Anda di halaman 1dari 25

1

ASUHAN KEPERAWATAN
GAGAL GINJAL KRONIK

DISUSUN OLEH:

ANANG IHSAN NURHARI

SNR 18213033

WAHONO

PROGRAM KHUSUS S1 NON REGULER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2018
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan berkat, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gagal
Ginkal Kronik” ini dengan tidak ada halangan yang berarti.
Makalah ini saya susun dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai
referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai Sistem
Perkemihan II. Selain itu makalah ini saya susun juga untuk memenuhi tugas dari
dosen Sistem Perkemihan II.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharap tegur sapa dan kritik yang
membangun dari para pembaca guna perbaikan dan peningkatan untuk karya
selanjutnya.
Demikian kiranya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan pembaca pada khususnya.

pontianak, 24 september 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ........................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
c. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
a. pengertian ………………………………………………………………………3
b.klasifikasi………………………………………………………………………..3
c.etiologi…………………………………………………………………………...3
d.patofisiologi……………………………………………………………………..4
e.manifestasi klinis………………………………………………………………...4
f.pemeriksaaan penunjang…………………………………………………………7
g.penatalaksanaan…………………………………………………………………8
h.komplikasi……………………………………………………………………….9
i.prognosis…………………………………………………………………………9
j.asuhan keperawatan pasien ggk………………………………………………….9
BAB III PENUTUP
a.simpulan……………………………………………………………………….21
b.saran…………………………………………………………………………...21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..22
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh kita. Hal itu
disebabkan karena fungsi ginjal yang cukup sentral, yaitu sebagai
penyeimbang cairan dan elektrolit tubuh, membantu proses eritropoesis,
sekresi hormon, dan lain-lain. Dengan fungsinya tersebut maka ginjal
mempunyai peranan yang sangat penting dalam semua aktivitas tubuh.
Dengan fungsi ginjal yang begitu vital, maka akan sangat merugikan
bagi tubuh jika ginjal mengalami gangguan. Ada beberapa macam gangguan
pada ginjal, salah satunya adalah Gagal Ginjal Kronik. Gagal ginjal kronik
adalah suatu kondisi dimana ginjal gagal melakukan fungsinya secara normal
yang sudah berlangsung lama, bersifat progresif dan irrefersibel. Berdasarkan
pengertiannya gagal ginjal kronik merupakan masalah yang serius bagi
seseorang, karena kerusakan pada ginjal irrefersibel. Oleh karena itu perlu
penanganan yang khusus dan intensif untuk menyambung hidup dari
penderitanya.
Berdasarkan pada beberapa hal diatas penyusun tertarik untuk
mengambil judul “Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik” dalam makalah
ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Makalah ini kami susun berdasarkan pada pengembangan dari
beberapa pokok persoalan berikut, yaitu :
1. Apa pengertian dari gagal ginjal kronik ?
2. Bagaimana klasifikasi dari gagal ginjal kronik ?
3. Apa etiologi dari gagal ginjal kronik ?
4. Bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal kronik ?
5. Bagaimana manifestasi dari gagal ginjal kronik ?
6. Apa pemeriksaan penunjang dari gagal ginjal kronik ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik ?
5

8. Apa komplikasi dari gagal ginjal kronik ?


9. Bagaimana prognosis dari gagal ginjal kronik ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pasien gagal ginjal kronik ?

C. TUJUAN
Makalah ini kami susun untuk mengetahui :
1. Pengertian dari gagal ginjal kronik
2. Klasifikasi dari gagal ginjal kronik
3. Etiologi dari gagal ginjal kronik
4. Patofisiologi dari gagal ginjal kronik
5. Manifestasi dari gagal ginjal kronik
6. Pemeriksaan penunjang dari gagal ginjal kronik
7. Penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik
8. Komplikasi dari gagal ginjal kronik
9. Prognosis dari gagal ginjal kronik
10. Asuhan keperawatan pasien gagal ginjal kronik
6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun
yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang
menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah
kondisi normal (Betz Sowden, 2002 )
Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron
yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat
( Rosa M. Sacharin, 1996).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine
M Wilson, 1995: 812).

B. KLASIFIKASI
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di
klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut :
1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4. < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.

C. ETIOLOGI
1. Infeksi
2. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
3. SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
4. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
5. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
7

D. PATOFISIOLOGI
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi
kehilangan nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika
angka filtrasi glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas
ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan
dengan bahan utama yang ditangani ginjal.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan
ginjal untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi
kalium. Asidosis metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan
produksi ammonia. Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi
akibat sekresi hormon paratiroid, peningkatan fosfat plasma (penurunan
kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam
aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena
gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel darah merah,
peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit).
Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai
proses biokimia.

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis persistem :
1. Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia,
gangguan lekosit.
2. Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva.
3. Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg
syndrome.
4. Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas
garukan karena gatal.
8

5. Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
6. Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan
seksual, libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan
metabolisme vitamin D.
Manifestasi klinis secara umum :
1. Ketidakseimbangan cairan
a. Kelebihan cairan : edema, oliguri, hipertensi, gagal jantung kongestif
b. Penipisan volume vaskuler : poliuria, penurunan asupan cairan,
dehidrasi
2. Ketidakseimbangan elektrolit
a. Hiperkalemia : gangguan irama jantung, disfungsi miokardial
b. Hipernatremia : haus, stupor, takikardia, membran kering, peningkatan
refleks tendon profunda, penurunan tingkat kesadaran
c. Hipokalemia dan hiperfosfatemia : iritabilitas, depresi, kram otot,
parastesia, psikosis, tetani
d. Hipokalemia : penurunan reflek tendon profunda, hipotonia, perubahan
EKG
3. Ensefalopati dan neuropati uremik
a. Gatal gatal
b. Kram dan kelemahan otot
c. Bicara tidak jelas
d. Parastesia telapak tangan dan telapak kaki
e. Konsentrasi buruk
f. Mengantuk
g. Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial
h. Koma
i. Kejang
9

Web Of Caution

Infeksi, DM, SLE, batu ginjal

Kerusakan nefron

Kronis dan irreversibel

GGK

↓ metabolisme gangguan eritropoetin ↓ Clearence retensi elektrolit perubahan status


protein RAAS urea ↓ kesehatan
eritropoesis ↓ penumpukan Na. K
↓ tekanan gangguan hiperuremia kurang pengetahuan
onkotik sirkulasi anemia stuff cairan
Gatal2 Ansietas
↑tekanan Resiko ↓ kelemahan eritrosit < edema
hidrostatik CO Gangguan
Resti Cidera Hb < Rasa Nyaman Ketidakseimbangan
stuff cairan Cairan & Elektrolit
ke interstitial G3 Perfusi Suplai O2 Avinitas darah
Jaringan ke jaringan ↓ pada O2 ↓
edema
hipoksia O2 dalam
menekan n. vagus jaringan jaringan ↓ (PO2 ↓)

anoreksia Resiko Kerusakan Sesak nafas


Integritas Kulit
Nutrisi < kbutuhan Gangguan Pola Nafas

9
10

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat.
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi
perikardial.
7. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama
untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
8. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang
reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11. Biopsi ginjal
12. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia,
dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
11

rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa
meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar
luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan
ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah
protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama
dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya
sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat
pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH
yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada
gagal ginjal.

G. PENATALAKSANAAN
12

1. Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.


2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
3. Diet tinggi kalori rendah protein.
4. Kendalikan hipertensi.
5. Jaga keseimbangan eletrolit.
6. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.
7. Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
8. Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
9. Persiapkan program hemodialisis.
10. Transplantasi ginjal.

H. KOMPLIKASI
1. Hipertensi.
2. Infeksi traktus urinarius.
3. Obstruksi traktus urinarius.
4. Gangguan elektrolit.
5. Gangguan perfusi ke ginjal.

I. PROGNOSIS
Pada penyakit gagal ginjal dini (mikroalbuminuria) sudah mempunyai
prognostik morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Dengan memberatnya
kelainan ginjal, disertai dengan penurunan fungsi ginjal, prognosis terbukti
semakin buruk, menuju gagal ginjal yang memerlukan dialisis, komplikasi
organ target yang mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan angka
kematian (Suhardjono, 2001).

J. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GGK


a. PENGKAJIAN
1. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia
muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama
13

Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan


(anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau
(ureum), gatal pada kulit.
3. Riwayat penyakit
Sekarang: Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis,
renjatan kardiogenik.
Dahulu: Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign
Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
4. Keluarga: Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus
(DM).
5. Pola aktivitas sehari-hari
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang
negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi
prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu
perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b) Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual, muntah dan
rasa pahit pada rongga mulut, intake minum yang kurang. dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan klien.
Gejala ; Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat
badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau
mulut (amonia)
Penggunaan diuretik.
Tanda : Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang,
rambut tipis, kuku rapuh.
14

c) Pola Eliminasi
Eliminasi urin :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua
dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap
lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan)
oliguria atau anuria.
Eliminasi alvi : Diare.
d) Pola tidur dan Istirahat : Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e) Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan
dan lemas menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise,.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak.
f) Pola hubungan dan peran.
Gejala : kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran).
g) Pola sensori dan kognitif.
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati /
mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien
mengalami disorientasi/ tidak.
h) Pola persepsi dan konsep diri.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran
pada keluarga (self esteem).
i) Pola seksual dan reproduksi.
15

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ


reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

j) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.


Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan, karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan
lain – lain, dapat menyebabkan klien tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak
ada kekuatan,
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam
melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.
6. Tanda vital: Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah,
hipertensi, nafas cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea.
7. Body Systems :
a) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala : nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk
dengan/tanpa sputum, kental dan banyak,
Tanda ; takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif
dengan / tanpa sputum.
b) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
16

Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada


atau angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada
kaki, telapak tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi
ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning.kecendrungan perdarahan.

c) Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent
sampai koma.
d) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua
dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap
lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan)
oliguria atau anuria.
e) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis
erosiva dan Diare
f) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki,
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis
pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit,
jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
8. Pemeriksan fisik :
a) Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas
ureum.
b) Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
c) Perut: Adanya edema anasarka (ascites).
17

d) Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.


e) Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.

b. DIAGNOSA
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan
dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi,
irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin,
kalsifikasi jaringan lunak.
2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan
dengan penekanan, produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi
Sel Darah Merah gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan
vaskuler.
3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan
sensasi (neuropati ferifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas,
akumulasi areum dalam kulit.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.

c. INTERVENSI
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama,
konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi
jaringan lunak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam tidak terjadi penurunan curah jantung.
Kriteria : tekanan darah sistole antara 100 – 140 dan diastole antara
70 – 90 mmHg , frekuensi nadi antara 60 - 100, nadi perifer yang kuat,
capilary refill time yang baik.
Rencana:
18

a. Auskultasi suara jantung dan paru. Evaluasi adanya edema, perifer,


kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe.
R/ Adanya edema paru, kongesti vaskuler, dan keluhan dispnea
manunjukan adanya renal failure.
b. Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan tekanan
darah akibat perubahan posisi.
R/ Hipertensi yang signifikan merupakan akibat dari gangguan
renin angiotensin dan aldosteron. Tetapi ortostatik hipotensi juga
dapat terjadi akibat dari defisit intravaskular fluid.
c. Kaji adanya keluhan nyeri dada, lokasi dan skala keparahan.
R/ Hipertensi dan Chronic renal failure dapat menyebabkan
terjadinya myocardial infarct.
d. Kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas.
R/ Kelemahan dapat terjadi akibat dari tidak lancarnya sirkulasi
darah.
e. Kolaborasi dalam:
- Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatinin,
Kreatinin klirens.
- Pemeriksaan thoraks foto.
- Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
- Siapkan Dialisis
2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan
dengan penekanan, produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi
Sel Darah Merah gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan
vaskuler.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
tidak terjadi cedera
Kriteria : Tidak mengalami tanda-tanda perdarahan,lab. Dalam batas
normal.
Rencana:
a. Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan, takikardia,
mukosa / kulit pucat, dispnoe, nyeri dada.
19

R/ Dapat menunjukan anemia, dan respon jantung untuk


mempertahankan oksigensi sel.
b. Awasi tingkat kesadaran dan prilaku.
R/ Anemia dapat menyebabkan hipoksia, serebral, perubahan
prilaku mental dan orientasi.

c. Evaluasi respon terhadap aktivitas.


R/ Anemia menurunkan oksigenasi jaringan, meningkatkan
kelelahan, memerlukan perubahan aktivitas (istirahat).
d. Observasi perdarahan terus menerus dari tempat penusukan, atau
pada area mukosa.
R/ Mengalami kerapuhan kapiler.
e. Awasi haematemesis atau sekresi GI / darah feses.
R/ Stress dan abnormalitas hemostatik dapat mengakibatkan
perdarahan GI track.
f. Berikan sikat gigi halus, pencukur elektrik, gunakan jarum kecil
pada saat penyuntikan, lakukan penekanan lebih lama setelah
penyuntikan.
R/ Menurunkan resiko perdarahan / pembentukan hematoma.
Kolaborasi :
a. Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap, Thrombosit, Faktor
Pembekuan dan Protrombin.
R./ Uremia, menurunkan produksi eritropoetin, menekan produksi
Sel Darah Merah. Pada gagal ginjal kronik, Hb, hematokrit
biasanya rendah.
b. Pemberian transfusi.
R./ Mengatasi anemia simtomatik.
c. Pemberian obat – obatan :
- Sediaan besi, asam folat, sianokobalamin.
R./ Memperbaiki gejala anemi.
- Cimetidin (Actal).
R./ Profilaksis menetralkan asam lambung.
20

- Hemostatik (Amicar).
R./ Menghambat perdarahan.
- Pelunak feses.
R./ Mengurangi perdarahan mukosa.

3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan
sensasi (neuropati ferifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas,
akumulasi areum pada kulit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria : kulit tidak lecet, klien mampu mendemonstrasikan cara
untuk mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit.
Rencana :
a. Inspeksi kulit terhadap Perubahan Warna, turgor, perhatikan
kemerahan,ekskoriasi.
R/ Menandakan area sirkulasi buruk, yang dapat menimbulkan
dekubitus.
b. Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan dan adanya excoriasi.
R/ Sirkulasi darah yang kurang menyebabkan kulit mudah rusak
dan memudahkan timbulnya dicubitus/ infeksi.
c. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran mukosa.
R/ Deteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi integritas
jaringan pada tingkat seluler.
d. Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri bantalan pada tonjolan tulang ,
pelindung siku dan tumit..
R/ Mengurangi/ menurunkan tekanan pada daerah yang edema,
daerah yang perfusinya kurang baik untuk
mengurangi/menurunkan iskemia jaringan.
e. Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan bersih.
21

R/ Kulit yang basah terus menerus memicu terjadi iritasi yang


mengarah terjadinya dikubitus.
f. Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan
kering yang menyerap keringat dan bebas keriput.
R/ Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin.
R/ Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko
cedera.
h. Kolaborasi dalam pemberian foam dan tempat tidur angin.
R/ Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan yang
dapat membatasi ferfusi seluler, sehingga dapat mengurangi
iskemik jaringan.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria : Klien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan. Emosi
stabil, pasien tenang. Istirahat cukup.
Rencana :
a. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
R./ Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien
sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa
cemasnya.
R./ Dapat meringankan beban pikiran pasien.
c. Gunakan komunikasi terapeutik.
R./ Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga
pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
d. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan
pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
R./ Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan
pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran
22

pasien.
e. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim
kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang
terbaik dan seoptimal mungkin.
R./ Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan
kecemasan yang dirasakan pasien.
f. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien
secara bergantian.
R./ Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga
yang menunggu.
g. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
R./ Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam
kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria : Berat badan dan tinggi badan ideal, pasien mematuhi
dietnya, mual berkurang dan muntah tidak ada, tekanan darah 140/90
mmHg.
Rencana :
a. Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan makan.
R./ Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi
pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.
b. Identifikasi perubahan pola makan.
R./ Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet
yang ditetapkan.
c. Berikan makanan sedikit dan sering.
R./ Meminimalkan anoreksia dan mual.
d. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
R./ Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya
23

hipertensi yang lebih berat.


e. Tawarkan perawatan mulut, berikan permen karet atau penyegar
mulut diantara waktu makan.
R./ Menghindari membran mukosa mulut kering dan pecah.
f. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
R./ Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan
merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
g. Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai
dengan indikasi; Nabic, Anti emetik dan anti hipertensi.
R./ Nabic dapat mengatasi/memperbaiki asidosis. anti emitik akan
mencegah mual/muntah dan obat anti hipertensi akan mempercepat
penurunan tekanan darah.
h. Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi
kalori, rendah protein, rendah garam (TKRPRG).
R./ Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan
tekanan darah dan mencegah komplikasi.
24

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang
menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah
kondisi normal.
Pada penyakit gagal ginjal dini (mikroalbuminuria) sudah mempunyai
prognostik morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Dengan memberatnya
kelainan ginjal, disertai dengan penurunan fungsi ginjal, prognosis terbukti
semakin buruk, menuju gagal ginjal yang memerlukan dialisis, komplikasi
organ target yang mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan angka
kematian.
B. SARAN
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya mencakup aspek
biopsikososiospiritual pasien.
2. Setiap selesai melakukan tindakan keperawatan hendaknya
mendokumentasikannya, untuk legalitas.
25

DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta :
EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marylin E. 1989. Nursing Care Plans.Philadelphia : F.A Davis
Company.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta : EGC
Nanny.S. 2001. Intisari online.Disiplin Ketat Penderita Gagal Ginjal. www.
Indomedia.com/intisari/2001/juni/Terapi_601.htm.

Anda mungkin juga menyukai