Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SAINS KEPERAWATAN

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Menggunakan


Aplikasi Model Konseptual Teori Keperawatan Nola J. Pender ”

Oleh:

ROMY SUWAHYU
1821312015

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Menggunakan Aplikasi
Model Konseptual Teori Keperawatan Nola J. Pender”.
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis banyak mendapat tantangan
dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan ini
bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Terutama bagi teman-teman yang ingin meneruskan karya tulis ini
sehingga menjadi lebih baik lagi.

Padang, November 2018

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.2.1. Tujuan Umum....................................................................................2
1.2.2. Tujuan Khusus...................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................3
2.1 Konsep Penyakit (GGK)...........................................................................3
2.2.1 Definisi...............................................................................................3
2.2.2 Klasifikiasi.........................................................................................3
2.2.3 Etiologi...............................................................................................4
2.2.4 Patofisiologi.......................................................................................4
2.2.5 Manifestasi Klinis..............................................................................5
2.2.6 Penatalaksanaan.................................................................................6
2.2 Konsep Teori Nola J. Pender.....................................................................9
2.2.1 Konsep Dasar Grand Nursing Theory HPM......................................9
2.2.2 Revisi Model Promosi Kesehatan......................................................9
2.2.3 Analisa Teori Nola J. Pender...........................................................10
2.2.4 Pengkajian Teori Nola J. Pender......................................................11
BAB III..................................................................................................................13
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................13
3.1 Tinjauan Kasus........................................................................................13
3.2 Pengkajian Kasus dengan teori Nolla J. Pender......................................13
3.3 Analisa Data............................................................................................14
Defisiensi Pengetahuan......................................................................................14
BAB IV..................................................................................................................16
PEMBAHASAN....................................................................................................16

iii
BAB V....................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif. Keperawatan professional diterapkan dengan
mengaplikasikan ilmu dan teori keperawatan dalam praktek, pendidikan dan
riset keperawatan. Ilmu keperawatan dalam memenuhi tuntutan dan tekanan
masyarakat harus dikembangkan berdasarkan pemahaman pada konsep dan
teori keperawatan. Pengembangan berdasarkan teori ini dimaksudkan agar
dalam pengaplikasiannya tidak menyimpang dari model atau konsep
keperawatan yang sudah ada. Seperti teori yang akan dibahas, yaitu teori
keperawatan Nola J. Pender tentang“Health Promotion Model” (HPM)
yang menjelaskan bahwa perilaku kesehatan merupakan hasil tindakan yang
ditujukan untuk mendapatkan hasil kesehatan yang optimal (Alligood,
2017). Teori ini merupakan sebuah model konseptual yang darinya teori-
teori middle-range dapat dikembangkan.
Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan dan teori
kognitif sosial yang konsisten dengan semua teori yang memandang
pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah suatu yang
hal logis dan ekonomis (Alligood, 2017). Di seluruh dunia lebih 50 juta
orang terkena gagal ginjal, lebih1 juta orang melakukan terapi pengganti
ginjal seperi transplantasi ginjal dan dialisis. Dari survey PERNEFRI
(Perkumpulan Nefrologi Indonesia), (2015) pada tahun 2012 terdapat
16.040 pasien gagal ginjal, meningkat pada tahun 2015 menjadi 51.604
pasien. Fenomena yang terjadi di pelayanan adalah pasien yang menjalani
cuci darah tetapi hasil yang didapatkan kurang baik, banyak faktor yang
mengakibatkan ketidakefektifan  terapi ini, misalnya faktor diet pasien

1
2

yakni pasien kesulitan jika harus mengatur dan komitmen tentang asupan
makanan.
Sebagai  seorang perawat peran sebagai edukator sangat penting
untuk di implementasikan kerena pengetahuan atau informasi yang
diberikan perawat kepada pasien diharapkan dapat merubah prilaku pasien
sehingga dapat menigkatkan status kesehatan pasien. Perawat harus mengerti
dan memikirkan usaha peningkatan derajat kesehatan, skema untuk upaya
peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga, komunitas, lingkungan dan
masyarakat.  Health Theory Model oleh Nola J. Pender sangat penting
digunakan untuk mendeteksi kebutuhan pasien terhadap prilaku
peningkatan kesehatannya.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menghubungkan antara konsep/teori keperawatan
Nola J. Pender dalam merancang atau menyusun suatu rencana asuhan
keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga sesuai kasus secara
teori dengan benar.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Memahami konsep Cronic Kidney Disease (CKD).
2. Menerapkan Model Sistem Nola J. Pender pada Pengkajian pasien
dengan Cronic Kidney Disease (CKD).
3. Menerapkan Model Sistem Nola J. Pender pada perumusan diagnosa
keperawatan pasien dengan Cronic Kidney Disease (CKD).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Penyakit (GGK)


2.2.1 Definisi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Cronic Kidney Disease (CKD)
merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih
kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme, gagal
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada
peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronik mempunyai
karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan
pengobatan berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, transplantasi ginjal
dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (M Black & Hokanson,
2014).
2.2.2 Klasifikiasi
Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik (GGK) berdasarkan derajat
penyakit, seperti berikut :
GFR
Deraja
Deskripsi Nama Lain (mm/menit/1.73
t
m2 )
I Kerusakan ginjal dengan Berada pada risiko >90
tingkat filtrasi glomerulus
(GFR) normal
II Kerusakan ginjal dengan Kelainan ginjal kronis 60-89
penuruna GFR ringan (Chronic Renal
Insufficiency-CRI)
III Penurunan GFR sedang CRI, gagal ginjal kronis 30-59
(Chronic Renal Failure-
CRF)
IV Penurunan GFR parah CRF 15-29
V Gagal ginjal Penyakit ginjal stadium <15
akhir (End Stage Renal
Disease-ESRD)
Sumber : (M Black & Hokanson, 2014)

3
4

2.2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya gagal ginjal kronik :
a. Glomerulonefritis Kronik
b. Gagal ginjal Akut
c. Penyakit ginjal polikistik
d. Obstruksi
e. Episode pielonefritis berulang
f. Nefrotoksin
Penyebab dari penyakit sistemik :
a. Diabetes melitus
b. Hipertensi
c. Lupus eritematosus
d. Poliarteritis
e. Penyakit sabit
f. Amiloidisis
Daibetes melitus merupakan penyebab utama terjadinya CKD dan
hipertensi adalah penyebab utama kedua (M Black & Hokanson, 2014).
2.2.4 Patofisiologi
Patofisiologi GGK tergantung dari etiologi diagnosisnya, pada
awalnya keseimbangan cairan dan sisa-sisa metabolisme masih bergantung
pada ginjal yang sakit, hingga fungsi ginjal menurun kurang dari 25%.
Mulai muncul manifestasi klinis GGK namun kecil, hal ini dikarenakan
nefron-nefron yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Akibat
dari nefron yang rusak laju filtrasi, reabsorbsi dan sekresinya mengalami
peningkatan serta hipertrofi. Seiring dengan bertambahnya nefron yang
mati, maka nefron yang masih sehat menghadapi tugas yang semakin
berat. Akibatnya nefron-nefron tersebut mengalami kerusakan dan
akhirnya mati. Seiring dengan semakin parahnya penyusutan dari nefron,
maka terjadinya pembentukan jaringan parut dan penurunan aliran darah
ke ginjal (Corwin, 2009).
5

Selanjutnya gagal ginjal masuk ke tahap insufisiensi ginjal. Sisa-


sisa metabolisme mulai terakumulasi dalam darah dan akan
mengakibatkan tertimbunnya produk buangan di dalam darah yang tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal. Hal ini dapat mengganggu kerja dari sistem
tubuh lainnya. Sistem kerja tubuh yang terganggu akibat gagal ginjal
meliputi sistem gastrointestinal, integumen, hematologi, saraf dan otot,
kardiovaskuler serta endokrin. Pasien GGK sering mengalami manifestasi
klinis yang disebabkan oleh penyakit primer (diabetes mellitus) dan efek
patologis intrinsik uremia (Corwin, 2009).
Dari urutan kejadian tersebut dapat menimbulkan tanda-tanda
gejala dan komplikasi pada seluruh sistem tubuh. Akibat semakin
banyaknya sisa-sisa metabolisme yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal,
maka gejala akan semakin berat. Pasien akan merasa kesulitan menjalani
aktivitas sehari-hari dan berdampak pada kualitas hidup pasien (Corwin,
2009).
2.2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis CKD, antara lain (M Black & Hokanson, 2014) :
1) Stadium I, tekanan darah pasien normal, tidak ada kelainan hasil
laboratorium dan tidak ada manifestasi klinis.
2) Stadium II, umumnya asimtomatik, tetapi mengalami hipertensi dan
ada kelainan pada hasil tes laboratorium.
3) Stadium III, klien masih asimtomatik tetapi nilai laboratorium
menunjukkan kelainan di beberapa organ, dan hipertensi sering
muncul.
4) Stadium IV, klien mengalami manifestasi klinis yang terkait dengan
CKD seperti kelelahan dan nafsu makan yang buruk.
5) Stadium V, sesak nafas berat menjadi manifestasi klinis penyakit ginjal
stadium akhir.
Proteurinaria adalah salah satu prediktor yang lebih kuat akan
perkembangan CKD. Akibat dari GFR menurun, tidak hanya proteurinaria
tetapi juga hipertensi, hasil laboratorium dan gangguan dari organ lainnya.
6

Termasuk anemia, asidosis metabolik, dislipidemia, penyakit tulang,


malnutrisi protein-energi dan neuropati (M Black & Hokanson, 2014).
2.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 (dua)
tahap, yaitu tindakan konservatif dan dialisis atau transplantasi ginjal.
1. Tindakan Konservatif
Tujuan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau
memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif, pengobatan antara
lain :
1) Pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan.
2) Pencegahan dan pengobatan komplikasi; hipertensi, hiperkalemia,
anemia, asidosis.
3) Diet rendah fosfat
2. Pengobatan Hiperurisemia
Jenis obat pilihan yang dapat mengobati hiperuremia pada
penyakit gagal ginjal lanjut adalah alopurinol. Efek kerja obat ini
mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis sebagai
asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh (C.Guyton & E.Hall,
2014).
3. Dialisis
1) Hemodialisa
a. Definisi
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan
pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi
dialisis jangka pendek (beberapa hari sampai beberapa minggu)
atau pada pasien dengan gagal ginjal kronik stadium akhir atau
End Stage Renal Desease (ESRD) yang memerlukan terapi
jangka panjang atau permanen. Sehelai membran sintetik yang
semipermeabel menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan
bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu.
7

Pada penderita gagal ginjal kronik, hemodialisa akan


mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak
menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak
mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin
yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta
terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien dengan gagal
ginjal kronik yang mendapatkan replacement therapy harus
menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya atau biasanya tiga
kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi
atau sampai mendapat ginjal pengganti atau baru melalui operasi
pencangkokan yang berhasil. Pasien memerlukan terapi dialisis
yang kronis kalau terapi ini diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia (Price
& Wilson, 2006).
b. Tujuan
Tujuan dilakukan hemodialisa adalah untuk mengeluarkan
zat-zat nitrogen yang bersifat toksik atau racun dari dalam darah
dan mengeluarkan air yang berlebihan. Terdapat tiga prinsip yang
mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis, dan
ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan
melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang
memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi
yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit
yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal.
c. Komplikasi hemodialisis
Adapun komplikasi dialisis secara umum dapat mencakup
hal-hal sebagai berikut (Price & Wilson, 2006) :
a) Hipotensi, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan
dikeluarkan.
8

b) Emboli udara, merupakan komplikasi yang jarang terjadi


tetapi dapat terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler
pasien
c) Nyeri dada dapat terjadi karena PCO2 menurun bersamaan
dengan terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh.
d) Pruritus, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk
akhir metabolisme meninggalkan kulit
e) Gangguan keseimbangan dialisis, terjadi karena
perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai serangan
kejang.
f) Kram otot, terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat
meninggalkan ruang ekstrasel.
g) Mual, muntah, merupakan peristiwa yang paling sering
terjadi.
2) CAPD
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
merupakan salah satu cara dialisis lainnya, CAPD dilakukan
dengan menggunakan permukaan peritoneum yang luasnya
sekitar 22.000 cm2. Permukaan peritoneum berfungsi sebagai
permukaan difusi (Price & Wilson, 2006).
3) Transplantasi Ginjal (TPG)
Tranplantasi ginjal telah menjadi terapi pilihan bagi
mayoritas pasien dengan penyakit renal tahap akhir hampir di
seluruh dunia.
Manfaat transplantasi ginjal sudah jelas terbukti lebih baik
dibandingkan dengan dialisis terutama dalam hal perbaikan
kualitas hidup. Salah satu diantaranya adalah tercapainya tingkat
kesegaran jasmani yang lebih baik.
9

2.2 Konsep Teori Nola J. Pender


2.2.1 Konsep Dasar Grand Nursing Theory HPM
Konsep pelayanan keperawatan dari model kuratif ke arah promotif
dan peventif mendorong lahirnya tentang Health Promotion Model oleh
Pendder. Melalui 2 teori yaitu mengenai teori nilai harapan  dan teori
kognitif sosial. Teori nilai harapan (expectancy value) adalah pemahaman
bahwa perilaku sehat bersifat rasional dan ekonomis, ada dua hal pokok
yaitu: hasil tindakan bersifat rasional dan ekonomis dan pengambilan
tindakan untuk menyempurnakan hasil yang diinginkan. Teori Kognitif
Sosial (Social Cognitive Theory) teori ini menekankan pengarahan
diri, pengaturan diri, dan persepsi terhadap kemajuan diri. Teori ini
mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan dasar antara lain:
pengalaman sebagai petunjuk dimasa akan datang, berpikiran ke depan,
belajar dari pengalaman orang lain, pengaturan diri dan refleksi diri.
2.2.2 Revisi Model Promosi Kesehatan
Terdapat 3 landasan HPM yaitu: sikap yang berhubungan dengan
aktivitas, komitmen pada rencana tindakan, dan adanya kebutuhan yang
mendesak. Pertama sikap yang berhubungan dengan aktifitas meliputi
karakteristik individu dan pengalaman individu diketahui bahwasannya
manusia itu bersifat unik dan selalu belajar dari setiap pengalaman baik
pribadi maupun orang lain. Faktor yang mempengaruhi antara lain faktor
biologi seperti usia, body mass indeks, status pubertas, status menopause,
kapasitas aerobik, kekuatan, ketangkasan atau kesimbangan, faktor
psikologi mengenai self esteem, motivasi diri dan status kesehatan dan
sosiokultural yang meliputi suku, etnis, akulturasi, pendidikan dan status
sosio ekonomi.
Kedua tentang kognitif behaviour spesifik dan sikap, pada tahap ini
dibagi 6 kategori yaitu mengenai penilaian terhadap manfaat tindakan
secara langsung dapat memotivasi perilaku kearah positif. Hambatan
tindakan adalah sikap yang langsung menghalangi kegiatan melalui
pengurangan komitmen terhadap rencana kegiatan. Kemajuan diri yaitu
10

kemampuan seseorang dalam mengorganisasi dan melakukan tindakan


yang tidak menyangkut skill yang dimiliki. Sikap yang berhubungan
dengan aktivitas seperti tindakan yang diambil, emosi yang timbul pada
kegiatan serta lingkungan di mana kegiatan itu berlangsung. Pengaruh
interpersonal mengenai perilaku, kepercayaan atau sikap kepada orang
lain. Sumber utama interpersonal dari keluarga kelompok dan pemberi
pengaruh pelayanan kesehatan. Pengaruh interpersonal terdiri dari norma,
sosialsupport dan model (belajar dari pengalaman orang lain). Pengaruh
situasional yaitu situasi yang dapat mempengaruhi perilaku dengan
mengubah lingkungan.
Terakhir yang ketiga mengenai perilaku yang diharapkan, tahapan
ketiga ini dikategorikan dalam 3 tahapan yaitu mengenai komitmen
terhadap rencana tindakan dengan komitmen untuk melaksanakan tindakan
sesuai waktu dan tempat dengan orang-orang tertentu atau sendiri tanpa
persaingan, pengaturan strategi tertentu untuk mendapatkan tujuan dan
rencana kegiatan yang dikembangkan oleh perawat dan klien untuk
mencapai tujuan. Kebutuhan yang mendesak merupakan perilaku alternatif
sehingga tindakan yang mungkin dilakukan segera sebelum kejadian

terjadi suatu rencana perilaku promosi kesehatan. Hasil perilaku yaitu efek


pencapaian tujuan secara langsung ditujukan pada pencapaian hasil
kesehatan positif untuk klien. Perilaku promosi kesehatan terutama sekali
terintegrasi dalam gaya hidup sehat yang menyerap pada semua aspek
kehidupan seharusnya mengakibatkan peningkatan kesehatan, fungsional
dan kualitas hidup yang lebih baik pada semua tingkat perkembangan.
2.2.3 Analisa Teori Nola J. Pender
Teori keperawatan Nola J. Pender tentang “Health Promotion
Model” yang menjelaskan bahwa perilaku kesehatan merupakan hasil
tindakan yang ditujukan untuk mendapatkan hasil kesehatan yang optimal
(Alligood, 2017). Model ini mengabungkan 2 teori yaitu teori nilai
harapan (expectancy value) dan teori kognitif  sosial (social cognitive
theory) yang konsisten dalam melihat pentingnya promosi kesehatan dan
11

pencegahan penyakit yakni bersifat logis dan ekonomis. HPM dapat


membantu perawat dalam memahami perilaku kesehatan individu, yang
menjadi dasar konseling dalam meningkatkan gaya hidup sehat.
Upaya promosi kesehatan juga diarahkan tidak hanya masalah
pencegahan penyakit atau kelemahan fisik tetapi kesejahteraan mental dan
sosial yang menyeluruh guna mendapatkan generasi berkarakter baik,
perlu dilakukan pembinaan kesadaran sosial, terutama kepada keadaan
orang lain, pemahaman pikiran serta pemahaman terhadap situasi yang
rumit dalam kehidupan dan tujuan utama meningkatkan kesadaran,
kemauan dan keterampilan dalam berperilaku sehat. Teori yang
dikemukakan merupakan contoh berdasarkan pengalaman pribadi dan
hasil penelitian yang dikembangkan atas riset kualitatif dan kuantitatif,
riset yang berhubugan dengan HPM memberikan kontribusi
pengembangan body of knowledge secara umum dari ilmu keperawatan.
Namun teori ini mempunyai kelemahan seperti pada pasien cacat
sejak lahir seperti malfungsi sel yang berperan untuk daya tahan tubuh,
sulit diterapkan pada ekonomi yang lemah dan tingkat pendidikan rendah
karena cenderung memenuhi kebutuhan dasarnya dibanding dengan
motivasi meningkatkan status kesehatan, membutuhkan role model yang
sempurna untuk mempengaruhi masyarakat, tenaga kesehatan yang kurang
mengaplikasikan teori ini dalam mempengaruhi klien/masyarakat dan
masyarakat lebih mempercayai budaya sehingga dapat dikatakan gagal
dalam mensosialisasikan dan mengaplikasikan teori ini.
2.2.4 Pengkajian Teori Nola J. Pender
Berdasarkan Model Promosi Kesehatan, perawat harus melakukan
pengkajian komprehensif agar dapat mengembangkan rencana asuhan
keperawatan. Pengkajian yang dilakukan :
1. Pertama; pengkajian tentang perilaku sebelumnya yang mencakup
kebiasaan individu, hambatan dari perilaku yang dilakukan, manfaat
dari perilaku yang dilakukan, penyakit yang pernah diderita, sumber
12

pelayanan kesehatan dan upaya yang pernah dilakukan dalam


meningkatkan kesehatan.
2. Kedua; pengkajian tentang faktor personal, faktor psikososial dan
faktor sosial budaya.
3. Ketiga; pengkajian tentang perilaku spesifik dalam pengatuhan dan
sikap, pengkajian ini menggali tentang pemikiran dan sikap yang
mungkin atau sudah dilakukan seperti mengkaji mengenai
manfaat/harapan dari tindakan, hambatan dalam mewujudkan tujuan
dan menilai kemajuan yang dilakukan dengan wujud dari perilaku,
pengalaman, ajakan, kondisi psikologis (kecemasan).
4. Keempat; yaitu mengkaji tentang reaksi emosional terhadap perubahan
perilaku, apakah dengan menghindar, mempertahankan atau bahkan
dapat merubah perilaku.
5. Kelima; melakukan pengkajian dalam pengaruh situasional seperti
keadaan disekitar yang meliputi lingkungan rumah, sanitasi dan
komunitas.
6. Keenam; pengkajian dalam hubungan interpersonal seperti apa
dukungan yang diberikan oleh lingkungan sekitar, role model seperti
panutan dan kebudayaan yang mencakup nilai-nilai kepercayaan.
7. Terakhir; yaitu pengkajian fungsi keluarga yaitu fungsi efektif dan
fungsi perawatan keluarga.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Tinjauan Kasus


Tn. AT, usia 46 tahun, pendidikan SMP, di rawat di ruang penyakit
dalam dengan mengeluh sesak sehingga tidak bisa berbaring maupun
bicara. Pasien terpasang nasal kanul 4 lpm. Dengan Kondisi lemah. Klien
mengeluhkan sesak, demam 1 hari SMRS, pasien merasa pusing selain itu
pasien belum ada jadwal untuk hemodialisa. Klien mendapat diagnosa
sakit ginjal pada akhir Mei, klien mulai melakukan HD pertama kali pada
tanggal 25 Agustus 2018. Keluarga mengatakan tidak ada riwayat keluarga
dengan penyakit serupa maupun DM namun ada darah tinggi dari Nenek.
Klien merokok setengah bungkus sehari, tidak mengkonsumsi kopi,
alkohol maupun obat-obatan. Klien suka mengkonsumsi minuman
penambah energi sehari 2x. Klien telah mendapat imunisasi lengkap. Satu
minggu SMRS pasien baru saja pulang dari rawat ICU selama satu minggu
karena infeksi ginjal yang menyebabkan syok sepsis dan terpasang
ventilator. Satu bulan sebelumnya klien dirawat di RS karena bengkak
pada wajah, bengkak pada ekstremitas disangkal. TD 150/110 mmHg,
Nadi 118 x/menit, RR 29 x/menit.
3.2 Pengkajian Kasus dengan teori Nolla J. Pender
3.2.1. Klien mempunyai kebiasaan merokok setengah bungkus sehari dan suka
mengkonsumsi minuman penambah energi sehari 2x, Klien di diagnosa
sakit ginjal pada akhir Mei dan telah melakukan Hemodialisa 1x. Klien
juga pernah di rawat di RS karena bengkak pada wajah, bengkak pada
ekstermitas disangkal dan satu minggu SMRS pasien di rawat di ICU
selama satu minggu karena infeksi ginjal. Saat pengkajian pasien tampak
sesak dan lemah. TD 150/110 mmHg, Nadi 118 x/menit, RR 29 x/menit.
3.2.2. Klien mempunyai kebiasaan merokok setengah bungkus sehari dan
kebiasaan mengkonsumsi minuman penambah energi sehari 2x.

13
14

3.2.3. Klien dan keluarga kurang mengetahui tentang penyakit yang dialaminya
dan bagaimana proses penyembuhannya, tetapi klien selalu berusaha
berobat ke RS dengan keyakinan penyakitnya dapat disembuhkan, selalu
berusaha mendapatkan pengobatan dengan segera dan klien dengan
keluarga juga mengikuti saran dari dokter untuk mengikuti jadwal
hemodialisa untuk dapat membantu penyembuhan dan mencegah
terjadinya komplikasi yang mamperberat keadaan dirinya.
3.2.4. Klien mengatakan cemas dengan kenyataan yang dialaminya, klien terlihat
lemah dan pucat. Sejak sakit klien sudah tidak merokok dan minum
minuman penambah energi lagi. klien juga tampak memaksimalkan aspek
yang ada dalam dirinya untuk menentukan pilihan terbaik dalam proses
penyembuhan.
3.2.5. Klien selama di RS selalu di temani keluarga dan keluarga selalu
memberikan semangat kepada pasien dalam menjalani perawatan di RS
dan keluarga juga membantu dalam merawat klien dalam kebersihan diri
klien dan membantu menjaga diet klien selama dirawat.

3.3 Analisa Data


No Data Etiologi Problem
.
1. Ds : Perubahan Status
- Klien mengatakan cemas dengan kesehatan Ansietas
kenyataan yang dialaminya
- Keluarga dan klien mengatakan Sumber informasi
kuatir selama perawatan. yang tidak adekuat

Do : Koping klien tidak


- Klien tampak gelisah efektif
- TD 150/110 mmHg
- Nadi 118 x/menit Ansietas
- RR 29 x/menit
-
2. Ds : Kurangnya
Defisiensi
- Klien dan keluarga mengatakan informasi
Pengetahuan
kurang mengetahui tentang
penyakit yang dialami
15

- Klien selalu bertanya tindakan


apa yang selanjutnya akan
diberikan perawat.

Do :
- Klien tampak bingung.
BAB IV
PEMBAHASAN

Teori dan model yang dikemukan oleh Pender adalah berfokus pada upaya
promosi kesehatan dan prevensi penyakit. Sehingga teori bersifat spesifik dan
sederhana, namun demikian teori ini dapat didemontrasikan dan diaplikasikan
sehingga dapat diberikan  justifikasi dan pembenaran bagaimana konsep-konsoep
yang dikemukakan saling  berhubungan. Teori ini dikemukakan dengan
menampilkan contoh-contoh yang berdasarkan  pengalaman pribadi dan hasil
penelitian, sehingga dapat digeneralisasi dan konsep-konsep yang dikemukakan
dalam teori dapat diaplikasikan.
Peran perawat dalam keperawatan Pender adalah mencegah pasien gagal
ginjal kronis kearah yang lebih buruk dengan mengajak individu dan lingkungan
sekitar agar berperilaku positif terhadap pemeliharan dan peningkatan kesehatan,
meningkatkan motivasi dan komitmen agar pasien gagal ginjal terhindar dari
komplikasi. Pasien gagal ginjal harus mampu melakukan pengolahan terhadap
penyakitnya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mamperberat keadaan
pasien dan memaksimalkan aspek yang ada dalam dirinya untuk menentukan
pilihan terbaik. Teori pender mengatakan bahwa seorang individu memiliki
perilaku atau kegiatan yang dilakukan berulang-ulang merupakan hasil dari
persepsi seseorang, pengalaman sebelumnya, dan karakteristik individu itu
sendiri.
Namun teori ini mempunyai kelemahan seperti pada pasien cacat sejak
lahir seperti malfungsi sel yang berperan untuk daya tahan tubuh, sulit diterapkan
pada ekonomi yang lemah dan tingkat pendidikan rendah karena cenderung
memenuhi kebutuhan dasarnya dibanding dengan motivasi meningkatkan status
kesehatan, membutuhkan role model yang sempurna untuk mempengaruhi
masyarakat, tenaga kesehatan yang kurang mengaplikasikan teori ini dalam
mempengaruhi klien/masyarakat dan masyarakat lebih mempercayai budaya
sehingga mensosialisasikan dan mengaplikasikan teori ini kurang.

16
BAB V
PENUTUP

Teori pender memiliki konsep paradigma keperawatan adalah


menggabungkan konsep manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan dengan
pelayanan kesehatan dari kuratif ke arah promotif dan peventif. Teori Pender
pertama menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan
teori kognitif social (social cognitive theory). Pada revisi model promosi
kesehatan menambahkan sikap yang berhubungan dengan aktivitas, komitmen
pada rencana tindakan, dan adanya kebutuhan yang mendesak.
Aplikasi teori HMP terkait dengan konsep HPM sebagai pengkajian untuk
melihat perilaku individu dalam melakukan promosi kesehatan untuk
mempertahankan atau meningkatkan status kesehetannya sehingga berdasarkan
kesenjangan yang ada intervensi perawat dapat dimunculkan untuk meminimalisir
pengetahuan atau persepsi pasien yang salah atau tidak sesuai. Disinilah peranan
perawat sebagai edukator, Selain itu perawat dapat memberikan intervensi dengan
memanajemen kemampuan diri, pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional
untuk meningkatkan status kesehatan individu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2017). Pakar Teori Keperawatan. (A. Y. S. Hamid & K.


Ibrahim, Eds.) (8th Vol.2). Singapore: Elsevier Singapore Pte Ltd.
C.Guyton, A., & E.Hall, J. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th ed.).
Jakarta: PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC : Jakarta., 2007.
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. (E. K. Yudha, E. Wahyuningsih,
D. Yulianti, & P. E. Karyuni, Eds.) (3th Revisi). Lippincont Williams &
Wilkins, USA.
M Black, J., & Hokanson, H. J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. (A. Suslia, F. Ganiajri, P. P. Lestari, &
R. W. A. Sari, Eds.) (8th Vol 3). Singapore: Elsevier Ltd.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit (Edisi 6th). Jakarta: Jakarta : EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai