Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masyarakat selama ini menganggap penyakit yang banyak mengakibatkan kematian
adalah jantung dan kanker. Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan dan
kejadiannya di masyarakat terus meningkat. Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit
ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada masalah
medik, ekonomik dan sosial yang sangat besar bagi klien dan keluarganya, baik di negara-
negara maju maupun di negara-negara berkembang (Syamsiah, 2011).
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner (tractus urinarius) yang
berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Fungsi
ginjal secara umum antara lain yaitu sebagai filtrasi, pada akhirnya ginjal akan menghasilkan
urine, keseimbangan elektrolit, pemeliharaan keseimbangan asam basa, eritropoiesis dimana
fungsi ginjal produksi eritrosit, regulasi kalsium dan fosfor atau mengatur kalsium serum dan
fosfor, regulasi tekanan darah, ekresi sisa metabolik dan toksin. Akibat dari berbagai penyebab
dari gangguan ginjal dapat menurun fungsinya sehingga tidak berfungsi lagi yang di sebut
dengan gagal ginjal (Yakobus, 2009).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif
yangirreversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan,
dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Bsyhskki, 2012).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah klien gagal ginjal pada
tahun 2011-2013 telah meningkat 50%. Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat
klien gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data survei yangdilakukan PERNEFRI 2013 ini
mencapai 30,7 juta penduduk yang menderita penyakit CKD (Kartika, 2013).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 melaporkan prevalensi penyakit
gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter prevalensi gagal ginjal kronis pada pria di
Indonesia sebesar 0,3 persen dan pada wanita di Indonesia sebesar 0,2 persen. Riskesdas juga
melaporkan prevalensi gagal ginjal kronis terbesar terdapat pada klien berusia ≥ 75 tahun,
yaitu sebesar 0.6 persen. Di DKI jakarta menduduki peringkat kelima sebanyak 1087 yang
menderita penyakit CKD dari 31 provensi di indonesia (Riskesdas, 2013).
Masalah keperawatan yang didapat pada klien CKD ditinjau dari gangguan kebutuhan
dasar yaitu, Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel. Pada klien CKD cenderung ditemukan adanya pernafasan yang cepat dan dangkal
(kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal,
adanya retraksi interkostalis, dan epigastrium. Kebutuhan cairan CKD terjadi penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan
natrium tidak terkontrol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir. Kebutuhan nutrisi
merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Pada penyakit CKD
sistem pencernaan cenderung ditemukan adanya Anoreksia, nausea dan vomitus, yang
berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus. Keadaan CKD
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh
yang salah satunya adalah ureum.
Kebutuhan aktivitas Pada klien CKD abnormalitas utama pada gangguan aktivitas
yaitu, metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika
salah satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar
fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal
terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di tulang menurun. Pada
klien CKD cenderung ditemukan, mudah lemas, konjugtiva pucat, cepat lelah beraktivitas,
energi berkurang. Dari uraian gangguan pemenuhan kebutuhan dasar dapat ditegakan masalah
keperawatan perubahan pola napas, kelebihan volume cairan, gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, Intoleransi aktivitas (Potter dan Patricia, 2010; Huda dan Hardhi dalam
NANDA NIC-NOC,2015).
Jika pemenuhan kebutaha dasar dan masalah keperawatan ini tidak ditangani
berpotensi terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering timbul pada CKD adalah hiperkalimia,
perikarditis, hipertensi, anemia, dan penyakit tulang. Penatalaksanaan untuk mencegah
komplikasi dan mengatasi masalah keperawatan serta terapi untuk menggantikan fungsi ginjal
yang telah rusak yaitu pembatasan makanan untuk mengurangi cairan dan elektrolit, diet
rendah protein (Doengoes, 2012, Nursalam , 2008).
Di masa yang akan datang, penyakit ini di prediksi akan terus bertambah jumlah
kliennya sehingga di butuhkan perawatan yang optimal. Perawat sebagai salah satu tim
kesehatan mempunyai peran sebagi tim asuhan keperawatan pada klien CKD yang melalui
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya promotif perawat berperan
untuk memberikan pendidikan kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi.
mengenai cara-cara pencegahan sampai dengan komplikasi dengan membiasakan pola hidup
sehat dengan cara rajin berolah raga dan menghindari minuman beralkohol, rokok dan zat-zat
kimia yang berbahaya. Upaya preventif perawat memberikan perawatan kepada klien dengan
memantau cairan dan elektrolit yang seimbang, dan tanda adanya perubahan fungsi regulator
tubuh serta membatasi cairan klien. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu berkolaborasi
dalam menyiapkan tindakan hemodialisa dan memberikan obat. Peran perawat dalam upaya
rehabilitative yaitu mempertahankan keadaan klien agar kondisi tidak bertambah berat atau
mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan dengan patuh pada terapi dan
pembatasan aktivitas.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mendapatkan pengalaman yang nyata dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada klien CKD melalui proses Asuhan Keperawatan, sehingga
penulis melakukan studi kasus dan menguraikan hasil karya tulis ilmiah tersebut dengan
judul : Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada klien Tn.B denganChronic Kidney Disease di
Ruang Teratai RSUD Blora.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi dua, yaitu : Dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis dapat menguraikan pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pemenuhan dasar klien dengan CKD.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) khususnya pada Tn. D di Ruang Teratai RSUD Blora.
b. Mampu menguraikan masalah keperawatan kebutuhan dasar klien dengan CKD
khususnya pada Tn. B di Ruang Teratai RSUD Blora.
c. Mampu menguraikan rencana tindakan keperawatan kebutuhan dasar klen dengan
CKD khususnya pada Tn. B di Ruang Teratai RSUD Blora.
d. Mampu menguraikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar klien dengan CKD
khususnya pada Tn. B di Ruang Teratai RSUD Blora.
e. Mampu menguraikan hasil evaluasi kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya
pada Tn. B di Ruang Teratai RSUD Blora.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus kebutuhan
dasar klien dengan CKD khususnya pada Tn. B di Ruang Teratai RSUD Blora.
g. Mampu mengidentifikasi factor-factor pendukung, penghambat serta dapat mencari
solusi kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada Tn. B di Ruang Teratai
RSUD Blora.

C. Ruang lingkup
Ruang lingkup laporan kasus ini penulis melakukan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien kelolaan yang dilakukan selama 3x24 jam dengan pemenuhan kebutuhan dasar
pada klien Tn. B dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di Ruang Teratai RSUD Blora dari
tanggal 03 – 05 November 2018.

D. Metode penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah penulis menggunakan metode deskriptif dan study kepustakaan.
1. Study kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari dari buku-buku catatan serta literatur yang berkaitan dengan
judul karya tulis ilmiah ini.
2. Metode deskriptif
Yaitu dengan menjabarkan hasil asuhan keperawatan melalui pengkajian, menentukan
diagnosa, mencatat perencanaan, pelaksanaan, dan melakukan evaluasi.

E. Sistematika penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu:
BAB 1 : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri tujuan umum, tujuan khusus,
ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi, gangguan kebutuhan dasar, manisfestasi klinik,
komplikasi, penatalaksanaan, asuhan keperawatan (pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan).
BAB III : Tujuan Khusus
Merupakan laporan hasil pemenuhan kebutuhan dasar pada klien Tn. B dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) selamaa 3x24 jam yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diangnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan.
BAB IV : Pembahasan
Merupakan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus dari mulai pengkajian
keperawatan, diangnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan,
evaluasi keperawatan serta solusi-solusi untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi.
BAB V : Penutup
Kesimpulan : Merupakan tulisan singkat mengenai pemenuhan kebutuhan dasar dengan
Gangguan Sistem Perkemihan khususnya masalah CKD.
Saran : Merupakan suatu masukan positif yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan khususnya di bidang asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan dasar
dengan CKD.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber diantaranya
adalah :
a. Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif yang
ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik,
cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Bsyhskki,
2012).
b. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju
filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat
(Mansjoer, 2007).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah penyakit ginjal yang
tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total seperti sediakala. CKD adalah
penyakit ginjal tahap akhir yang dapat disebabakan oleh berbagai hal. Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit, yang meyebabkan uremia.
2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus)
dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus kockrof – gault sebagia
berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya.

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
3. Etiologi
Dibawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price, dan Wilson (2006) diantaranya
adalah tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipertensif, gangguan
jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik,
nefropati obsruktif. Beberapa contoh dari golongan penyakit tersebut adalah :
a. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronik dan refluks nefropati.
b. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, dan
stenosis arteria renalis.
d. Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, dan
seklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik, dan asidosis tubulus
ginjal.
f. Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan hiperparatiroidisme, serta
amiloidosis.
g. Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah.
h. Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari batu, neoplasma,
fibrosis retroperitoneal.
4. Ganggauan pemenuhan kebutuhan dasar
a. Kebutuhan dasar manusia
Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih
kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian.
Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan
komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).
2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan).
3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).
4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan aktivitas).
5) Tidur dan istirahat (kebutuhan istirahat dan tidur).
6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal higyne).
7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan
mengubah lingkungan (kebutuhan cairan).
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen (kebutuhan
personal higyne).
9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai (kebutuhan aman nyaman).
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut
atau pendapat (kebutuahan psikososial).
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual).
12) Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi (kebutuhan belajar).
13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi (kebutuhan bermain).
14) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang
tersedia (kebutuhan belajar).
Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat
kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual. Kebutuhan
dasar poin 1 – 9 termasuk komponen kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14 termasuk komponen
kebutuhan psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13
termasuk komponen kebutuhan sosiologis. Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan
tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien
dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit) (Potter dan Patricia, 2010).
b. Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi pada CKD,
yaitu :
1) Kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel. Jaringan yang melakukan metabolisme aerob, proses membentuk energi dengan
adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan hidup.
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cenderung ditemukan adanya pernafasan
yang cepat dan dangkal (kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, frekuensi nafas yang
meningkat diatas normal, adanya retraksi interkostalis, dan epigastrium, sebagai upaya untuk
mengeluarkan ion H+ akibat dari asidosis metabolik, pergerakan dada yang tidak simetris,
vokal fremitus cenderung tidak sama getarannya antar lobus paru, terdengar suara dullness
saat perkusi paru sebagai akibat dari adanya edema paru, dan pada auskultasi paru cenderung
terdengar adanya bunyi rales. Pada tahap lanjut akan ditemukan adanya sianosis perifer
ataupun sentral sebagai akibat dari ketidakadekuatan difusi oksigen di membran alveolar
karena adanya edema paru, nyeri dada dan sesak nafas akibat adanya penimbunan cairan di
paru-paru (Potter dan Patricia, 2010).
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit
Ginjal merupakan organ pengekresi cairan yang utama pada tubuh. pada individu
dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500ml per hari. selain itu ginjal juga menerima hampir
170 liter darah untuk disaring menjadi urine. Produksi urine untuk semua kelompok usia
adalah 1ml/kg/jam. Pada individu dewasa, produksi urine sekitar 1,5 liter/ hari. Jumlah urine
yang di produksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron, dalam pengaturan
keseimbangan cairan, dikenal istilah obligatory loss.Obligatory loss adalah mekanisme
pengeluaran cairan yang mutlak terjadi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam
tubuh. Rumus yang di pakai untuk menetukan banyaknya asupan cairan adalah (Jumlah urin
yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml(IWL) (Suharyanto, 2013; Mubarak, 2008).
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol
dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan
masukan cairan dan elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan
dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis reninangiotensin dan kerjasama
keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Klien mempunyai kecenderungan untuk
kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
3) Kebutuhan nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang
bertujuan menghasilkan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Sistem
yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas
saluran pencernaan yang dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, dan organ
asesoris terdiri atas hati , kantung empedu dan pankreas.
Pada penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) sistem pencernaan cenderung
ditemukan adanya Anoreksia, nausea dan vomitus, yang berhubungan dengan gangguan
metabolisme protein di dalam usus. Keadaan Chronic Kidney Disease (CKD) mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang salah
satunya adalah ureum. Peningkatan kadar ureum dalam darah akan akan mengiritasi mukosa
lambung dan merangsang peningkatan asam lambung (HCL) akibatnya akan terjadi mual.
Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan dalam tubuh. Ureum yang meningkat
pada air liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas berbau amonia dan
perubahan membran mukosa mulut berupa lidah menjadi kotor atau timbulnya lesi pada
mukosa mulut. Sedangkan ureum yang meningkat dalam usus dapat menyebabkan perubahan
mukosa usus yang menimbulkan kembung pada perut. Gagal ginjal akan menyebabkan
gangguan pada metabolisme vitamin D, sehingga akan terjadi gangguan pada absorpsi kalsium
di usus (Potter dan Patricia, 2010).
4) Kebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyama salah satunya yaitu, istirahat merupakan keadaan
relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi
juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. pada sistem integumen normalnya keadaan
turgor kulit elastis, tidak pucat, akral tubuh teraba hangat. pada klienChronic Kidney
Disease (CKD) cenderung ditemukan adanya rasa gatal sebagai akibat dari uremi fross, kulit
tampak bersisik, kelembaban kulit menurun, turgor kulit cenderung menurun (kembali > 3
detik). Pada tahap lanjut cenderung akan terjadi ketidakseimbangan termoregulasi tubuh dan
akral teraba dingin, kulit berwarna pucat akibat adanya anemia dan kekuning-kuningan akibat
urokrom, suatu penumpukan kristal urea di kulit (urea fross). Adanya gatal-gatal di kulit
menyebabkan klien ingin menggaruk dan akibatnya akan timbul bekas-bekas garukan di
kulit (Potter dan Patricia, 2010).
5) Kebutuhan aktivitas
Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) abnormalitas utama pada gangguan
aktivitas yaitu, metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal
balik, jika salah satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan
peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan
penurunan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak
berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di
tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan menyebabkan penyakit tulang,
selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat
didalam ginjal menurun, seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik
dan sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal terjadi dari perubahan komplek
kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon (Smeltzer dan Bare, 2014).
5. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2014) setiap sistem tubuh pada Chronic Kidney
Disease (CKD) dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka klien akan menunjukkan sejumlah
tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal, usia klien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala klien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi.
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada
telapak kaki, perubahan perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler.
6. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, klien CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Suwitra (2006) antara lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit
berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang
rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat
peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

7. Penatalaksanaan dan Terapi


Klien CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan derajat penyakit
CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum. Menurut(Sudoyo, 2015), sesuai dengan
derajat penyakit CKD dapat dilihat dalam tabel berikut :
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.
c. Memperlambat pemburukan fungsi ginjal.
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.

Tabel 2.2 Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya.
Derajat LFG Rencana tatalaksana
(ml/mnt/1,73m
1 >90 Terapi penyakit dasar, kondisi
komoroid, evaluasi
pemburukan fungsi ginjal,
memperkecil resiko
kardiovaskular.
2 60-89 menghambat pemburukan
fungsi ginjal
3 30-59 evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 persiapan untuk terapi
pengganti ginjal
5 <15 terapi pengganti ginjal

Sumber : Sudoyo, 2015.


a. Penatalaksanaa keperawatan
1) cairan
a) Klien yang tidak didialisa
Bila ada oliguria, cairan yang diperbolehkan biasanya 400-500 ml (untuk menghitung
kelebihan cairan rutin) ditambah volume yang hilang lainya seperti urin, diare, dan muntah
selama 24 jam terakhir.
b) Klien dialisis
Pemasukan cairan terbatas jumlahnya sehingga kenaikan berat badan tidak lebih dari 0,45
kg/hari diantara waktu dialisis. ini umumnya akibat dari pemasukan 500 ml sehari ditambah
volume yang hilang melalui urin, diare dan muntah.

2) Elektrolit
a) Klien yang tidak dialisis
Pemasukam kalium harus dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64 mEq)/hari pada dewasa dan sekitar 50
mg (1,9 mEq)/kg/hari untuk anak-anak.
b) Klien yang didialisis
Ini dapat diberikan lebih bebas untuk mempertahankan kadar natrium dan kalium serum
normal pada Klien dengan dialisis. selama CAPD (cronik ambulatory peritonial dealysis),
kalium yang dapat diberikan sekitar 2,7-3,1 g (70-80 mEq)/kg/hari pada anak, untuk
mempertahankan keseimbangan cairan.
3) Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir metabolisme protein yang tidak
dapat diekresikan ginjal.
4) Persiapan yang harus dilakukan perawat sebelum operasi AV – Shunt:
a) Berikan informasi yang jelas pada klien karena sering terjadi kesalah pahaman. Klien sering
menganggap Operasi AV-Shuntadalah pemasangan alat untuk HD padahal hanya
menyambungkan pembuluh darah yang ada pada tubuh klien.
b) Batasan laboratorium untuk operasi AV-Shunt biasanya direkomendasikan dari dokter
penyakit dalam dan ahli bedahnya. Selama ini Rekomendasi untuk Periksakan laboratorium
yaitu , Hb > 8 mg/dl, Trombosit dalam batas normal, Gula Darah Sewaktu dalam batas normal
untuk klien tanpa riwayat DM dan untuk klien dengan DM harus dikonsultasikan lagi dengan
ahli bedahnya.
c) Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi, menurut literatur sebaiknya heparin
tidak diberikan 6-8 jam sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan kembali setelah 12
jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi mengering.
d) Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri radialis dan ulnaris untuk
merasakan kuat tidaknya aliran darah arterinya kemudian dilaporkan ke ahli bedah. bila salah
satu arteri (radilis/ ulnaris ) tidak teraba dan tidak ditemukan dengan alat penditeksi (dopler)
maka kontra indikasi untuk dilakukan AV-Shunt.
b. Penatalaksanaa kolaboratif
1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan edema.
3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi ginjal dengan mengikat
fosfat dan menambah kalsium.
4) Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah dan edema.
5) Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.
6) Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia.
7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang, memproduksi sel darah merah.
8) Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan efek hematologik.
9) Terapi dialysis (pengganti ginjal)
Dialysis digunakan untuk mengeluarkan produk sisa cairan dan uremik dari tubuh bila
ginjal tidak mampu melakukanya.juga dapat digunakan untuk mengobati klien dengan edema
yang tidak meresponpengobatan lain, hepatic, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan
dialysis peritonial, untuk menggantikan ginjal yang tidak berfungsi.
Dialisis adalah pergerakan cairan dan butir-butir (partikel) memlalui membaran
semipermeabel. Dialisis adalah suatu tindakan yang dapat memulihkan keseimbangan cairan
dan elektrolit, mengendalikan keseimbangan asam-basa, dan mengeluarkan sisa metabolisme
dan bahan dari tubuh.
Ada tiga prinsip yang mendasari dialisis, yaitu disfungsi, osmosis, danultrafiltrasi.
Disfungsi adalah pergerakan butir-butir (partikel) dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke
tempat yang berkonsentrasi rendah. Dalam tubuh manusia, hal ini terjadi memlalui membran
semipermeabel. Difusi menyebabkan urea, kreatinin, adan asam urat dari darah klien masuk ke
dalam dialisiat.
Walaupun konsentrasi eritrosit dan protein da;lam darah tinggi, meteri ini tidak dapat
menebus membran semipermeabel katrena eitrosit dan prtotein mempunyai mokelul yang
besar. Osmosi menyangkut pergerakan air melakui membran semipermeabel dari tempat yang
berkonsentrasi rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi (osmolalitas). Ultrafiltrasi adalah
pergerakan cairan melalui membran semipermeabel sebagai akibat tekanan gradien buatan.
Tekanan gradien buatan dapayt bertekanan positif (didorong) atauu negatif
(ditarik).Ultrafiltrasi lebih efisien daripada osmosisi dalam mengambil cairan dan diterapkan
dalam hemodialisa. Pada saat dialissi, prinsip osmosis, dan difusi atau ultrafiltrasi digunakan
secara simultan atau persamaan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan CKD


1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien. Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.
Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) menurut
Doengoes, 2012; Nursalam, 2008; Sudoyo, 2015; NIC NOC, 2015 sebagai berikut :
a. Demografi.
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami CKD
dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan
lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena
kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan
yang tidak sehat.
b. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian
bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
c. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
Gejala :
kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/ gelisah atau somnolen).
Tanda :
kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda :
Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan, nadi lemah
dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi pada penyakit
tahap akhir, friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi rasa) pucat, kulit coklat
kehijauan, kuning, kecenderungan pendarahan.
3) Integritas Ego
Gejala :
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak berdaya, tak ada harapan,
tak ada kekuatan.
Tanda :
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4) Eiminasi
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia,
Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.
Tanda :
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna. Oliguria, dapat menjadi
anuria.
5) Makanan / Cairan
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri
ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia),
pengguanaan diuretik.
Tanda :
Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit. Edem
(umum, tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan gusi / lidah. Penurunan otot, penurunan lemak
subkutan, tampak tak bertenaga.
6) Neorosensasi
Gejala :
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki, gelisah ; kebas terasa
terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah
(neuropati perifer).
Tanda :
Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketikmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma. Kejang, fasikulasi otot,
aktifitas kejang, Rambut tipis, kuku rapuh dan tips.
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada malam hari.
Tanda :
perilaku berhati-hati dan gelisah.
8) Pernafasan
Gejala :
nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa sputum kental atau banyak.
Tanda :
takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan kusmaul). Batuk produktif
dengan sputum merah muda encer (edema paru).
9) Keamanan
Gejala :
Klit gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda :
Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual terjadi peningkatan pada
klien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari pada normal ( efek CKD / depresi respon
imum) Ptekie, araekimosis pada kulit Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi
metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak sendi.
10) Seksualitas
Gejala :
penurunan libido ; amenorea ; infertilitas.
11) Interaksi Sosial
Gejala :
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran klien dari compos
mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor
dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut
pucat dan lidah kotor.
5) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas,
pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary
Refill lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi
perikarditis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease (CKD) menurut trucker,
2008; sudoyo, 2015.
1. Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume normal, volume kosong
atau rendah, proteiurea, penurunan klirens kreatinin kurang dari 10 ml permenit menunjukan
kerusakan ginjal yang berat.
2. Hitungan darah lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit, leukosit, peningkaanj SDP.
3. Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP,
CCT.
4. Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida abnormal.
5. Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan.
6. EKG : distritmia
7. Poto polos abdomen, bias tampak batu radio opak
8. Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak dapat melewati filter glomerolus,
disamping kekawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah
mengalami kerusakan.
9. Piolografi antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.
10. Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju filtrasi
glomerulus. Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin
Test) dapat digunakan dengan rumus :
CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
*) wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut Huda dan Hardhi dalam
NANDA NIC-NOC (2015).
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan
natrium.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganpembatasan diit dan
ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
c. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan
sekunder.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialysis.
f. Resiko Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan efek uremia.
g. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi,
irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).

Tabel 2.3 Rencanan Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
Definisi : Retensi cairanSetelah dilakukan asuhanFluid Management :
isotomik meningkat keperawatan selama 3x24 Kaji status cairan ; timbang berat
jam volume cairan seimbang. badan,keseimbangan masukan dan haluaran, turgor
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil: kulit dan adanya edema.
Berat badan meningkat padaNursing outcomes Batasi masukan cairan.
waktu yang singkat classification (NOC) : Fluid Identifikasi sumber potensial cairan.
Asupan berlebihanBalance Jelaskan pada klien dan keluarga rasional
dibanding output Terbebas dari edema, efusi,pembatasan cairan.
Tekanan darah berubah,anasarka Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
tekanan arteri pulmonalis Bunyi nafas bersih,tidak
berubah, peningkatan CVP adanya dipsnea Hemodialysis therapy :
Distensi vena jugularis Memilihara tekanan vena Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah
Perubahan pada pola nafas,sentral, tekanan kapiler paru,(misalnya BUN, kreatinin, natrium, pottasium,
dyspnoe/sesak nafas,output jantung dan vital signtingkat phospor) sebelum perawatan untuk
orthopnoe, suara nafasnormal. mengevaluasi respon thdp terapi.
abnormal (Rales atau Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
crakles), kongestikemacetan pernapasan, dan tekanan darah untuk mengevaluasi
paru, pleural effusion respon terhadap terapi.
Hb dan hematokrit menurun, Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan
perubahan elektrolit, jumlah yang tepat dari cairan berlebih di tubuh
khususnya perubahan berat klien.
jenis Bekerja secara kolaboratif dengan klien untuk

Suara jantung SIII menyesuaikan panjang dialisis, peraturan diet,

Reflek hepatojugular positif keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk


mengatur cairan dan elektrolit pergeseran antara
Oliguria, azotemia
pengobatan.
Perubahan status mental,
kegelisahan, kecemasan

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Mekanisme pengaturan
melemah
Asupan cairan berlebihan
Asupan natrium berlebihan
2 Gangguan nutrisi kurang dariTujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
kebutuhan Setelah dilakukan asuhanNutritional Management :
Definisi : Intake nutrisi tidakkeperawatan selama 3x24
1. Monitor adanya mual dan muntah
cukup untuk keperluanjam nutrisi seimbang dan
2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan
metabolisme tubuh. adekuat. perubahan status nutrisi.
Kriteria Hasil: 3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan
Batasan karakteristik : Nursing outcomeshematocrit level yang menindikasikan status nutrisi
 Berat badan 20 % atau lebihclassification dan untuk perencanaan treatment selanjutnya.
di bawah ideal (NOC) : Nutritional Status
4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
 Dilaporkan adanya intake Nafsu makan meningkat 5. Berikan makanan sedikit tapi sering.
6. Berikan perawatan mulut sering.
makanan yang kurang dari Tidak terjadi penurunan BB
RDA (Recomended Daily Masukan nutrisi adekuat 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
Allowance) Menghabiskan porsi makan sesuai terapi.
 Membran mukosa dan Hasil lab normal (albumin,
konjungtiva pucat kalium)
 Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah
 Luka, inflamasi pada rongga
mulut
 Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah
makanan
 Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan makanan
 Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
 Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan
 Miskonsepsi
 Kehilangan BB dengan
makanan cukup
 Keengganan untuk makan
 Kram pada abdomen
 Tonus otot jelek
 Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
 Kurang berminat terhadap
makanan
 Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
 Diare dan atau steatorrhea
 Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
 Suara usus hiperaktif
 Kurangnya informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau mengabsorpsi
zat-zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
3 Perubahan pola napasTujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan denganSetelah dilakukan asuhanRespiratory Monitoring :
hiperventilasi paru keperawatan selama 1x24
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
jam pola nafas adekuat. respirasi.
Kriteria Hasil: 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
Nursing outcomespenggunaan otot tambahan, retraksi otot
classification supraclavicular dan intercostal.
(NOC) : Respiratory Status
3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
Peningkatan ventilasi dankussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes.
oksigenasi yang adekuat 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
Bebas dari tanda tandaadanya ventilasi dan suara tambahan.
distress pernafasan Oxygen Therapy :
Suara nafas yang bersih, Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles.
tidak ada sianosis dan Ajarkan klien nafas dalam.
dyspneu (mampu Atur posisi senyaman mungkin.
mengeluarkan sputum, Batasi untuk beraktivitas.
mampu bernafas dengan Kolaborasi pemberian oksigen.
mudah, tidak ada pursed lips)
Tanda tanda vital dalam
rentang normal
4 Gangguan perfusi jaringanTujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan denganSetelah dilakukan asuhanCirculatory Care :
penurunan suplai O2 dankeperawatan selama 3x24
1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi
nutrisi ke jaringan sekunder. jam perfusi jaringan adekuat. sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler
Kriteria Hasil: refil, temperatur ekstremitas).
Nursing outcomes
2. Kaji nyeri.
classification (NOC)
3. : Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan.
Circulation Status 4. Atur posisi klien, ekstremitas bawah lebih rendah
Membran mukosa merahuntuk memperbaiki sirkulasi.
muda 5. Monitor status cairan intake dan output.
Conjunctiva tidak anemis 6. Evaluasi nadi, oedema.
Akral hangat 7. Berikan therapi antikoagulan.

TTV dalam batas normal.


Tidak ada edema
5 Intoleransi aktivitasTujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
berhubungan denganSetelah dilakukan asuhanActivity therapy :
keletihan anemia, retensikeperawatan selama 3x24
1. Monitor respon fisik, social dan spiritual.
produk sampah dan prosedurjam Intoleransi aktivitas
2. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan
dialysis. dapat teratasi. aktivitas seperti kursi roda, krek.
Kriteria Hasil: 3. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
Nursing outcomesdisukai.
classification (NOC)
4. : Bantu klien/ keluarga untuk mengidentifikasi
Circulation Status kekurangan dalam beraktivitas.
5. Bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri
Mampu melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri. dan penguatan.
Tanda-tanda vital normal 6. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik
Mampu berpindah dengandalam merencakan program terapi yang tepat.
atau tanpa bantuan alat.
Sirkulasi status baik.
6 Resiko Kerusakan intregritasTujuan: Nursing intervensi classification (NIC)
kulit berhubungan denganSetelah dilakukan asuhanSkin surveilance :
efek uremia dan neuropatikeperawatan selama 3x24
1. Monitor adanya tanda – tanda kerusakan integritas
perifer. jam Resiko Kerusakankulit.
intregritas kulit tidak terjadi.
2. Monitor warna kulit.
Kriteria Hasil:
3. Monitor temperatur

Nursing 4. Catat adanya perubahan kulit dan membran


outcomes
classification (NOC) :mukosa.
Circulation Status
5. Ganti posisi dengan sering.
Temperatur jaringan dalam
rentang normal. 6. Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang
adekuat
Elastisitas dan kelembaban
dalam rentang rentang
normaal.

Pigmentasi dalam rentang


normal.

4. Pelaksanaan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat kemajuan
kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasinya menurut
Nursalam (2008) sebagai berikut :
1. Tekanan darah stabil dan tidak ada penambahan BB.
2. Makan makanan rendah protein dan tinggi karbohidrat.
3. Tidak ada kerusakan kulit dan klien melaporkan gatal berkurang.
4. Ambulasi tanpa jatuh.
5. Bertanya dan membaca materi tentang dialisis.

TINJAUAN KASUS
IDENTITAS KLIEN
1. Identitas klien
Nama : Ny. L
Usia : 54th
Alamat : BLEBOH RT 05 RW 04 Jiken
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Masuk : 29 April 2015
No.CM :
: CKD

2. Identitas penanggungjawab
Nama : Ny.D
Umur : 32th
Alamat : Bleboh Kec Jiken
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Anak

FASE PRE HEMODIALISA


STATUS KESEHATAN SAAT INI
Alasan kunjungan ke rumah sakit :
Melakukan HD (Hemodialisa) rutin seminggu 2 kali.
Keluhan utama saat ini :
Subyek : Klien mengatakan badan terasa lemas dan berat badannya naik 3 kg setelah HD
terakhir.
Obyek : Klien nampak tenang. BB sekarang 53 Kg
Riwayat penyakit sebelumnya :
Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya
Riwayat penyakit keturunan :
ý Hipertensi ý Asma
ý Diabetes Militus ý Jantung
1. Dialisis
Dialisis ke : 157 kali
Re – Use : 1 kali
Jenis : Bicarbonat
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis,
kulit sawo matang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tekanan darah : 140/95 mmHg
d. Nadi : 84 x/menit
e. Respirasi : 24 x/menit
f. Suhu : 36,2 °C
g. Berat badan : 49 Kg
FASE INTRA HEMODIALISA
Keluhan utama saat ini :
Subyek : Klien mengatakan sedikit merasa lemas saat proses HD.
Obyek : Klien nampak tenang, klien nampak makanan dan menonton TV saat proses HD
berlangsung.
1. Waktu Dialisis
a. Mulai : 12.00 WIB
b. UF Target : 3,7 liter
2. Akses Dialisis
Akses : A – V Shunt
3. Heparinisasi
Awal : 0 unit
Continue : 0 unit/jam
Tidak menggunakan heparin
FASE POST HEMODIALISA
Keluhan utama saat ini :
Subyek : Klien mengatakan sedikit agak merasa lemas saat proses HD.
Obyek : Klien nampak tenang, konjungtiva tidak anemis, klien mampu berjalan sendiri tanpa
bantuan.
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tekanan darah : 150/90 mmHg
d. Nadi : 84 x/menit
e. Respirasi : 24 x/menit
f. Suhu : 36,2 °C
g. Berat badan : 46 Kg
2. Waktu Dialisis
a. Selesai : 16.30 WIB
b. UF Goal : 3,7 liter
c. Pengurangan BB : 3 kg
3. Heparinisasi
Total : 0 unit (tidak menggunakan heparin)
DATA PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboraturium
Jenis Nilai normal dalam
Tanggal Hasil Interpretasi
Pemeriksaan satuan

TERAPI YANG DIBERIKAN


Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis Waktu Indikasi

FASE PRE HEMODIALISA


ANALISA DATA
KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
1 DS : Klien mengatakan badanKelebihan volumeMekanisme peredaran
terasa lemas dan berat badannyacairan darah/cairan tidak
naik 3 kg setelah HD terakhir. efektif
DO : Klien nampak tenang. BB
sekarang 49 kg
Diagnosa : Kelebihan volume cairan b.d Mekanisme peredaran darah/cairan tidak efektif
FASE INTRA HEMODIALISA
ANALISA DATA
KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
2 DS : Klien mengatakan sedikitResiko defisit volumeMekanisme peredaran
agak merasa lemas saat prosescairan darah/cairan tidak
HD. efektif (proses dialisis
DO : Klien nampak tenang, berlangsung)
klien nampak mengkonsumsi
makanan saat proses HD
Diagnosa : Resiko defisit volume cairan b.d Mekanisme peredaran darah/cairan tidak efektif
(proses dialisis berlangsung)
FASE POST HEMODIALISA
ANALISA DATA
KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
3 DS : Klien mengatakan sedikitResiko jatuh Keletihan
agak lemas setelah HD
DO : Klien nampak tenang,
konjungtiva tidak anemis, klien
mampu berjalan sendiri tanpa
bantuan
Diagnosa : Resiko jatuh b.d Keletihan

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC
1 Kelebihan volumeNOC : NIC :
cairan b.dv Electrolit and acid baseFluid management
Mekanisme balance 1. Kaji status cairan
peredaran v Fluid balance a. Timbang bb pre dan post hd
darah/cairan tidakv Hydration b. Keseimbangan masukan dan
efektif Setelah dilakukan tindakanhaluaran
keperawatan selama 5 jamc. Turgor kulit dan edema
diharapkan keseimbangand. Distensi vena leher
volume cairan tercapaie. Monitor vital sign
dengan 2. Batasi masukan cairan pada saat
Kriteria Hasil: priming & wash out hd
v Terbebas dari edema,3. Lakukan hd dengan uf & tmp
efusi, anaskara sesuai dg kenaikan bb hd
v BB post HD sesuai drysebelumnya
weight 4. Identifikasi sumber masukan
v Bunyi nafas bersih, tidakcairan
ada dyspneu/ortopneu 5. Jelaskan pada keluarga & klien
v Memelihara vital signrasional pembatasan cairan
dalam batas normal 6. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
2 Resiko defisitNOC: NIC :
volume cairan b.dv Fluid balance Fluid management
Mekanisme v Hydration 1. Monitor status hidrasi
peredaran v Nutritional Status : Food(kelembaban membran mukosa, nadi
darah/cairan tidakand Fluid Intake adekuat, tekanan darah ortostatik)
efektif (prosesSetelah dilakukan tindakan2. Monitor vital sign
dialisis keperawatan selama 5 jam3. Monitor masukan makanan /
berlangsung) diharapkan defisit volumecairan selama interdialisis
cairan tidak terjadi dengan 4. Monitor status nutrisi
Kriteria Hasil : 5. Dorong keluarga untuk membantu
v Tekanan darah, nadi,pasien makan
suhu tubuh dalam batas6. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
normal berlebih muncul meburuk
v Tidak ada tanda tanda7. Atur kemungkinan tranfusi
dehidrasi, Elastisitas turgor8. Persiapan untukkemungkinan
kulit baik, membrantranfusi
mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
3 Resiko jatuh b.dNOC : Risk Kontrol NIC : Environment Management
Keletihan Kriteria Hasil : (Manajemen lingkungan)
v Klien terbebas dari jatuh 1. Sediakan lingkungan yang aman
v Klien mampuuntuk pasien
menjelaskan cara/metode2. Identifikasi kebutuhan keamanan
untuk mencegah jatuh pasien, sesuai dengan kondisi fisik
v Klien mampudan fungsi kognitif pasien dan
menjelaskan factor resikoriwayat penyakit terdahulu pasien
dari lingkungan/perilaku3. Menyediakan tempat tidur yang
personal nyaman dan bersih
v Mampu memodifikasi4. Membatasi pengunjung
gaya hidup untuk5. Memberikan penerangan yang
mencegah jatuh cukup
v Menggunakan fasilitas6. Menganjurkan keluarga untuk
kesehatan yang ada menemani pasien.
v Mampu mengenali7. Mengontrol lingkungan dari
perubahan status kesehatan kebisingan
8. Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa : Kelebihan volume cairan b.d Mekanisme peredaran darah/cairan tidak efektif
Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
senin 12.01 - Mengkaji BB klien pre HD S :
5/10/18 12.06 - Mengukur vital sign Klien mengatakan merasa lebih baik
12.13 - Mengkaji KU, ada tidaknyadari sebelumnya, namun agak sedikit
12.15 edema lemas setelah cuci darah.
12.19 - Membatasi masukan cairanO :
12.26 pada saat priming & wash- KU sedang, Composmentis
12.39 out HD - Klien nampak tenang
15.45 - Melakukan HD dengan UF- konjungtiva tidak anemis
16.15 & TMP sesuai dengan- TD : 150/90 mmHg
16.30 kenaikan BB HD- Nadi : 84 x/menit
sebelumnya - Respirasi : 24 x/menit
- Mengidentifikasi sumber- Suhu : 36,2 °C
masukan cairan - Berat badan : 46 Kg
- Menjelaskan pada keluarga- UF Goal : 3,7 liter
& klien rasional pembatasan- Pengurangan BB : 3 Kg.
cairan A:
- Mengevaluasi vital signMasalah teratasi sebagian
klien P:
- Mengevaluasi KU keluhan- Lanjutkan intervensi
klien - Lakukan program HD rutin seminggu
- Mengukur dan2x
mengevaluasi BB klien - Batasi asupan cairan berlebih dan
kalium
- Diit TPRGRK (Tinggi Protein
Rendah Garam Rendah Kalium)
Diagnosa : Resiko defisit volume cairan b.d Mekanisme peredaran darah/cairan tidak efektif (proses
dialisis berlangsung)

Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
Senin 12.04 - Memantau status hidrasiS :
5/10/13 12.06 (kelembaban membranKlien mengatakan merasa lebih baik
12.10 mukosa, nadi adekuat,dari sebelumnya, namun masih terasa
12.16 tekanan darah ortostatik) lemas setelah cuci darah.
12.19 - Monitor vital sign O:
- Monitor masukan makanan- KU sedang, Composmentis
/ cairan selama interdialisis - Tidak ada tanda dehidrasi
- Memantau status nutrisi - Mukosa bibir lembab
- Menganjurkan keluarga- Klien nampak tenang
membantu pasien makan - konjungtiva tidak anemis
- TD : 150/90 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Respirasi : 24 x/menit
- Suhu : 36,2 °C
- Berat badan : 46 Kg
- UF Goal : 3,7 liter
- Pengurangan BB : 3 Kg.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
- Lakukan program HD rutin seminggu
2x
- Batasi asupan cairan berlebih dan
kalium
- Diit TPRGRK (Tinggi Protein
Rendah Garam Rendah Kalium)
Diagnosa : Resiko jatuh b.d Keletihan
Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
senin 12.00 - Menyediakan lingkunganS :
5/10/18 12.15 yang aman untuk pasien Klien mengatakan merasa lebih baik
12.17 - Memasang restrain padadari sebelumnya, namun masih terasa
13.35 tangan klien lemas setelah cuci darah.
13.38 - MengidentifikasiO :
13.45 kebutuhan keamanan pasien,- KU sedang, Composmentis
13.50 sesuai dengan kondisi fisik- Klien nampak tenang
pasien - konjungtiva tidak anemis
- Membatasi pengunjung - TD : 150/90 mmHg
- Menganjurkan keluarga- Nadi : 84 x/menit
untuk menemani pasien. - Respirasi : 24 x/menit
- Mengontrol lingkungan- Suhu : 36,2 °C
dari kebisingan - Berat badan : 46 Kg
- Memindahkan barang-- UF Goal : 3.7 liter
barang yang dapat- Pengurangan BB : 3 Kg.
membahayakan - Klien mampu berjalan dengan tanpa
bantuan tanpa jatuh
A:
Masalah resiko jatuh teratasi
P:-
- Klien pulang

BAB V
PENUTUP

Setelah pembahasan pada BAB sebelumnya yang menerangakan tinjauan teoritis, tinjauan
kasus serta membandingkan kesenjangan antara teori dan kasus penulis akan memberikan
kesimpulan dan saran dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar pada Tn.
Bdengan Chronic Kidney Disease (CKD) di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta
Cemaka Putih yang dilaksanakan pada tanggal 5-8 november 2018
A. Kesimpulan
Dalam teori telah disampaikan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan
fungsi ginjal. Dari hasil pengkajian Tn. Btelah terjadi penurunan fungsi ginjal sehingga
kemampuan memfiltrasi hanya 25 ml/menit. jika dilihat dari klasifikasi CKD menurut Sudoyo,
2015 Tn. Bmengalami CKD berat dimana kemampuan filtrasi ginjal 25% dari normal (90-
100%). Manifestasi yang penulis temukan pada Tn. Byaitu lemas, edema tungkai kaki kanan
garde +1, konjungtiva pucat dan anemis. Setelah data-data didapatkan, penulis menemukan 3
diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien saat ini yaitu :
1. Resiko Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi
air dan natrium
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan
intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
3. Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia
Pada rencana keperawatan sebagian besar penulis menyantumkan intervensi berdasarkan hasil
landasan teoritis dan kemudian disesuaikan dengan kondisi klien karena ada beberapa
intervensi yang tidak dapat dilakukan.
Pada saat penulis melakukan implementasi sebagian besar dilaksanakan. Tetapi penulis
menemukan beberapa hambatan seperti pada saat menghitung banlace cairan per 24 jam,
didalam pendokumentasian data – data yang diperlukan tidak didapatkan dan tidak tersedianya
hasil CCT. Tetapi semua bisa dibantu dengan kerjasama yang baik antara penulis dengan klien
dan bantuan dari perawat ruangan.
Tahap akhir dari pemenuhan kebutuhan dasar yaitu evaluasi keperawatan, diagnosa yang
penulis temukan pada klien yang belum teratasi yaitu : Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium, Resiko ketidak seimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien, Resiko intoleransi aktivitas berhubungan
dengan keletihan dan anemia. Untuk masalah keperawatan yang belum teratasi akan
dilanjukkan oleh perawat diruangan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya peningkatan mutu
pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang diharapkan dapat membantu klien dalam
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan menjadi lebih optimal. Disini penulis
memberikan beberapa saran kepada beberapa pihak yang diharapkan dapat membantu dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit Chronic Kidney
Disease (CKD), dan saran tersebut diantaranya :
1. Penulisan KTI Selanjutnya
Dalam menerapkan pemenuhan kebutuhan dasar diharapkan penulis KTI selanjutnya dapat
melakukan pengkajian yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu
memberikan asuhan yang optimal bagi klien. Karya tulis ilmiah ini disusun dengan konsep
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Oleh sebab itu, hendaknya referensi untuk kebutuhan
dasar manusia pada gangguan sistem perlu diperbanyak.

2. Perawat Ruangan
Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya melakukan pendokumentasian dengan lebih
terperinci kembali setelah malakukan tindakan keperawatan terutama untuk balance cairan,
pada kasus CKD sehingga akan didapatkan balance cairan yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Media Action.
LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5. Alih bahasa: Egi
Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC.
Litbang. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Litbang.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.
Medical Record RSIJ Cempaka Putih. (2016). Data Pasien CKD yang Di Rawat Inap 3 Bulan
Terakhir. Jakarta: tidak di publikasi.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Alih bahasa: Renata Komalasari. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta : EGC. 2010.

Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Alih
bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta :
EGC. 2014.

Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015.

Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al., 3rd ed.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing 2015 : 1035-1040.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran.

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. B
DENGAN CKD DI RSUD DR R SOETIJONO BLORA

DISUSUN OLEH :
ARIEMA PRAMISTA DEWI

Anda mungkin juga menyukai