Disusun Oleh:
Kelas 2B
DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020-2021
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN GINJAL KRONIK”.
Karya tulis ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan Diploma III Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menemukan banyak kesulitan dan
hambatan, tetapi berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya karya tulis
ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya, sehingga
dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir
dengan gagal ginjal. (setiati, dkk, 2015)
Masalah keperawatan yang didapat pada klien CKD ditinjau dari gangguan kebutuhan
dasar yaitu kebutuhan cairan dan elektrolit. Hilangnya jaringan ginjal fungsional merusak
kemampuan untuk mengatur keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Kerusakan filtrasi
dan reabsorpsi menyebabkan penumpukan cairan pada tubuh, sehingga tubuh mengalami
kelebihan cairan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit terganggu pada akhirnya dalam tidak ditangani dengan
baik, pasien dengan Gagal Ginjal Kronik akan mengalami komplikasi lain seperti menurunkan
semua fungsi tubuh dan bisa menyebabkan kematian. Penatalaksaaan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan mengatasi masalah pada kebutuhan cairan yang berlebih dengan cara
melakukan terapi dengan menggantikan fungsi ginjal yang sudah rusak, yaitu pembatasan
makanan dan minuman untuk mengurangi cairan dan elektrolit, seperti diit rendah protein,
pemberian diuretik, selain itu bisa dilakukan dengan hemodialisa atau transplantasi pada ginjal.
Pemenuhan kebutahan dasar dan masalah keperawatan ini tidak ditangani maka terjadi
komplikasi. Komplikasi yang sering timbul pada CKD adalah hiperkalimia, perikarditis,
hipertensi, anemia, dan penyakit tulang. Penatalaksanaan untuk mencegah komplikasi dan
mengatasi masalah keperawatan serta terapi untuk menggantikan fungsi ginjal yang telah rusak
yaitu pembatasan makanan untuk mengurangi cairan dan elektrolit, diet rendah protein
(Doengoes, 2012, Nursalam , 2008).
Di masa yang akan datang, penyakit ini di prediksi akan terus bertambah jumlah
kliennya sehingga di butuhkan perawatan yang optimal. Perawat sebagai salah satu tim
kesehatan mempunyai peran sebagi tim asuhan keperawatan pada klien CKD 3 yang melalui
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya promotif perawat berperan
4
untuk memberikan pendidikan kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi.
mengenai cara-cara pencegahan sampai dengan komplikasi dengan membiasakan pola hidup
sehat dengan cara rajin berolah raga dan menghindari minuman beralkohol, rokok dan zat-zat
kimia yang berbahaya.
Upaya preventif perawat memberikan perawatan kepada klien dengan memantau cairan
dan elektrolit yang seimbang, dan tanda adanya perubahan fungsi regulator tubuh serta
membatasi cairan klien. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu berkolaborasi dalam
menyiapkan tindakan hemodialisa dan memberikan obat. Peran perawat dalam upaya
rehabilitative yaitu mempertahankan keadaan klien agar kondisi tidak bertambah berat atau
mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan dengan patuh pada terapi dan
pembatasan aktivitas.
B Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis dapat menguraikan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pemenuhan
dasar klien dengan CKD.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) khususnya pada klien
b. Mampu menguraikan masalah keperawatan kebutuhan dasar klien dengan
CKD khususnya pada klien
c. Mampu menguraikan rencana tindakan keperawatan kebutuhan dasar klen
dengan CKD khususnya pada klien
d. Mampu menguraikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar klien dengan
CKD khususnya pada klien
e. Mampu menguraikan hasil evaluasi kebutuhan dasar klien dengan CKD
khususnya pada klien
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada klien
5
g. Mampu mengidentifikasi factor-factor pendukung, penghambat serta dapat
mencari solusi kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada klien
C Ruang Lingkup
Menerangkan batasan penulisan makalah ilmiah sesuai dengan asuhan keperawatan
yang diberikan kepada klien kelolaan yang dilakukan selama 3x24 jam dengan pemenuhan
kebutuhan dasar pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD)
D Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode studi kepustakaan dan
deskriptif . dalam metode deskritif pendekatan yang digunakan adalah studi kusus, dimana
penulis mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan dan hasil asuhan keperawatan
di deskripsikan dengan menggunakan kaidah penulis ilmiah
1. Study kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari dari buku-buku catatan serta literatur yang berkaitan dengan
judul karya tulis ilmiah ini.
2. Metode deskriptif
Yaitu dengan menjabarkan hasil asuhan keperawatan melalui pengkajian, menentukan
diagnosa, mencatat perencanaan, pelaksanaan, dan melakukan evaluasi
E Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu :
BAB 1 : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri tujuan umum, tujuan
khusus, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi, gangguan kebutuhan dasar, manisfestasi klinik,
komplikasi, penatalaksanaan, asuhan keperawatan (pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan).
BAB III : Tujuan Khusus
Merupakan laporan hasil pemenuhan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit pada klien
dengan Chronic Kidney Disease (CKD) selamaa 3x24 jam yang terdiri dari pengkajian
6
keperawatan, diangnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber
diantaranya adalah :
a. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. (Setiati, dkk, 2015)
b. Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap, penyebab glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis),
proses obstruktif (kalkuli), penyakit kolagen (lupus sistemik), agen nfritik
(aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doengoes .2014)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah penyakit ginjal yang
tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total seperti sediakala. CKD adalah penyakit
ginjal tahap akhir yang dapat disebabakan oleh berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang meyebabkan
komplikasi hipertensi maupun diabetes militus.
Penyakit ginjal kronis (PGK) atau gagal ginjal kronis (GGK) adalah kondisi saat
fungsi ginjal menurun secara bertahap karena kerusakan ginjal. Secara medis, gagal ginjal
kronis didefinisikan sebagai penurunan laju penyaringan atau filtrasi ginjal selama 3 bulan
atau lebih.
Ginjal adalah organ utama sistem perkemihan yang memroses plasma darah dan
mengeluarkan buangan dalam bentuk urin melalui organ perkemihan yang meliputi
ureter, kandung kemih, dan uretra (Chang, Daly, dan Elliot, 2010).
Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urin, sisa hasil
metabolism tubuh adalam bentuk cairan. Ginjal terletak pada dinding bagian luar rongga
perut, rongga terbesar dalam tubuh manusia, tepatnya di sebelah kanan dan kiri tulang
belakang (Lubis, 2006).
Fungsi ginjal adalah mengatur keseimbangan air, konsentrasi garam dalam darah,
keseimbangan asam-basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam
7
(Pearce, 2011).
Sedangkan Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara
metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat
pada peningkatan ureum (Desfrimadona, 2016).
Gagal ginjal kronik (GGK) sebagai suatu proses patofisiologi yang menyebabkan
kerusakan struktural dan fungsional ginjal ini masih menjadi permasalahan serius di
dunia kesehatan (Mayuda dkk, 2017).
B. Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi penyakit ginjal kronis dapat dibedakan menjadi penyebab sistemik,
vaskular, gangguan glomerulus, gangguan tubulointerstisial, dan penyebab lainnya.
Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry
(IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologic terbanyak sebagai berikut
glomerunefritis (28%), diabetes militus (26%), Hipertensi (23%) (Roesli, 2008).
a. Glumerulonefritis
b. Diabetes Militus
c. Hipertensi
d. Gaya Hidup
Gaya hidup atau yang sering di sebut lifestyals merupakan bagian dari
kebutuhan skunder manusia yang berubah tergantung zaman atau keinginan
seorang untuk mengubah gaya hidupnya (Wikipedia). Gaya hidup juga
diartikan sebagai kebiasaan dalam sehari-hari. Berkembangnya zaman,
kebiasaan hidup sehat menjadi hal yang tidak penting, hal ini sering dianggap
sebagai gaya hidup yang tidak baik. Salah satu contoh gaya hidup yang tidak
baik adalah minum alcohol, perokok, begadang, makan makanan junkfood
yang dapat merusak organ organ vital, salah satunya adanya gangguan ginjal.
C. Patofisiologi
9
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangannya proses yang terjadi sama. Pengurangan
massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih
tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokin dan growth factors.
Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan
tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Pada stadium paling dini pada penyakit
ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), dimana basal Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) masih normal atau dapat meningkat. Kemudian secara
perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, 21 yang
ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum sampai pada LFG sebesar 30%.
Kerusakan ginjal dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal, produk
akhir metabolik yang seharusnya dieksresikan ke dalam urin, menjadi tertimbun dalam
darah. Kondisi seperti ini dinamakan sindrom uremia. Uremia dapat mempengaruhi
setiap sistem tubuh., semakin banyak timbunan produk metabolik (sampah), maka gejala
akan semakin berat (Brunner & Suddarth, 2008).
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan seperti
hipovolemi atau hipervolemi, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan
kalium. LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius dan
pasien memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain
dialisis atau transplantasi ginjal, pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium
gagal ginjal (Suharyanto dalam Hidayati, 2012).
Patofisiologi penyakit ginjal kronis berupa kerusakan ginjal yang
direpresentasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus yang berujung pada berbagai
komplikasi.
Ginjal normal memiliki 1 juta nefron (unit satuan ginjal) yang berpengaruh
terhadap laju filtrasi glomerulus. Ginjal memiliki kemampuan untuk menjaga laju
filtrasi glomerulus dengan meningkatkan kerja nefron yang masih sehat ketika ada
nefron yang rusak. Adaptasi ini menyebabkan hiperfiltrasi dan kompensasi hipertrofi
pada nefron yang sehat. Hipertensi dan hiperfiltrasi pada glomerulus merupakan faktor
yang berpengaruh besar dalam progresivitas penyakit ginjal kronis
Laju aliran darah ke ginjal berkisar 400 mg / 100 gram jaringan per menit. Laju
ini lebih banyak dibandingkan dengan aliran ke jaringan lain seperti jantung, hati dan
otak. Selain itu, filtrasi glomerulus bergantung pada tekanan intra dan transglomerulus
sehingga membuat kapiler glomerulus sensitif terhadap gangguan hemodinamik
Pada awal perjalananya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan
penimbunanan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang
sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal
kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi
10
nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan
sekresinya serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan semakin banyaknya nefron yang
mati, maka nefron yang tersisia menghadapi tugas yang semakin berat, sehingga nefron-
nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati (Corwin, 2001).
Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada
nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Seiring dengan
penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah
ginjal mungkin berkurang. Pelepasan renin meningkat bersama dengan kelebihan beban
cairan yang menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan mempercepat gagal ginjal
(Corwin, 2001).
D. Manifestasi Klinis Ginjal Kronik
Manifestasi klinis GGK tidak spesifik dari biasanya ditemukan pada tahap akhir
penyakit. Pada stadium awal, GGK biasanya asimtomatik (Tanto, 2014). Tanda dan
gejala GGK melibatkan berbagai system organ, diantaranya (Tanto, 2014) :
b. Gangguan elektrolit dan asam basa: tanda dan gejala hyperkalemia, asidosis
metabolis (nafas Kussmaul), hiperfosfatemia
Gambaran Klinik
b. Stadium II Pada derajat ini pasien akan mengalami kerusakan ginjal dengan
laju filtrasi glomerulus (LFG) mengalami penurunan ringan, dimana LFG
sebesar 60% sampai 89%.
c. Stadium III Pada derajat ini pasien akan mengalami kerusakan ginjal dengan
laju filtrasi glomerulus (LFG) mengalami penurunan sedang, dengan LFG 30%
sampai 59%.
e. Stadium V Pada stadium akhir LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan
komplikasi yang lebih seriusyaitu gagal jantung, dan pada tahap ini pasien
sangat memerlukan terapi pengganti ginjal, seperti dialisis ataupun tranplantasi
ginjal.
E. Batasan dan Klasifikasi Gagal Ginjal
Ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal
yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu sindrom klinik
dan laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada
penyakit ginjal kronik (Suwitra, 2014). Adapun kriteria ginjal kronik sebagai berikut
(Suwitra, 2014).
a. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan structural atau fungsional, dengan atau 13 tanpa penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG), dengan manifestasi :
1) Kelainan patofisiologi
12
Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dan LFG sama
atau dari 60 ml/menit/1,73 m2 , tidak termasuk kriteria penyakit ginjal kronik.
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar
derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajt
penyakit, dibuat atas dasar
13
F. Komplikasi Ginjal Kronis
Di dalam setiap ginjal, terdapat unit penyaring atau nefron yang terdiri dari glomerulus
dan tubulus. Glomerulus menyaring cairan dan limbah untuk dikeluarkan, serta mencegah
keluarnya sel darah dan molekul besar yang berbentuk protein.
Selanjutnya, saat darah melewati unit penyaring tubulus, mineral yang dibutuhkan tubuh
disaring kembali sedangkan sisanya dibuang sebagai limbah.
Selain menyaring limbah dan kelebihan cairan, fungsi ginjal lain yang penting dalam
tubuh, di antaranya:
Menghasilkan enzim renin yang menjaga tekanan darah dan kadar garam dalam tubuh
tetap normal.
Membuat hormon eritropoietin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah
merah.
Memproduksi vitamin Ddalam bentuk aktif yang menjaga kesehatan tulang.
Dalam kondisi gagal ginjal kronis, cairan dan elektrolit, serta limbah dapat
menumpuk dalam tubuh. Gejala dapat terasa lebih jelas saat fungsi ginjal sudah semakin
menurun. Pada tahap akhir GGK, kondisi penderita dapat berbahaya jika tidak ditangani
dengan terapi pengganti ginjal, salah satunya cuci darah.
Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan global yang jumlahnya terus
meningkat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh Kementrian Kesehatan
RI, sebanyak 0,2% dari total jumlah penduduk Indonesia.
Berdasarkan Indonesian Renal Registry yang digagas oleh perkumpulan dokter ginjal
se-Indonesia, pada tahun 2016, lebih dari 8000 pasien GGK disebabkan oleh diabetes
(nefropati diabetik), dan merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Disusul oleh
hipertensi yang jumlahnya hampir 4000 penderita. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan
ginjal mengalami gangguan tersebut, salah satunya adalah terlalu sering
mengonsumsi makanan penyebab gagal ginjal.
Penderita GGK yang aktif cuci darah juga terus meningkat dari 30 ribu pada tahun
2015, menjadi lebih dari 50 ribu pada tahun 2016. Hal ini baik, karena semakin banyak
penderita gagal ginjal kronis tahap akhir yang sudah mengerti dengan pengobatannya.
Namun di sisi lain juga menjadi peringatan karena kurang baiknya penanganan gagal ginjal
kronis, sehingga membutuhkan terapi pengganti ginjal.
Gagal ginjal kronis disebabkan oleh kerusakan fungsi ginjal, akibat penyakit yang
terjadi dalam jangka panjang. Beberapa penyakit yang bisa menjadi penyebab gagal
ginjal tersebut, antara lain diabetes, tekanan darah tinggi, atau penyakit asam urat.
Pemberian obat-obatan
Cuci darah
Transplantasi ginjal
Untuk mencegah penyakit ini, jalani pola hidup sehat dengan menghindari kondisi
yang dapat memicu gagal ginjal kronis.
Komplikasi Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis dapat memicu sejumlah komplikasi, antara lain:
Kasus :
Seorang perempuan berusia 56 tahun dirawat di RS, ginjal kronik, mengeluh kulit gata-
gatal, saat dilakukan pemeriksaan fisik terlihat kulit dikaki dan banyak bekas garukan ada
edema dikaki kiri. Hasil pemeriksaan laboratorium terbaru diketahui nilai ureum darah
300 md/dl creatinin 3 md/di, nafsu makan menurun produksi urin 700 cc/hari, mual,
muntah, anemis hb 11 mgr%.
FORMAT PENGKAJIAN
GINJAL KRONIK
1. IDENTITAS KLIEN
No. Rekam Medis : 20.05.07
Tgl Masuk RS : 15 September 2020
Nama Klien : Ny. P
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Bahasa yg dimengerti : Bahasa Indonesia
Penanggung Jawab : T. A
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Satus : Suami
Alamat ayah/ibu/wali : kp. Parumasan ds. Pancaregang Rt/Rw. 011/003 kec. Tunjung
Teja, Serang-Banten
2. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan utama saat masuk RS :
Pasien mengeluh edema pada bagian kaki kiri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan saat ini adalah klien mengatakan mudah lemas, mual, muntah, pusing selama 2
hari dan cepat lelah saat beraktivitas, gatal-gatal seluruh tubuh edem tungkai kaki dibagian
kaki kiri, lamanya keluhan sudah 1 bulan.
P : provokes, : Pasien terdapat edema pada bagian kaki disebabkan oleh penumpukan
palliative cairan dalam tubuh, mengeluh kulit gata-gatal, saat dilakukan
(penyebab) pemeriksaan fisik terlihat kulit dikaki dan banyak bekas garukan. Hasil
pemeriksaan laboratorium terbaru diketahui nilai ureum darah 300
md/dl creatinin 3 md/di, nafsu makan menurun produksi urin 700
cc/hari, mual, muntah
R : Radiates : Edema terasa dibagian kaki kiri dan terkadang terasa menyebar pada
(penyebaran tubuh sehingga sulit bergerak
)
T : time : Pasien sering mengeluhkan rasa sakit saat pagi setelah bangun tidur
(waktu) dan malam hari
Saat ini klien tinggal bersama suami dan anaknya. Komunikasi dan interaksi
dengan suami dan orang lain baik, setiap ada permasalahan selalu di diskusikan dengan
baik (bersama-sama), dan selalu diputuskan bersama. Harapan klien terhadap penyakitnya
ingin lekas sembuh walaupun tidak maksimal dan ingin cepat kembali pulang dan kumpul
dengan keluarga. Peran sebagai Ibu sebagai kepala rumah tangga. Hal yang sangat
dipikirkan saat ini klien merasa penyakit yang di deritanya sebagian ujian dari allah.
Aktivitas agama klien puasa dan beribadah 5 waktu tidak di tinggalkan karena sebagai
kewajiban yang harus di laksanakan.
Klien tinggal di. kp. Parumasan ds. Pancaregang Rt/Rw. 011/003 kec. Tunjung Teja,
Serang-Banten. Menurut klien keadaan rumah rapi dan lantainya tidak licin, ventilasi
ketika pagi sampai sore sering terbuka, posisi kamar mandi jauh dengan kamar tidur klien,
lingkungan dekat rumah klien padat penduduknya. Keluarga klien tidak ada yang
mengosumsi rokok
g. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
Gejala :
kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/ gelisah atau
somnolen).
Tanda :
kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda :
Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan, nadi
lemah dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi
pada penyakit tahap akhir, friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi rasa)
pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan pendarahan.
3) Integritas Ego
Gejala :
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak berdaya, tak ada
harapan, tak ada kekuatan.
Tanda :
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4) Eiminasi
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia,
Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.
Tanda :
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna. Oliguria, dapat
menjadi anuria.
5) Makanan / Cairan
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia,
nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia),
pengguanaan diuretik.
Tanda :
Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit.
Edem (umum, tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan gusi / lidah. Penurunan otot,
penurunan lemak subkutan, tampak tak bertenaga.
6) Neorosensasi
Gejala :
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki, gelisah ; kebas
terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda :
Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketikmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma.
Kejang, fasikulasi otot, aktifitas kejang, Rambut tipis, kuku rapuh dan tips.
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada malam hari.
Tanda :
perilaku berhati-hati dan gelisah.
8) Pernafasan
Gejala :
nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa sputum kental atau
banyak.
Tanda :
takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan kusmaul). Batuk
produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru).
9) Keamanan
Gejala :
Kulit gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda :
Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual terjadi
peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari pada normal
( efek CKD / depresi respon imum) Ptekie, araekimosis pada kulit Fraktur tulang ;
defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi,
keterbatasan gerak sendi.
10) Seksualitas
Gejala :
penurunan libido ; amenorea ; infertilitas. Interaksi Sosial
Gejala :
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja, mempertahankan fungsi
peran biasanya dalam keluarga.
h. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : pada pemeriksaan fisik terlihat kulit dikaki dan
banyak bekas garukan ada edema dikaki.
b. Kesadaran : composmentis
c. Flaping tremor / asterixia : Tidak ada tremor
d. Tekanan darah : 190/90 mmHg
e. Nadi : 90x/mnt
f. Suhu : 360C
g. RR : 24x/mnt)
2. Antropometri
BB = 50 Kg
TB = 155 M
50 (kg)
IMT = Indek masa tubuh = = 20,8 (Normal)
155(m)2
3. Pemeriksaan Sistematika / persistem
A) Sistem pernafasan
1. Inspeksi
Bentuk hidung : simetris, tidak ada secret
Bentuk dada : tidak ada luka, tidak ada benjolan, kanan kiri
simetris
Pergerakan otot-otot aksesoris pernafasan : (tidak)
2. Palpasi
Adanya masa dan lesi : Tidak
Vocal premitus : Normal
Ekskusi pernafasan : Normal
Ekskusi diagframatik : Normal
3. Perkusi
Batas atas dan bawah paru : Normal
Suara perkusi : Resonan
4. Auskultasi
Normal, suara tambahan wezing dan ronchi
5. Pengukuran
RR, Irama, kedalaman : Normal, irama dan kedalaman teratur
B) Sistem Kardiovaskuler dan Limfe
1. Inspeksi
Mukosa bibir : Pucat dan kering
Clubbing finger : Tidak
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak
Distensi vena jugularis : Tidak
Ictus cordis oedema : Tampak pada intercostal ke 4
2. Palpasi
Penyebaran ictus cordis :
Acral dingin atau tidak : Acral tidak dingin (hangat)
Capillary refill time : < 2 detik
3. Perkusi
Perkusi jantung : Normal
4. Auskultasi
Bunyi jantung : Normal, suara redup, tidak terdengar gallop
5. Pengukuran
HR : Irama dan kualitas normal
Nadi : Irama dan kualitas frekuensi normal
C) Sistem Pencernaan
1. Inspeksi
Conjungtiva : Anemis
Stomatitis : Tidak
Kebersihan lidah : Lidah tampak putih dan kotor
Caries pada gigi : Tidak ada
Proporsi tubuh : Simetris, aukultasi gaster normal, paristatik usus
5x/menit
Bentuk abdomen : Flat/datar
Bayangan vena pada abdomen: Tidak ada
Asites atau tidak : Tidak
Turgor kulit abdomen : Elastis
Keadaan anus (haemoroid) : Tidak terpasang alat bantu dan tidak
haemoroid
2. Auskultasi
Bising Usus = frekuensi & tempat : Peristaltik usus 3x/menit
3. Palpasi
Nyeri tekan : Terdapat nyeri tekanan pada ginjal
Hepatomegali : Batas hepar normal, tidak terasa pembesaran hepar
Splenomegali : Tidak
4. Perkusi
Perkusi perut : Tidak kembung
D) Sistem persyarafan
Inspeksi, Palpasi & Perkusi : Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, pupil
(sokor 3mm, gerak bola mata bebas ke segala arah,
kesadaran compass mentis, orientasi waktu tempat
orang normal, bronzhink negative kaku
E) Sistem penglihatan
1. Inspeksi
Bentuk mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis
Diameter pupil : Simetris
Refleks cahaya : Positif
Kelainan pada mata : Sklera tidak ikterik
Edema periorbital : Struktur kornea tampak jernih
Ketajaman penglihatan dan lapang pandang : Tidak ada
2. Palpasi
Tekanan intraokuler : Tidak ada
3. Test snallen : Tidak ada
F) Sistem Pendengaran
1. Inspeksi
Kesimetrisan pinna kiri & kanan, kebersihan dari kanalis, serumen refleks
politzer kiri dan kanan : Simetris kanan kiri, keadaan telinga agak
kotor
2. Palpasi
Nyeri post auricle : Tidak
3. Test kemampuan pendengaran
Garpu tala : Normal
Detak jam : Mendengar
Test berbisik : Mendengar jarak 30-60cm
G) Sistem Perkemihan
1. Inspeksi
Edema pada ekstremitas inferior : Karakteristik urin kuning keruh
Edema periorbital : Frekuensi 2-3 hari
Keadaan meatus uretra : Tidak terpasang kateter urine
2. Palpasi
Keadaan kandung kemih dan nyeri tekan : Normal, tidak ada
3. Perkusi
Nyeri ketuk pada ginjal : Ada
H) Sistem Muskuloskeletal
1. Inspeksi
Pergerakan sendi normal, tidak ada edema, tidak ada deformitas, tidak ada
nyeri gerak, terdapat kulit gatal, edema dikaki, turgor kulit ruam dan
kemerahan
2. Palpasi
Tonus otot tidak ada. Kemampuan ADL mandi, berpakaian eliminasi,
mobilisasi ditempat tidur, pindah, ambulansi Normal. Jari lengkap, gerak
simetris, terpasang infus dengan cairan Asering 500 cc/24jam, dikaki kiri
terdapat edema.
3. ROM
Rentang gerak : ROM tidak terganggu dan tidak ada keterbatasan.
I) Sistem Endokrin
1. Inspeksi
Tidak terdapat lesi dan pembesaran tyroid, lemah/lesu karena kekurangan
energy metabolic, tidak ada polimi, polidipsi dan poligani.
2. Palpasi
Kelenjar tyroid : bentuk simetris dan teraba
J) Sistem Integumen
1. Inspeksi
Warna kulit sawo matang, warna rambut hitam bercampur putih, berminyak
ditribuis merata, tidak ada sianosis, tidak ada luka.
2. Palpasi
Warna : Kemerahan
Aktifitas sehari-hari :
3. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Demografi.
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti hipertensi dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
c. Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan dan gangguan tidur
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda :
Hipertensi : nadi kuat dan terdapat edema pada kaki.
3) Eiminasi
4) Makanan / Cairan
Gejala : Penurunan berat badan (malnutrisi), mual / muntah, rasa metalik tidak
sedap pada mulut (pernafasan amonia).
Tanda : Perubahan turgor kulit. Edem dikaki.
5) Neorosensasi
7) Pernafasan
Gejala : Normal
Tanda : Normal
8) Keamanan
9) Seksualitas
Gejala : Normal
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
Parameter Hasil Nilai normal Interpretasi
Hb 8,5 mg/dl 12-16 Rendah
Urea 197 mg/dl 10-50 Tinggi
Kreatinin 12 mg/dl 0,5-1,2 Tinggi
BUN 132 mg/dl 5-25 Tinggi
K 6.2 mmol/dl 3,4-5,4 Tinggi
Na 176 mmol/dl 135-155 Tinggi
Cl 120 mmol/dl 95-108 Tinggi
Uric Acid 7,8 mg/dl 3,4-7 Tinggi
HCT 29,3% 35-50 % Rendah
5. DATA FOKUS
Data subyektif, klien mengatakan :
Kaki bengkak di tungkai kaki bagian kanan
Minum sedikit 2gls/hari (600cc/hari)
BAK 2-4x/hari (400 – 600cc/hari)
Badan lemas sudah 2 hari
Mual dan Muntah
Cepat lelah saat beraktivitas
Kaki kaku, berat saat berjalan
Terjadi penurunan BB dalam 3 bulan terakhir 3 kg
Data Obyektif ;
6. ANALISA DATA
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air
dan natrium di tandai dengan :
DS :
klien mengatakan bengkak pada tungkai bagian kanan dan kaki terasa berat saat di bawa
jalan.
DO:
Kulit kering 46
grade + 1
Kreatinin : 3,1mg/dl
GFR : 19 %
TD : 190/90 mmHg
A. : BB : 50 kg
TB : 150cm
IMT : 22 (overweight)
B. : HB : 12.0 g/dl
D. : pola makan klien 3 x/hari. Diit rendah protein 40gr ,rendah garam 40gr
Kulit kering
kehitaman
Ureum : 134 mg / dl
Kreatinin : 3,1mg/dl
Faktor-faktor yang
berhubungan :
- Mekanisme pengaturan
melemah
- Asupan cairan
berlebihan
- Asupan natrium
berlebihan
2. Gangguan nutrisi kurang dari Tujuan : Managemen Nutrisi :
kebutuhan Setelah dilakukan asuhan
Definisi : Intake nutrisi tidak keperawatan selama 3x24 jam - Observasi :
cukup untuk keperluan nutrisi seimbang dan adekuat. 1. Identifikasi status nutrisi
metabolisme tubuh. Kriteria Hasil : 2. Identifikasi alergi dan
Status Nutrisi : intoleransi makanan
Batasan karakteristik : - Nafsu makan meningkat 3. Identifikasi makanan yang
- Berat badan 20 % atau - Tidak terjadi penurunan disukai
lebih di bawah ideal BB 4. Identifikasi kebutuhan kalori
- Dilaporkan adanya - Masukan nutrisi dan jenis nutrien
intake makanan yang adekuat 5. Identifikasi perlunya kebutuhan
kurang dari RDA - Menghabiskan porsi selang nasogastric
(Recomended Daily makan 6. Monitor asupan makanan
Allowance) - Hasil lab normal 7. Monitor berat badan
- Membran mukosa dan (albumin, kalium) 8. Monitor hasil pemeriksaan
konjungtiva pucat laboratorium
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk - Terapeutik :
menelan/mengunyah 1. Lakukan oral hygiene sebelum
- Luka, inflamasi pada makan jika perlu
rongga mulut 2. Fasilitasi menentukan pedoman
- Mudah merasa kenyang, diet (mis. piramida makanan)
sesaat setelah 3. Sajikan makanan secara
mengunyah makanan menarik dan suhu yang sesuai
- Dilaporkan atau fakta 4. Berikan makanan tinggi serat
adanya kekurangan untuk mencegah konstipasi
makanan 5. Berikan makanan tinggi kalori
- Dilaporkan adanya dan tinggi protein
perubahan sensasi rasa 6. Berikan suplemen makanan, jika
- Perasaan perlu
ketidakmampuan untuk 7. Hentikan pemberian makan
mengunyah makanan melalui selang nasogastric jika
- Miskonsepsi asupan oral dapat ditoleransi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup - Edukasi :
- Keengganan untuk 1. Anjurkan posisi duduk jika
makan mampu
- Kram pada abdomen 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan - Kolaborasi :
atau tanpa patologi
- Kurang berminat 1. Kolaborasi pemberian medikasi
terhadap makanan sebelum makan (mis. pereda nyeri,
- Pembuluh darah kapiler antiemetika), jika perlu
mulai rapuh 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
- Diare dan atau untuk menentukan jumlah kalori
steatorrhea dan jenis nutrient yang
- Kehilangan rambut yang dibutuhkan, jika perlu
cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi
3. Perubahan pola napas Tujuan : Latihan Pernapasan :
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan
hiperventilasi paru keperawatan selama 1x24 jam - Observasi :
pola nafas adekuat. 1. Identifikasi indikasi dilakukna
Kriteria Hasil: latihan pernapasan
Status Pernapasan : 2. Monitor frekuensi, irama dan
- Peningkatan ventilasi kedalaman napas sebelum dan
dan oksigenasi yang sesudah latihan
adekuat
- Bebas dari tanda tanda - Terapeutik :
distress pernafasan 1. Sediakna tempat yang tenang
- Suara nafas yang bersih, 2. Posisikan pasien nyamna dan
tidak ada sianosis dan rileks
dyspneu (mampu 3. Tempatkan satu tangan di dada
mengeluarkan sputum, dan satu tangan di perut
mampu bernafas dengan 4. Pastikan tangan di dada mundur
mudah, tidak ada pursed ke belakang dan telapak tangan
lips) diperut maju ke depan saat
- Tanda tanda vital dalam menarik nafas
rentang normal 5. Ambil napas dalam secara
perlahan melalui hidung dan tahan
selama 7 hitungan
4. Gangguan perfusi jaringan Tujuan: Setelah dilakukan Perawatan Peredaran Darah :
berhubungan dengan penurunan asuhan keperawatan selama
suplai O2 dan nutrisi ke 3x24 jam perfusi jaringan - Observasi :
jaringan sekunder adekuat 1. Monitor status cairan intake dan
Kriteria Hasil: output.
Status Peredaran Darah : 2. Inspeksi kulit dan Palpasi
- Membran mukosa anggota badan.
merah muda
- Conjunctiva tidak - Terapeutik :
anemis 1. Lakukan penilaian secara
- Akral hangat komprehensif fungsi sirkulasi
periper. (cek nadi priper,oedema,
kapiler refil, temperatur
ekstremitas).
2. Kaji nyeri.
3. Atur posisi klien, ekstremitas
bawah lebih rendah untuk
memperbaiki sirkulasi.
4. Evaluasi nadi, oedema.
5. Berikan therapi antikoagulan.
5. Intoleransi aktivitas Tujuan : Terapi Aktivitas :
berhubungan dengan keletihan Setelah dilakukan asuhan
anemia, retensi produk sampah keperawatan selama 3x24 jam - Observasi :
dan prosedur dialysis Intoleransi aktivitas dapat 1. Identifikasi defisit tingkat
teratasi. aktivitas
Kriteria Hasil : 2. Identifikasi kemmapuan
Status Sirkulasi : berpartisipasi dalam aktifitas
- Mampu melakukan tertentu
aktivitas sehari-hari 3. Monitor respon emosional, fisik,
secara mandiri. social dan spiritual terhadap
- Tanda-tanda vital aktifitas
normal
- Mampu berpindah - Terapeutik :
dengan atau tanpa 1. Fasilitas fokus pada
bantuan alat kemampuan, bukan defisit yang
- Sirkulasi status baik dialami
2. Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
3. Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
- Edukasi :
1. Jelaskan metode aktivitas
sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melalakukan aktifitas
fisik, social, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktifitas
kelompok atau terapi, jika perlu
6. Resiko Kerusakan intregritas Tujuan : Edukasi Perawatan Kulit :
kulit berhubungan dengan efek Setelah dilakukan asuhan
uremia dan neuropati perifer keperawatan selama 3x24 jam - Observasi :
Resiko Kerusakan intregritas 1. Identifikasi kesiapan dan
kulit tidak terjadi. kemampuan menerima edukasi
Kriteria Hasil :
Status Sirkulasi : - Terapeutik :
- Temperatur jaringan 1. Sediakan materi dan media
dalam rentang normal. pendidikan kesehatan
- Elastisitas dan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
kelembaban dalam sesuai kesepakatan
rentang rentang 3. Berikna kesempatan untuk
normaal. berkarya
- Pigmentasi dalam
rentang normal. - Edukasi :
1. Anjurkan menggunakna tabir
surya saat berada diluar rumah
2. Anjurkan minum cukup cairan
3. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya
4. Anjurkan menggunakan
pelembab
5. Anjurkan melapor jika ada lesi
kulit yang tidak biasa
6. Anjurkan membersihkan dengan
air hangat bagian perianal selama
periode diare
9. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
10. EVALUASI
Evaluasi dilakukan sehari setelah implementasi (setiap hari) yaitu tanggal 21/09/2020 :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam teori telah disampaikan bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
penurunan fungsi ginjal. Dari hasil pengkajian telah terjadi penurunan fungsi ginjal
sehingga kemampuan memfiltrasi hanya 19ml/menit. jika dilihat dari klasifikasi klien
mengalami CKD berat dimana kemampuan filtrasi ginjal 19% dari normal (90-100%).
Manifestasi yang penulis temukan pada yaitu lemas, edema tungkai kaki kanan garde
+1, konjungtiva ananemis. Setelah data-data didapatkan, penulis menemukan 3 diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien saat ini yaitu : Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium,
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient. Kerusakan
integritas berhubungan dengan uremia
Pada rencana keperawatan sebagian besar penulis menyantumkan intervensi
berdasarkan hasil landasan teoritis dan kemudian disesuaikan dengan kondisi klien
karena ada beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan.
B. Saran
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Wilkinson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC.
Jakarta : Media Action.