Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF


“Asuhan Keperawatan Paliatif pada Kanker Pada Anak:
Leukemia”

Dosen Pembimbing:
Dr. Yuni Sufyanti Arief, S. Kp., M.Kes.

Disusun Oleh
Kelompok 6 A3/2017:
1. Santi Oktavia 131711133021
2. Fiadela Natalia 131711133023
3. Miftakhul Janah 131711133056
4. Ely Ayu Andira 131711133057
5. Riska Devi R.P. 131711133116
6. Fitriana Syahputri 131711133118
7. Allivia Arvianti Putri 131711133150
8. Nadia Izzata 131711133153

PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
AIRLANGGA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Kanker Pada Anak: Leukemia” dengan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini
tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan masih
perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan. Oleh
sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh seluruh pembaca. Selain itu, penulis
juga berharap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca yang berkepentingan dengan makalah ini.

Surabaya, Februari 2020

` Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUA
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perawatan Paliatif................................................................................3
2.2 Konsep Dasar Penyakit Terminal: Leukemia...................................................4
2.3 Konsep Penatalaksanaan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Leukemia.........11
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus...............................................................................................................16
3.2 Asuhan Keperawatan......................................................................................17
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia atau yang biasa disebut kanker darah adalah penyakit akibat
terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan
ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan
(Hidayat, 2006). Leukemia sering ditemukan pada anak dibawah usia 15 tahun dan
merupakan penyakit kronis yang menempati urutan kedua dan ketiga sebagai
penyebab kematian pada anak (Andra dalam Farmacia, 2007).
Anak dengan leukemia sangat membutuhkan perawatan yang intensif, selain
terapi farmakologi dan non farmakologi, anak dengan leukemia juga memerlukan
perawatan untuk mencapai peningkatan kualitas hidupnya. Sehingga tenaga
kesehatan tidak hanya perlu berfokus pada kesembuhan pasien tetapi juga pada
kesejahteraan pasien yang bisa dicapai dengan pemberian perawatan paliatif.
Perawatan paliatif merupakan perawatan total secara aktif terhadap tubuh, pikiran,
dan jiwa anak yang turut melibatkan pemberian dukungan kepada keluarga.
Perawatan paliatif dimulai sejak terdiagnosa penyakit sampai akhir kehidupan
(Kars, dkk, 2011). Perawatan ini melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan. Jenis
kegiatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik
lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan sosial, dukungan
kultural dan spiritual, dukungan persiapan dan selama masa berkabung
(bereavement) (MENKES RI, 2007).
Pada perawatan paliatif ini dilakukan identifikasi, penilaian penyakit, dan
masalah yang dihadapi anak baik fisik, psikologi, dan rohani (WHO, 2002).
Berbagai keluhan yang tidak teratasi pada anak dengan leukemia dapat
mempengaruhi kualitas hidupnya, lambatnya penyembuhan luka, kecemasan,
gangguan tidur, regresi perkembangan, dan penurunan imun. Anak terkadang
menunjukkan berbagai perilaku yaitu perilaku secara verbal (berteriak, mengerang)
dan perilaku non verbal (meringis karena nyeri, memijat daerah yang sakit).
Sehingga dibutuhkan perawatan palitif untuk mengontrol emosional anak.
Perawat sangat penting untuk menilai secara berkelanjutan dari kebutuhan
emosional yang dialami anak dan orang tua dan memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan
spiritual yang melibatkan keluarga dan tokoh agama. Perawat dapat memfasilitasi
kegiatan yang dapat digunakan anak dan orang tua dalam mengontrol setiap respon
yang akan muncul, tentunya dengan pendekatan-pendekatan yang professional dan
memberikan kenyamanan pada pasien, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien dan mengurangi penderitaan yang dialami pasien karena penyakitnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penyusunan makalah ini, adapun rumusan masalah yang akan dibahas sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep perawatan paliatif?
2. Bagaimana konsep teori leukemia pada anak?
3. Bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada anak dengan leukemia?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan perkuliahan Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif ini
diharapkan mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan asuhan keperawatan
paliatif pada anak dengan leukemia.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep perawatan paliatif
b. Menjelaskan konsep penyakit leukemia pada anak
c. Menjelaskan konsep perawatan paliatif pada anak dengan leukemia
d. Menjelaskan asuhan keperawatan paliatif pada anak dengan leukemia
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perawatan Paliatif


2.1.1 Definisi Perawatan Paliatif
Menurut WHO perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah
yang berkaitan dengan masalah yang mengancam jiwa, melalui pencegahan
dan menghentikan penderitaan dengan identifikasi dan penilaian dini,
penangnanan nyeri dan masalah lainnya, seperti fisik, psikologis, sosial dan
spiritual (WHO, 2017). Palliatif care berarti mengoptimalkan perawatan
pasien dan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup dengan
mengantisipasi, mencegah, dan mengobati penderitaan. Palliative care
meliputi seluruh rangkaian penyakit melibatkan penanganan fisik, kebutuhan
intelektual, emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi
pasien, dan pilihan dalam kehidupan (Ferrell, 2015).

2.1.2 Prinsip Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif secara umum merupakan sebuah hal penting dan
bagian yang tidak terpisahkan dari praktek klinis dengan mengikuti prinsip:
1. Fokus perawatan terhadap kualitas hidup, termasuk kontrol gejala yang
tepat.
2. Pendekatan personal, termasuk pengalaman masa lalu dan kondisi
sekarang.
3. Peduli terhadap sesorang dengan penyakit lanjut termasuk keluarga atau
orang terdekatnya.
4. Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan untuk mendapat rencana
perawatan lanjut, eksplorasi harapan dan keinginan pasien.

2.1.3 Peran dan Fungsi Perawat


Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam perawatan
paliatif, perawat harus menghargai hak-hak pasien dalam menentukan
pilihan, memberikan kenyamanan pasien dan pasien merasa bermartabat
yang sudah tercermin didalam rencana asuhan keperawatan. Perawat
memiliki tanggung
jawab mendasar untuk mengontrol gejala dengan mengurangi penderitaan
dan memberi support yang efektif sesuai kebutuhan pasien dan keluarga.
Peran perawat sebagai pemberi layanan paliatif harus didasarkan pada
kompetensi perawat yang sesuai kode etik keperawatan (Combs, et al., 2014).
Menurut American Nurse Associatiuon Scope And Standart
Practice dalam (Margaret, 2013) perawat yang terintegrasi harus mampu
berkomuniasi dengan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya
mengenai perawatan pasien dan ikut berperan serta dalam penyediaan
perawatan tersebut dengan berkolaborasi dalam membuat rencana yang
berfokus pada hasil dan keputusan yang berhubungan dengan perawatan dan
pelayanan, mengindikasikan komunikasi dengan pasien, keluarga dan yang
lainnya.

2.1.4 Langkah-Langkah Dalam Pelayanan Perawatan Paliatif


Menurut KEMENKES (2013), terdapat langkah-langkah dalam
melakukan pelayanan parawatan paliatif, diantaranya yaitu:
1. Menentekun tujuan perawatan dan harapan pasien
2. Membantu pasien dalam membuat advance care planning
3. Pengobatan penyakit penyerta dari aspek sosial yang muncul
4. Tata laksana gejala
5. Dukungan psikologis, kultural dan sosial
6. Respon pada fase terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat atau
keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat
7. Pelayanan terhadap pasien dan keluarga termasuk persiapan duka cita

2.2 Konsep Dasar Penyakit Terminal: Leukemia


2.2.1 Definisi Penyakit Terminal
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang
menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung, dan kanker
atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak
ada lagi efek yang berarti dari obat-obatan, tim medis sudah give up
(menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini
mengarah kearah kematian (White, 2002).
2.2.2 Definisi Leukemia
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi
(pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering
disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006). Menurut
Nursalam (2005), leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi
(bertambah banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat
terjadinya prolifersi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering
disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
2.2.3 Etiologi
Menurut Yuni (2015) ada beberapa penyebab leukemia sebagai berikut:

1. Radiasi
Menurut data, LMA (Leukemia meiloid akut) lebih disebabkan karena
serangan radiasi. Sedangkan LLK (Leukemia Limfositik Kronik) sendiri
jarang mendapat laporan karna faktor radiasi.
2. Faktor Leukemogenik
Maksudnya disini itu karena factor zat kimia tertentu. Biasanya racun
lingkungan seperti benzene, insektisida, obat-obatan terapi kemoterapi
juga akan memungkinkan terjadinya leukemia.
3. Virus
Virus ini biasanya virus HTLV (Human T-cell lymphotropic virus)
penyebab utamanya. HTLV itu T-cell Leukimia Viruses yang merupakan
penyebab utama dari ketidaknormalan perkembangan sel darah putih.
Biasanya HTLV I atau II, virus lainnya antara lain retrovirus atau virus
leukemia feline.
4. Herediter
Herediter atau faktor keturunan. Biasanya orang yang memiliki
Sindrom Down lebih rentan terkena leukimia dibanding yang tidak.
Kemungkinan terkenanya sekitar 20 kali lebih rentan dibanding yang
normal.
2.2.4 WOC

2.2.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
ditemukan tanda meningitis.
1. Pucat
2. Malaise
3. Keletihan (letargi)
4. Perdarahan gusi
5. Mudah memar
6. Petekia dan ekimosis
7. Nyeri sendi dan tulang
8. Berat badan turun
9. Iritabilitas
10. Muntah
11. Sakit kepala (pusing)

Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Pada Setiap Stadium Leukemia


No. Stadium Manifestasi Klinis Perawatan Paliatif
1. Stadium 1 Tahap awal merupakan yang - Memberikan support
paling ringan, stadium 1 perkembangan pada anak
ditandai dengan terjadinya - Meningkatkan kualitas hidup
pembengkakan pada kelenjar anak dengan cara menurunkan
getah bening. Tingkat resikonya gejala demam yaitu dengan
termasuk sedang dan tidak kompres, meningkatkan selera
terlalu berbahaya, karena sel makan akan dengan modifikasi
kanker belum menyebar dan asupan makanan serta
mempengaruhi organ fisik di pemberian makanan (misal:
dalam tubuh. Manifestasi yang sambil bermain atau sambil
sering terjadi adalah: bercerita). Kemudian
1. Demam menurunkan resiko terjadinya
2. Sering terjadi perdarahan dan memar dengan memperhatikan
memar
aktivitas anak agar tidak terjadi
3. Pucat
perdarahan atau memar yang
4. Kehilangan selera makan
lebih banyak.
- Meningkatkan harapan sembuh
dan bisa beraktivitas secara
normal bagi pasien dan
keluarga serta memberikan
dukungan pada anakmaupun
keluarga.
2. Stadium 2 Selain terjadi pembengkakan - Merespon terhadap keluh
pada kelenjar getah bening, kesah anak dan keluarga.
memasuki stadium 2 ditandai Pada tahap ini, peran
dengan pembengkakan pada perawat adalah menjadi
limpa dan hati,atau salah satu pendengar yang baik.
diantara kedua organ tersebut. Karena berat badan anak
Ada perkembangan yang cukup semakin menurun, peran
signifikan pada pertumbuhan perawat dalam edukasi dan
limfosit. Tingkat resiko untuk manajemen nutrisi sangat
tahap ini masih terbilang dibutuhkan. Selain itu
sedang. Manisfetasi yang sering
perawat selalu memberikan
terjadi adalah :
dukungan psikologis dan
1. Benjolan pada kelenjar getah
spiritual kepada keluarga
bening semakin besar
untuk tetap menemani anak
2. Mudah lelah dan lemas
hingga akhir pengobatan.
3. Sering menggigil
- Meningkatkan kualitas
4. Perdarahan semakin
hidup anak dengan
bertambah.
memberikan dukungan
hidup dan meringankan
gejala-gejala yang ada.

3. Stadium 3 Stadium 3 akan mempengaruhi - Meningkatkan kualitas hidup /


lebih dari dua organ. Kanker kualitas meninggal dengan
sudah menyebar dan damai.
mempengaruhi organ lain di - Merespon terhadap keluh
dalam tubuh. Para penderita akan kesah pasien/keluarga.
mengalami anemia. Manifestasi - Pada tahap ini perawat bisa
klinis lainnya adalah : mengajarkan relaksasi
1. Anemia dengan teknik napas dalam

2. Berat badan semakin turun pada anak apabila nyeri


masih dirasakan. Jika tidak
3. Muntah
4. Nyeri pada sendi atau tulang bisa menggunakan teknik
5. Rambut rontok (akibat nafas dalam, pilihan
kemoterapi) lainnya adalah teknik
bermain untuk
menghilangkan rasa nyeri
pada anak.
- Kemudian perawat tetap
memberikan dukungan
informatif kepada anak
bahwa efek pengobatan
adalah rambut rontoh dan
muntah, sehingga anak
mampu menerima
kondisinya saat ini. Selain
itu perawat tetap
memperhatikan manajemen
nutrisi pada anak.
4. Stadium 4 Stadium 4 adalah yang paling - Memberikan rasa nyaman dan
berbahaya, karena tahap terakhir responsif selama proses
perkembangan kanker. Tingkat kematian
keping darah akan menurun - Meningkatkan kualitas
drastis. Jika di tahap 3 kanker hidup/kualitas meninggal
menyebar ke organ tubuh selain dengan damai
limpa dan hati, pada tahap ini - Merespon terhadap
keluh kesah pasien/keluarga
kanker akan mempengaruhi paru-
paru. Di samping itu, anemia akan
terjadi lebih akut. Tahap ini
merupakan tahap yang paling
beresiko.
2.2.6 Penatalaksanaan Medis
1. Penanganan Non Subortif
a. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker
yang diberikan ke cairan serebrospinal, atau melelui aliran darah untuk
dapat mencapai ke seluruh tubuh agar terapi yang diberikan efektif.
Pengobatan dengan kemoterapi pada leukemia mieloblastik akut
diberikan dengan dosis yang tinggi dan di konsumsi dalam waktu yang
singkat. Sedangkan terapi untuk leukemia limfoblastik akut di berikan
dengan dosis yang rendah dan waktu konsumsi yang lama biasanya 2-3
tahun.

Pemberian kemoterapi akan menimbulkan beberapa efek samping


berupa muntah, rambut rontok, dan nafsu makan turun. Pada kondisi ini
perawat harus bisa meningkatkan kenyamanan anak dalam menghadapi
efek samping tersebut. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah
menjelaskan kepada anak serta keluarga bahwa semua efek samping
tersebut adalah efek yang wajar terjadi pada proses pengobatan ini.
Kemudian perawat harus bisa menenangkan anak serta memberikan
dukungan emosional agar anak terus termotivasi untuk menjalankan
pengobatan dan meneruskan kehidupannya. Selain itu, cara yang bisa
dilakukan adalah dengan terapi bermain dan bercerita. Terapi tersebut
diharapkan dapat menurunkan rasa nyeri atau bahkan meningkatkan
kenyamanannya kembali.

Pendekatan kepada keluarga juga perlu digunakan dalam proses


pengobatan ini. Keluarga juga harus mempunyai presepsi yang sama
tentang efek samping yang akan dialami. Sehingga keluarga bisa
memberikan dukungan yang lebih baik pada anaknya.. (American
Cancer Society, 2012).
b. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang sangat terbatas
penggunaannya pada pasien leukemia. Hal ini dikarenakan selsel
leukemia telah menyebar keseluruh tubuh melalui sumsum tulang
menuju organ-organ yang ada di tubuh. Terapi pembedahan hanya
dilakukan atas indikasi tertentu dan memiliki risiko tinggi (American
Cancer Society, 2012).
c. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan bahan energi dengan radiasi tinggi
untuk menghancurkan sel-sel kanker. Terapi sendiri biasanya dilakukan
untuk mencegah penyebaran dari sel-sel leukemia ke otak maupun ke
testis (American Cancer Society, 2012).
2. Penanganan Suportif
 Pemberian tranfusi komponen darah yang diperlukan
 Pemberian komponen untuk meningkatkan kadar leukosit
 Pemberian nutrisi yang baik dan memadai
 Pemberian antibiotik, anti jamur, dan anti virus bila diperlukan
 Perawatan di ruang yang bersih
 Dukungan psikologis
 Kebersihan Oro-anal (mulut dan anus)

2.3 Konsep Penatalaksanaan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Leukemia


2.3.1 Prinsip Penatalaksanaan Keperawatan Paliatif Pada Anak
Dengan Leukemia
Program perawatan paliatif pasien kanker adalah pendekatan
terintegrasi oleh tim paliatif untuk mencapai kualitas hidup pasien dan
kematian yang bermartabat serta memberikan dukungan bagi keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien, dengan
mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini, penilaian
yang seksama, serta pengobatan nyeri dan masalah-masalah lain, baik
masalah fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 2016).
2.3.2 Prinsip Dasar Program Paliatif pada Anak dengan Leukimia
Prinsip tersebut di bawah ini merupakan acuan dalam melaksanakan
program paliatif pasien kanker (Adaptasi WHO, 2007):
1. Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain.
2. Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses
normal.
3. Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian.
4. Mengintegrasikan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
5. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin.
6. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya.
8. Menghindari tindakan yang sia sia.
9. Bersifat individual tergantung kebutuhan pasien.

2.3.3 Penanganan Nyeri dan Ansietas Pada Pasien Terminal: Leukemia


dalam Perawatan Paliatif
Nyeri adalah keluhan yang paling banyak dijumpai pada pasien
kanker stadium lanjut. Nyeri juga merupakan keluhan yang paling
ditakuti oleh pasien dan keluarga. Hampir 95% nyeri yang dialami pasien
kanker dapat diatasi dengan kombinasi modalitas yang tersedia,
termasuk memberikan perhatian terhadap aspek psikologi, sosial, dan
spiritual.
Tata laksana nyeri merupakan salah satu bagian dari terapi paliatif.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian
terapi kuratif bersamaan dengan terapi paliatif untuk stadium lanjut dan
terminal. Sesuai dengan penyebab yang ada dan prinsip tata laksana
yang digunakan di perawatan paliatif, modalitas yang dapat digunakan
adalah:
1. Medikamentosa
Pemeberian Analgetik: NSAID, Non opioid, Opioid; Adjuvant
(kortikoste-roid, antidepresan, anti epilepsi, relaksan otot, antispas
modik).
2. Nonmedikamentosa
 Fisik: kompres hangat dan TENS
 Interupsi terhadap mekanisme nyeri: anestesi, neurolisis dan terapi
relaksasi atau manajemen nyeri
 Modifikasi lingkungan dan gaya hidup: hindari aktifitas yang
memacu atau memperberat nyeri, immobilisasi bagian yang sakit
dengan alat, gunakan alat bantu untuk jalan atau kursi roda
 Dukungan psikologis
Agar anak merasa aman, diperlukan adanya keberadaan orang
tedekat dari anak untuk mendampingi selama masa pengobatan, baik
untuk menjalani kemoterapi secara rutin maupun dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan anak yang lain adalah kebutuhan
cinta kasih serta harga diri dari orang orang terdekat (Bara, 2015).
Orangtua merupakan salah satu pemberi perawatan (care giver).
Salah satu faktor yang dapat menimbulkan respon unik individu
dalam merespon penyakit ataupun terapi, yaitu faktor interpersonal
(dukungan sosial). Dukungan sosial merupakan dukungan emosional
yang berasal dari teman, anggota keluarga, bahkan pemberi
perawatan kesehatan yang membantu individu ketika suatu masalah
muncul. Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di
dalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin
dibutuhkan pada saat seseorang sedang menghadapi masalah atau
sakit (Amanda, 2017).
 Lain-lain: modifikasi terhadap proses patologi yang ada, yaitu
diperlukan pada kondisi darurat seperti patah tulang karena proses
metastase, resiko patah tulang pada tulang penyangga tubuh,
metastase ke otak dan metastase ke paru-paru.

Menurut Verssey dan Carlson (1996) dalam Pedoman Teknis


Pelayanan Paliatif Kanker (2013), terapi ansietas yang dapat diberikan pada
anak penderita kanker adalah sebagai berikut:
 Pressure: melakukan pemijatan (massage)
 Positioning: memeluk, memegang, menggendong
 Relaxation dengan memberikan postural drainage : tidur miring atau
posisi kepala lebih direndahkan
 Distraction: bernyanyi, bermain, menonton TV atau video kesukaan
anak, mendengarkan musik, dan jalan- jalan.
 Hypnosis/ imagery: membantu memfokuskan perhatian anak dari
hal- hal yang ditakuti dan mengembangkan daya imaginasi anak
dengan aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan.

2.3.4 Tata Laksana Akhir Kehidupan Untuk Anak dengan Leukimia


1. Perawatan penyakit terminal pada anak dengan tujuan:
 Pastikan bahwa tidak ada rasa nyeri dan stress, serta menjaga agar
tidak mengalami nyeri yang berkepanjangan.
 Memberi perhatian secara penuh dengan kasih sayang.
 Mempersiapkan dan mendukung keluarga dalam menghadapi
kematian anaknya.
2. Persiapan menjelang akhir kehidupan
a. Pastikan kebutuhan anak dengan perawatan paliatif, khususnya
yang sedang menjelang akhir kehidupan, seperti kebutuhan fisik,
pikiran, dan jiwa. Adapun perawatan tersebut, dapat berupa:
 Meringankan rasa sakit dan keluhan fisik lainnya yang
dirasakan anak.
 Menjaga agar anak merasa nyaman dan tenang.
 Menjaga kehidupan anak dan keluarga senormal mungkin.
 Membantu keluarga mendapatkan dukungan yang mereka
butuhkan.
 Membicarakan harapan atau keinginan anak.
 Memberikan informasi yang tepat dan jujur tentang kondisi
anak.
 Membantu proses berduka atas kematian anak.
3. Perawatan pada saat pasien meninggal
Tempat yang tepat bagi anak untuk meninggal adalah di rumah
dan jangan biarkan anak meninggal tanpa ditunggu. Sebaiknya ada
tempat tersendiri dan nyaman untuk. Kita juga sebaiknya memahami
kebiasaan budaya dan keagamaan di daerah tempat kerja. Kita harus
dapat bersikap fleksibel terhadap permintaan orang tua. Tanda-tanda
akhir kehidupan, yaitu:
 Kesadaran menurun
 Banyak tidur
 Disorientasi
 Menolak makan, walaupun dalam bentuk cair
 Buang air kecil terganggu
 Kulit dingin, pucat, cutis mamorata
 Pola nafas tidak teratur (napas cepat pendek dengan adanya
periode cepat atau lambat).
4. Perawatan setelah pasien meninggal
Berduka adalah sekumpulan emosi yang mengganggu
diakibatkan oleh perubahan atau berakhirnya pola perilaku yang ada.
Hal ini biasanya terjadi setelah seseorang kehilangan, termasuk karena
kematian. Rasa kehilangan bisa mulai dialami pasien, keluarga, kerabat
serta teman-teman pada saat seseorang menderita suatu penyakit.
Rasa berduka dipengaruhi oleh siapa yang meninggal, kedekatan
dengan yang meninggal, penyebab kematian, pribadi dan kondisi
sosial. Hubungan dengan pasien yang telah meninggal dapat
mempengaruhi kemampuan keluarga untuk beradaptasi terhadap
kondisi yang ada. Hubungan yang baik dan dekat dapat menimbulkan
rasa kehilangan, kesepian dan tidak berguna. Pada kondisi ini,
pendekatan yang diperlukan adalah membantu agar merasa memiliki
harga diri, percaya diri, rasa aman.
Tugas dari pelayanan paliatif adalah memberikan dukungan, agar
rasa duka yang timbul tidak menjadi duka yang patologis atau hingga
menyebabkan depresi. Dukungan pada masa berkabung dilakukan pada
saat pasien meninggal dan pada saat pemakaman. Satu atau dua minggu
setelah pemakaman, follow up kepada keluarga yang berdukacita perlu
dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan mengatasi
rasa kehilangan dan kemampuan beradaptasi terhadap situasi baru,
yaitu kehidupan tanpa pasien yang telah meninggal. Follow up bisa
sebaiknya
dilakukan dengan kunjungan rumah, namun bila tidak memungkinkan
bisa dilakukan melalui telepon. Tujuan dukungan masa berkabung
adalah:
1. Membantu agar keluarga bisa menerima kenyataan bahwa
pasien telah meninggal dan tidak akan kembali
2. Membantu agar keluarga mampu beradaptasi dengan situasi dan
kondisi baru
3. Membantu merubah lingkungan yang memungkinkan keluarga
dapat melanjutkan hidup tanpa pasien yang meninggal
4. Membantu keluarga agar mendapatkan kembali rasa percaya
diri untuk melanjutkan hidup.

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
An. T usia 8 tahun dirawat di Rumah Sakit X sejak tanggal 20 Januari 2020,
hari ini adalah hari rawat ke 4. An. T sudah di diagnosis leukemia sejak 2 tahun
yang lalu pada stadium awal (stage 1). Sejak terdiagnosis, An. T sudah melakukan
kemoterapi per 3 bulan sekali, namun pada bulan agustus Mei 2019 An. T tidak
melakukan kemoterapi karena faktor ekonomi keluarga dan keluarga merasa
anaknya tidak kunjung sembuh. Sejak saat itu keluarga hanya melakukan
pengobatan secara alternative di rumah.
Pada tanggal 20 Januari 2020 pukul 06.00, keluarga membawa An.T ke IGD
Rumah Sakit X karena sangat takut dengan keadaan An. T. Keluarga mengatakan
sudah 1 bulan, badan An.T sangat lemah, sering mimisan, memar dibeberapa
bagian tubuhnya, serta keringat selalu keluar di malam hari. Keluarga sangat
khawatir melihat anaknya merasa kesakitan dan lemah tidak berdaya. Keluarga
menyesali perbuatannya karena hanya mengobati anaknya dengan pengobatan
alternative.
Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap di IGD, dokter telah mendiagnosis
bahwa leukemia yang dialami An. T sudah pada stadium lanjut (stage 3) dan sudah
metastase ke beberapa organ lainnya. Dan dokter mengatakan bahwa hidup An. T
sudah tidak lama lagi. Saat mendengar kabar tersebut keluarga sangat syok dan
tidak menyangka akan terjadi secepat ini. Keluarga mengatakan ingin mendapat
pengobatan semaksimal mungkin untuk hidup anaknya, namun pada stadium ini
kemoterapi dan obat-obatan sudah tidak akan berpengaruh banyak.
Akhirnya diputuskan bahwa An. T akan dirawat di ruang rawat inap dengan
pengobatan yang terus diberikan. Pengobatan An.T sudah berjalan selama 3 hari,
namun keadaan An. T semakin hari semakin memburuk. Pada hari ke 4, An. T
menangis mengeluh sakit kepala hebat, lemas, demam dan nyeri pada tulang-
tulangnya hingga merasa tidak nyaman. Ia juga mimisan sejak kemarin malam
sampai pagi ini. An. T megatakan pasrah karena tidak kuat merasakan rasa
sakitnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan An. T sangat pucat,
CRT > 2 detik, GCS 11, konjungtiva anemis, akral dingin, BB klien turun dari 18
kg (20 Januari) menjadi 15 kg (24 Januari), dan mual (+). Selain itu terdapat
pembesaran limfa (splenomegali) dan hati (hepatomegali). Dari hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital diperoleh: TD: 96/50 mmHg, N: 99x/menit, RR: 30x/menit, S:
38,6°C. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil lab: Hb: 5,2 gr/dl,
leukosit: 13,9 x 103/µl, trombosit: 99.000 mcL.

3.2 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
No. Register : 123.XXX
Tanggal MRS : 20 Januari 2020
Tgl & Jam Pengkajian : 24 Januari 2020 jam 07.00 WIB
Diagnosa Medis : Leukemia Limfoblaktik Kronik Stage
3
Biodata Pasien
Nama : An. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 8 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Surabaya
Sumber Biaya : Umum
Penanggung Jawab
Nama : Tn. I
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Hub dg px : Ayah
Alamat : Surabaya
Keluhan Utama
- Klien menangis mengeluh sakit kepala hebat, lemas, demam dan
nyeri pada tulang-tulangnya hingga merasa tidak nyaman.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Klien sudah didiagnosis leukemia sejak 2 tahun yang lalu pada
stadium awal (stage 1)
- Klien sudah menjalani berbagai pengobatan kemoterapi dan juga
alternative
- Namun karena kondisi klien semakin memburuk, keluarga membawa
ke RS pada tanggal 20 Januari 2020 dengan keluhan sudah 1 bulan
badan An.T sangat lemah, sering mimisan, memar dibeberapa bagian
tubuhnya, serta keringat selalu keluar di malam hari.
- Pada hari ke 4 (24 Januari 2020), An. T menangis mengeluh sakit
kepala hebat, lemas, demam dan nyeri pada tulang-tulangnya hingga
merasa tidak nyaman. Ia juga mimisan sejak kemarin malam sampai
pagi ini. An. T megatakan pasrah karena tidak kuat merasakan
rasa
sakitnya.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
Riwayat Pembedahan : Tidak ada

Pola Pemenuhan Nutrisi


POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

- Klien mengalami penurunan nafsu makan


- Klien mengeluh mual sejak 3 hari yang lalu
- Berat badan klien mengalami penurunan dari 18 kg (20 Januari)
menjadi 15 kg (24 Januari)
a. Pengkajian kualitas hidup
- Saat ini klien membutuhkan banyak bantuan dan perawatan medis
yang sering. Tidak dapat merawat diri sendiri, memerlukan
perawatan institusional setara atau rumah sakit dan memerlukan
dukungan dari keluarga maupun orang lain, penyakit mungkin
maju dengan cepat.
b. Psikososial
- Sosial/interaksi
Klien tidak dapat berinteraksi dengan teman-temannya,
klien hanya ditemani oleh ibu dan ayahnya.
- Psikologis
Klien terlihat sangat cemas dan sering menangis, klien juga
mengatakan pasrah karena tidak kuat dengan sakit yang dirasakan.
- Toleransi koping
Klien mengatakan takut dengan keadaan dirinya sekarang.
Klien merasa dirinya hanya menyusahkan ayah dan ibunya.
Klien mengatakan tidak nyaman dengan keadaannya saat ini.
2) Spiritual
Menggunakan pengkajian FICA
- Faith (keyakinan): kilen percaya tentang adanya tuhan/Allah dan
dia percaya pada agama islam
- Influence (pangaruh): klien marah karena tuhan memberikan sakit
pada dirinya bukan orang lain.
- Community (komunitas): klien mengikuti kegiatan mengaji/TPQ
setiap hari di masjid dekat rumahnya.
- Addressing Spiritual Concerns (cara mengatasi isu spiritual):
keluarga klien selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.
3) Pengkajian Prognosis
- Klien sudah didiagnosis pada leukemia stadium lanjut dengan
prognosis buruk, karena segala pengobatan tidak akan
berpengaruh banyak pada kesembuhan klien.
- Dokter sudah mengatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi.
4) Ekonomi
- Ayah klien adalah seorang guru honorer, penghasilannya
tergolong rendah.
- Keluarga ini mempunyai 2 orang anak
Kesadaran : Delirium E4V3M4
Tanda-tanda Vital
- TD: 96/50 mmHg, N: 99x/menit, RR: 30x/menit, S: 38,6°C.
Body System
1. B1 (Breath)
- RR 30x/menit, sesak napas, menggunakan otot bantu pernapasan
yaitu otot sternokleidomastoid.
2. B2 (Blood)
- TD 96/50 mmHg, CRT >2detik, akral dingin, HR 99x/menit, Hb:
6,7 gr/dl, leukosit: 13,2 x 103/µl, trombosit: 99.000 mcL.
- Konjungtiva anemis
- Akral dingin
- Turgor kulit memburuk
3. B3 (Brain)
- Kesadaran pasien delirium dengan GCS, yaitu : E = 4, V = 3 dan M
=4
4. B4 (Bladder)
- Tidak ada gangguan
5. B5 ( Bowel)
- BB turun dari 18 kg menjadi 14 kg, mual, pembesaran limfa, dan
pembesaran hati.
6. B6 ( Bone)
- Nyeri pada tulang-tulangnya sehingga pasien mengatakan sangat
tidak nyaman.
- Nyeri ini dirasakan saat klien mulai melakukan terapi medis
(tanggal
20-24 Januari)

3. Diagnosis Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan tampak
gelisah, frekuensi napas dan nadi meningkat (D.0080)
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terapi
ditandai dengan klien mengeluh tidak nyaman dan tampak menangis
(D.0074)
3. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis ditandai
dengan klien mengungkapkan keputusasaan dan afek datar (D.0088)

4. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosis (SDKI) Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas (I.09314)
dengan krisis keperawatan 2x24 jam, Terapeutik
situasional ditandai diharapkan tingkat ansietas 1. Ciptakan suasana terapeutik
dengan tampak klien menurun, dengan untuk menumbuhkan
gelisah, frekuensi kriteria hasil kepercayaan
napas dan nadi Tingkat Ansietas 2. Temani pasien untuk
meningkat (D.0080) (L.09093) mengurangi kecemasan
- Verbalisasi khawatir 3. Pahami situasi yang
akibat kondisi yang menyebabkan ansietas
dihadapi menurun (5) 4. Dengarkan dengan penuh
- Perilaku gelisah perhatian
menurun (5) 5. Gunakan pendekatan yang
- Perilaku tegang tenang dan meyakinkan
menurun (5) Edukasi
- Frekuensi pernapasan 6. Anjurkan keluarga untuk
menurun (5) tetap bersama pasien
- Frekuensi nadi 7. Anjurkan mengungkapkan
menurun (5) perasaan dan persepsi
Dukungan Sosial Kolaborasi
(L.13113) 8. Kolaborasi pemberian obat
- Bantuan yang antiansietas, jika perlu
ditawarkan oleh Terapi Musik (I.08250)
keluarga dan perawat Observasi
meningkat (5) 9. Identifikasi minat terhadap
- Dukungan emosi yang music dan identifikasi musik
disediakan oleh yang disukai
keluarga dan perawat Terapeutik
meningkat (5) 10. Pilih musik yang disukai
11. Posisikan dalam posisi yang
nyaman
12. Atur volume suara yang
sesuai
13. Hindari pemberian terapi
musik dalam waktu yang
lama
Edukasi
14. Anjurkan rileks selama
mendengarkan musik
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan Terapi Relaksasi (I.09326)
nyaman berhubungan keperawatan 2x24 jam, Observasi
dengan efek samping diharapkan status 1. Identifikasi penurunan
terapi ditandai dengan kenyamanan klien tingkat energy,
klien mengeluh tidak meningkat, dengan kriteria ketidakmampuan
nyaman dan tampak hasil berkonsentrasi, atau gejala
menangis (D.0074) Status Kenyamanan lain yang mengganggu
(L.08064) kognitif
- Keluhan tidak nyaman 2. Periksa frekuensi nadi,
menurun (5) tekanan darah, dan suhu
- Gelisah menurun (5) sebelum dan sesudah latihan
- Mual menurun (5) Terapeutik
- Menangis menurun (5) 3. Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
yang nyaman, jika
memungkinkan
4. Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
6. Jelaskan tujuan, manfaat,
dan jenis relaksasi yang
tersedia (misal musik)
7. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
8. Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
Manajemen Mual (I.03117)
Observasi
9. Identifikasi isyarat
nonverbal ketidaknyamanan
pada anak
10. Identifikasi faktor penyebab
mual
11. Identifikasi antiemetik untuk
mencegah mual
12. Monitor mual dan juga
asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
13. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
(seperti kecemasan)
Edukasi
14. Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
3. Keputusasaan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Emosional
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, (I.09256)
penurunan kondisi diharapkan harapan klien Terapeutik
fisiologis ditandai meningkat, dengan kriteria 1. Fasilitasi mengungkapkan
dengan klien hasil perasaan cemas, marah, atau
mengungkapkan Harapan (L.09068) sedih
keputusasaan dan afek - Minat komunikasi 2. Buat pernyataan suportif
datar (D.0088) verbal meningkat (5) atau empati
- Verbalisasi 3. Lakukan sentuhan untuk
keputusasaan menurun memberikan dukungan
(5) 4. Kurangi tuntutan berpikir
- Afek datar menurun (5) saat sakit atau lelah
Motivasi (L.09080) Edukasi
- Pikiran berfokus masa 5. Anjurkan mengungkapkan
depan meningkat (5) perasaan yang dialami
- Upaya mencari 6. Anjurkan mengungkapkan
dukungan sesuai pengalaman emosional
kebutuhan meningkat sebelumnya dan pola respons
(5) yang biasa digunakan
- Harga diri positif Promosi Harapan (I.09307)
meningkat (5) Observasi
- Keyakinan positif 7. Identifikasi harapan pasien
meningkat (5) dan keluarga dalam
pencapaian hidup
Terapeutik
8. Pandu mengingat kembali
kenangan yang
menyenangkan
9. Ciptakan lingkungan yang
memudahkan
mempraktikkan kebutuhan
spiritual
Edukasi
10. Anjurkan mengungkapkan
perasaan terhadap kondisi
dengan realistis
11. Anjurkan mempertahankan
hubungan terapeutik dengan
orang tua
BAB 4

PENUTU

4.1 Kesimpulan
Leukemia atau kanker darah adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi
(pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering
disertai dengan jumlah leukosit yang berlebihan. Leukemia sering terjadi pada
anak dibawah 15 tahun dan merupakan penyakit kronis kedua dan ketiga
sebagai penyebab kematian pada anak.
Anak penderita leukemia sangat membutuhkan perawatan yang intensif,
selain terapi farmakologi dan non farmakologi. Anak penderita leukemia juga
memerlukan perawatan untuk mencapai peningkatan kualitas hidupnya,
sehingga tenaga kesehatan tidak hanya berfokus pada kesembuhan pasien tetapi
juga pada kesejahteraan pasien yang bisa dicapai dengan pemberian perawatan
paliatif.
DAFTAR PUSTAKA

Chandrayani. 2009. Gambaran Epidemiologi Kasus Leukemia Anak di Rumah Sakit


Kanker Dharmais tahun 2004-2008. Skripsi FKM-UI.

Girsang, Natalia. 2018. Skripsi Efektivitas Hipnoterapi Terhadap Penurunan Intensitas


Mual Muntah Post Kemoterapi Pada Pasien Anak Leukemia Di Rsup H. Adam
Malik Medan. Medan

Ners Handayani, Wiwik S.kep & dr. Andi Sulistyo H. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto.

Marpaung, Junierissa dan Sinaga Boneka. 2019. Dukungan Sosial Keluarga Pada Anak
Penderita Leukimia Berdasarkan Film “My Sister Keeper”. Jurnal KOPASTA,
6 (1), (2019).

Buku Petunjuk Teknis Paliatif Kanker Pada Dewasa. 2016. Kementrian kesehatan
Republik Indonesia.

Buku Petunjuk Teknis Paliatif Kanker. 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan


Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Fitria, C.N. 2010. Palliative Care pada penderita Penyakit Terminal. GASTER. 7 (1:
527-535). Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai