PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masyarakat selama ini menganggap penyakit yang banyak mengakibatkan kematian
adalah jantung dan kanker. Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan dan
kejadiannya di masyarakat terus meningkat. Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit
ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada masalah
medik, ekonomik dan sosial yang sangat besar bagi klien dan keluarganya, baik di negara-
negara maju maupun di negara-negara berkembang (Syamsiah, 2011).
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner (tractus urinarius) yang
berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Fungsi
ginjal secara umum antara lain yaitu sebagai filtrasi, pada akhirnya ginjal akan menghasilkan
urine, keseimbangan elektrolit, pemeliharaan keseimbangan asam basa, eritropoiesis dimana
fungsi ginjal produksi eritrosit, regulasi kalsium dan fosfor atau mengatur kalsium serum dan
fosfor, regulasi tekanan darah, ekresi sisa metabolik dan toksin. Akibat dari berbagai penyebab
dari gangguan ginjal dapat menurun fungsinya sehingga tidak berfungsi lagi yang di sebut
dengan gagal ginjal (Yakobus, 2009).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif
yangirreversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan,
dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Bsyhskki, 2012).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah klien gagal ginjal pada
tahun 2011-2013 telah meningkat 50%. Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat
klien gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data survei yangdilakukan PERNEFRI 2013 ini
mencapai 30,7 juta penduduk yang menderita penyakit CKD (Kartika, 2013).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 melaporkan prevalensi penyakit
gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter prevalensi gagal ginjal kronis pada pria di
Indonesia sebesar 0,3 persen dan pada wanita di Indonesia sebesar 0,2 persen. Riskesdas juga
melaporkan prevalensi gagal ginjal kronis terbesar terdapat pada klien berusia ≥ 75 tahun,
yaitu sebesar 0.6 persen. Di DKI jakarta menduduki peringkat kelima sebanyak 1087 yang
menderita penyakit CKD dari 31 provensi di indonesia (Riskesdas, 2013).
Masalah keperawatan yang didapat pada klien CKD ditinjau dari gangguan kebutuhan
dasar yaitu, Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel. Pada klien CKD cenderung ditemukan adanya pernafasan yang cepat dan dangkal
(kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal,
adanya retraksi interkostalis, dan epigastrium. Kebutuhan cairan CKD terjadi penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan
natrium tidak terkontrol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir. Kebutuhan nutrisi
merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Pada penyakit CKD
sistem pencernaan cenderung ditemukan adanya Anoreksia, nausea dan vomitus, yang
berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus. Keadaan CKD
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh
yang salah satunya adalah ureum.
Kebutuhan aktivitas Pada klien CKD abnormalitas utama pada gangguan aktivitas
yaitu, metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika
salah satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar
fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal
terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di tulang menurun. Pada
klien CKD cenderung ditemukan, mudah lemas, konjugtiva pucat, cepat lelah beraktivitas,
energi berkurang. Dari uraian gangguan pemenuhan kebutuhan dasar dapat ditegakan masalah
keperawatan perubahan pola napas, kelebihan volume cairan, gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, Intoleransi aktivitas (Potter dan Patricia, 2010; Huda dan Hardhi dalam
NANDA NIC-NOC,2015).
Jika pemenuhan kebutaha dasar dan masalah keperawatan ini tidak ditangani
berpotensi terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering timbul pada CKD adalah hiperkalimia,
perikarditis, hipertensi, anemia, dan penyakit tulang. Penatalaksanaan untuk mencegah
komplikasi dan mengatasi masalah keperawatan serta terapi untuk menggantikan fungsi ginjal
yang telah rusak yaitu pembatasan makanan untuk mengurangi cairan dan elektrolit, diet
rendah protein (Doengoes, 2012, Nursalam , 2008).
Di masa yang akan datang, penyakit ini di prediksi akan terus bertambah jumlah
kliennya sehingga di butuhkan perawatan yang optimal. Perawat sebagai salah satu tim
kesehatan mempunyai peran sebagi tim asuhan keperawatan pada klien CKD yang melalui
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya promotif perawat berperan
untuk memberikan pendidikan kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi.
mengenai cara-cara pencegahan sampai dengan komplikasi dengan membiasakan pola hidup
sehat dengan cara rajin berolah raga dan menghindari minuman beralkohol, rokok dan zat-zat
kimia yang berbahaya. Upaya preventif perawat memberikan perawatan kepada klien dengan
memantau cairan dan elektrolit yang seimbang, dan tanda adanya perubahan fungsi regulator
tubuh serta membatasi cairan klien. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu berkolaborasi
dalam menyiapkan tindakan hemodialisa dan memberikan obat. Peran perawat dalam upaya
rehabilitative yaitu mempertahankan keadaan klien agar kondisi tidak bertambah berat atau
mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan dengan patuh pada terapi dan
pembatasan aktivitas.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mendapatkan pengalaman yang nyata dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada klien CKD melalui proses Asuhan Keperawatan, sehingga
penulis melakukan studi kasus dan menguraikan hasil karya tulis ilmiah tersebut dengan
judul : Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada klien Tn.B denganChronic Kidney Disease di
Ruang Teratai RSUD Blora.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi dua, yaitu : Dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis dapat menguraikan pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pemenuhan dasar klien dengan CKD.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) khususnya pada Tn. D di Ruang Teratai RSUD Blora.
b. Mampu menguraikan masalah keperawatan kebutuhan dasar klien dengan CKD
khususnya pada Tn. B di Ruang Teratai RSUD Blora.
c. Mampu menguraikan rencana tindakan keperawatan kebutuhan dasar klen dengan
CKD khususnya pada Tn. B di Ruang Teratai RSUD Blora.
d. Mampu menguraikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar klien dengan CKD
khususnya pada Tn. B di Ruang Teratai RSUD Blora.
e. Mampu menguraikan hasil evaluasi kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya
pada Tn. B di Ruang Teratai RSUD Blora.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus kebutuhan
dasar klien dengan CKD khususnya pada Tn. B di Ruang Teratai RSUD Blora.
g. Mampu mengidentifikasi factor-factor pendukung, penghambat serta dapat mencari
solusi kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada Tn. B di Ruang Teratai
RSUD Blora.
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup laporan kasus ini penulis melakukan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien kelolaan yang dilakukan selama 3x24 jam dengan pemenuhan kebutuhan dasar
pada klien Tn. B dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di Ruang Teratai RSUD Blora dari
tanggal 03 – 05 November 2018.
D. Metode penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah penulis menggunakan metode deskriptif dan study kepustakaan.
1. Study kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari dari buku-buku catatan serta literatur yang berkaitan dengan
judul karya tulis ilmiah ini.
2. Metode deskriptif
Yaitu dengan menjabarkan hasil asuhan keperawatan melalui pengkajian, menentukan
diagnosa, mencatat perencanaan, pelaksanaan, dan melakukan evaluasi.
E. Sistematika penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu:
BAB 1 : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri tujuan umum, tujuan khusus,
ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi, gangguan kebutuhan dasar, manisfestasi klinik,
komplikasi, penatalaksanaan, asuhan keperawatan (pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan).
BAB III : Tujuan Khusus
Merupakan laporan hasil pemenuhan kebutuhan dasar pada klien Tn. B dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) selamaa 3x24 jam yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diangnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan.
BAB IV : Pembahasan
Merupakan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus dari mulai pengkajian
keperawatan, diangnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan,
evaluasi keperawatan serta solusi-solusi untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi.
BAB V : Penutup
Kesimpulan : Merupakan tulisan singkat mengenai pemenuhan kebutuhan dasar dengan
Gangguan Sistem Perkemihan khususnya masalah CKD.
Saran : Merupakan suatu masukan positif yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan khususnya di bidang asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan dasar
dengan CKD.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber diantaranya
adalah :
a. Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif yang
ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik,
cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Bsyhskki,
2012).
b. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju
filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat
(Mansjoer, 2007).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah penyakit ginjal yang
tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total seperti sediakala. CKD adalah
penyakit ginjal tahap akhir yang dapat disebabakan oleh berbagai hal. Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit, yang meyebabkan uremia.
2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus)
dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus kockrof – gault sebagia
berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya.
Tabel 2.2 Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya.
Derajat LFG Rencana tatalaksana
(ml/mnt/1,73m
1 >90 Terapi penyakit dasar, kondisi
komoroid, evaluasi
pemburukan fungsi ginjal,
memperkecil resiko
kardiovaskular.
2 60-89 menghambat pemburukan
fungsi ginjal
3 30-59 evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 persiapan untuk terapi
pengganti ginjal
5 <15 terapi pengganti ginjal
2) Elektrolit
a) Klien yang tidak dialisis
Pemasukam kalium harus dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64 mEq)/hari pada dewasa dan sekitar 50
mg (1,9 mEq)/kg/hari untuk anak-anak.
b) Klien yang didialisis
Ini dapat diberikan lebih bebas untuk mempertahankan kadar natrium dan kalium serum
normal pada Klien dengan dialisis. selama CAPD (cronik ambulatory peritonial dealysis),
kalium yang dapat diberikan sekitar 2,7-3,1 g (70-80 mEq)/kg/hari pada anak, untuk
mempertahankan keseimbangan cairan.
3) Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir metabolisme protein yang tidak
dapat diekresikan ginjal.
4) Persiapan yang harus dilakukan perawat sebelum operasi AV – Shunt:
a) Berikan informasi yang jelas pada klien karena sering terjadi kesalah pahaman. Klien sering
menganggap Operasi AV-Shuntadalah pemasangan alat untuk HD padahal hanya
menyambungkan pembuluh darah yang ada pada tubuh klien.
b) Batasan laboratorium untuk operasi AV-Shunt biasanya direkomendasikan dari dokter
penyakit dalam dan ahli bedahnya. Selama ini Rekomendasi untuk Periksakan laboratorium
yaitu , Hb > 8 mg/dl, Trombosit dalam batas normal, Gula Darah Sewaktu dalam batas normal
untuk klien tanpa riwayat DM dan untuk klien dengan DM harus dikonsultasikan lagi dengan
ahli bedahnya.
c) Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi, menurut literatur sebaiknya heparin
tidak diberikan 6-8 jam sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan kembali setelah 12
jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi mengering.
d) Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri radialis dan ulnaris untuk
merasakan kuat tidaknya aliran darah arterinya kemudian dilaporkan ke ahli bedah. bila salah
satu arteri (radilis/ ulnaris ) tidak teraba dan tidak ditemukan dengan alat penditeksi (dopler)
maka kontra indikasi untuk dilakukan AV-Shunt.
b. Penatalaksanaa kolaboratif
1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan edema.
3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi ginjal dengan mengikat
fosfat dan menambah kalsium.
4) Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah dan edema.
5) Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.
6) Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia.
7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang, memproduksi sel darah merah.
8) Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan efek hematologik.
9) Terapi dialysis (pengganti ginjal)
Dialysis digunakan untuk mengeluarkan produk sisa cairan dan uremik dari tubuh bila
ginjal tidak mampu melakukanya.juga dapat digunakan untuk mengobati klien dengan edema
yang tidak meresponpengobatan lain, hepatic, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan
dialysis peritonial, untuk menggantikan ginjal yang tidak berfungsi.
Dialisis adalah pergerakan cairan dan butir-butir (partikel) memlalui membaran
semipermeabel. Dialisis adalah suatu tindakan yang dapat memulihkan keseimbangan cairan
dan elektrolit, mengendalikan keseimbangan asam-basa, dan mengeluarkan sisa metabolisme
dan bahan dari tubuh.
Ada tiga prinsip yang mendasari dialisis, yaitu disfungsi, osmosis, danultrafiltrasi.
Disfungsi adalah pergerakan butir-butir (partikel) dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke
tempat yang berkonsentrasi rendah. Dalam tubuh manusia, hal ini terjadi memlalui membran
semipermeabel. Difusi menyebabkan urea, kreatinin, adan asam urat dari darah klien masuk ke
dalam dialisiat.
Walaupun konsentrasi eritrosit dan protein da;lam darah tinggi, meteri ini tidak dapat
menebus membran semipermeabel katrena eitrosit dan prtotein mempunyai mokelul yang
besar. Osmosi menyangkut pergerakan air melakui membran semipermeabel dari tempat yang
berkonsentrasi rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi (osmolalitas). Ultrafiltrasi adalah
pergerakan cairan melalui membran semipermeabel sebagai akibat tekanan gradien buatan.
Tekanan gradien buatan dapayt bertekanan positif (didorong) atauu negatif
(ditarik).Ultrafiltrasi lebih efisien daripada osmosisi dalam mengambil cairan dan diterapkan
dalam hemodialisa. Pada saat dialissi, prinsip osmosis, dan difusi atau ultrafiltrasi digunakan
secara simultan atau persamaan.
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Mekanisme pengaturan
melemah
Asupan cairan berlebihan
Asupan natrium berlebihan
2 Gangguan nutrisi kurang dariTujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
kebutuhan Setelah dilakukan asuhanNutritional Management :
Definisi : Intake nutrisi tidakkeperawatan selama 3x24
1. Monitor adanya mual dan muntah
cukup untuk keperluanjam nutrisi seimbang dan
2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan
metabolisme tubuh. adekuat. perubahan status nutrisi.
Kriteria Hasil: 3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan
Batasan karakteristik : Nursing outcomeshematocrit level yang menindikasikan status nutrisi
Berat badan 20 % atau lebihclassification dan untuk perencanaan treatment selanjutnya.
di bawah ideal (NOC) : Nutritional Status
4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
Dilaporkan adanya intake Nafsu makan meningkat 5. Berikan makanan sedikit tapi sering.
6. Berikan perawatan mulut sering.
makanan yang kurang dari Tidak terjadi penurunan BB
RDA (Recomended Daily Masukan nutrisi adekuat 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
Allowance) Menghabiskan porsi makan sesuai terapi.
Membran mukosa dan Hasil lab normal (albumin,
konjungtiva pucat kalium)
Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah
Luka, inflamasi pada rongga
mulut
Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah
makanan
Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan makanan
Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB dengan
makanan cukup
Keengganan untuk makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
Kurang berminat terhadap
makanan
Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
Diare dan atau steatorrhea
Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
Suara usus hiperaktif
Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau mengabsorpsi
zat-zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
3 Perubahan pola napasTujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan denganSetelah dilakukan asuhanRespiratory Monitoring :
hiperventilasi paru keperawatan selama 1x24
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
jam pola nafas adekuat. respirasi.
Kriteria Hasil: 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
Nursing outcomespenggunaan otot tambahan, retraksi otot
classification supraclavicular dan intercostal.
(NOC) : Respiratory Status
3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
Peningkatan ventilasi dankussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes.
oksigenasi yang adekuat 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
Bebas dari tanda tandaadanya ventilasi dan suara tambahan.
distress pernafasan Oxygen Therapy :
Suara nafas yang bersih, Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles.
tidak ada sianosis dan Ajarkan klien nafas dalam.
dyspneu (mampu Atur posisi senyaman mungkin.
mengeluarkan sputum, Batasi untuk beraktivitas.
mampu bernafas dengan Kolaborasi pemberian oksigen.
mudah, tidak ada pursed lips)
Tanda tanda vital dalam
rentang normal
4 Gangguan perfusi jaringanTujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan denganSetelah dilakukan asuhanCirculatory Care :
penurunan suplai O2 dankeperawatan selama 3x24
1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi
nutrisi ke jaringan sekunder. jam perfusi jaringan adekuat. sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler
Kriteria Hasil: refil, temperatur ekstremitas).
Nursing outcomes
2. Kaji nyeri.
classification (NOC)
3. : Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan.
Circulation Status 4. Atur posisi klien, ekstremitas bawah lebih rendah
Membran mukosa merahuntuk memperbaiki sirkulasi.
muda 5. Monitor status cairan intake dan output.
Conjunctiva tidak anemis 6. Evaluasi nadi, oedema.
Akral hangat 7. Berikan therapi antikoagulan.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat kemajuan
kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasinya menurut
Nursalam (2008) sebagai berikut :
1. Tekanan darah stabil dan tidak ada penambahan BB.
2. Makan makanan rendah protein dan tinggi karbohidrat.
3. Tidak ada kerusakan kulit dan klien melaporkan gatal berkurang.
4. Ambulasi tanpa jatuh.
5. Bertanya dan membaca materi tentang dialisis.
TINJAUAN KASUS
IDENTITAS KLIEN
1. Identitas klien
Nama : Ny. L
Usia : 54th
Alamat : BLEBOH RT 05 RW 04 Jiken
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Masuk : 29 April 2015
No.CM :
: CKD
2. Identitas penanggungjawab
Nama : Ny.D
Umur : 32th
Alamat : Bleboh Kec Jiken
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Anak
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC
1 Kelebihan volumeNOC : NIC :
cairan b.dv Electrolit and acid baseFluid management
Mekanisme balance 1. Kaji status cairan
peredaran v Fluid balance a. Timbang bb pre dan post hd
darah/cairan tidakv Hydration b. Keseimbangan masukan dan
efektif Setelah dilakukan tindakanhaluaran
keperawatan selama 5 jamc. Turgor kulit dan edema
diharapkan keseimbangand. Distensi vena leher
volume cairan tercapaie. Monitor vital sign
dengan 2. Batasi masukan cairan pada saat
Kriteria Hasil: priming & wash out hd
v Terbebas dari edema,3. Lakukan hd dengan uf & tmp
efusi, anaskara sesuai dg kenaikan bb hd
v BB post HD sesuai drysebelumnya
weight 4. Identifikasi sumber masukan
v Bunyi nafas bersih, tidakcairan
ada dyspneu/ortopneu 5. Jelaskan pada keluarga & klien
v Memelihara vital signrasional pembatasan cairan
dalam batas normal 6. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
2 Resiko defisitNOC: NIC :
volume cairan b.dv Fluid balance Fluid management
Mekanisme v Hydration 1. Monitor status hidrasi
peredaran v Nutritional Status : Food(kelembaban membran mukosa, nadi
darah/cairan tidakand Fluid Intake adekuat, tekanan darah ortostatik)
efektif (prosesSetelah dilakukan tindakan2. Monitor vital sign
dialisis keperawatan selama 5 jam3. Monitor masukan makanan /
berlangsung) diharapkan defisit volumecairan selama interdialisis
cairan tidak terjadi dengan 4. Monitor status nutrisi
Kriteria Hasil : 5. Dorong keluarga untuk membantu
v Tekanan darah, nadi,pasien makan
suhu tubuh dalam batas6. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
normal berlebih muncul meburuk
v Tidak ada tanda tanda7. Atur kemungkinan tranfusi
dehidrasi, Elastisitas turgor8. Persiapan untukkemungkinan
kulit baik, membrantranfusi
mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
3 Resiko jatuh b.dNOC : Risk Kontrol NIC : Environment Management
Keletihan Kriteria Hasil : (Manajemen lingkungan)
v Klien terbebas dari jatuh 1. Sediakan lingkungan yang aman
v Klien mampuuntuk pasien
menjelaskan cara/metode2. Identifikasi kebutuhan keamanan
untuk mencegah jatuh pasien, sesuai dengan kondisi fisik
v Klien mampudan fungsi kognitif pasien dan
menjelaskan factor resikoriwayat penyakit terdahulu pasien
dari lingkungan/perilaku3. Menyediakan tempat tidur yang
personal nyaman dan bersih
v Mampu memodifikasi4. Membatasi pengunjung
gaya hidup untuk5. Memberikan penerangan yang
mencegah jatuh cukup
v Menggunakan fasilitas6. Menganjurkan keluarga untuk
kesehatan yang ada menemani pasien.
v Mampu mengenali7. Mengontrol lingkungan dari
perubahan status kesehatan kebisingan
8. Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa : Kelebihan volume cairan b.d Mekanisme peredaran darah/cairan tidak efektif
Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
senin 12.01 - Mengkaji BB klien pre HD S :
5/10/18 12.06 - Mengukur vital sign Klien mengatakan merasa lebih baik
12.13 - Mengkaji KU, ada tidaknyadari sebelumnya, namun agak sedikit
12.15 edema lemas setelah cuci darah.
12.19 - Membatasi masukan cairanO :
12.26 pada saat priming & wash- KU sedang, Composmentis
12.39 out HD - Klien nampak tenang
15.45 - Melakukan HD dengan UF- konjungtiva tidak anemis
16.15 & TMP sesuai dengan- TD : 150/90 mmHg
16.30 kenaikan BB HD- Nadi : 84 x/menit
sebelumnya - Respirasi : 24 x/menit
- Mengidentifikasi sumber- Suhu : 36,2 °C
masukan cairan - Berat badan : 46 Kg
- Menjelaskan pada keluarga- UF Goal : 3,7 liter
& klien rasional pembatasan- Pengurangan BB : 3 Kg.
cairan A:
- Mengevaluasi vital signMasalah teratasi sebagian
klien P:
- Mengevaluasi KU keluhan- Lanjutkan intervensi
klien - Lakukan program HD rutin seminggu
- Mengukur dan2x
mengevaluasi BB klien - Batasi asupan cairan berlebih dan
kalium
- Diit TPRGRK (Tinggi Protein
Rendah Garam Rendah Kalium)
Diagnosa : Resiko defisit volume cairan b.d Mekanisme peredaran darah/cairan tidak efektif (proses
dialisis berlangsung)
Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
Senin 12.04 - Memantau status hidrasiS :
5/10/13 12.06 (kelembaban membranKlien mengatakan merasa lebih baik
12.10 mukosa, nadi adekuat,dari sebelumnya, namun masih terasa
12.16 tekanan darah ortostatik) lemas setelah cuci darah.
12.19 - Monitor vital sign O:
- Monitor masukan makanan- KU sedang, Composmentis
/ cairan selama interdialisis - Tidak ada tanda dehidrasi
- Memantau status nutrisi - Mukosa bibir lembab
- Menganjurkan keluarga- Klien nampak tenang
membantu pasien makan - konjungtiva tidak anemis
- TD : 150/90 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Respirasi : 24 x/menit
- Suhu : 36,2 °C
- Berat badan : 46 Kg
- UF Goal : 3,7 liter
- Pengurangan BB : 3 Kg.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
- Lakukan program HD rutin seminggu
2x
- Batasi asupan cairan berlebih dan
kalium
- Diit TPRGRK (Tinggi Protein
Rendah Garam Rendah Kalium)
Diagnosa : Resiko jatuh b.d Keletihan
Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
senin 12.00 - Menyediakan lingkunganS :
5/10/18 12.15 yang aman untuk pasien Klien mengatakan merasa lebih baik
12.17 - Memasang restrain padadari sebelumnya, namun masih terasa
13.35 tangan klien lemas setelah cuci darah.
13.38 - MengidentifikasiO :
13.45 kebutuhan keamanan pasien,- KU sedang, Composmentis
13.50 sesuai dengan kondisi fisik- Klien nampak tenang
pasien - konjungtiva tidak anemis
- Membatasi pengunjung - TD : 150/90 mmHg
- Menganjurkan keluarga- Nadi : 84 x/menit
untuk menemani pasien. - Respirasi : 24 x/menit
- Mengontrol lingkungan- Suhu : 36,2 °C
dari kebisingan - Berat badan : 46 Kg
- Memindahkan barang-- UF Goal : 3.7 liter
barang yang dapat- Pengurangan BB : 3 Kg.
membahayakan - Klien mampu berjalan dengan tanpa
bantuan tanpa jatuh
A:
Masalah resiko jatuh teratasi
P:-
- Klien pulang
BAB V
PENUTUP
Setelah pembahasan pada BAB sebelumnya yang menerangakan tinjauan teoritis, tinjauan
kasus serta membandingkan kesenjangan antara teori dan kasus penulis akan memberikan
kesimpulan dan saran dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar pada Tn.
Bdengan Chronic Kidney Disease (CKD) di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta
Cemaka Putih yang dilaksanakan pada tanggal 5-8 november 2018
A. Kesimpulan
Dalam teori telah disampaikan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan
fungsi ginjal. Dari hasil pengkajian Tn. Btelah terjadi penurunan fungsi ginjal sehingga
kemampuan memfiltrasi hanya 25 ml/menit. jika dilihat dari klasifikasi CKD menurut Sudoyo,
2015 Tn. Bmengalami CKD berat dimana kemampuan filtrasi ginjal 25% dari normal (90-
100%). Manifestasi yang penulis temukan pada Tn. Byaitu lemas, edema tungkai kaki kanan
garde +1, konjungtiva pucat dan anemis. Setelah data-data didapatkan, penulis menemukan 3
diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien saat ini yaitu :
1. Resiko Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi
air dan natrium
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan
intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
3. Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia
Pada rencana keperawatan sebagian besar penulis menyantumkan intervensi berdasarkan hasil
landasan teoritis dan kemudian disesuaikan dengan kondisi klien karena ada beberapa
intervensi yang tidak dapat dilakukan.
Pada saat penulis melakukan implementasi sebagian besar dilaksanakan. Tetapi penulis
menemukan beberapa hambatan seperti pada saat menghitung banlace cairan per 24 jam,
didalam pendokumentasian data – data yang diperlukan tidak didapatkan dan tidak tersedianya
hasil CCT. Tetapi semua bisa dibantu dengan kerjasama yang baik antara penulis dengan klien
dan bantuan dari perawat ruangan.
Tahap akhir dari pemenuhan kebutuhan dasar yaitu evaluasi keperawatan, diagnosa yang
penulis temukan pada klien yang belum teratasi yaitu : Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium, Resiko ketidak seimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien, Resiko intoleransi aktivitas berhubungan
dengan keletihan dan anemia. Untuk masalah keperawatan yang belum teratasi akan
dilanjukkan oleh perawat diruangan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya peningkatan mutu
pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang diharapkan dapat membantu klien dalam
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan menjadi lebih optimal. Disini penulis
memberikan beberapa saran kepada beberapa pihak yang diharapkan dapat membantu dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit Chronic Kidney
Disease (CKD), dan saran tersebut diantaranya :
1. Penulisan KTI Selanjutnya
Dalam menerapkan pemenuhan kebutuhan dasar diharapkan penulis KTI selanjutnya dapat
melakukan pengkajian yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu
memberikan asuhan yang optimal bagi klien. Karya tulis ilmiah ini disusun dengan konsep
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Oleh sebab itu, hendaknya referensi untuk kebutuhan
dasar manusia pada gangguan sistem perlu diperbanyak.
2. Perawat Ruangan
Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya melakukan pendokumentasian dengan lebih
terperinci kembali setelah malakukan tindakan keperawatan terutama untuk balance cairan,
pada kasus CKD sehingga akan didapatkan balance cairan yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E, Marilynn, dkk. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Media Action.
LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5. Alih bahasa: Egi
Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC.
Litbang. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Litbang.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.
Medical Record RSIJ Cempaka Putih. (2016). Data Pasien CKD yang Di Rawat Inap 3 Bulan
Terakhir. Jakarta: tidak di publikasi.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Alih bahasa: Renata Komalasari. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta : EGC. 2010.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Alih
bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta :
EGC. 2014.
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015.
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al., 3rd ed.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing 2015 : 1035-1040.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran.
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. B
DENGAN CKD DI RSUD DR R SOETIJONO BLORA
DISUSUN OLEH :
ARIEMA PRAMISTA DEWI