Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRESENTASI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN DIAGNOSA


CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG MELATI III
RSUD DOKTER SOEKARDJO

(Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase KMB)


Pembimbing Akademik : Ns. Ana Ikhsan Hidayatulloh, S.Kep., M.Kep
Pembimbing Klinik : H. Aceng Sumantri, S.Kep., Ners

Disusun Oleh : Kelompok 2

Deni Kurniawan 231FK09021


Dewi Kartika 231FK09026
Hendra Maulana 231FK09035
Irma Nurmala 231FK09039
Lutfiyah Batuli Fatimah 231FK09049
Muhamad Apandi 231FK09050
Siska Yuliani 231FK09059
Tessa Rosmiati 231FK09063
Tia Wiranti 231FK09065
Wisyeu Indah Putri 231FK09069

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
TASIKMALAYA
2023

1
LEMBAR PERSETUJUAN

2
LEMBAR PENGESAHAN

3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan Ridho-Nya penyusun dapat diberi kesempatan untuk
menyelesaikan laporan presentasi kasus ini yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN DIAGNOSA CHRONIC KIDNEY
DISEASE (CKD) DI RUANG MELATI III RSUD DOKTER SOEKARDJO
”. Dalam penyusunan laporan ini penyusun banyak mengalami hambatan dan
kesulitan namun dengan bimbingan serta pengarahan dan dukungan dari berbagai
pihak, akhirnya laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Untuk itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Ns.
Ana Ikhsan Hidayatulloh, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing akademik dan H.
Aceng Sumantri, S.Kep., Ners selaku pembimbing klinik stase Keperawatan
Medikal Bedah yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya kepada
penyusun guna terselesaikannya laporan presentasi kasus ini. Selain itu, dengan
tidak mengurangi rasa hormat penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada
seluruh rekan-rekan yang telah berkontribusi pada terselesaikannya laporan ini
yang tentunya tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini dapat berguna dan
membantu kami dalam melaksanakan Pendidikan profesi Ners. Amiin.

Tasikmalaya, 13 November 2023

Penyusun

4
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Tanda dan gejala
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Clinical Pathways
F. Klasifikasi
G. Data Penunjang
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
I. Komplikasi
J. Diagnosa Banding
BAB III TINJAUAN KASUS KELOLAAN
A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi/Catatan Perkembangan
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease)atau yang


disingkat GGK adalah kondisi ketidaknormalan produksi urin atau
ketidakmampuan fungsi ginjal karena fungsi nefron yang menurun.
Kondisi ini disebabkan karena terjadinya perubahan pada anatomi dan
fisiologi dari organ ginjal yang berimplikasi pada kondisi kesehatan
(Romagnani, P. et al., 2017) . Penyakit ini dicirikan dengan fungsi
glomelurus yang menurun yaitu dimana GFR <60 mL/min/1,73 m3,
proteinuria, hematuria, abnormalitas kadar elektrolit dalam plasma
darah, anemia dan hipertensi.
Kesehatan organ ginjal menjadi salah satu penentu utama terkait
tingkat kesehatan didunia. Berdasarkan penelitian yang dilakaukan
oleh Bikbov, et all (2020) menunjukkan bahwa pada tahun 2017
terdapat 1,2 juta orang yang meninggal akibat mengalami gagal ginjala
kronis (Bikbov, B. et al., 2020). Penelitian yang dilakukan oleh
Nathan et all (2016) juga menunjukkan prevalensi penyakit Gagal
ginjal kronis sekitar 10,6% untuk pria dan 12,5% untuk Wanita pada
negara miskin dan negara berkembang (Hill, N. R. et al., 2016). Di
Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan
bahwa terdapat 0,38% penduduk di Indonesia berusia diatas 15 tahun
yang didiagnosis mengalami GGK dan 19,33% dari populasi yang
menderita GGK melakukan hemodialisis (Health Research and
Development Agency. 2013).
Gejala klinis yang terlihat pada pasien GGK yaitu terjadinya
perubahan subtansi kimia darah seperti urea dan creatinine,
mengalami hematuria, urin yang berbusa, nokturia, nyeri pinggul atau
bahkan menurunnya produksi urin. Gejala tambahan pada pasien
GGK yang parah yaitu mudah lelah, mual muntah, nafsu makan yang
buruk, penurunan berat badan, sulit tidur dan adanya pembengkakan

6
perifer (Vaidya, 2021). Berdasarkan penyebab, diabetes melitus tipe
2 menjadi penyebab utama dari penyakit ini yaitu sekitar 30-50%
pasien GGK memiliki sejarah penyakit diabetes melitus tipe 2. Selain
diabetes melitus, yang paling sering menyebabkan GGK yaitu
Hipertensi dengan nilai sekitara 27,2% dari populasi GGK
(Vaidya, 2021).
Patofisiologi dari GGK terbagi atas 2 mekanisme yaitu
berdasarkan penyebab spesifik yang menyebabkan kerusakan pada
ginjal seperti adanya racun atau adanya reaksi sistem imun yang
menyerang organ ginjal. Mekanisme kedua yaitu terjadinya hiperfiltrasi
dan hipertropi nefron. Mekanisme ini biasa terjadi pada
penyakit degeneratif seperti diabetes melitus dan hipertensi . Hipertropi
pada gromelurus yaitu disebabkan karena hiperfusi glomerulus.
Perubahan pada nefron adalah proses adaptasi ginjal untuk menjaga
kemampuan glomerulus serta menurunkan adanya aliran kembali urin
primer yang difiltrasi oleh glomerulus kembali ke glomerulus. Proses
adaptasi yang berlangsung terus menerus menyebabkan perubahan
struktur pada ginjal yang mengakibatkan disfungsi ginjal (Shih, 2018)

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui serta mendalami kasus kelolaan dalam asuhan
keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa Chronic Kidney Disease
(CKD) di ruang Melati lantai III RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya.
2. Tujuan khusus
Mengetahui hasil asuhan keperawatan Ny. S dengan diagnosa Chronic
Kidney Disease (CKD) di ruang Melati lantai III RSUD Dr. Soekardjo
Tasikmalaya.
Mengetahui dan mengidentifikasi pengaruh penerapan evidence based
practice pada Ny. S dengan diagnosa Chronic Kidney Disease (CKD)
di ruang Melati lantai III RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya.

7
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperkaya ilmu pengetahuan terkait diagnosa Chronic
Kidney Disease (CKD)
b. Memberikan kesempatan kepada penulis dalam mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menginformasikan
data yang diperoleh.
c. Sebagai referensi tambahan bagi penulis lain yang mengelola kasus
serupa.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi
tenaga klinis dalam menangani pasien dengan meningitis tuberculosis
dengan menggunakan evidence based practice.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolism serta keseimbangan cairan dan elektrolit akiba
destruksistruktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin dan Sari, 2011).
Sedangkan menurut Black (2014) Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana
tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum.
Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik bersifat menetap,
tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa, trensplantasi
ginjal, dialysis peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu yang
lama (Desfrimadona, 2016).

9
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010).CKD
atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia
atau azotemia (Smeltzer, 2009). Gagal ginjal kronik merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana ginjal gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia berupa retensi urea dan sampah lain dalam darah
(Brunner & Suddarth, 2002).
Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada
dinding abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra
T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena
besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan
yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah
adiposa, dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini 9
berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal (Tortora,
2011).

10
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat
terang dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap.
Korteks ginjal mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap
nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari
beberapa massa-massa triangular disebut piramida ginjal dengan basis
menghadap korteks dan bagian apeks yang menonjol ke medial. Piramida
ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil ekskresi yang kemudian
disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis ginjal (Tortora, 2011).
Fisiologi Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume
dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai
dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah
zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal.
Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui
sistem pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2012).
Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
a) Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b) Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan
dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri. 10
c) Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d) Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e) Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi
sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke
kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi
secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula
bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara
bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi
parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011).

11
B. Tanda dan Gejala
1) Tekanan darah tinggi

2) Perubahan frekuensi dan jumlah buang air kecil dalam sehari

3) Adanya darah dalam urin

4) Lemah serta sulit tidur

5) Kehilangan nafsu makan

6) Sakit kepala

7) Tidak dapat berkonsentrasi

8) Gatal

9) Sesa

10) Mual & muntah

11) Bengkak, terutama pada kaki dan pergelangan kaki, serta pada kelopak

mata waktu pagi hari

C. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju
filtrasi glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration
rate (GFR). Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013):
1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat
menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang
paling sering adalah Aterosklerosis pada arteri renalis yang besar,
dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah.
Hyperplasia fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar yang juga
menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu
kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati,
dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya elastistisitas system,
perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan aliran darah dan
akhirnya gagal ginjal.

12
2. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli
yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri.
Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering
secara ascenden dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke
ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversible ginjal yang
disebut pielonefritis.
4. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi
lemak meningkat sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di
ginjal
5. dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati
amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia
abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius merusak
membrane glomerulus.
6. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau
logam berat.
7. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan
kontstriksi uretra.
8. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan
kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau
kantong berisi cairan didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya
jaringan ginjal yang bersifat konginetal (hypoplasia renalis) serta
adanya asidosis.
Menurut perjalanan klinisnya (Corwin, E (2019):
1. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,
letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan,
neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang-kejang

13
sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit,
kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan
biokimia dan gejala yang komplek.

D. Patofisiologi
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap
fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang
masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit.
Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron
yang masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan
reabsorpsi tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan
glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi
ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya
kemampuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi
3 stadium, yaitu :
a. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan
ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan
pasien asimptomatik.
b. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration
Rate) besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat
tergantung dari kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga
mulai meningkat disertai dengan nokturia dan poliuria sebagai akibat
dari kegagalan pemekatan urin.
c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa
nefron telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih
utuh. GFR (Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan

14
normal. Kreatinin serum dan BUN akan meningkat.Klien akan mulai
merasakan gejala yang lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat
mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin
menjadi isoosmotik dengan plasma dan pasien menjadi oligurik dengan
haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.

E. Pathway

15
F. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2
dengan rumus kockrof – gault sebagia berikut :

Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya.

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta:FKUI

G. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
2) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
3) cIVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
4) Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
5) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostat.
6) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
7) Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi
perikardial.

16
8) Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk
falanks jari), kalsifikasi metastasik.
9) Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
10) Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
11) EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
12) Biopsi ginjal
13) Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
 Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia,
dan hipoalbuminemia.
 Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
 Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi
oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas,
pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada
diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
 Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan
 Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama
dengan menurunnya diuresis
 Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya
sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
 Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
 Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
 Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat
pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
ferifer)

17
 Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
 Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal
ginjal.

H. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidakbersifat
akut adalah CAPD (Continues Ambulatori PeritonialDialysis )
- Hemodialisis. Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di
venadengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis
dilakukanmelalui daerah femoralis namun untuk mempermudah
makadilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung)
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
Penatalaksanaan menurut sumber lain:
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit
dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011):

18
1) Dialisis

Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal


yang serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecenderungan
perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode
terpi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu
membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini
dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari
90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup
individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2 jenis
dialisis. Hemodialisis atau HD adalah jenis dialisis dengan menggunakan
mesin dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini darah
dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Didalam
mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi
dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu
setelah darah selesai di bersihkan, darah dialirkan kembali kedalam
tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah salit dan setiap
kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb.
Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat,
misalnya ada infusiensi coroner.
2) Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada
permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan,
jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat
juga mengatasi asidosis.
3) Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator

19
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi
harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
4) Transplantasi ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal
kronik, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

I. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2013)yaitu :
1) Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi asidosis metabolik,
katabolisme danmasukan diit berlebih.
2) Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dandialisis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
5) Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah,metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
6) Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremia

J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Data Fokus Pengkajian
Pengkajian pada klien gagal ginjal kronis sebenarnya hampir sama
dengan klien gagal ginjal akut, namun disini pengkajian lebih
menekankan pada support system untuk mempertahankan kondisi
keseimbangan dalam tubuh. Dengan tidak optimalnya atau gagalnya
fungsi ginjal, maka tubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi
dalam batas ambang kewajaran. Tetapi jika kondisi ini berlanjut (kronis),
maka akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis yang menandakan
gangguan sistem tersebut. Berikut ini adalah pengkajian keperawatan
pada klien dengan gagal ginjal kronik (Prabowo, 2014) :

20
1) Pemeriksaan Fisik
(a) Kulit, rambut dan kuku
Inspeksi : warna kulit, jaringan parut, lesi,dan vaskularisasi.
Amati adanya pruritus, dan abnormalitas lainnya. Palpasi : palpasi
kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur, edema, dan massa.
(b) Kepala
Inspeksi : kesimetrisan muka. Tengkorak, kulit kepala (lesi,
massa).
Palpasi : dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah
dari tengah tengah garis kepala ke samping. Untuk mengetahui
adanya bentuk kepala pembengkakan, massa, dan nyeri tekan,
kekuatan akar rambut.
(c) Mata
Inspeksi : kelopak mata, perhatikan bentuk dan
kesimetrisannya. Amati daerah orbital ada tidaknya edema,
kemerahan atau jaringan lunak dibawah bidang orbital, amati
konjungtiva dan sklera (untuk mengetahui adanya anemis atau
tidak) dengan menarik/membuka kelopak mata. Perhatikan warna,
edema, dan lesi. Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea)
dengan berdiri disamping klien dengan menggunkan sinar cahaya
tidak langsung. Inspeksi pupil, iris. Palpasi : ada tidaknya
pembengkakan pada orbital dan kelenjar lakrimal.
(d) Hidung
Inspeksi : kesimetrisan bentuk, adanya deformitas atau lesi
dan cairan yang keluar. Palpasi : batang dan jaringan lunak
hidung adanya nyeri, massa, penyimpangan bentuk.
(e) Telinga
Inspeksi : amati kesimetrisan bentuk, dan letak telinga,
warna,dan lesi. Palpasi: kartilago telinga untuk mengetahui
jaringan lunak, tulang telinga ada nyeri atau tidak.

21
(f) Mulut dan faring
Inspeksi : warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan
kongenital, kebersihan mulut, faring.
(g) Leher
Inspeksi : bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya
pembengkakan, jaringan parut atau massa. Palpasi : kelenjar
limfa/kelenjar getah bening, kelenjar tiroid.
(h) Thorak dan tulang belakang
Inspeksi : kelainan bentuk thorak, kelainan bentuk tulang
belakang, pada wanita (inspeksi payudara: bentuk dan ukuran).
Palpasi : ada tidaknya krepitus pada kusta, pada wanita (palpasi
payudara: massa).
(i) Paru posterior, lateral, interior
Inspeksi : kesimetrisan paru, ada tidaknya lesi. Palpasi :
dengan meminta pasien menyebutkan angka misal 7777. Bandingkan
paru kanan dan kiri. Pengembangan paru dengan meletakkan kedua
ibu jari tangan ke prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas
panjang. Perkusi : dari puncak paru kebawah (supraskapularis/3-4 jari
dari pundak sampai dengan torakal 10). Catat suara perkusi:
sonor/hipersonor/redup. Auskultasi: bunyi paru saat inspirasi dan
akspirasi (vesikular, bronchovesikular, bronchial, tracheal: suara
abnormal : wheezing, ronchi, krekels.
(j) Jantung dan pembuluh darah
Inspeksi : titik impuls maksimal, denyutan apical Palpasi : area
aorta pada interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke intercostae 3,
dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitralpada interkosta 5 kiri.
Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri. :
untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri). Auskultasi :
bunyi jantung I dan II untuk mengetahui adanya bunyi jantung
tambahan.
(k) Abdomen

22
Inspeksi : ada tidaknya pembesaran, datar, cekung, kebersihan
umbilikus. Palpasi : epigastrium, lien, hepar, ginjal. Perkusi : 4
kuadran (timpani,hipertimpani, pekak). Auskultasi :4 kuadran
(peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus).
(h) Genetalia
Inspeksi :inspeksi anus (kebersihan, lesi,
massa, perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touch (khusus laki-
laki untuk mengetahui pembesaran prostat), perdarahan, cairan, dan
bau. Palpasi: skrotum dan testis sudah turun atau belum.
(i) Ekstremitas
Inspeksi : inspeksi kesimetrisan, lesi,massa Palpasi : tonus
otot, kekuatan otot. Kaji sirkulasi : akral hangat/dingin, warna,
Capillary Refill Time (CRT). Kaji kemampuan pergerakan sendi.
Kaji reflek fisiologis : bisep, trisep, patela, arcilles. Kaji reflek
patologis : reflek plantar.
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa yang muncul pada klien dengan gagal ginjal
kronik yaitu:
(a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler.
(b) Ketidakefektifan pola napas b/d ansietas, hiperventilasi, keletihan,
nyeri, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru dan
sindrom hipoventilasi.
(c) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran
arter/vena, penurunan konsentrasi hemoglobin.
(d) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,
kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan cairan
(e) Defisit nutrisi berhubungan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient,
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (keengganan
untuk makan).
(f) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2, kelemahan.

23
(Nurarif & Kusuma, 2015, Tim Pokja SDKI, 2017).
2) Rencana Tindakan keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Hipervolemia Manajemen
Setelah dilakukan Tindakan Hipervolemia
keperawatan selama 3 x 8 Observasi :
1. Periksa tanda dan
jam maka hypervolemia gejala hipervolemia
meningkat dengan kriteria (edema, dispnea,
suara napas
hasil : tambahan)
2. Monitor intake dan
1. Asupan cairan meningkat output cairan
2. Haluaran urin meningkat 3. Monitor jumlah dan
3. Edema menurun warna urin
4. Tekanan darah membaik Terapeutik
5. Turgor kulit membaik 4. Batasi asupan
cairan dan garam
5. Tinggikan kepala
tempat tidur
Edukasi
6. Jelaskan tujuan
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3x8 Observasi
jam diharapkan pemenuhan 1. Identifikasi status
kebutuhan nutrisi pasien nutrisi
tercukupi dengan kriteria 2. Identifikasi makanan
hasil: yang disukai
3. Monitor asupan
1. intake nutrisi tercukupi
makanan
2. asupan makanan dan cairan 4. Monitor berat
tercukupi badan
Terapeutik
5. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
6. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
7. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Edukasi
8. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
9. Ajarkan diet yang
diprogramkan

24
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan, jika perlu
11. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika
6. perlu pemberian
medikasi sebelum
Makan
3. Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual
keperawatan selama 3x8 Observasi
jam maka nausea membaik 1. Identifikasi
dengan kriteria hasil: pengalaman mual
1. Nafsu makan membaik 2. Monitor mual (mis.
2. Keluhan mual menurun Frekuensi, durasi,
3. Pucat membaik dan
4. Takikardia membaik 100 Tingkat keparahan)
kali/menit) Terapeutik
3. Kendalikan faktor
lingkungan penyebab
(mis. Bau tak sedap,
suara,dan rangsangan
visual yang tidak
menyenangkan)
4. Kurangi atau
hilangkan keadaan
penyebab mual (mis)
5. Kecemasan,ketak utan,
kelelahan)
4. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Perawatan
integritas kulit keperawatan selama 3x8 integritas kulit
jam diharapkan integritas Obsevasi
kulit dapat terjaga dengan 1. Identifikasi penyebab
kriteria hasil: gangguan integritas
1. Integritas kulit yang baik kulit (mis. Perubahan
bisa dipertahankan sirkulasi, perubahan
2. Perfusi jaringan baik status nutrisi)
3. Mampu melindungi kulit Terapeutik
dan mempertahankan
2. Ubah posisi tiap 2 jam jika
kelembaban kulit tirah baring
3. Lakukan
pemijataan pada area tulang,
jika perlu
4. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
5. Bersihkan perineal
dengan air hangat

25
Edukasi
6. Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis.
Lotion atau
serum)
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
8. Anjurkan minum air
yang cukup
9. Anjurkan
Menghindari terpapar
suhu ekstrem
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan
pertukaran gas keperawatan selama 3x8 respirasi
jam diharapkan pertukaran Observasi
gas tidak terganggu dengak 1. Monitor
kriteria hasil: frekuensi, irama, kedalaman
1. Tanda-tanda vital dan upaya napas
dalam rentang normal 2. Monitor pola
2. Tidak terdapat otot bantu napas
napas 3. Monitor saturasi
3. Memlihara kebersihan paru oksigen
dan bebas dari tanda-tanda 4. Auskultasi bunyi napas
distress pernapasan Terapeutik
4. Nafsu makan membaik 5. Atur interval
5. Keluhan mual menurun pemantauan respirasi
6. Pucat membaik sesuai kondisi pasien
6. Bersihkan sekret
pada mulut dan hidung, jika
perlu
7. Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
8. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan
Kolaborasi
7. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen

26
5. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
aktivitas keperawatan selama 3x8 Observasi
jam toleransi aktivitas 1. Monitor
meningkat dengan kriteria kelelahan fisik
hasil: 2. Monitor pola dan jam
1. Keluhan lelah menurun tidur
2. Saturasi oksigen dalam Terapeutik
rentang normal (95%- 3. Lakukan latihan
100%) rentang gerak
3. Frekuensi nadi dalam pasif/aktif
rentang normal (60-100 4. Libatkan keluarga
kali/menit) dalam melakukan
4. Dispnea saat beraktifitas dan aktifitas, jika perlu
setelah beraktifitas menurun Edukasi
(16-20 kali/menit) 5. Anjurkan
melakukan
aktifitassecara bertahap
6. Anjurkan
keluarga untuk
memberikan penguatan
positif
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
6. Resiko penurunan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung
curah jantung keperawatan selama 3x8 Observasi:
jam diharapkan penurunan 1. Identifikasi tanda dan
curah jantung meningkat gejala primer
dengan kriteria hasil: penurunan curah
1. Kekuatan nadi perifer jantung (mis.
meningkat Dispnea, kelelahan)
2. Tekanan darah membaik 2. Monitor tekanan
100-130/60-90 mmHg darah
3. Lelah menurun 3. Monitor saturasi
4. Dispnea menurun dengan oksigen
frekuensi 16-24 x/menit Terapeutik :
2. Posisikan semi- fowler
atau fowler
3. Berikan terapi
Oksigen
Edukasi
4. Ajarkan teknik
relaksasi napas dalam
5. Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
Kolaborasi
kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

27
7. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
tidak efektif perawatan selama 3x8 jam Observasi
maka perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi perifer
meningkat dengan kriteria (mis. Nadi perifer,
hasil: edema, pengisian
1. denyut nadi perifer kapiler, warna, suhu)
meningkat 2. Monitor
2. Warna kulit pucat menurun perubahan kulit
3. Kelemahan otot menurun 3. Monitor panas,
4. Pengisian kapiler membaik kemerahan, nyeri atau
5. Akral membaik bengkak
6. Turgor kulit membaik 4. Identifikasi faktor
risiko gangguan
sirkulasi
Terapeutik
5. Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
6. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
7. Lakukan pencegahan
infeksi
8. Lakukan perawatan
kaki dan kuku
Edukasi
7. Anjurkan berhent
merokok
8. Anjurkan berolahraga
rutin
9. Anjurkan mengecek air
mandi untun
menghindari kulit
terbakar
10. Anjurkan meminum
obat pengontrol
tekanan darah secara
teratur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu

28
9 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi factor
pencetus dan pereda
nyeri
2. Monitor kualitas nyeri
3. Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri
4. Monitor intensitas nyeri
dengan menggunakan
skala
5. Monitor durasi dan
frekuensi nyeri
Teraupetik
6. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
8. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
9. Anjurkan
menggunakan analgetiksecar
tepat
Kolaborasi

10. Kolaborasi pemberian


obat analgetik

1. Implementasi

Implementasi digunakan untuk membantu klien dalam


mencapai tujuan yang sudah ditetapkan melalui penerapan rencana
asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi. Pada tahap ini perawat
harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif,
mampu menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,
observasi sistematis, mampu memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan dalam advokasi dan evaluasi (Asmadi, 2008).
Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan ini mncangkup tindakan mandiri dan
kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).

29
2. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan.


Tahap ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi
atau kesejahteraan klien (Perry & Potter, 2013). Hal yang perlu diingat
bahwa evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat
melakukan kontak dengan klien. Selama proses evaluasi perawat
membuat keputusan- keputusan klinis dan secara terus-menerus
mengarah kembali ke asuhan keperawatan.
Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu klien
menyelesaikan masalah kesehatan actual, mencegah terjadinya
masalah risiko, dan mempertahankan status kesehatan sejahtera.
Proses evaluasi menentukan keefektifan asuhan keperawatan yang
diberikan.

30
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S
DENGAN DIAGNOSA CHRONICE KIDNRY DISEASE (CKD)
DI RUANGAN MELATI LT 3 KAMAR 18 DI RUSUD dr SOEKARJO
KOTA TASIKMALAYA

A. BIODATA
1. Indetitas Kelien
Nama : Ny.S
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bahasa : Indonesia
Alamat : Kp.Mekasari Rt 03/Rw 10 kel Manggung
Jays , Rajapolah
Tanggal Masuk : 05 Noveber 2023
Tanggal Pengkajian : 06 Noveber 2023 pukul 15.20 WIB
No. Rekam Medis : 17040880
Diagnosa Medis : Chronice Kidnry Disease (CKD)

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : An. A
Umur : 13 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Hubungan : Anak
Alamat : Kp.Mekasari Rt 03/Rw 10 kel Manggung
Jays , Rajapolah

31
B. Keluhan Utama
Sesak nafas
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dating ke IGD diantar keluarganya pada hari munggu, tanggal
05 November 2023 pukul 16.20 WIB dengan keluhan sesak nafas
disertai nyeri, nyeri dirasakan seperti tertindih, nyeri dirasakan pada
bagian abdomen dan ada rambatan nyeri ke punggung dan paha
sebelah kiri dengan skala nyeri 5 dari rentang 0-10 nyeri dirasakan
meningat pada saat beraktivitas dan menetap saat diistirahatkan.
2. Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami penyakt yang sama
seperti yang dialami saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Kelurga
a. Penyakit
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit
yang sama seperti yang dialami pasien saat ini.
b. Genogram

4. Riwayat Psikososial
a. Hubungan Dengan Anggota Kelurga
Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarga lainnya,
dibuktikan dengan adanya anggota keluarga yang berkujung ke
rumah sakit.
b. Hubungan Dengan Temen Sebaya
Pasien memiliki hubungan baik dengan teman sebaya dibuktkan
dengan adanya beberapa tean pasien yang mengunjungi.
c. Pembawaan Secara Umum

32
Pasien merupakan pribadi yang baik dan ramah dibuktikan dengan
sikap yang interaktif saat diajak bicara oleh perawat.
5. Riwayat Spiritual
a. Support Sistem Dalam Keluarga
Pasien memiliki seorang anak yang sangat berbakti kepada kedua
orang tua, dibuktikan dengan anaknya yang selalu menemani dan
menjaga ibunya disaat dirawat di rumah sakait.
b. Kegiatan Keagamaan
Pasien seoarang muslim yang taat, ketika sakit pasien tetap
melaksanakan solat 5 waktu.
6. Actvity Daily Living (ADL)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Nutrisi
 Frekuensi Makanan 3 x sehari 2 x sehari (habis ½ porsi)
 Pola Makan Teratur Tidak teratur
 Makanan Yang Disukai Bakso Tidak ada
 Cara Makan makan sendiri Disuapi
 Ritual Makan berdoa Berdoa
2. Cairan
 Frekuensi Minum 8 gelas/hari 4 gelas/hari
 Jenis Minuman air putih, air teh, susu air putih , NaCl 0,9%
 Kebutuhan Cairan 1200 cc/ hari 400 cc/hari
 Cara Pemenuhan peroral Infuse 20tpm dan peroral
3. Eliminasi BAB
 Frekunsi 2 x sehari tidak menentu
 Konsitensi padat padat
 Warna kuning pekat kecoklatan
 Bau khas khas
 Gangguan tidak ada tidak ada
4. Istihrahat Tidur
 Jam Tidur
- Siang Pukul 13.00 WIB Pukul 11.00 WIB

33
- Malem Pukul 10.00 WIB Pukul 08.00 WIB
 Lamanya 8 Jam 5 Jam
 Pola Tidur Teratur Tidak Teratur
 Kebiasaan
Sebelum Tidur Berdoa Berdoa
 Kesulitan Tidur Tidak ada sesak dan nyeri
5. Personal Haygine
 Mandi 2 x sehari 4 x sehari
 Gosok Gigi 3 x sehari 4 x sehari
 Cuci Rambut 2 hari sekali 2 hari sekali
 Gunting Kuku 1 minggu sekali tidak menggunting kuku
6. Olahrga
 Program Olahraga Tidak ada kadang- kadang
 Jenis Jalan kaki Tidak
 Frekunsi rutin seminggu sekali Tidak dilakukan
 Kondisi Setelah Olahrga Segar dan fress Tidak
7. Eliminasi BAK
 Frekunsi 5-6 kali 5 – 6 kali
 warna kuning kuning
 bau khas khas
 gangguan tidak ada tidak ada

D. Pemeriksaan Fiksik
a. Keadaan Umum : asien tampak bersih
b. Kesadaran : composmetis E : 4 V : 5 M : 6
c. Penampilan : pasien tampak rapih dan bersih
d. Tanda Tanda Vital
- Tekanan Darah : 125 / 98 mmHg
- Pulse Nadi : 147 x/menit
- Resfirasi : 38 x/menit
- Suhu : 36º C
- Saturasi O²: 85 %

34
e. Antropometri
- Berat Badan : 40 Kg
- Tinggi Badan : 151 Cm
- IMT : 17,5 ( kurus )
- lb abdomen
f. Review Of System
1. Sistem Pengindraan
a. Penglihatan
b. Pendengaran
c. Penciuman
d. Pengecapan
e. Perabaan
2. Sistem Respirasi
a. Inpeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
d. Prekusi
3. Sistem Krdiovaskular
a. Inpeksi
b. Palpasi
c. Akukultasi
d. Prekusi
4. Sistem Gastrointestinal
a. Inpeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
d. Prekusi
5. Sistem Integumen
a. Inpeksi
b. Palpasi
6. Sistem Genetalia
a. Inpeksi

35
b. Palpasi
7. Sistem Muskuloskeletal
a. Inpeksi
b. Palpasi
8. Sistem Neurologi
a. N I. Olfaktorius
b. N. II Oftikus
c. N. III, IV, V (Okuomotoris, teklearis, abdusen)
d. N.VI (Trigeminus)
e. N.VII (Fasialis)
f. N.VIII (Auditorius)
g. N.IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
h. N.XI (Asesorius)
i. N.XII (Hipoglosus)
9. Pemeriksaan Reflek
a. Reflek Patela
b. Reflek Bisep dan Trisep
c. Babinski

36
E. Test Diagsnostk
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Terafi Obat
NO Jenis Obat Dosis Satuan Pemberian Obat/U

37
F. Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah Keperawatan

38
G. Diagnosa Keperawatan
No Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan

39
H. Nursing Care Plan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Hasil Intervesi Keperawatan Rasional

40
I. Implementasi Dan Evalusi
No Hari, Tanggal, Jam , Implementasi Evaluasi Paraf
Diagnosa Keperawatan Nama

41
J. Evidence Based Practice (EBP)
Judul
Nama
Peneliti
Hasil
Tahun
Daftar
Fustaka

K. Lampiran Jurnal

42
Mahasiswa CI Klinik ML 2B

Tia WIRANTI WIWI

43
DAFTAR PUSTAKA

https://jsk.farmasi.unmul.ac.id/index.php/jsk/article/view/1684/437

44

Anda mungkin juga menyukai