Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN GINJAL KRONIK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Keperawatan

Dosen pengampu: Hj.Erna Lestari skp.M.P.H

Disusun Oleh:

Ninda Assyfa (8801190060)

Kelas 2B

DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN GINJAL KRONIK”.

Karya tulis ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan Diploma III Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menemukan banyak kesulitan dan
hambatan, tetapi berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya karya tulis
ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya, sehingga
dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Serang, 22 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ….…………………………………………………………… 2


DAFTAR ISI ………………….…………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 4
A. Latar Belakang …………………………………………………………………… 4
B. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………. 5
1. Tujuan Umum ……………………………………………………………….. 5
2. Tujuan Khusus ………………………………………………………………. 5
C. Ruang Lingkup ….…………………………………………….............................. 6
D. Metode Penulisan ………………………………………………………………... 6
E. Sistematika Penulisan ……………………………………………………………. 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS …………………………………………………. 7
A. Definisi Ginjal Kronik …….…………………………………………………….. 7
B. Etiologi dan Faktor Risiko ……………………….……………………………… 8
C. Patofisiologi …….………………………….…………………………………… 9
D. Manifestasi Klinis Ginjal Kronik ……………………………………………….. 11
E. Batasan dan Klasifikasi Gagal Ginjal …………………………………………… 12
F. Komplikasi Gagal Ginjal ………………………………………………………... 14
KASUS …………………………………………………………………………….. 15
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………. 31
A Kesimpulan ………………………………………………………….…..… 31
B Saran ……………………………………………………………………….. 31
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...…… 33

3
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir
dengan gagal ginjal. (setiati, dkk, 2015)
Masalah keperawatan yang didapat pada klien CKD ditinjau dari gangguan kebutuhan
dasar yaitu kebutuhan cairan dan elektrolit. Hilangnya jaringan ginjal fungsional merusak
kemampuan untuk mengatur keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Kerusakan filtrasi
dan reabsorpsi menyebabkan penumpukan cairan pada tubuh, sehingga tubuh mengalami
kelebihan cairan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit terganggu pada akhirnya dalam tidak ditangani dengan
baik, pasien dengan Gagal Ginjal Kronik akan mengalami komplikasi lain seperti menurunkan
semua fungsi tubuh dan bisa menyebabkan kematian. Penatalaksaaan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan mengatasi masalah pada kebutuhan cairan yang berlebih dengan cara
melakukan terapi dengan menggantikan fungsi ginjal yang sudah rusak, yaitu pembatasan
makanan dan minuman untuk mengurangi cairan dan elektrolit, seperti diit rendah protein,
pemberian diuretik, selain itu bisa dilakukan dengan hemodialisa atau transplantasi pada ginjal.
Pemenuhan kebutahan dasar dan masalah keperawatan ini tidak ditangani maka terjadi
komplikasi. Komplikasi yang sering timbul pada CKD adalah hiperkalimia, perikarditis,
hipertensi, anemia, dan penyakit tulang. Penatalaksanaan untuk mencegah komplikasi dan
mengatasi masalah keperawatan serta terapi untuk menggantikan fungsi ginjal yang telah rusak
yaitu pembatasan makanan untuk mengurangi cairan dan elektrolit, diet rendah protein
(Doengoes, 2012, Nursalam , 2008).
Di masa yang akan datang, penyakit ini di prediksi akan terus bertambah jumlah
kliennya sehingga di butuhkan perawatan yang optimal. Perawat sebagai salah satu tim
kesehatan mempunyai peran sebagi tim asuhan keperawatan pada klien CKD 3 yang melalui
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya promotif perawat berperan

4
untuk memberikan pendidikan kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi.
mengenai cara-cara pencegahan sampai dengan komplikasi dengan membiasakan pola hidup
sehat dengan cara rajin berolah raga dan menghindari minuman beralkohol, rokok dan zat-zat
kimia yang berbahaya.
Upaya preventif perawat memberikan perawatan kepada klien dengan memantau cairan
dan elektrolit yang seimbang, dan tanda adanya perubahan fungsi regulator tubuh serta
membatasi cairan klien. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu berkolaborasi dalam
menyiapkan tindakan hemodialisa dan memberikan obat. Peran perawat dalam upaya
rehabilitative yaitu mempertahankan keadaan klien agar kondisi tidak bertambah berat atau
mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan dengan patuh pada terapi dan
pembatasan aktivitas.

B Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis dapat menguraikan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pemenuhan
dasar klien dengan CKD.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) khususnya pada klien
b. Mampu menguraikan masalah keperawatan kebutuhan dasar klien dengan
CKD khususnya pada klien
c. Mampu menguraikan rencana tindakan keperawatan kebutuhan dasar klen
dengan CKD khususnya pada klien
d. Mampu menguraikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar klien dengan
CKD khususnya pada klien
e. Mampu menguraikan hasil evaluasi kebutuhan dasar klien dengan CKD
khususnya pada klien
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada klien

5
g. Mampu mengidentifikasi factor-factor pendukung, penghambat serta dapat
mencari solusi kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada klien
C Ruang Lingkup
Menerangkan batasan penulisan makalah ilmiah sesuai dengan asuhan keperawatan
yang diberikan kepada klien kelolaan yang dilakukan selama 3x24 jam dengan pemenuhan
kebutuhan dasar pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD)
D Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode studi kepustakaan dan
deskriptif . dalam metode deskritif pendekatan yang digunakan adalah studi kusus, dimana
penulis mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan dan hasil asuhan keperawatan
di deskripsikan dengan menggunakan kaidah penulis ilmiah
1. Study kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari dari buku-buku catatan serta literatur yang berkaitan dengan
judul karya tulis ilmiah ini.
2. Metode deskriptif
Yaitu dengan menjabarkan hasil asuhan keperawatan melalui pengkajian, menentukan
diagnosa, mencatat perencanaan, pelaksanaan, dan melakukan evaluasi
E Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu :
BAB 1 : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri tujuan umum, tujuan
khusus, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi, gangguan kebutuhan dasar, manisfestasi klinik,
komplikasi, penatalaksanaan, asuhan keperawatan (pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan).
BAB III : Tujuan Khusus
Merupakan laporan hasil pemenuhan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit pada klien
dengan Chronic Kidney Disease (CKD) selamaa 3x24 jam yang terdiri dari pengkajian

6
keperawatan, diangnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber
diantaranya adalah :
a. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. (Setiati, dkk, 2015)
b. Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap, penyebab glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis),
proses obstruktif (kalkuli), penyakit kolagen (lupus sistemik), agen nfritik
(aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doengoes .2014)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah penyakit ginjal yang
tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total seperti sediakala. CKD adalah penyakit
ginjal tahap akhir yang dapat disebabakan oleh berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang meyebabkan
komplikasi hipertensi maupun diabetes militus.
Penyakit ginjal kronis (PGK) atau gagal ginjal kronis (GGK) adalah kondisi saat
fungsi ginjal menurun secara bertahap karena kerusakan ginjal. Secara medis, gagal ginjal
kronis didefinisikan sebagai penurunan laju penyaringan atau filtrasi ginjal selama 3 bulan
atau lebih.
Ginjal adalah organ utama sistem perkemihan yang memroses plasma darah dan
mengeluarkan buangan dalam bentuk urin melalui organ perkemihan yang meliputi
ureter, kandung kemih, dan uretra (Chang, Daly, dan Elliot, 2010).
Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urin, sisa hasil
metabolism tubuh adalam bentuk cairan. Ginjal terletak pada dinding bagian luar rongga
perut, rongga terbesar dalam tubuh manusia, tepatnya di sebelah kanan dan kiri tulang
belakang (Lubis, 2006).
Fungsi ginjal adalah mengatur keseimbangan air, konsentrasi garam dalam darah,
keseimbangan asam-basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam
7
(Pearce, 2011).
Sedangkan Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara
metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat
pada peningkatan ureum (Desfrimadona, 2016).
Gagal ginjal kronik (GGK) sebagai suatu proses patofisiologi yang menyebabkan
kerusakan struktural dan fungsional ginjal ini masih menjadi permasalahan serius di
dunia kesehatan (Mayuda dkk, 2017).
B. Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi penyakit ginjal kronis dapat dibedakan menjadi penyebab sistemik,
vaskular, gangguan glomerulus, gangguan tubulointerstisial, dan penyebab lainnya.

Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry
(IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologic terbanyak sebagai berikut
glomerunefritis (28%), diabetes militus (26%), Hipertensi (23%) (Roesli, 2008).

a. Glumerulonefritis

Glomerulonefritis merupakan suatu penyakit ginjal yang disebabkan


oleh proses inflamasi pada struktur glomerular sehingga sel darah merah dan
protein keluar ke dalam urin. (Ehrlich dan Schroeder, 2009).Salah satu
penyebab glomerulonefritis akut (GNA) primer tersering adalah
glomerulonefritis akut pasca infeksi (Alpers, 2013). Glomerulonefritis akut
pasca infeksi dapat disebabkan oleh agen bakteri, virus, jamur, parasit dan
berbagai proses imunologis lainnya, namun pada anak-anak penyebab paling
sering dari glomerulonefritis akut yakni GNA pasca infeksi streptococcus
βhaemolyticus grup A tipe nefritogenik (GNAPS) (Lumbanbatu, 2003; Vinen
dan Oliveira, 2003; Pardede et al., 2005).

b. Diabetes Militus

Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu


penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi
insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh
kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).
8
Faktor metabolik Diabetes Militus diawali dengan hiperglikemia,
glukosa dapat bereaksi secara proses non enzimatik dengan asam amino bebas
menghasilkan AGE’s (advance glycosilation end-products). Peningkatan
AGE’s akan menimbulkan kerusakan pada glomerulus ginjal. Terjadi juga
akselerasi jalur poliol, dan aktivasi protein kinase C. Pada alur poliol (polyol
pathway) terjadi peningkatan sorbitol dalam jaringan akibat meningkatnya
reduksi glukosa oleh aktivitas enzim aldose reduktase. Peningkatan sorbitol
akan mengakibatkan berkurangnya kadar inositol yang menyebabkan gangguan
osmolaritas membran basal ginjal.

c. Hipertensi

Hipertensi terjadi apabila keadaan seseorang mempunyai tekanan


sistolik sama dengan atau lebih tinggi dari 160 mmHg dan tekanan diastolik
sama dengan atau lebih tinggi dari 90 mmHg secara konsisten dalam beberapa
waktu. Menurut JNC-7 hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
kondisi ketika tekanan darah meningkat 140/90 mmHg atau lebih (WHO).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang berlangsung lama dapat merusak


pembuluh darah. Hal ini dapat mengurangi suplai darah ke organorgan penting
seperti ginjal. Hipertensi juga merusak unit penyaring kecil di ginjal. Hasilnya,
ginjal dapat berhenti membuang limbah dan cairan ekstra dari darah. Hipertensi
juga merupakan komplikasi dari penyakit ginjal kronik. Ginjal yang merupakan
organ penting dalam mengatur tekanan darah dalam batas normal, jika ginjal
mengalami kerusakan maka kemampuan untuk menjaga tekanan darah akan
berkurang, hasilnya tekanan darah dapat naik

d. Gaya Hidup

Gaya hidup atau yang sering di sebut lifestyals merupakan bagian dari
kebutuhan skunder manusia yang berubah tergantung zaman atau keinginan
seorang untuk mengubah gaya hidupnya (Wikipedia). Gaya hidup juga
diartikan sebagai kebiasaan dalam sehari-hari. Berkembangnya zaman,
kebiasaan hidup sehat menjadi hal yang tidak penting, hal ini sering dianggap
sebagai gaya hidup yang tidak baik. Salah satu contoh gaya hidup yang tidak
baik adalah minum alcohol, perokok, begadang, makan makanan junkfood
yang dapat merusak organ organ vital, salah satunya adanya gangguan ginjal.
C. Patofisiologi
9
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangannya proses yang terjadi sama. Pengurangan
massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih
tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokin dan growth factors.
Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan
tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Pada stadium paling dini pada penyakit
ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), dimana basal Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) masih normal atau dapat meningkat. Kemudian secara
perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, 21 yang
ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum sampai pada LFG sebesar 30%.
Kerusakan ginjal dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal, produk
akhir metabolik yang seharusnya dieksresikan ke dalam urin, menjadi tertimbun dalam
darah. Kondisi seperti ini dinamakan sindrom uremia. Uremia dapat mempengaruhi
setiap sistem tubuh., semakin banyak timbunan produk metabolik (sampah), maka gejala
akan semakin berat (Brunner & Suddarth, 2008).
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan seperti
hipovolemi atau hipervolemi, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan
kalium. LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius dan
pasien memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain
dialisis atau transplantasi ginjal, pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium
gagal ginjal (Suharyanto dalam Hidayati, 2012).
Patofisiologi penyakit ginjal kronis berupa kerusakan ginjal yang
direpresentasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus yang berujung pada berbagai
komplikasi.
Ginjal normal memiliki 1 juta nefron (unit satuan ginjal) yang berpengaruh
terhadap laju filtrasi glomerulus. Ginjal memiliki kemampuan untuk menjaga laju
filtrasi glomerulus dengan meningkatkan kerja nefron yang masih sehat ketika ada
nefron yang rusak. Adaptasi ini menyebabkan hiperfiltrasi dan kompensasi hipertrofi
pada nefron yang sehat. Hipertensi dan hiperfiltrasi pada glomerulus merupakan faktor
yang berpengaruh besar dalam progresivitas penyakit ginjal kronis
Laju aliran darah ke ginjal berkisar 400 mg / 100 gram jaringan per menit. Laju
ini lebih banyak dibandingkan dengan aliran ke jaringan lain seperti jantung, hati dan
otak. Selain itu, filtrasi glomerulus bergantung pada tekanan intra dan transglomerulus
sehingga membuat kapiler glomerulus sensitif terhadap gangguan hemodinamik
Pada awal perjalananya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan
penimbunanan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang
sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal
kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi
10
nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan
sekresinya serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan semakin banyaknya nefron yang
mati, maka nefron yang tersisia menghadapi tugas yang semakin berat, sehingga nefron-
nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati (Corwin, 2001).
Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada
nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Seiring dengan
penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah
ginjal mungkin berkurang. Pelepasan renin meningkat bersama dengan kelebihan beban
cairan yang menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan mempercepat gagal ginjal
(Corwin, 2001).
D. Manifestasi Klinis Ginjal Kronik
Manifestasi klinis GGK tidak spesifik dari biasanya ditemukan pada tahap akhir
penyakit. Pada stadium awal, GGK biasanya asimtomatik (Tanto, 2014). Tanda dan
gejala GGK melibatkan berbagai system organ, diantaranya (Tanto, 2014) :

a. Gangguan keseimbangan cairan: oedema perifer, efusi pleura, hipertensi, asites

b. Gangguan elektrolit dan asam basa: tanda dan gejala hyperkalemia, asidosis
metabolis (nafas Kussmaul), hiperfosfatemia

c. Gangguan gastrointestinal dan nutrisi: metallic taste, mual, muntah, gastritis,


ulkus peptikum, malnutrisi

d. Kelainan kulit: kulit terlihat pucat, kering, pruritus, ekimosis

e. Gangguan metabolik endokrin: dislipidemia, gangguan metabolik glukosa,


gangguan hormon seks

f. Gangguan hematologi: anemia (dapat mikrositik hipokrom maupun normositik


normokrom), gangguan hemostatis.

Gambaran Klinik

Menurut Wilson (1995) dalam Suwitra (2009), gambaran klinis perjalanan


penyakit ginjal kronik dapat dilihat melalui hubungan antara bersihan kreatinin dan
laju filtrasi glomerulus (LFG) terhadap kreatinin serum dan kadar urea darah dengan
rusaknya massa nefron secara progresif oleh penyakit ginjal kronik. Perjalanan klinis
penyakit ginjal kronik dapat dibagi menjadi 5 stadium, yaitu :

a. Stadium I Stadium I dinamakan penurunan cadangan ginjal. Secara perlahan


akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan
11
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG ≥ 90 %, pasien
masih belum merasakan keluhan, tetapi telah terjadi peningkatan urea dan
kreatinin serum.

b. Stadium II Pada derajat ini pasien akan mengalami kerusakan ginjal dengan
laju filtrasi glomerulus (LFG) mengalami penurunan ringan, dimana LFG
sebesar 60% sampai 89%.

c. Stadium III Pada derajat ini pasien akan mengalami kerusakan ginjal dengan
laju filtrasi glomerulus (LFG) mengalami penurunan sedang, dengan LFG 30%
sampai 59%.

d. Stadium IV Stadium IV atau pasien mengalami kerusakan ginjal dengan laju


filtrasi glomerulus (LFG) mengalami penurunan berat, pada stadium ini LFG
sebesar 15% sampai 29%.

e. Stadium V Pada stadium akhir LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan
komplikasi yang lebih seriusyaitu gagal jantung, dan pada tahap ini pasien
sangat memerlukan terapi pengganti ginjal, seperti dialisis ataupun tranplantasi
ginjal.
E. Batasan dan Klasifikasi Gagal Ginjal
Ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal
yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu sindrom klinik
dan laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada
penyakit ginjal kronik (Suwitra, 2014). Adapun kriteria ginjal kronik sebagai berikut
(Suwitra, 2014).

a. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan structural atau fungsional, dengan atau 13 tanpa penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG), dengan manifestasi :

1) Kelainan patofisiologi

2) Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi


darah atau urin atau kelainan dalm tes pencitraan (imaging tests)

b. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 selama 3


bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

12
Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dan LFG sama
atau dari 60 ml/menit/1,73 m2 , tidak termasuk kriteria penyakit ginjal kronik.

Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar
derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajt
penyakit, dibuat atas dasar

LFG, yang dihitung dengan menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai


berikut (Suwitra, 2014).

LFG (ml/mnt/1,73 m2 ) = (140 – umur) x berat bedan

(pada perempuan dikalikan 0,85) 72 x kreatinin plasma (mg/dL)

Tabel 1 menunjukkan klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan derajat


penyakit.

13
F. Komplikasi Ginjal Kronis
Di dalam setiap ginjal, terdapat unit penyaring atau nefron yang terdiri dari glomerulus
dan tubulus. Glomerulus menyaring cairan dan limbah untuk dikeluarkan, serta mencegah
keluarnya sel darah dan molekul besar yang berbentuk protein.
Selanjutnya, saat darah melewati unit penyaring tubulus, mineral yang dibutuhkan tubuh
disaring kembali sedangkan sisanya dibuang sebagai limbah.
Selain menyaring limbah dan kelebihan cairan, fungsi ginjal lain yang penting dalam
tubuh, di antaranya:

 Menghasilkan enzim renin yang menjaga tekanan darah dan kadar garam dalam tubuh
tetap normal.
 Membuat hormon eritropoietin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah
merah.
 Memproduksi vitamin Ddalam bentuk aktif yang menjaga kesehatan tulang.

Dalam kondisi gagal ginjal kronis, cairan dan elektrolit, serta limbah dapat
menumpuk dalam tubuh. Gejala dapat terasa lebih jelas saat fungsi ginjal sudah semakin
menurun. Pada tahap akhir GGK, kondisi penderita dapat berbahaya jika tidak ditangani
dengan terapi pengganti ginjal, salah satunya cuci darah.
Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan global yang jumlahnya terus
meningkat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh Kementrian Kesehatan
RI, sebanyak 0,2% dari total jumlah penduduk Indonesia.
Berdasarkan Indonesian Renal Registry yang digagas oleh perkumpulan dokter ginjal
se-Indonesia, pada tahun 2016, lebih dari 8000 pasien GGK disebabkan oleh diabetes
(nefropati diabetik), dan merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Disusul oleh
hipertensi yang jumlahnya hampir 4000 penderita. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan
ginjal mengalami gangguan tersebut, salah satunya adalah terlalu sering
mengonsumsi makanan penyebab gagal ginjal.
Penderita GGK yang aktif cuci darah juga terus meningkat dari 30 ribu pada tahun
2015, menjadi lebih dari 50 ribu pada tahun 2016. Hal ini baik, karena semakin banyak
penderita gagal ginjal kronis tahap akhir yang sudah mengerti dengan pengobatannya.
Namun di sisi lain juga menjadi peringatan karena kurang baiknya penanganan gagal ginjal
kronis, sehingga membutuhkan terapi pengganti ginjal.

Gejala dan Penyebab Gagal Ginjal Kronis


Gejala gagal ginjal kronis seringkali muncul ketika sudah masuk tahap lanjut. Gejala
tersebut meliputi:

 Kemunculan darah dalam urine.


 Pembengkakan pada tungkai.
 Tekanan darah tinggi yang tidak terkendali.

Gagal ginjal kronis disebabkan oleh kerusakan fungsi ginjal, akibat penyakit yang
terjadi dalam jangka panjang. Beberapa penyakit yang bisa menjadi penyebab gagal
ginjal tersebut, antara lain diabetes, tekanan darah tinggi, atau penyakit asam urat.

Cara Mengobati dan Mencegah Gagal Ginjal Kronis


Penanganan GGK bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah kondisi
penyakit bertambah buruk akibat limbah yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh. Untuk
itu, deteksi dini dan penanganan secepatnya sangat diperlukan. Secara umum, pengobatan
gagal ginjal kronis meliputi:

 Pemberian obat-obatan
 Cuci darah
 Transplantasi ginjal

Untuk mencegah penyakit ini, jalani pola hidup sehat dengan menghindari kondisi
yang dapat memicu gagal ginjal kronis.
Komplikasi Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis dapat memicu sejumlah komplikasi, antara lain:

 Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau kenaikan kadar


kalium yang tinggi dalam darah.
 Penyakit jantung dan pembuluh darah.
 Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru atau asites.
 Anemia atau kekurangan sel darah merah.
 Kerusakan sistem saraf pusat dan menimbulkan kejang.

Kasus :
Seorang perempuan berusia 56 tahun dirawat di RS, ginjal kronik, mengeluh kulit gata-
gatal, saat dilakukan pemeriksaan fisik terlihat kulit dikaki dan banyak bekas garukan ada
edema dikaki kiri. Hasil pemeriksaan laboratorium terbaru diketahui nilai ureum darah
300 md/dl creatinin 3 md/di, nafsu makan menurun produksi urin 700 cc/hari, mual,
muntah, anemis hb 11 mgr%.

FORMAT PENGKAJIAN

GINJAL KRONIK

1. IDENTITAS KLIEN
No. Rekam Medis : 20.05.07
Tgl Masuk RS : 15 September 2020
Nama Klien : Ny. P
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Bahasa yg dimengerti : Bahasa Indonesia

Penanggung Jawab : T. A
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Satus : Suami
Alamat ayah/ibu/wali : kp. Parumasan ds. Pancaregang Rt/Rw. 011/003 kec. Tunjung
Teja, Serang-Banten

2. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan utama saat masuk RS :
Pasien mengeluh edema pada bagian kaki kiri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan saat ini adalah klien mengatakan mudah lemas, mual, muntah, pusing selama 2
hari dan cepat lelah saat beraktivitas, gatal-gatal seluruh tubuh edem tungkai kaki dibagian
kaki kiri, lamanya keluhan sudah 1 bulan.
P : provokes, : Pasien terdapat edema pada bagian kaki disebabkan oleh penumpukan
palliative cairan dalam tubuh, mengeluh kulit gata-gatal, saat dilakukan
(penyebab) pemeriksaan fisik terlihat kulit dikaki dan banyak bekas garukan. Hasil
pemeriksaan laboratorium terbaru diketahui nilai ureum darah 300
md/dl creatinin 3 md/di, nafsu makan menurun produksi urin 700
cc/hari, mual, muntah

Q : quality : Edema terasa seperti ditimpa benda berat


(kualitas)

R : Radiates : Edema terasa dibagian kaki kiri dan terkadang terasa menyebar pada
(penyebaran tubuh sehingga sulit bergerak
)

S : severety : Edema terasa sakit dengan skala 6 yaitu sedang


(keparahan)

T : time : Pasien sering mengeluhkan rasa sakit saat pagi setelah bangun tidur
(waktu) dan malam hari

c. Riwayat Penyakit Masa Lalu


- Menurut keluarga klien memiliki riwayat Hipertensi sejak 2 th yang lalu.
- Kemudian riwayat 1 th yang lalu klien sering minum obat.
- Klien sekarang adalah rawatan ke 2 klien didiagnosa dokter CKD Hipertensi, klien
pernah dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta dengan diagnosa : CKD Hipertensi.
- Kemudian riwayat pemakain obat selama 3 bulan sebelum masuk rumah sakit.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mempunyai anak empat . Orang tua klien sudah meninggal. Orang tua klien
mempunyai riwayat HIPERTENSI. Klien memiliki dua orang anak dan anaknya yang
pertama sudah meninggal dengan peyakit jantung dan anak yang kedua sudah tidak
tinggal serumah, klien tinggal serumah dengan saudaranya.
e. Riwayat psikososial dan spiritual

Saat ini klien tinggal bersama suami dan anaknya. Komunikasi dan interaksi
dengan suami dan orang lain baik, setiap ada permasalahan selalu di diskusikan dengan
baik (bersama-sama), dan selalu diputuskan bersama. Harapan klien terhadap penyakitnya
ingin lekas sembuh walaupun tidak maksimal dan ingin cepat kembali pulang dan kumpul
dengan keluarga. Peran sebagai Ibu sebagai kepala rumah tangga. Hal yang sangat
dipikirkan saat ini klien merasa penyakit yang di deritanya sebagian ujian dari allah.
Aktivitas agama klien puasa dan beribadah 5 waktu tidak di tinggalkan karena sebagai
kewajiban yang harus di laksanakan.

f. Kondisi Lingkungan Rumah

Klien tinggal di. kp. Parumasan ds. Pancaregang Rt/Rw. 011/003 kec. Tunjung Teja,
Serang-Banten. Menurut klien keadaan rumah rapi dan lantainya tidak licin, ventilasi
ketika pagi sampai sore sering terbuka, posisi kamar mandi jauh dengan kamar tidur klien,
lingkungan dekat rumah klien padat penduduknya. Keluarga klien tidak ada yang
mengosumsi rokok

g. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
Gejala :
kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/ gelisah atau
somnolen).
Tanda :
kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda :
Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan, nadi
lemah dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi
pada penyakit tahap akhir, friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi rasa)
pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan pendarahan.
3) Integritas Ego
Gejala :
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak berdaya, tak ada
harapan, tak ada kekuatan.
Tanda :
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4) Eiminasi
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia,
Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.
Tanda :
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna. Oliguria, dapat
menjadi anuria.
5) Makanan / Cairan
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia,
nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia),
pengguanaan diuretik.
Tanda :
Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit.
Edem (umum, tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan gusi / lidah. Penurunan otot,
penurunan lemak subkutan, tampak tak bertenaga.
6) Neorosensasi
Gejala :
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki, gelisah ; kebas
terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda :
Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketikmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma.
Kejang, fasikulasi otot, aktifitas kejang, Rambut tipis, kuku rapuh dan tips.
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada malam hari.
Tanda :
perilaku berhati-hati dan gelisah.
8) Pernafasan
Gejala :
nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa sputum kental atau
banyak.
Tanda :
takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan kusmaul). Batuk
produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru).
9) Keamanan
Gejala :
Kulit gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda :
Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual terjadi
peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari pada normal
( efek CKD / depresi respon imum) Ptekie, araekimosis pada kulit Fraktur tulang ;
defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi,
keterbatasan gerak sendi.
10) Seksualitas
Gejala :
penurunan libido ; amenorea ; infertilitas. Interaksi Sosial
Gejala :
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja, mempertahankan fungsi
peran biasanya dalam keluarga.

h. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : pada pemeriksaan fisik terlihat kulit dikaki dan
banyak bekas garukan ada edema dikaki.
b. Kesadaran : composmentis
c. Flaping tremor / asterixia : Tidak ada tremor
d. Tekanan darah : 190/90 mmHg
e. Nadi : 90x/mnt
f. Suhu : 360C
g. RR : 24x/mnt)
2. Antropometri
BB = 50 Kg
TB = 155 M
50 (kg)
IMT = Indek masa tubuh = = 20,8 (Normal)
155(m)2
3. Pemeriksaan Sistematika / persistem
A) Sistem pernafasan
1. Inspeksi
 Bentuk hidung : simetris, tidak ada secret
 Bentuk dada : tidak ada luka, tidak ada benjolan, kanan kiri
simetris
 Pergerakan otot-otot aksesoris pernafasan : (tidak)
2. Palpasi
 Adanya masa dan lesi : Tidak
 Vocal premitus : Normal
 Ekskusi pernafasan : Normal
 Ekskusi diagframatik : Normal
3. Perkusi
 Batas atas dan bawah paru : Normal
 Suara perkusi : Resonan
4. Auskultasi
 Normal, suara tambahan wezing dan ronchi
5. Pengukuran
 RR, Irama, kedalaman : Normal, irama dan kedalaman teratur
B) Sistem Kardiovaskuler dan Limfe
1. Inspeksi
 Mukosa bibir : Pucat dan kering
 Clubbing finger : Tidak
 Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak
 Distensi vena jugularis : Tidak
 Ictus cordis oedema : Tampak pada intercostal ke 4
2. Palpasi
 Penyebaran ictus cordis :
 Acral dingin atau tidak : Acral tidak dingin (hangat)
 Capillary refill time : < 2 detik
3. Perkusi
 Perkusi jantung : Normal
4. Auskultasi
 Bunyi jantung : Normal, suara redup, tidak terdengar gallop
5. Pengukuran
 HR : Irama dan kualitas normal
 Nadi : Irama dan kualitas frekuensi normal
C) Sistem Pencernaan
1. Inspeksi
 Conjungtiva : Anemis
 Stomatitis : Tidak
 Kebersihan lidah : Lidah tampak putih dan kotor
 Caries pada gigi : Tidak ada
 Proporsi tubuh : Simetris, aukultasi gaster normal, paristatik usus
5x/menit
 Bentuk abdomen : Flat/datar
 Bayangan vena pada abdomen: Tidak ada
 Asites atau tidak : Tidak
 Turgor kulit abdomen : Elastis
 Keadaan anus (haemoroid) : Tidak terpasang alat bantu dan tidak
haemoroid
2. Auskultasi
Bising Usus = frekuensi & tempat : Peristaltik usus 3x/menit
3. Palpasi
 Nyeri tekan : Terdapat nyeri tekanan pada ginjal
 Hepatomegali : Batas hepar normal, tidak terasa pembesaran hepar
 Splenomegali : Tidak
4. Perkusi
Perkusi perut : Tidak kembung
D) Sistem persyarafan
Inspeksi, Palpasi & Perkusi : Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, pupil
(sokor 3mm, gerak bola mata bebas ke segala arah,
kesadaran compass mentis, orientasi waktu tempat
orang normal, bronzhink negative kaku
E) Sistem penglihatan
1. Inspeksi
 Bentuk mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis
 Diameter pupil : Simetris
 Refleks cahaya : Positif
 Kelainan pada mata : Sklera tidak ikterik
 Edema periorbital : Struktur kornea tampak jernih
 Ketajaman penglihatan dan lapang pandang : Tidak ada
2. Palpasi
Tekanan intraokuler : Tidak ada
3. Test snallen : Tidak ada
F) Sistem Pendengaran
1. Inspeksi
 Kesimetrisan pinna kiri & kanan, kebersihan dari kanalis, serumen refleks
politzer kiri dan kanan : Simetris kanan kiri, keadaan telinga agak
kotor
2. Palpasi
 Nyeri post auricle : Tidak
3. Test kemampuan pendengaran
 Garpu tala : Normal
 Detak jam : Mendengar
 Test berbisik : Mendengar jarak 30-60cm
G) Sistem Perkemihan
1. Inspeksi
 Edema pada ekstremitas inferior : Karakteristik urin kuning keruh
 Edema periorbital : Frekuensi 2-3 hari
 Keadaan meatus uretra : Tidak terpasang kateter urine
2. Palpasi
Keadaan kandung kemih dan nyeri tekan : Normal, tidak ada
3. Perkusi
Nyeri ketuk pada ginjal : Ada
H) Sistem Muskuloskeletal
1. Inspeksi
Pergerakan sendi normal, tidak ada edema, tidak ada deformitas, tidak ada
nyeri gerak, terdapat kulit gatal, edema dikaki, turgor kulit ruam dan
kemerahan
2. Palpasi
Tonus otot tidak ada. Kemampuan ADL mandi, berpakaian eliminasi,
mobilisasi ditempat tidur, pindah, ambulansi Normal. Jari lengkap, gerak
simetris, terpasang infus dengan cairan Asering 500 cc/24jam, dikaki kiri
terdapat edema.
3. ROM
Rentang gerak : ROM tidak terganggu dan tidak ada keterbatasan.
I) Sistem Endokrin
1. Inspeksi
Tidak terdapat lesi dan pembesaran tyroid, lemah/lesu karena kekurangan
energy metabolic, tidak ada polimi, polidipsi dan poligani.
2. Palpasi
Kelenjar tyroid : bentuk simetris dan teraba
J) Sistem Integumen
1. Inspeksi
Warna kulit sawo matang, warna rambut hitam bercampur putih, berminyak
ditribuis merata, tidak ada sianosis, tidak ada luka.
2. Palpasi

Turgor : Kulit baik

Warna : Kemerahan

Edema : Edema dikaki

Aktifitas sehari-hari :

No ADL Sebelum Sakit Saat Sakit Masalah


.
1. Makan Klien makan 3x Klien mengatakan Defisit nutrisi
sehari habis 1 porsi makan 3x/hari, habis
½ porsi, nafsu makan
berkurang karena
mual, muntah,
terdapat pantangan
terhadap makanan
pedas, asam keras
dan tidak ada alergi
makanan.

Minum Klien minum kurang Klien minum kurang Resiko kekurangan


lebih 900ml air lebih 400ml air cairan lain
mineral dan klien mineral dan klien
tidak suka minum tidak suka alkohol.
alkohol Klien terpasang infus
dengan cairan
Asering 500
cc/24jam
2. Pola istirahat & tidur Istirahat cukup. Selama di RS klien Gangguan
Setiap hari istirahat 8 belum bisa tidur mobilitas fisik
jam, pola tidur tidak dengan nyenyak,
teratur. karena klien
mengeluh kulit gatal
kemerahan dan
terdapat edema
3. Personal Higiene Klien mandi 2x Klien mandi 1x Selama dirawat
sehari, keramas sehari, klien tidak pasien mandi
3x/minggu, ganti pernah gosok gigi, dibantu oleh
baju 2x/hari, mandi ganti baju 1x sehari, perawat dan
tanpa bantuan orang tidak pernah mencuci keluarga
lain. rambut. Dalam
melakukan hygiene
klien memerlukan
bantuan orang lain
4. Eliminasi BAB lancar, Klien mengatakan Frekuensi output
BAB frekuensi 2x/hari BAB tidak lancar urine berkurang
warna kekuningan, dengan frekuensi dan terpasang
konsistensi lembek, 1x/hari konsistensi kateter
bau khas, tidak lembek, klien
terdapat keluhan. mengeluh susah
BAB menggunakan
alat bantu pispot.

BAK BAK teratur, Klien mengatakan


frekuensi 4-5x/hari, BAK tidak lancar
warna kuning jernih dengan frekuensi 6-
dengan jumlah 1000- 7x/hari, warna
1500/hari tidak ada kuning keruh, dengan
keluhan jumlah 1000-
1500/hari terdapat
keluhan nyeri dan
keluar sedikit-sedikit.
5. Pola aktivitas Klien dapat Klien mengatakan Normal
berkomunikasi baik selama sakit masih
dengan orang lain, bisa berkomunikasi
dan mengerti apa dan berespon dengan
yang dibicarakan, baik. Akan tetapi
berespon dan selama sakit pasien
berorientasi dengan jarang berbicara,
baik. berbicara hanya
seperlunya

3. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Demografi.
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti hipertensi dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
c. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
 Gejala : Kelelahan dan gangguan tidur
 Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2) Sirkulasi
 Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
 Tanda :
Hipertensi : nadi kuat dan terdapat edema pada kaki.

3) Eiminasi

 Gejala : Penurunan berat badan


 Tanda : Perubahan warna urin, contoh kuning keruh

4) Makanan / Cairan

 Gejala : Penurunan berat badan (malnutrisi), mual / muntah, rasa metalik tidak
sedap pada mulut (pernafasan amonia).
 Tanda : Perubahan turgor kulit. Edem dikaki.

5) Neorosensasi

 Gejala : Sakit kepala, kaki gatal dan terdapat edema


 Tanda : Masih bisa berkonsentrasi dalam berkomunikasi
6) Nyeri / Kenyamanan
 Gejala : Gatal dikaki
 Tanda : Gelisah.

7) Pernafasan

 Gejala : Normal
 Tanda : Normal

8) Keamanan

 Gejala : Kulit gatal


 Tanda : Kulit kemerahan dan terdapat edema

9) Seksualitas

 Gejala : Normal

10) Interaksi Sosial

 Gejala : Tak mampu bekeja.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
Parameter Hasil Nilai normal Interpretasi
Hb 8,5 mg/dl 12-16 Rendah
Urea 197 mg/dl 10-50 Tinggi
Kreatinin 12 mg/dl 0,5-1,2 Tinggi
BUN 132 mg/dl 5-25 Tinggi
K 6.2 mmol/dl 3,4-5,4 Tinggi
Na 176 mmol/dl 135-155 Tinggi
Cl 120 mmol/dl 95-108 Tinggi
Uric Acid 7,8 mg/dl 3,4-7 Tinggi
HCT 29,3% 35-50 % Rendah

5. DATA FOKUS
Data subyektif, klien mengatakan :
 Kaki bengkak di tungkai kaki bagian kanan
 Minum sedikit 2gls/hari (600cc/hari)
 BAK 2-4x/hari (400 – 600cc/hari)
 Badan lemas sudah 2 hari
 Mual dan Muntah
 Cepat lelah saat beraktivitas
 Kaki kaku, berat saat berjalan
 Terjadi penurunan BB dalam 3 bulan terakhir 3 kg

Data Obyektif ;

 Keadaan umum klien sakit sedang


 Kesadaran compos mentis
 Edema tungkai grade +1
 GCS : (E : 4, V : 5, M : 6) = 15
 TTV : TD : 190/90 mmHg, N : 90 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36°C
 Aktifitas hanya di tempat tidur
 BB: 50kg, TB : 150cm.
 IMT : 22 (normal), BB ideal klien : 45 kg – 55 kg.
 Porsi makan yang dihabiskan 1 p
 Minum sdikit hanya 2-4 gelas/hari (600cc/hari)
 Balance cairan dalam 24jam yang terdiri dari intake – output+IWL adalah 1600ml
– (2100 + 690 = +900 ml
 lab Hb : 12.0g/dl , Ht : L 29 % , Eritrosit : L 3.26 10^6/µl ureum : 34 mg/dl ,
kreatinin : H 3.1 mg/dl.
 GFR : 19 % (berat)

6. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


.
1. DS : klien mengatakan bengkak di Ketidakmampuan Kelebihan volume
tungkai bagian kanan dan kaki terasa ginjal mengsekresi air cairan
berat saat di bawa jalan. dan natrium
DO :
 Kulit kering dan pucat
 Edem di tungkai kaki kanan
garde + 1
 Balan cairan : intake 1600 –
(2100 + 690) = +900 ml/hari
(output+IWL)
 Ureum : 134 mg/dl
 Kreatinin : 3,1 mg/dl
 GFR : 19%
 Penurunan berat badan 3 kg dari
50>47 kg
 TD : 190/90 mmHg
2. DS : klien mengatakan perut kembung, Mual, muntah dan diit Ketidakseimbangan
badan lemas sudah 2 hari, sariawan dan yang ketat nutrisi : kurang dari
BB turun 3 kg dalam 3 bulan terakhir. kebutuhan tubuh
DO :
 Keadaan klien sakit sedang
 Porsi makan yang dihabiskan
hanya 1 P
 Klien terlihat lemas
 Urin dalam 24 jam 600 cc
A. : BB : 47kg , TB : 150cm, IMT : 22
(over weight) BB ideal klien : 45 kg – 55
kg.
B. : HB : 12.0 g/dl HT : L 29 % Ureum :
134 mg/dl Kreatinin : H 3.1 mg/dl
C. : konjungtiva ananemis,abdomen
kembung, bising usus 18 x/menit.
D. : pola makan klien 3 x/hari, klien
suka, Klien tidak terlalu suka minum air
putih, Diit rendah protein 40gr, rendah
garam 40gr.
3. DS : klien mengatakan gatal gatal di Uremia Kerusakan integritas
seluruh tubuh, kulit
DO :
 Iritasi pada kulit
 Kulit kering
 Kemerahan
 Edema tungkai grade +1
 Ureum : 134 mg / dl
 Kreatinin : 3,1mg/dl

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air
dan natrium di tandai dengan :
DS :
klien mengatakan bengkak pada tungkai bagian kanan dan kaki terasa berat saat di bawa
jalan.
DO:
 Kulit kering 46

 Edem di tungkai kaki kanan

 grade + 1

 Balance cairan : intake 1600 – (2100 + 690) = +900 ml/hari (output+IWL)

 Ureum : 134 mg/dl

 Kreatinin : 3,1mg/dl

 GFR : 19 %

 Penurunan berat badan 3 kg dari 53>50 kg

 TD : 190/90 mmHg

2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


pembatasan intake diit ditandai dengan : mual, muntah dan diit ketat
DS :
klien mengatakan perut kembung, badan lemas sudah 2 hari, dan BB turun 3 kg dalam 3
bulan terakhir.
DO :
 Keadaan klien sakit sedang

 Porsi makan yang dihabiskan hanya 1 P

 Klien terlihat lemas

 Urin dalam 24 jam 600 cc

A. : BB : 50 kg

TB : 150cm

IMT : 22 (overweight)

BB ideal klien : 45 kg – 55 kg.

B. : HB : 12.0 g/dl

Ureum : 134 mg/dl


Kreatinin : 3,1 mg/dl

C. : konjungtiva ananemis, abdomen kembung, bising usus 18 x/menit.

D. : pola makan klien 3 x/hari. Diit rendah protein 40gr ,rendah garam 40gr

3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan uremia :


DS :
Gatal-gatal seluruh tubuh
DO :
 Iritasi pada kulit

 Kulit kering

 kehitaman

 Edema tungkai grade +1

 Ureum : 134 mg / dl

 Kreatinin : 3,1mg/dl

8. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasi Intervensi Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan Tujuan : Managemen Cairan :
Definisi : Retensi cairan Setelah dilakukan asuhan
isotomik meningkat keperawatan selama 3x24 jam - Observasi :
volume cairan seimbang. 1. Monitor status hidrasi (mis.
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : turgor kulit, kelembapan mukosa,
- Berat badan meningkat Keseimbangan Cairan : tekanan darah)
pada waktu yang singkat - Terbebas dari edema, 2. Monitor berat badan harian.
- Asupan berlebihan efusi, anasarka 3. Monitor berat badan sebelum
dibanding output - Bunyi nafas bersih,tidak dan sesudah dialisis.
- Tekanan darah berubah, adanya dipsnea 4. Monitor hasil pemeriksaan
tekanan arteri - Memilihara tekanan laboratorium (mis. Na, K, Cl, berat
pulmonalis berubah, vena sentral, tekanan jenis urine, BUN).
peningkatan CVP kapiler paru, output 5. Monitor status hemodinamik
- Distensi vena jugularis jantung dan vital sign (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP
- Perubahan pada pola normal. jika tersedia).
nafas, dyspnoe/sesak
nafas, orthopnoe, suara
nafas abnormal (Rales - Terapeutik :
atau crakles), 1. Catat intake-output dan hitung
kongestikemacetan paru, balans cairan 24 jam.
pleural effusion 2. Berikan asupan cairan, sesuai
- Hb dan hematokrit kebutuhan
menurun, perubahan 3. Berikan cairan intravena, jika
elektrolit, khususnya perlu
perubahan berat jenis
- Suara jantung SIII  - Kolaborasi :
Reflek hepatojugular Kolaborasi pemberian diuretic,
positif jika perlu
- Oliguria, azotemia
- Perubahan status mental,
kegelisahan, kecemasan

Faktor-faktor yang
berhubungan :
- Mekanisme pengaturan
melemah
- Asupan cairan
berlebihan
- Asupan natrium
berlebihan
2. Gangguan nutrisi kurang dari Tujuan : Managemen Nutrisi :
kebutuhan Setelah dilakukan asuhan
Definisi : Intake nutrisi tidak keperawatan selama 3x24 jam - Observasi :
cukup untuk keperluan nutrisi seimbang dan adekuat. 1. Identifikasi status nutrisi
metabolisme tubuh. Kriteria Hasil : 2. Identifikasi alergi dan
Status Nutrisi : intoleransi makanan
Batasan karakteristik : - Nafsu makan meningkat 3. Identifikasi makanan yang
- Berat badan 20 % atau - Tidak terjadi penurunan disukai
lebih di bawah ideal BB 4. Identifikasi kebutuhan kalori
- Dilaporkan adanya - Masukan nutrisi dan jenis nutrien
intake makanan yang adekuat 5. Identifikasi perlunya kebutuhan
kurang dari RDA - Menghabiskan porsi selang nasogastric
(Recomended Daily makan 6. Monitor asupan makanan
Allowance) - Hasil lab normal 7. Monitor berat badan
- Membran mukosa dan (albumin, kalium) 8. Monitor hasil pemeriksaan
konjungtiva pucat laboratorium
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk - Terapeutik :
menelan/mengunyah 1. Lakukan oral hygiene sebelum
- Luka, inflamasi pada makan jika perlu
rongga mulut 2. Fasilitasi menentukan pedoman
- Mudah merasa kenyang, diet (mis. piramida makanan)
sesaat setelah 3. Sajikan makanan secara
mengunyah makanan menarik dan suhu yang sesuai
- Dilaporkan atau fakta 4. Berikan makanan tinggi serat
adanya kekurangan untuk mencegah konstipasi
makanan 5. Berikan makanan tinggi kalori
- Dilaporkan adanya dan tinggi protein
perubahan sensasi rasa 6. Berikan suplemen makanan, jika
- Perasaan perlu
ketidakmampuan untuk 7. Hentikan pemberian makan
mengunyah makanan melalui selang nasogastric jika
- Miskonsepsi asupan oral dapat ditoleransi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup - Edukasi :
- Keengganan untuk 1. Anjurkan posisi duduk jika
makan mampu
- Kram pada abdomen 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan - Kolaborasi :
atau tanpa patologi
- Kurang berminat 1. Kolaborasi pemberian medikasi
terhadap makanan sebelum makan (mis. pereda nyeri,
- Pembuluh darah kapiler antiemetika), jika perlu
mulai rapuh 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
- Diare dan atau untuk menentukan jumlah kalori
steatorrhea dan jenis nutrient yang
- Kehilangan rambut yang dibutuhkan, jika perlu
cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi
3. Perubahan pola napas Tujuan : Latihan Pernapasan :
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan
hiperventilasi paru keperawatan selama 1x24 jam - Observasi :
pola nafas adekuat. 1. Identifikasi indikasi dilakukna
Kriteria Hasil: latihan pernapasan
Status Pernapasan : 2. Monitor frekuensi, irama dan
- Peningkatan ventilasi kedalaman napas sebelum dan
dan oksigenasi yang sesudah latihan
adekuat
- Bebas dari tanda tanda - Terapeutik :
distress pernafasan 1. Sediakna tempat yang tenang
- Suara nafas yang bersih, 2. Posisikan pasien nyamna dan
tidak ada sianosis dan rileks
dyspneu (mampu 3. Tempatkan satu tangan di dada
mengeluarkan sputum, dan satu tangan di perut
mampu bernafas dengan 4. Pastikan tangan di dada mundur
mudah, tidak ada pursed ke belakang dan telapak tangan
lips) diperut maju ke depan saat
- Tanda tanda vital dalam menarik nafas
rentang normal 5. Ambil napas dalam secara
perlahan melalui hidung dan tahan
selama 7 hitungan
4. Gangguan perfusi jaringan Tujuan: Setelah dilakukan Perawatan Peredaran Darah :
berhubungan dengan penurunan asuhan keperawatan selama
suplai O2 dan nutrisi ke 3x24 jam perfusi jaringan - Observasi :
jaringan sekunder adekuat 1. Monitor status cairan intake dan
Kriteria Hasil: output.
Status Peredaran Darah : 2. Inspeksi kulit dan Palpasi
- Membran mukosa anggota badan.
merah muda
- Conjunctiva tidak - Terapeutik :
anemis 1. Lakukan penilaian secara
- Akral hangat komprehensif fungsi sirkulasi
periper. (cek nadi priper,oedema,
kapiler refil, temperatur
ekstremitas).
2. Kaji nyeri.
3. Atur posisi klien, ekstremitas
bawah lebih rendah untuk
memperbaiki sirkulasi.
4. Evaluasi nadi, oedema.
5. Berikan therapi antikoagulan.
5. Intoleransi aktivitas Tujuan : Terapi Aktivitas :
berhubungan dengan keletihan Setelah dilakukan asuhan
anemia, retensi produk sampah keperawatan selama 3x24 jam - Observasi :
dan prosedur dialysis Intoleransi aktivitas dapat 1. Identifikasi defisit tingkat
teratasi. aktivitas
Kriteria Hasil : 2. Identifikasi kemmapuan
Status Sirkulasi : berpartisipasi dalam aktifitas
- Mampu melakukan tertentu
aktivitas sehari-hari 3. Monitor respon emosional, fisik,
secara mandiri. social dan spiritual terhadap
- Tanda-tanda vital aktifitas
normal
- Mampu berpindah - Terapeutik :
dengan atau tanpa 1. Fasilitas fokus pada
bantuan alat kemampuan, bukan defisit yang
- Sirkulasi status baik dialami
2. Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
3. Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari

- Edukasi :
1. Jelaskan metode aktivitas
sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melalakukan aktifitas
fisik, social, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktifitas
kelompok atau terapi, jika perlu
6. Resiko Kerusakan intregritas Tujuan : Edukasi Perawatan Kulit :
kulit berhubungan dengan efek Setelah dilakukan asuhan
uremia dan neuropati perifer keperawatan selama 3x24 jam - Observasi :
Resiko Kerusakan intregritas 1. Identifikasi kesiapan dan
kulit tidak terjadi. kemampuan menerima edukasi
Kriteria Hasil :
Status Sirkulasi : - Terapeutik :
- Temperatur jaringan 1. Sediakan materi dan media
dalam rentang normal. pendidikan kesehatan
- Elastisitas dan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
kelembaban dalam sesuai kesepakatan
rentang rentang 3. Berikna kesempatan untuk
normaal. berkarya
- Pigmentasi dalam
rentang normal. - Edukasi :
1. Anjurkan menggunakna tabir
surya saat berada diluar rumah
2. Anjurkan minum cukup cairan
3. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya
4. Anjurkan menggunakan
pelembab
5. Anjurkan melapor jika ada lesi
kulit yang tidak biasa
6. Anjurkan membersihkan dengan
air hangat bagian perianal selama
periode diare

9. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal/Ja No Implementasi Paraf


m DX
20/09/2020 1. Mengkaji status cairan dengan menimbang BB per hari, Tulis nama
08.00 wib keseimbangan intake dan output Respon : perawat dan
DS : klien mengatakan BB : 50kg, minum hanya 2 paraf
gelas/hari 600cc/hari.
DO : (intake – output) 1600 – 2790 = + 900 cc/hari
20/09/2020 1. Memonitor tanda kelebihan/ kekurangan cairan Tulis nama
09.00 wib Respon : perawat dan
DS : klien mengatakan bengkak pada tungkai kaki paraf
kanan grade + 1
DO : balance cairan = + 900 cc
20/09/2020 1. Membatasi dan menjelaskan intake cairan sesuai Tulis nama
09.30 wib kebutuhan (minum 2 gelas/ hari 900cc) Respon : perawat dan
DS : klien mengatakan mengerti dan klien hanya paraf
minum sedikit hanya 2 gelas 600cc.
DO : -
20/09/2020 1. Menganjurkan klien mencatat penggunaan cairan Tulis nama
10.00 wib terutama pemasukan dan pengeluaran Respon : perawat dan
DS : klien mengatakan “ iya nanti di catat “ paraf
DO : klien tampak mengerti dan mau, karena
sebelumnya sudah di beritau sama perawat ruangan.
20/09/2020 1. Kolaborasi persiapan klien untuk HD hari Rabu dan Tulis nama
12.00 wib Sabtu Respon : perawat dan
DS : berterima kasih paraf
DO : klien tampak cemas dalam pemasangan cimino
20/09/2020 1. Mengkaji status cairan dengan menimbang BB per hari, Tulis nama
09.00 wib keseimbangan intake dan output Respon : perawat dan
DS : klien mengatakan BB masih sama seperti kemarin paraf
50 kg minum hanya 2 gelas/hari 600cc.
DO : (intake – output) 1600 –2790= +900 cc/hari
20/09/2020 1. Memonitor tanda kelebihan/ kekurangan cairan Tulis nama
09.30 wib Respon : perawat dan
DS : minum 2 gelas/hari 600cc paraf
DO : tampak masih bengkak di tungkai kaki kanan
grade +1, balance cairan = +900 cc/hari
20/09/2020 1. Persiapan klien untuk HD hari Rabu dan Sabtu Respon : Tulis nama
14.00 wib DS : klien mengtakan sudah siap untuk mengikuti perawat dan
terapi HD. paraf
DO : tampak menerimanya
21/09/2020 1. Mengkaji status cairan dengan menimbang BB per hari, Tulis nama
08.10 wib keseimbangan intake dan output Respon : perawat dan
DS : klien mengatakan minum 2 gelas/hari 600cc. paraf
DO : (intake – output) 1600 – 2790 = +900 cc/hari
21/09/2020 1. Memonitor tanda kelebihan/ kekurangan cairan Tulis nama
08.30 wib Respon : perawat dan
DS : berterima kasih paraf
DO : balance cairan = +900 cc/hari, tampak odem mulai
berkurang dan klien tampak tidak pucat lagi.

10. EVALUASI

Evaluasi dilakukan sehari setelah implementasi (setiap hari) yaitu tanggal 21/09/2020 :

HARI / TANGGAL NO SOAP PARAF


DX
Senin, 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Tulis nama perawat
21/09/2020 ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan dan paraf
natrium.
S : klien mengatakan tungkai masih bengkak bagian
kanan. Klien mengatakan ketika berjalan berat dan
masih lemas, klien mengatakan mengerti tentang
pembatasan cairan.
O:
 mukosa bibir lembab
 Turgor kulit masih terlihat kurang elastis
dan masih tampak kering.
 Edema di tungkai masih grade +1
 Balance cairan intake 1600 – output 2790=
+900 ml/hari
 Lab : ureum : 134 mg/dl, kreatinin : 12,1
mg/dl
 GFR : 19 %
 Penurunan BB 3 kg 47< 50
 TD : 190/90 mmHg.
 Rencana pemasang cimino tgl 27 juni 2017
A : Masalah kelebihan volume cairan belum
teratasi
P : lanjutkan intervesi
1) Kaji status cairan dengan menimbang bb
per hari
2) Keseimbanga intake dan output
3) Batasi masukan cairan
Senin, 2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan Tulis nama perawat
21/09/2020 tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan paraf
dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
S : klien mengatakan “nafsu makan baik“. Klien
mengatakan perut sudah tidak kembung, badan
masih lemas dan sariawan mulai berkurang.
O:
 klien tampak sakit sedang, klien terlihat
lemas, mkan habis hanya 1p, berat badan
mengalami penurunan 1 kg BB
 A : BB : 50 kg, TB : 150 cm, IMT :22
(normal), BBI : 45 – 55 kg.
B : HB : 12,0g/dl, HT : 40 % ureum : 134
mg/dl, kreatinin : 12,1 mg/dl.
C : konjungtiva merah muda, , abdomen
tidak kembung, bising usus 18 x/menit.
D : pola makan klien 3 x/hari, porsi makan
tidak tentu, klien minum sedikit, diit
rendah protein 40gr,rendah garam 40gr
A : Masalah Ketidakseimbangan nutrisi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
1) Kaji pengukuran ABCD
2) Memberian obat injeksi ondancentron 5
mg jam 06.00 wib
3) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
ketosteril
Senin, 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Tulis nama perawat
21/09/2020 uremia dan paraf
S : klien mengatakan gatal berkurang
O : tampak kulit masih kering

A : kerusakan integritas kulit belum teratasi


P : lanjutkan intervensi
1) Mengkaji karakteristik kulit
2) Menjaga kebersihan kulit
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam teori telah disampaikan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
penurunan fungsi ginjal. Dari hasil pengkajian telah terjadi penurunan fungsi ginjal
sehingga kemampuan memfiltrasi hanya 19ml/menit. jika dilihat dari klasifikasi klien
mengalami CKD berat dimana kemampuan filtrasi ginjal 19% dari normal (90-100%).
Manifestasi yang penulis temukan pada yaitu lemas, edema tungkai kaki kanan garde
+1, konjungtiva ananemis. Setelah data-data didapatkan, penulis menemukan 3 diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien saat ini yaitu : Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium,
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient. Kerusakan
integritas berhubungan dengan uremia
Pada rencana keperawatan sebagian besar penulis menyantumkan intervensi
berdasarkan hasil landasan teoritis dan kemudian disesuaikan dengan kondisi klien
karena ada beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan.

Pada saat penulis melakukan implementasi sebagian besar dilaksanakan. Tetapi


penulis menemukan beberapa hambatan seperti pada saat menghitung banlace cairan per
24 jam, didalam pendokumentasian data – data yang diperlukan tidak didapatkan dan
tidak tersedianya hasil CCT. Akan tetapi semua bisa dibantu 66 dengan kerjasama yang
baik antara penulis dengan klien dan bantuan dari perawat ruangan.

Tahap akhir dari Asuhan Keperawatan Pemenuhan kebutuhan dasar yaitu


evaluasi keperawatan, diagnosa yang penulis temukan pada klien yang belum teratasi
yaitu: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium, ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pembatasan intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrien, kerusakan integritas berhubungan dengan uremia. Untuk masalah keperawatan
yang belum teratasi akan dilanjukkan oleh perawat diruangan.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya


peningkatan mutu pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang diharapkan dapat
membantu klien dalam mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan menjadi
lebih optimal. Disini penulis memberikan beberapa saran kepada beberapa pihak yang
diharapkan dapat membantu dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada klien
dengan penyakit Chronic Kidney Disease (CKD), dan saran tersebut diantaranya :

1. Penulisan KTI Selanjutnya Dalam menerapkan pemenuhan kebutuhan dasar


diharapkan penulis KTI selanjutnya dapat melakukan pengkajian yang lebih lengkap
untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu memberikan Asuhan yang optimal
bagi klien. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia. Oleh sebab itu, hendaknya referensi untuk Kebutuhan Dasar Manusia pada
gangguan sistem perlu diperbanyak.

2. Perawat Ruangan Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya melakukan


pendokumentasian dengan lebih terperinci kembali setelah malakukan tindakan
keperawatan yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Wilkinson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC.
Jakarta : Media Action.

Anda mungkin juga menyukai