CKD di Ruang ICU ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktik Profesi Ners STIKES Eka Harap Palangkaraya. Selain itu, Asuhan
Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun
kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang materi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan
Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa data
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan dimasa
yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima kasih.

Palangka Raya, 21 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL Halaman


HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Penyakit 4
2.1.1 Definisi 5
2.1.2 Anatomi Fisiologi 5
2.1.3 Etiologi 6
2.1.4 Klasifikasi 7
2.1.5 Patofisiologi 8
2.1.6 Manifestasi Klinis 9
2.1.7 Komplikasi 10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis 15
3.1 Manajemen Asuhan Keperawatan 17
3.1.1 Pengkajian Keperawatan 18
3.1.2 Diagnosa Keperawatan 19
3.1.3 Intervensi Keperawatan 20
3.1.4 Implementasi Keperawatan 21
3.1.5 Evaluasi Keperawatan 22
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 21
3.2 Analisa Data 34
3.3 Intervensi 35
3.4 Prioritas Masalah 36
3.5 Implementasi dan Evaluasi 36
BAB 4 KESIMPULAN
4.1 Kesimpilan 41
4.2 Saran 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata berbentuk mirip kacang,
sebagai bagian dari system urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama
urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.
Progresivitas penurunan fungsi ginjal berbeda-beda, yaitu dapat berkembang cepat
atau lambat. Penyakit ginjal kronik adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
adanya kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa kelainan structural
atau fungsional dengan penurunan laju filtrasi glomerulus dengan etiologi yang
bermacam-macam, disertai kelainan komposisi darah atau urin dan kelainan
dalam tes pencitraan. Secara laboratorik dinyatakan penyakit ginjal kronik apabila
hasil pemeriksaanklirens kreatinin <15 mg/dl. (Prima Astiawati, 2012).
Penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan
pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Dari data di beberapa pusat nefrologi
di Indonesia diperkirakan insidens dan prevalensi penyakit ginjal kronik masing-
masing berkisar 100-150/ 1 juta penduduk dan 200-225/ 1 juta penduduk. (Prima
Astiawati, 2013). Penderita acute kidney injury di Indonesia, menurut Suhardjono
(2013), jumlahnya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan masyarakat
Amerika Serikat, sekitar 1200 per 1 juta penduduk.Beberapa laporan dunia
menunjukkan insidens AKI yang bervariasi antara 0,5-0,9% pada komunitas, 0,7-
18% pada pasien yang dirawat di rumah sakit, hingga 20% pada pasien yang
dirawat di unit perawatan intensif (ICU), dengan angka kematian yang dilaporkan
dari seluruh dunia berkisar 25% hingga 80% (Robert Sinto, 2012)
Keadaan yang menimbulkan terjadinya kerusakan ginjal biasanya
menghasilkan gejala-gejala serius yang tidak berhubungan dengan ginjal. Sebagai
contoh, demam tinggi, syok, kegagalan jantung dan kegagalan hati, bisa terjadi
sebelum kegagalan ginjal dan bisa lebih serius dibandingkan gejala gagal ginjal.
Setelah penyebabnya ditemukan, tujuan pengobatan adalah untuk
mengembalikan fungsi ginjal biasanya. Masukan Jumlah cairan sangat dibatasi
tergantung dari seberapa banyak urine yang dapat dihasilkan oleh ginjal. Makanan
juga harus dipilih jangan sampai meracuni ginjal , protein harus dikurangi sampai
batas tertentu ,rendah garam dan potasium , untuk karbohidrat dapat lebih leluasa
diberikan. Dialisis mungkin diperlukan sebagai tatalaksana gagal ginjal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
“Bagaimana laporan pendahuluan dan penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Gagal ginjal kronik di ruang ICU?”.
1.3 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan laporan studi kasus adalah untuk
menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan dengan diagnosa
medis Gagal ginjal kronik di ruang ICU.
1.3.1 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Gagal ginjal kronik.
1.3.2.2 Menegakkan diagnosa keperawatan klien dengan diagnosa medis Gagal
ginjal kronik.
1.3.2.3 Membuat intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Gagal
ginjal kronik dan akut dengan diagnosa keperawatan.
1.3.2.4 Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Gagal
ginjal kronik.
1.3.2.5 Melakukan evaluasi pada klien dengan diagnosa medis Gagal ginjal
kronik.
1.3.2.6 Mampu membuat dokumentasi tindakan pada klien dengan diagnosa medis
Gagal ginjal kronik.
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Secara teoritis, penulisan ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan
pemikiran mau pun sebagai rujukan referensi bagi para perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Gagal ginjal
kronik

.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan
keperawatan dasar manusia pada klien dengan diagnosa medis Gagal ginjal
kronik. Dalam melakukan Asuhan Keperawatan yang paling penting adalah
membina hubungan saling percaya dengan klien.
1.4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan ilmiah, serta menjadi bahan atau dasar bagi mereka
yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.4.2.3 Bagi Puskesmas
Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit
untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada klien
dengan diagnosa medis Gagal ginjal kronik.
1.4.2.4 Mahasiswa
Hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta untuk memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan
keperawatan dengan diagnosa medis Gagal ginjal kronik.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep PenyakitChronic kidney disease (CKD)
2.1.1 Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2016).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau
azotemia (Smeltzer, 2016).
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata berbentuk mirip kacang,
sebagai bagian dari system urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama
urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.
Progresivitas penurunan fungsi ginjal berbeda-beda, yaitu dapat berkembang cepat
atau lambat. Penyakit ginjal kronik adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
adanya kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa kelainan structural
atau fungsional dengan penurunan laju filtrasi glomerulus dengan etiologi yang
bermacam-macam, disertai kelainan komposisi darah atau urin dan kelainan
dalam tes pencitraan. Secara laboratorik dinyatakan penyakit ginjal kronik apabila
hasil pemeriksaanklirens kreatinin <15 mg/dl. (Prima Astiawati, 2012).
2.1.2 Anatomi Fisiologi

2.1.2.1 Struktur Makroskopis Ginjal


Ginjal terletak pada posisi di sebelah lateral vertebra torakalis bawah
beberapa centimeter di sebelah kanan dan kiri garis tengah. Di sebelah anterior,
ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritonium. Di
sebelah posterior organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah.
Ginjal pada orang dewasa panjangnya ginjal 11-13 cm, lebarnya 5-7 cm dan
tebalnya 2,5-3 cm dengan berat masing-masing ginjal 150 gr. Ginjal kiri lebih
panjang dan tinggi dari ginjal kanan dikarenakan hati berada di atas ginjal kanan.
Ginjal dikelilingi berbagai lapisan jaringan yang melindungi dan
mempertahankan posisi ginjal, lapisan terluar berupa jaringan fibrous yang
disebut kapsula renalis, kapsula renalis ini dikelilingi oleh lapisan lemak ferirenal
dan pacia gerota yang akan melindungi semua bagian ginjal kecuali hilum, area
dimana pembuluh darah keluar dan masuk daerah ini.
Ginjal dibagi dua daerah yang berbeda yaitu korteks (bagian luar) dan
medula (bagian dalam). Medula dibagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid.
Terdapat 12 sampai 18 piramid untuk setiap ginjal. Piramid-piramid tersebut
diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolom bertini. Piramid tampak
bercorak karena tersusun oleh segmen-segmen tubulusa dan duktus pengumpul
nefron. Papila atau aspek dari tiap piramid membentuk duktus papilari belini.
Setiap duktus papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal
membentuk cawan yang disebut kaliaks minor. Selanjutnya bersatu sehingga
membentuk pelvis ginjal. Merupakan reservoar utama sistem pengumpul urine.

Gambar 1 Anatomi Potongan Melintang Ginjal


2.1.2.2 Struktur Mikroskopis Ginjal
Menurut Syaifuddin (2002 : 221-223), struktur mikroskopis ginjal terdiri
dari satuan fungsional ginjal dinamakan nefron, mempunyai lebih kurang 1,3 juta
nefron, selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah, arteri renalis membawa
darah murni dari aorta ke ginjal. Lubang-lubang yang terdapat pada piramid renal
masing-masing membentuk simpul satu badan malfigi yang disebut glomerulus.
2.1.2.3 Glomerulus, bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang
terletak di dalam kapsula bowman dan menerima darah dari arteriol aferen
dan meneruskan darah ke sistem vena melalui arteriol aferen natrium
secara bebas difiltrasi dalam glomerulus sesuai dengan konsentrasi.
Kalium juga difiltrasi secara bebas, diperkirakan 10-20% kalium plasma
terikat oleh protein dan tidak bebas difiltrasi sehingga kalium dalam
keadaan normal kapsula bowmen. Ujung buntu tubulus ginjal yang
bentuknya seperti kapsula cekung meliputi glomerulus yang saling
melilitkan diri.
2.1.2.4 Tubulus proksimal konvulta, tubulus ginjal yang langsung dengan 15 mm
diameter 55m, bentuknya berkelok-kelok menjalar dari korteks ke bagian
medula dan kembalui ke korteks sekitar 2/3 dari natrium yang berfiltrasi
diabsorbsi secara isotonis bersama klorida. Proses ini melibatkan
transportasi aktif natrium. Peningkatan reabsorbsi natrium
akanmengurangi pengeluaran air dan natrium, hal ini dapat mengganggu
pengenceran dan pemekatan urine yang normal. Kalium diresorbsi lebih
dari 70% kemungkinan dan dengan mekanisme transportasi aktif akan
terpisah dari resporsi natrium.
2.1.2.5 Gelung henle (ansa henle), bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke
segmen tipis, selanjutnya ke segmen tebal panjangnya 12 mm, total
panjang ansa henle 2-14 mm. klorida secara aktif diserap kembali pada
cabang asedens gelung henle dan natrium yang bergerak secara pasif untuk
mempertahankan kenetralan listrik. Sekitar 25% natrium yang difiltrasi
diserap kembali karena darah nefron bersifat tidak permeabel terhadap air.
Reabsorbsi klorida dan natrium dipars asendens penting untuk pemekatan
urine karena membantu mempertahankan integritas gradiens konsentrasi
medulla. Kalium terfiltrasi sekitar 20-25% diabsorbsi pada pars asendens
lengkung henle. Proses pasi terjadi karena gradien elektrokimia yang
timbul sebagai akibat dari reabsorbsi aktif klorida pada segmen nefron ini.
2.1.2.6 Tubulus distal konvulta, bagian ini adalah tubulus ginjal berkelok-kelok
dan letaknya jauh dari kapsula bowman panjang 5 mm. tubulus distal dari
masing-masing nefron bermuara ke duktus koligens yang panjangnya 20
mm. Masing-masing duktus koligens berjalan melalui korteks dan medulla
ginjal yang bersatu membentuk suatu duktus yang berjalan lurus dan
bermuara ke dalam duktus belini, seterusnya menuju kalik minor ke kalik
mayor, dan akhirnya mengosongkan isinya ke dalam pelvis renalis pada
aspeks masing-masing piramid medula ginjal, panjang nefron keseluruhan
ditambah duktus koligens adalah 45-65 mm. nefron yang berasal dari
glomerulus korteks (nefron korteks) mempunyai ansa henle yang
memanjang ke dalam piramid medula.
2.1.2.7 Duktus koligen medula ini saluran yang secara metabolik tidak aktif.
Pengaturan secara halus dari ekskresi natrium urine terjadi di sini dengan
aldosteron yang paling berperan terhadap reabsorbsi natrium. Duktus ini
memiliki kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi kalium. Ekskresi aktif
kalium diperhatikan pada duktud koligen kortikal dan mungkin
dikendalikan oleh aldosteron. Reabsorbsi aktif kalium murni terjadi dalam
duktus koligen medula.
Gambar 2. Nefron
2.1.2.8 Fungsi Ginjal
Menurut Syaifuddin, 2011 : 108), fungsi ginjal adalah :
1) Memegang peranan penting dalam peranan zat-zat toksin atau racun.
2) Mempertahankan suasana keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
3) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin
dan amoniak.
5) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
2.1.2.9 Pembuluh Darah Ginjal
Arteri Renalis merupakan percabangan dari aorta abdominalis letaknya kira-
kira setinggi vertebra lumbalis dua, karena aorta terletak di sebelah kiri garis
tengah maka arteri renalis kanan lebih panjang dari arteri renalis kiri. Setiap arteri
renalis bercabang waktu masuk ke dalam hilus ginjal.Vena renalis menyalurkan
darah ke dalam vena kava inferior yang terletak di sebalah kanan garis tengah.
Sehingga vena renalis kiri kira-kira dua kali lebih panjang dari vena renalis kanan.
Arteri renalis masuk ke dalam hilus, kemudian bercabang menjadi arteri
interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri akuarta
yang melengkung melintas basis piramid-piramid tersebut. Arteri arkuarta
kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks.
Arteriol interlobularis ini selanjutnya membentuk arteriola aferen. Arteriola aferen
akan berakhir pada rumbai-rumbai kapiler yang disebut glomerulus.
Skematik sirkulasi darah ginjal ditunjukkan berikut ini :
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis  arteri renalis kanan dan kiri
 arteri interlobalis  aorta aferen  glomerolus  arteriol aferen  vena
interlobularis  vena arkuarta  vena interlobaris  vena renalis  vena kava
inferior.
Proses pembentukan kemih dimulai dengan proses filtrasi plasma pada
glomerulus. Proses filtrasi ini dinamakan ultrafiltrasi glomerulus.
Aliran darah ginjal (renal blood flow) adalah sekitar 20-25% dari curah jantung
atau sekitar 1200 ml/menit. Bila hematokrit normal (45%) maka aliran plasma
ginjal (RPF) sama dengan 660 ml/menit, sekitar seperlima dari plasma atau 125
ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman atau dikenal dengan
istilah GFR (Glomerulus Filtration Rate).
2.1.3 Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan
glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis
tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit ginjal
polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi yakni uropati
obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal System, 2015
dalam Price & Wilson, 2015). Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di Indonesia tahun 2016 menunjukkan glomerulonefritis menjadi
etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes
melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan
8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2016).
2.1.4 Klasifikasi
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju


Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan
rumus Kockroft – Gault sebagai berikut :

2.1.5 Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara
C Long, 2016).
Glomerulonfritis Obstruksi dan Diabetic kidney Nefritis hipertensi SLE ( nefritis
kronis infeksi disease lupus )

WOC CKD
( Chronic Kidney Disease ) Gangguan tubulus dan glomerulus

Jaringan ginjal kekurangan O2 dan nutrisi

Penurunan fungsi nefron

Penurunan GFR

BUN dan creatinin meningkat

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

B1 B2 B3 B4 B5 B6
( Breathing ) ( Blood ) ( Brain ) ( Bladder ) ( Bowel ) ( Bone )

Penurunan Penurunan Retensi air dan Na Peningkatan Penumpukan zat- Sindrom uremik
kemampuan ginjal produksi eritro aktivitas system zat toksin
mengeksresikan H + protein RAA
Penurunan
Respon
produksi urine Gangguan
Ureum menumpuk Masa hidup eritrosit Retensi air dan Na musculoskeletal
metabolism protein
di rongga paru & berkurang dan jumlah ureum pada jaringan
pleura eritrosit menurun otot meningkat
Gangguan proses Anemia Iritasi saluran Penurunan Anoreksia Keram otot,
difusi kencing produksi urine kelemahan fisik
Kelelahan MK : Gangguan
Sesak, nyeri dada MK :Nyeri akut Edema nutrisi kurang dari MK :
MK : Gangguan kebutuhan
MK : - Intoleransi
perfusi jaringan Aktivitas
perifer MK : Hipervolemia
- Pola nafas tidak - Gangguan
efektif mobilitas fisik
- Gangguan
pertukaran gas

Barbara C Long, 2016


2.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
1) Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
2) Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3) Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
4) Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5) Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
6) Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
7) Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2012) serta Suwitra
(2011) antara lain adalah :
1) Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata
bolisme, dan masukan diit berlebih.
2) Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin angiotensin aldosteron.
4) Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5) Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal
dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan
ion anorganik.
6) Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7) Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8) Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9) Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi
(1) Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
(2) Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan
adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
(3) Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis.
(4) Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
(5) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit
dan asam basa.
2) Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
3) Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal
ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
4) USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5) Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal
6) Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
7) Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
8) Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
9) Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
10) EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
11) Biopsi Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau
perlu untuk mengetahui etiologinya.
12) Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
(1) Laju endap darah
(2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak
ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh
pus / nanah, bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen
kotor, warna kecoklatan menunjukkan adanya darah,
miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1.
(3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10
mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
(4) Hiponatremia
(5) Hiperkalemia
(6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
(7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
(8) Gula darah tinggi
(9) Hipertrigliserida
(10) Asidosis metabolik
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1) Konservatif
(1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
(2) Observasi balance cairan
(3) Observasi adanya odema
(4) Batasi cairan yang masuk
2) Dialysis
(1) Peritoneal dialysisbiasanya dilakukan pada kasus – kasus
emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja
yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori
Peritonial Dialysis )
(2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :

(3) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

(4) Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke


jantung )

3) Operasi
(1) Pengambilan batu
(2) Transplantasi ginjal
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, status
perkawinan, suku, agama, pekerjaan, diagnose medis dan tanggal
masuk rumah sakit.
2) Riwayat Kesehatan / Perawatan
a. Keluhan Utama
Biasanya urine output sedikit sampai tidak ada BAK, gelisah
sampai penurunan kesadaran, anoreksia, mual, muntah, mulut
terasa kering, rasa lelah, nafas berbau ( Ureum ), dan gatal
pada kulit.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat
di anamnesa, penurunan kesadaran, kaji pola nafas, kelemahan
fisik, dan pemenuhan nutrisi, dan kaji kemana saja pasien
meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya penyakit sebelumnya, penggunaan obat-obatan
dan tindakan apa saja yang pernah dilakukan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya salah satu keluarga yang
mengalami penyakit yang sama.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Hipervolemia
2) Perubahan pola napas.
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
4) Gangguan perfusi jaringan perifer.
5) Intoleransi aktivitas
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 :Hipervolemia
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
volume cairan seimbang dengan kriteria hasil :
1) Terhindar dari Edema
2) Bunyi nafas bersih
Intervensi :
1) Monitor intake dan output
2) Batasi masukan cairan
3) Identifikasi sumber potensial cairan
4) Jelaskan kepada pasien dan keluarganya rasional pembatasan cairan
5) Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi

Diagnosa 2 :Perubahan pola napas.


Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pola
napas adekuat dengan kriteria hasil :
1) Pola napas efektif
Intervensi :
1) Monitor pola napas
2) Berikan alat bantu napas oksigen
3) Berikan posisi semi-fowler
4) Auskultasi suara napas
5) Kolaborasi pemberian bronkodilator
Diagnosa 3 :Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
nutrisi seimbang dengan kriteria hasil :
1) Nafsu makan normal ( meningkat )
2) BB meningkat
Intervensi :
1) Monitor asupa nutrisi
2) Lakukan oral hygiene sebelum makan
3) Berikan makanan sedikit tapi sering
4) Kolaborasi dengan ahli gizi

Diagnosa 4 :Gangguan perfusi jaringan perifer.


Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil :
1) Membran mukosa merah muda
2) Konjungtiva tidak anemis
3) Akral hangat
Intervensi :
1) Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer
2) Evaluasi nadi perifer dan edema
3) Ubah posisi setiap 2 jam
4) Lakukan ROM
5) Kolaborasi pemberian anti platelet atau anti pendarahan

Diagnosa 5 :Intoleransi aktivitas.


Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
aktivitas adekuat dengan kriteria hasil :
1) Mampu melakukan aktivitas secara mandiri
Intervensi :
1) Observasi aktivitas pasien
2) Obsrvasi TTV
3) Berikan lingkungan tenang
4) Ubah posisi pasien dengan perlahan
5) Bantu pasien memilih aktivitas sesuai kebutuhan dan kemampua
2.2.4 Implementasi Kepwerawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Nursalam,2015)
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi dapat dibedakan dalam evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
proses dapat dilakukan setelah melakukan perasat dan evluasi hasil berdasarkan
rumusan terutama keriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang
perencanaanlanjutan terhadap masalah yang dihadapi pasien (Nursalam,2015).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Efri


NIM : 2021-01-14901-015
Ruang Praktek : ICU
Tanggal Praktek : 21 Maret 2022-26 Maret 2022
Tanggal & Jam Pengkajian : 21 Maret 2022 dan Pukul 10.00 WIB
1.1 Pengkajian
1.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesi
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Cilik Riwut KM.09
Tgl MRS : 20 Maret 2022
Diagnosa Medis : Chronic kidney disease (CKD)
1.1.2 Riwayat Kesehatan / Perawatan
1.1.2.1 Keluhan Utama :
Ny. S Mengeluh sesak napas.
1.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan bahwa pada tanggal 20 Maret 2022 ia mengeluh
merasa sesak napas dan badan terasa lemas. Kemudian keluarga
membawa pasien ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Setelah
sampai di IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dilakukan
pemeriksaan yaitu TTV : 140/100 mmHg, N : 129 x/menit, S : 36,50C ,
RR : 30 x/ menit, diberikan terapi tindakan pemasangan oksigen nasal
kanul 3 lpm dan pemasangan infus Nacl 0,9% 20 tpm pada tangan
sebelah kanan, kemudian Ny.S dianjurkan rawat inap di ruang ICU
untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.
1.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi)
Ny. S mengatakan bahwa ia memiliki riwayat penyakit sebelumnya
kurang lebih sudah 3 bulan ini rutin untuk cuci darah karena penyakit
ginjal, dan sudah pernah di rawat di rumah sakit.
1.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Ny. S mengatakan bahwa dalam keluarganya ada memiliki riwayat
penyakit keturunan yaitu Hipertensi.

GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: HubunganKeluarga

: SatuRumah

: Meninggal
1.1.3 Pemeriksaan Fisik
1.1.3.1 Keadaan Umum :
Pasien tampak berbaring, kesadaran compos mentis, terpasang infus
NACL 0,9% drip Fentanil 150 g tangan sebelah kanan, terpasang syring
pump furosemide 2,1 ml/jam pada tangan kanan, terpasang oksigen
masker 6 lpm, pasien berbaring dengan posisi semi fowler dan
terpasang kateter.
1.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran composmentis, ekpresi wajah gelisah, bentuk badan
sedang, cara berbaring ke kiri dan ke kanan, komunikasi lancar saat
ditanya oleh perawat, suasana hati gelisah, penampilan rapi.
Fungsi Kognitif :
Pasien dapat mengetahui waktu pagi, siang, sore, malam, Pasien dapat
membedakan perawat/keluarga, Pasien mengetahui bahwa sedang
berada di RS.
Insight baik, mekanisme pertahan diri adaptif.
1.1.3.3 Tanda-Tanda Vital :
Saat dikaji pada tanggal 21 Maret 2022, pukul 10 : 30 WIB suhu tubuh
pasien 36,5 0C tempat pemeriksaan axilla, Nadi/HR : 90 x/mnt,
pernafasan : 26 x/mnt, Tekanan Darah/BP : 150/90 mmHg.
1.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, pasien sesak napas, type pernapasan dada dan
perut, irama pernafasan tidak teratur, suara napas ronchi.
Masalah Keperawatan :
- Pola Napas Tidak Efektif
1.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Saat dikaji terdapat Capillary refill < 2 detik, suara jantung S1 S2 (lup
dup ), asites tidak ada, Keluhan lainnya tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
1.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E : 4 (Membuka mata dengan spontan ), V : 5 ( Dapat
menjawab salam ), M : 6 ( Dapat mengikuti perintah ), Total Nilai GCS
: 15 ( Normal ). Kesadaran composmentis, pupil isokor, refleks cahaya
kanan kiri positif, dan tidak ada nyeri.
Hasil Uji Syaraf Kranial : Nervus Kranial I ( olfaktorius ) : Pasien dapat
mencium bau aroma makanan, Nervus Kranial II ( optikus ) : Pasien
melihat kurang jelas, Nervus Kranial III ( okulomotorius ) : Pasien
dapat menggerakan bola mata ke atas dan ke bawah, Nervus Kranial IV
( troklearis ) : Pasien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke
kanan, Nervus Kranial V ( trigeminus ) : Pasien dapat mengunyah
dengan baik, Nervus Kranial VI (andusen ) : Pasien dapat membedakan
rasa makanan, Nervus Kranial VII ( fasialis ): Pasien dapat tersenyum,
dan tertawa, Nervus Kranial VIII ( vestibuloakustikus ) : Pasien dapat
mendengar dengan baik, Nervus Kranial IX ( glosofaringus ) : Pasien
dapat menelan dengan baik, Nervus Kranial X ( vagus ) : Pasien dapat
berbicara dengan baik dan lancar, Nervus Kranial XI ( aksesorius ) :
Pasien dapat menggerakan leher ke kiri dan ke kanan. Nervus Kranial
XII ( hipoglosus ): Pasien dapat mengecap makanan dengan baik.
Uji Koordinasi :
Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif, ekstremitas
bawah tumit ke jempol kaki positif. Dan uji kestabilan tubuh positif.
Keluhan lainnya tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
1.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder) :
Produksi Urine : 200 ml 1 x/shif pagi, warna kuning, bau khas amoniak,
Keluhan lainnya tidak ada.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
1.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel) :
Mulut dan Faring
Bibir kering, gigi tidak lengkap, gusi baik tidak ada peradangan, lidah
baik tidak ada peradangan, mukosa tidak ada pembengkakan, tonsil
tidak ada peradangan, BAB 1x/hr , konsitensi lunak, bising usus normal
3-34x/mnt, nyeri tekan tidak ada, benjolan tidak ada dan keluhan
lainnya tidak ada.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
1.1.3.9 Tulang -Otot -Integumen (Bone) :
Kemampuan pergerakan sendi bebas, ukuran otot simetris, uji kekuatan
otot ekstremitas kiri atas 4, kanan atas 4 dan ekstremitas kiri bawah 4,
kanan bawah 4 dan tulang belakang normal. Tidak ada peradangan
patah tulang maupun nyeri.
Masalah keperawatan :
Gangguan mobilias fisik
1.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut
Tidak ada riwayat alergi obat, makanan, maupun kosmetik. Suhu kulit
hangat, warna kulit pucat, turgor baik, tekstur kulit halus, tidak ada
lesi maupun jaringan parut. Tekstur rambut halus, bentuk kuku
simetris dan bersih.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
1.1.3.11 Sistem Penginderaan :
1) Mata/penglihatan kurang jelas, gerakan bola mata bergerak
normal, skelera normal/putih, konjungtiva pucat/anemis, kornea
bening, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, tidak ada
nyeri maupun keluhan lainnya.
2) Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran baik
3) Hidung / Penciuman:
Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi maupun nyeri tekan sinus.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
1.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak teraba, jaringan tidak teraba, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid teraba dan mobilitas leher bebas.

1.1.3.13 Sistem Reproduksi


1) Reproduksi Pria
2) Reproduksi Wanita
Keluhan lainnya Tidak dikaji
Tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
1.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
1.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Menurut Ny.Y kesehatan sangat penting, karena dengan sehat ia dapat
beraktivitas seperti biasanya dan Ny.Y juga mengatakan bahwa saat ini
ia sudah tau tentang penyakit yang dideritanya.
1.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
TB : 150 cm, BB sekarang 50 kg, BB sebelum sakit 52 kg,
Diet biasa, kesukaran menelan tidak.
IMT = BB 50 = 50 = 22,2
TB2 1,50 x 1,50 2,25
Keluhan lainnya
Tidak ada
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari

Frekuensi/hari 3 x sehari 3 x sehari

Porsi 1 porsi 1 porsi

Nafsu makan Normal Normal

Jenis Makanan Nasi, daging, sayur Nasi. daging,


sayur

Jenis Minuman Air mineral Air mineral

Jumlah minuman/cc/24 800 cc 1500 cc


jam

Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,


malam

Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

Masalah Keperawatan
Tidak ada
1.1.4.3 Pola Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit : siang 1 jam, Malam : 5-8 jam
Setelah sakit : pasien mengatakan tidur siang kurang lebih 1 jam, tidur
malam malam : kurang lebih 4-5 jam karna sering terbangun dan
terkadang bisa tidak tidur
Masalah Keperawatan
Tidak ada
1.1.4.4 Kognitif :
Pasien mengatakan sudah tau tentang penyakitnya
Masalah Keperawatan
Tidak ada
1.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Gambaran diri : pasien mengenali dirinya, Ideal diri : pasien ingin cepat
sembuh, Identitas diri : pasien bersama seorang anak, Harga diri :
pasien sangat dipertahankan oleh keluarga, Peran : sebagai ibu rumah
tangga
Masalah Keperawatan
Tidak ada
1.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum dibawa ke RS klien mengatakan aktivitas sehari-hari yang
dilakukan adalah bekerja sebagai ibu rumah tangga. Setelah sakit pasien
mengatakan belum bisa bergerak bebas, pasien tampak lemah, hanya
bisa berbaring ditempat tidur, ADL pasien dibantu oleh keluarga, pasien
hanya bisa miring kanan dan kiri, pasien belum mampu duduk dan
berdiri.
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
1.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien bila ada keluhan hanya istirahat dan bercerita pada suaminya
Masalah Keperawatan
Tidak ada
1.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Pasien aktif dalam keyakinannya
Masalah Keperawatan
Tidak ada
1.1.5 Sosial – Spiritual
1.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Saat perawat bertanya kepada pasien, pasien pun menjawab dengan
berkomunikasi sangat baik
1.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Bahasa yang sering digunakan pasien yaitu bahasa dayak
1.1.5.3 Hubungan dengan Keluarga :
Hubungan dengan keluarga sangat baik
1.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Hubungan dengan orang lain pun sangat baik.
1.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Bagi pasien orang yang sangat berarti yaitu keluarga nya
1.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Mengobrol dengan keluarga dan tetangga
1.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Keluarga dan pasien berdoa akan kesembuhannya
1.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Hasil laboratorium tanggal

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


Pemeriksaan

RDW CV 17.0 % 11.7 – 14.4

MCV 81.7 FL 78.00-102.00

MCH 24,4 PG 25.00-35.00

MCHC 29.9 g/dl 33.00-37.00

KIMIA KLINIK
Glukosa – sewaktu 122 mg/dL 70-140
Ureum 89 mg/dL 12.8-42,8
Creatinin 5,19 mg/dL 0,60-1,00
Leukosit 15,97 10^3/uL 4.50-11.00
Eritrosit 3.02 Juta/uL 4.10-5.10

1.1.7 Penatalaksanaan Medis


No Obat Dosis Rute Indikasi

1. Sp. Furosemide 6 Iv Untuk mengatasi edema (penumpukan cairan


10 mg Amp didalam tubuh) atau hipertensi.

2. Meropenem 2x1 gr Iv Untuk berbagai macam infeksi yang sudah


terbukti atau dugaan kuat tentang bakteri
penyebab infeksi seperti pneumonia, appendicitis,
infeksi kulit luas, menginitis dan sepsis

3. Methylprenisolon 3x10 Iv Sebagai antiflimasi atau imonusupresan,


mg tatalaksana status asmatikus, reaksi penolakan
pada transplantasi organ, dan kondisi alergi
4. Lansoprazole 1x30 Iv Untuk mengatasi kondisi yang berkaitan dengan
mg asam lambung

5. Ondanseton 3x8 Iv Ondansetron adalah obat yang untuk mencegah


O mg serta mengobati mual dan muntah yang bisa
disebabkan oleh efek samping kemoterapi,
radioterapi, atau operasi.

Palangka Raya, 21 Maret 2022


Mahasiswa

( Efri)
NIM : 2021-01-14901-015
ANALISA DATA
Data Subyektif dan Kemungkinan
Masalah
Data Obyektif Penyebab

DS : Pasien mengeluh Terjadinya penurunan Pola nafas tidak


sesak napas produksi urin efektif

DO :

- Pasien tampak sesak Penurunan retensi urin

- Irama pernapasan
tampak tidak teratur
Tekanan pada vena
- Pasien tampak pulmonalis
berbaring dengan posisi
fowler

- Tipe pernafasan dada Adanya tekanan kapiler


dan perut paru

- Suara napas ronchi

- Terpasang oksigen Keletihan otot


Masker 6 lpm pernapasan

- TTV

TD : 150/90mmHg Posisi tubuh yang


menghambat ekspansi
N : 90 x/menit paru

R : 26 x/menit

S : 36,5oC Depresi pusat


pernapasan

Sesak napas

Pola napas tidak efektif


DS : Tidak mampu Gangguan mobilitas
beraktivitas fisik
- Pasien mengatakan
badannya terasa lemas

DO : Tirah baring yang lama

- Pasien tampak lemas

- Pasien tampak dibantu Kelemahan


oleh keluarga dan
perawat untuk
melakukan aktivitas Penurunan kekuatan otot
pergerakan di tempat
tidur

- Pergerakan sendi
terbatas
- Skala aktivitas 4
Pasokan O2 ke jaringan Defisit Perawatan diri
DS: Pasien mengatakan
otot tidak menucukupi
pasien belum pernah diseka
semenjak dirawat demand glukosa ↑
DO:

- Pasien tampak lemah


asam laktat ↑
- Pasien tampak bedrest
total tonus otot ↓
- Lidah tampak kotor
gangguan mobilitas fisik
- ADL pasien semua
dibantu oleh perawat Defisit Perawatan diri
dan keluarga ( mandi,
berpakaian, toileting,
makan dan minum)
-
PRIORITAS MASALAH
1. Pola nafas tidak efektif, berhubungan dengan hambatan upaya napas.
Ditandai dengan Pasien tampak sesak, Irama pernapasan tampak tidak
teratur, Pasien tampak berbaring dengan posisi fowler, Tipe pernafasan
dada dan perut, Suara napas ronchi, Terpasang oksigen Masker 6 lpm, TD
: 150/90mmHg, N : 90 x/menit, R : 26 x/menit, S : 36,5oC
2. Gangguan mobiltas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Di tandai dengan Pasien tampak lemas, Pasien tampak dibantu oleh
keluarga dan perawat untuk melakukan aktivitas pergerakan di tempat
tidur, Pergerakan sendi terbatas, Skala aktivitas 4.
3. Devisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
Pasien tampak lemah Pasien tampak bedrest total Lidah tampak kotor
ADL pasien semua dibantu oleh perawat dan keluarga ( mandi,
berpakaian, toileting, makan dan minum)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

Ruang Rawat: ICU RSUD dr. Doris Sylvanus

DiagnosaKeperawa Tujuan (Kriteriahasil) Intervensi Rasional


tan
Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas ( SIKI 1. Untuk megetahui pola
efektif, berhubungan keperawatan selama 1x7 jam, I.01011 hal. 184 ) napas pasien
dengan hambatan diharapkan bersihan jalan napas Observasi :
2. Membantu kenyamanan
upaya napas. (SDKI klien efektif dengan Kriteria 1. Monitor pola napas
D.0005 Hal.26) Hasil: (SLKI L.01004 hal.95) Terapeutik : pasien
1. Penggunaan otot bantu napas 1. Posisikan semi-fowler atau 3. Oksigen memantu
menurun (4) fowler
memenuhi kebutuhan
2. Frekuensi napas cukup 2. Berika oksigen
membaik (4) Edukasi : oksigen dalam tubuh
1. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, Jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik, Jika perlu
Gangguan mobiltas Setelah dilakukan tingakan Dukungan mobilisasi (I.05173 1. Untuk mengetahui
fisik berhubungan
keperawatan selama 1 x 7 jam hal.30) kemampuan fisik
dengan penurunan
kekuatan otot. diharapkan masalah klien dapat Observasi : melakukan pergerakan
(SDKI D.0054
teratasi sebagian dengan kriteria 1. Identifikasi toleransi fisik 2. Membantu proses
hal.124)
hasil: (SLKI L.05042 hal.65) melakukan pergerakan kesembuhan pasien
1. Pergerakan ekstremitas cukup 2. Monitor kondisi umum 3. Supaya pasien dapat
meningkat (4) selama melakukan melatih kekuatan otot
2. Kekuatan otot meningkat (5) mobilisasi nya kembali
Rentang ROM meningkat (5) Terapeutik : 1.
1. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur)
Defisit perawatan Setelah di lakukan asuhan 1. Monitor tingkat 1. Mengetahui kemampuan
kemandirian pasien
diri berhubungan keperawatan selama 1x4 jam
diharapkan adanya peningkatan 2. Sediakan lingkuhan yang 2. Penyediaan lingkungan yang
dengan kelemahan terapeutik (mis. Suasana aman dan privasi membuat
kebersihan diri pasien dengan
hangat, rileks, privasi) pasien merasa nyaman
kriteria hasil : 3. Siapkan keperluan pribasi 3. Membantu mempersiapkan
(mis. Parfum, sikat gigi, kebutuhan pasien agar
1. kemampuan mandi meningkat
dan sabun mandi) perawatan diri terpenuhi
skor 5
4. Fasilitasi kemandirian, 4. Mencegah defisit peraawatan
2. kemampuan mengenakan
bantu klien melakukan diri
pakaian meningat skor 5
perawatan diri 5. Penjadwalan secaraa rutin
3. kemampuan ke toileting
5. Jadwalkan rutinitas membantu mengigatkan
BAK/BAB skor 5
perawatan diri dalan melakukan perawatan
4. verbalisasi keinginan
6. Anjurkan melakukan diri
melakukan perawatan diri skor
perawatan diri secara 6. Perawatan diri secara
5
konsisten sesuai dengan konsisten dapat membantu
5. minat melakukan perawatan
kemampuan kebersihan
diri
7. Ajarkan keluarga dalam 7. Keluarga dapat melakukan
6. mempertahankan perawatan
melakukan perawatan diri perawatan diri secara
diri skor 5
8. Kolaborasi dengan maksimal
7. mempertaahankankan
keluarga dalam memberi 8. Berkolaborasi dengan
kebersihan mulut skor 5 dukungan dan bantuan keluarga agar keburtuhan
kepada pasien kebersihan diri pasien dapat
terpemuhi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

Ruang Rawat: ICU RSUD dr. Doris Sylvanus

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Senin, 21 Maret 1. Memonitor pola napas S : Ny. Y mengatakan masih sesak
2022 2. Mempoosisikan semi-fowler atau O :
fowler EFRI
Jam 10.00 WIB - Pasien tampak sesak
3. Memberika oksigen
- Irama pernapasan tampak tidak
teratur
- Pasien tampak berbaring dengan
posisi fowler
- Tipe pernafasan dada dan perut
Diangnosa 1 - Terpasang oksigen Masker 6 lpm
- TTV
TD : 150/90mmHg
N : 90 x/menit
R : 26 x/menit
S : 36,5oC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Senin, 21 Maret 1. Mengidentifikasi toleransi fisik S : Pasien mengatakan masih lemas
2022 melakukan pergerakan O:
2. Memonitor kondisi umum selama - Pasien tampak lemas EFRI
Jam 10.00 WIB
melakukan mobilisasi - Pasien tampak dibantu oleh keluarga
dan perawat untuk melakukan
3. Melibatkan keluarga untuk
aktivitas pergerakan di tempat tidur
membantu pasien dalam - Pergerakan sendi terbatas
meningkatkan pergerakan - Skala aktivitas 4

Diangnosa 2 4. Mengajarkan mobilisasi sederhana A : Masalah belum teratasi


yang harus dilakukan (mis. Duduk
P: Intervensi dilanjutkan
di tempat tidur)

Senin, 21 Maret 1. Monitor tingkat kemandirian S: Pasien mengatakan pasien belum


2022 2. Sediakan lingkungan yang pernah diseka semenjak dirawat
Jam 10.00 WIB terapeutik (mis. Suasana hangat, O:
EFRI
rileks, privasi)
- Pasien masih belum bisa
3. Siapkan keperluan pribadi (mis.
Diagnosa 3 ( mandi, berpakaian, toileting,
Parfum, sikat gigi, dan sabun
makan dan minum) sendiri
mandi)
- Lingkungan sudah tenang dan
4. Jadwalkan rutinitas perawatan nyaman
diri - Sudah disiapkan keperluan
5. Anjurkan melakukan perawatan pribadi
diri secara konsisten sesuai - Membantu pasien mandi, pasien
dengan kemampuan tampak lebih bersih dan rapi
6. Ajarkan keluarga dalam - Keluarga setuju jika besoknya
melakukan perawatan diri dilakukan perawatan diri lagi
7. Kolaborasi dengan keluarga - Keluarga tampak mengerti
dalam memberi dukungan dan tentang pentingnya kebersihan
bantuan kepada pasien diri
- Kelurga mau membantu
memberi dukungan dan bantuan
keda pasien dalam perawatan
diri
A: masalah defisit perawatan diri
teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. monitor tingkat kemandirian
2. Sediakan lingkuhan yang
terapeutik (mis. Suasana hangat,
rileks, privasi)
3. Siapkan keperluan pribasi (mis.
Parfum, sikat gigi, dan sabun
mandi)
4. Memasilitasi kemandirian, bantu
kila melakukan perawatan diri
5. jadwalkan rutinitas perawatan diri
6. anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai dengan
kemampuan
7. kolaborasi dengan keluarga dalam
memberi dukungan dan bantuan
kepada pasien
DAFTAR PUSTAKA

Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan


Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nugroho, F. A. (2018). Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Jantung dengan
Metode Forward Chaining. Jurnal Informatika Universitas Pamulang, 3(2), 75.
https://doi.org/10.32493/informatika.v3i2.1431.
Nurdamailaila.(2017). Congestive Heart Failure (Gagal Jantung. diakses pada tanggal
20/08/2019 melalui https://nurdamailaia.blogspot.com/2017.
Prasetyono, Dwi Sunar. 2012. Daftar Tanda & Gejala Ragam Penyakit. FlashBooks:
Semarang.
SDKI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta
SIKI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1 cetakan II. Jakarta
SLKI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1 cetakan I. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Wijaya, Andre & Yessie Putri. 2013. Buku KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogjakarta: Nuha Medik.

Anda mungkin juga menyukai