Anda di halaman 1dari 17

END OF LIFE : KEPERAWATAN

MENJELANG AJAL DI IGD


Oleh : Kelompok 1
Nazla Asrin Dwi Pertiwi NIM 195070209111012
Wardatul Ummah NIM 195070209111021
Wenda Dwi Asmoko NIM 195070209111031
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Tujuan umum dari makalah ini adalah menggambarkan tentang
“End Of Life : Keperawatan Menjelang Ajal di IGD”
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi teori dalam perawatan menjelang ajal di ruang
IGD
2. Mengetahui bagaimana pengaplikasian perawatan menjelang di
ruang IGD
BAB 2 TINJAUAN TEORI
1. Sumber Teori

Peaceful End of life dikembangkan dari beberapa kerangka teori,


secara primer berdasarkan model klasik Donabedian baik struktur,
proses dan outcomes (Ruland dan Moore, 1998) yang sebagiannya
berkembang dari teori system umum grand teori.
Landasan teoritis kedua dari teori ini adalah teori preferensi atau pilihan
(Brandt, 1979), digunakan oleh para ahli filosofi untuk menjelaskan dan
mendefinisikan kualitas kehidupan (Sandoe, 1999).
2. Konsep Teori Peaceful End of Life
Teori ini dikembangkan pertama kali oleh Ruland dan Moore
pada tahun 1998 mendefinisikan teori tersebut sebagai suatu
kondisi menjelang akhir masa kehidupan yang dijalani dengan
penuh kedamaian dengan berbagai kriteria yang harus
dipenuhi, yaitu :
1. Terbebas Dari Rasa Sakit
2. Mendapat kenyamanan
3. Bermartabat dan merasa terhormat
4. Merasa damai
5. Merasakan kedekatan dengan orang lain yang signifikan dan
orang yang merawatnya
Ruland and Moore (1998) mengidentifikasi enam pernyataan hubungan eksplisit dalam
teori mereka yaitu :
1) Memantau dan memberikan obat penghilang nyeri dan intervensi farmakoterapi no
nfarmakoterapi untuk memberikan pengalaman hidup tanpa nyeri.
2) Mencegah, memantau dan memberi kenyamanan fisik, membantu istirahat, relaks
asi dan mencegah komplikasi yang berkontribusi pada pengalaman merasa nyama
n.
3) Mengikutsertakan pasien dan orang terdekat dalam proses pengambilan keputusa
n terkait pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, memberlakukan p
asien dengan martabat, empati danhormat, dan bersikap atentif terhadap kebutuha
n pasien, harapan untuk membuat pasien merasa bermartabat dan dihormati.
4) Mendukung emosi, memantau dan memenuhi kebutuhan pasien akan obat-obatan
anti cemas, memenuhi keinginan percaya untuk membuat pasien merasa damai.
5) Memfasilitasi partisipasi orang-orang terdekat dalam pelayanan keperawatan pasie
n, menerima rasa berduka keluarga, kekhawatiran, pertanyaan-pertanyaan dan me
mberi kesempatan pada keluarga untuk mengalami kedekatan pada orang yang dir
awat.
6) Kesemua lima point diatas dapat berkontribusi terhadap akhir kehidupan yang pen
uh kedamaian.
Gambar 1. Hubungan antara konsep teori peacefull End of life (Ruland C.M, dan Moore, S.M. (1998
). Teori konstruksi berdasarkan standar pelayanan: proposal dari teori peacefull end of life. Panda
ngan Keperawatan, 46(4),174.)
3. Asumsi Mayor Teori Peaceful End of Life

Ada dua asumsi Roland and Moore (1998) identifikasi teori sebagai berikut:
1) Pengalaman kejadian dan perasaan pada masa akhir hidup merupakan bersif
at pribadi dan individual.
2) Asuhan Keperawatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menci
ptakan pengalaman untuk menghadapi kematian dengan damai (peaceful en
d of life).
Ada dua tambahan asumsi yang tersirat, yaitu:
a. Keluarga, sebuah istilah yang mencangkup orang lain yang berate bagi pasien m
erupakan bagian penting dalam perawatan klien dengan keadaan menjelang kem
atian.
b. Tujuan pelayanan End of Life adalah bukan mengoptimalkan pelayanan dengan c
ara teknologi terbaik melainkan untuk memaksimalkan pelayanan demi mencapai
kualitas hidup dan kematian yang penuh kedamaian.
4. Pengembangan Teori End of Life
Gambar 3. circle diagram: peaceful journey end of life process
1) Diagnosis : Pasien menerima kenyataan bahwa prognosis penyakit yang di derita merupakan penyakit yang
terminal atau EOL.
2) Comfort : Pasien memiliki hak untuk berada dalam keadaan nyaman setiap saat meliputi fisik, lingkungan dan
atau intervensi psikospiritual.
3) Advance care directive/ embaracing your choice : Setelah di diagnosis pasien harus memiliki instruksi lanjutan,
hal ini memungkinkan pasien menunjuk seseorang untuk berbicara mewakili mereka dalam hal keinginan
kesehatan mereka, sekalipun pasien tersebut tidak dapat berbicara. Keputusan pasien tersebut yang oleh
hukum harus dihormati bagi kalangan dokter.
4) Palliative/ hospice care : perawatan total care yang aktif kepada pasien yang penyakitnya tidak responsif
terhadap pengobatan kuratif.yang terpenting dalam penanganan adalah pengendalian rasa sakit dan
symtomatis serta mengatasi masalah psikologis, sosial dan spiritual. pencapaian tujuan dalam perawatan
adalah kualitas hidup terbaik bagi pasien dan keluarga.
5) Spirituality : secara terbuka di definisikan sebagai pencarian individu akan makna utama kehidupan sesuai
dengan keyakinan atau pengalaman sendiri. Penyedia layanan kesehatan lebih baik dapat memberikan bantuan
kepada pasien maupun keluarga yang mengalami masalah dalam spitualitas.
6) Caring quilt/ caring cart : bergagai alat perawatan bisa membantu pasien terminal memberikan suasana
nyaman dan menghibur pasien serta menjadi kenangan bagi yang terkasih pasien. Seperti music, film dan
kamera.
7) No one dies alone : kehadiran pendampin yang terkasih sangat penting untuk memberikan keyakinan kepada
pasien bahwa tidak akan meninggal disaat sendirian.
5. Gambaran Sikap Perawat terhadap End of Life care

Salah satu sikap perawat yang penting untuk diperhatikan adalah pada saat
melakukan perawatan menjelang ajal. Sikap positif yang ideal untuk merawat
pasien menjelang ajal didefinisikan sebagai fleksinilitas dalam hubungan inte
rpersonal keinginan untuk berkomunikasi secara terbuka tentang isu-isu kriti
s dan pikiran psikologis dalam kaitannya dengan pasien dan keluarga (Ali da
n Ayoub 2010)

Bentuk perawatan paliatif yang bisa dilakukan yaitu membina kehidupan, me


mberikan perawatan menjelang ajal dengan cara menganggap mati sebagai
proses normal, tidak ingin mempercepat atau menunda kematian dan mengg
unakan pendekatan tim untuk menangani kebutuhan pasien dan keluarga ter
masuk konseling berduka atau berkabung jika diindikasikan (Hall dkk., 2011).
Salah satu tugas profesional kesehatan sebelum memberikan perawatan menjelang
ajal adalah harus memahami keadaan pikiran dan perasaan pasien dengan menjela
ng ajal tersebut. Pertama, tahap mental pada orang yang sedang dengan menjelang
ajal adalah penolakan dan isolasi. Setelah mendengar kabar buruk, pasien sering ti
dak dapat menerima atau fakta penyakitnya. Pasien mungkin terus menyangkal ked
atangan kematian. Tahap kedua adalah kemarahan. Pada umumnya pasien mengu
ngkapkan perasaan melalui kemarahan atau emosi lainnya. Tahap ketiga adalah ta
war-menawar. Pasien mungkin mencoba menegosiasi diri sendiri dalam upaya untu
k kembali normal. Tahap keempat adalah depresi ketika pasien merasa sedih setela
h menyadari kepastian datangnya kematian. Tahap akhir adalah penerimaan di man
a pasien menerima kematian dan pindah ke tingkat psikologis baru (Lee, 2002).
Lima prinsip perawatan menjelang ajal yang dapat membantu perawat
dalam mengoptimalkan penyusunan rencana keperawatan secara ko
mprehensif serta dapat memberikan dukungan untuk pasien dan kelua
rga adalah (Norlander, 2008) :

1) Menghormati dan mendiskusikan keinginan pasien dan keluarga.


2) Mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit yang dirasakan.
3) Mengatasi kesedihan emosional, spiritual, dan pribadi
4) Mendiskusikan persiapan kematian atau kematian yang diinginkan
dengan pasien dan keluarga.
5) Mengakui proses berkabung atau Berduka.
BAB 3 PEMBAHASAN
Aplikasi Pada Pelayanan di Indonesia

Pada aplikasi di dalam negeri, teori ini bertujuan kepada pasien, keluarga, dan lingkunga
nnya bagaimana mengerti, memahami, dan menerima kenyataan adanya sakit yang sec
ara ilmu medis tidak ada harapan kembali sembuh secara optimal. Bentuk aplikasi yang
disarankan akan lebih mudah apabila dapat mengikuti petunjuk dari pemerintah dalam h
al ini melalui keputusan menteri kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.812
/MENKES/SK/VII/2007 tentang Kebijakan perawatan paliatif. Umumnya, perawat memilik
i hambatan dalam mendiskusikan perasaan dan keinginan pasien dan keluarga dikarena
kan kurangnya privasi.
Kelebihan Teori Peacful End of Life

a. Kelebihan dari Teori ini adalah dapat digunakan pada perawatan pasien sehari-hari. Baru dan Ori
ginal serta berbasis dari standart perawatan dan dapat diarahkan secara langsung ke praktek kli
nik.
b. Fokus pada Teori ini tidak hanya pada pasien saja tapi juga keluarga dan orang-orang penting lai
n disekitar pasien. Kita memberikan panduan untuk kelaurga dan orang terdekat lain, menjawab
pertanyaan dan memberikan support.
c. Teori Peaceful EOL merupakan Framework yang mengilustrasikan arah atau Jalan untuk menje
mbatani keberlangsungan proses Teori-Practice-Research.
d. Semua indikator hasil Teori Peaceful EOL ini dapat diukur.
Kekurangan Teori Peacful End of Life

a. Kelemahan dari Teori model ini adalah secara fakta tidak dapat menjawab adanya perbedaan bu
daya dalam hal penanganan orang akan meninggal. Sebagai contoh sebuah budaya hanya meng
ijinkan orang-orang tertentu untuk dapat masuk menemani pasien, sedangkan budaya lain meng
haruskan seluruh keluarga untuk masuk. Budya lain mungkin memerlukan adanya ritual-ritual tert
entu untuk mengantarkan pasien.
b. Membutuhkan lebih banyak penelitian untuk mendukung teori ini sebagaimana pula kegunaan te
ori ini yang mempengaruhi penelitian keperawatan, pendidikan dan praktek. Dukungan empiris un
tuk semua hubungan membutuhkan validasi lebih lanjut.
BAB 5 PENUTUP
Kesimpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ali, W. G. M. dan N. S. Ayoub. 2010. Nurses ’ attitudes toward caring for dying patient in mansoura university hospitals. Journal of Medicine and Biomedical Sci
ence. (10):16–23.
Ali, U. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Mutu Pelayanan Keperawatan Di Ruang IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar. Diakses 20 Ok
tober 2019 http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/10/elibrary%20stikes%20nani%20hasanuddin--umaralihab-462-1-42142282-1.pdf
Alligood, & Tomey. 2006. Middle range theories: Peaceful end of life theory. Nursing Theorists and Their Work, (pp.775-781). Missouri: Mosby.
Alligood, & Tomey. 2014. Nursing Theorists and Their Work Eighth Edition. USA: Mosby Elseiver
Bahrudin, Moch. 2017. Neurologi Klinis. Malang:Universitas Muhammadiyah Malang
Decker, K., Lee, S., & Morphet, J. (2015). The experiences of emergency nurses in providing end-of-life care to patients in the emergency department. Australa
sian Emergency Nursing Journal (2015) 18, 68—74 .
Farikhah, Z. (2019). Studi Komparasi Sikap Perawat Terhaap End Of Life Care di Ruang IGD dan ICU RSD Kalisat dan RSD Balung Kabupaten Jember. Jembe
r: Universitas Jember.
Faull, C., Carter, Y.H., dan Daniels, L. 2007. Handbook of Palliative Care Second Edition. Victoria: Blackwell Science
Guido, G.W. 2009. Nursing Care at The End of Life. Upper Saddle River: Pearson
Hall, S., H. Petkova, A. D. Tsouros, Higginso;, M. Costantini, dan I. J. 2011. PALLIATIVECARE FOR OLDER PEOPLE : BETTER PRACTICES. Denmark: WHO
Regional Offi ce for Europe.
Lee, D. H. 2002. Approach to End of life care. The Ochsner Journal. 4(2):98–103. Lotfi, Aisyah Binti Mohd. 2017. Profil Kematian Pasien Kurang 8 Jam D
i Instalasi Gawat Darurat Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2016 http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MGQwMD
VmNTMwOTc5YmQ2ZDNiOGQwNTAxNTNkOTA2N2I3NTI2YjlmOQ==.pdf. diakses pada tanggal 20 Oktober 2019.
Marr, H. dan Giebing, H. 2001. Penjamin Kualitas Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
Norlander, L. 2008. To Comfort Always A Nurse’s Guide to End-of-Life Care. Edisi 1. Indiana: Sigma Theta Tau International.
Pandhita S, G. 2010. Kematian Batang Otak. Tinjauan Pustaka.329 – 331
Ruland, Cornelia M, Moore, Shirley. 1998. Theory Construction Based on Standards of Care: A Proposed Theory of the Peaceful End of Life. Nursing Outlook, 1
998, 46 (4), p.169-75.

Anda mungkin juga menyukai