Anda di halaman 1dari 17

ANALISA JURNAL KEPERAWATAN KRITIS

“ernapasan Pursed Lip Breathing meningkatkan saturasi oksigen penderita


penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) Derajat I”

DI SUSUN OLEH

NAMA : NAHDAH DYAH NADILLA


NIM : 11182046

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA

2021/2022
i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat-Nya makalah Keperawatan Kritis ini dapat terselesaikan. Adapun
hambatan-hambatan yang saya hadapi dalam pembuatan makalah ini, merupakan
hal yang sangat berarti dan menjadi pengalaman yang tak ternilai harganya.

Makalah Keperawatan Kritis ini berjudul ANALISA JURNAL (EBN)


MENGENAI “Pernapasan Pursed Lip Breathing meningkatkan saturasi oksigen
penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) Derajat II” yang didalamnya
memuat pembahasan-pembahasan mengenai analisa jurnal utama, jurnal
pendukung, analisan pico, teori mengenai penyakit PPOK, konsep Pursed Lip
Breathing dan analisa ruangan dalam penerapan EBN ini.

Demikian dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah


yang saya buat masih banyak kekurangannya, untuk itu sangat diharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bogor, 30 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II ANALISA JURNAL.............................................................................................3
A. JURNAL UTAMA.................................................................................................3
B. JURNAL PENDUKUNG.......................................................................................4
BAB III TINJAUAN TEORI.............................................................................................6
A. KONSEP PENYAKIT PPOK................................................................................6
B. KONSEP INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING.........................................9
BAB IV ANALISA PENERAPAN INTERVENSI (EBN)..............................................11
A. ANALISA RUANGAN.......................................................................................11
B. ANALISA SWOT................................................................................................11
BAB V PENUTUP...........................................................................................................13
A. SIMPULAN.........................................................................................................13
B. SARAN................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) ialah suatu keadaan yang
menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru.
PPOK ini sering disebut juga penyakit dari kombinasi bronkitis obstruksi
kronik, emfusema dan asma (Black & Hawks, 2014).

World Health Organization (WHO, 2015), memperkirakan bahwa pada


tahun 2009-2011 terdapat 7,8 juta orang meninggal karena penggunaan
tembakau, kejadian ini juga dibenarkan di Negara maju. Terjadinya kasus
PPOK berkorelasi dengan usia mencapai 70,77% pada pasien > 44 tahun.

Riset Kesehatan Dasar (2013), menyatakan bahwa prevalensi PPOK


(7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi
Selatan (6,7%). Prevalensi PPOK tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur
(10,0%), diikuti Sulawesi Tengah (8,0%), Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan
masing-masing 6,7 persen. Saat ini menjadi penyebab utama keempat
kematian di dunia, menyebabkan lebih dari 3 juta kematian setiap
tahunnya. PPOK diperkirakan akan menjadi penyebab utama ketiga
kematian di dunia pada tahun 2020. Kesadaran dan stigma masyarakat
terhadap penyakit ini masih sangat terbatas, begitu terdiagnosis, mereka
tidak tahu cara mengatasi dan bagaimana perawatannya lebih lanjut.
Sungguh sesuatu yang disayangkan, lebih dari dua pertiga penderita PPOK
tidak menyadari bahwa mereka sedang menderita penyakit ini.

Berdasarakan Latar Belakang Peneliti Tertarik Unutk Menganalisa


Jurnal Yaitu “Efektitifitas Pursed Lip Breathing untuk mengubah aju
pernapasan pasien dengan PPOK”.

1
B. TUJUAN
Tujuan dari penyampaian “Evidence Based Nursing” ini adalah :
1. Menambah wawasan tentang perawatan pada pasien PPOK khususnya
terapi mandiri Pursed Lip Breathing untuk memingkatkan saturasi
oksigen pasien PPOK.
2. Mengetahui pengaruh Pursed Lip Breathing untuk memingkatkan
saturasi oksigen pasien PPOK.

2
BAB II
ANALISA JURNAL

A. JURNAL UTAMA

1. JURNAL UTAMA
PERNAPASAN PURSED LIP BREATHING MENINGKATKAN
SATURASI OKSIGEN PENDERITA PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) DERAJAT II

2. PENELITI
Amira Permata Sari Tarigan, Juliandi

3. POPULASI DAN TEHNIK SAMPLING


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien PPOK derajat II
Poli PPOK Rumah Sakit Pusat Haji Malik Medan. Jumlah sample
adalah sebanyak 36 orang..

4. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra eksperimental
design, dengan rancangan One group pre post test design.

5. INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN


Instrumen yang digunakan kuesioner untuk mendapatkan data
demografi. Dan menilai saturasi oksigen respondengan dengan
menggunakan pulse oxymetri.

6. UJI STATISTIK
Pada penelitian ini digunakan uji statistic pair t-test karena hasil uji
normalitas data menggunakan uji kolmogorov smirnov menunjukan
bahwa data terdistribusi normal.

3
B. JURNAL
PENDUKUNG
1. JUDUL PENELITIAN
“Slow Deep Pursed Lips Breathing Exercise On Vital Lung Capacity
In Post-Extubation Patients In The Intensive Care Unit”

2. PENELITI
Heru Supriwandani, Mardiyono, Warijan

3. HASIL
Adanya perbedaan yang signifikan pada kapasitas paru-paru responden
setelah diberikan latihan Pursed Lips Breathing pada setiap sesi 1
sampai sesi 8 dengan Pvalue 0.000. latihan ini dapat meningkatkan
FEV1 Sebesar 54.5% sehingga lebih baik digunakan untuk
meningkatkan kapasitas paru-paru pasca ekstubasi ventilator mekanik.

C. ANALISA PICO
1. PROBLEM
PPOK adalah penyakit yang ditandai oleh hambatan aliran udara yang
terus menerus dan bersifat progresif dan biasanya berhubungan dengan
peningkatan respon inflamasi kronis terhadap partikel dan gas
berbahaya pad asaluran napas. PPOK menjadi penyebab kematian ke-5
diseluruh dunia. Sesak napas pagi pasien PPOK menjadi masalah
utama yang membutuhkan pertolongan utama. Selain menggangu
kenyamanan, sesak napas dapat menghambat aktivitas dari pasien
tersebut. Dan apabila hal ini tidak segera ditangani akan mengalami
kegagalan pernapasan dan lebih lanjut lagi terjadi kematian.

2. INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan oleh perawat pada pasien PPOK adalah
denga latihan Pursed Lips Breathing. Latihan dilakukan 20-30 menit/hari.
Pernapasan Pursed Lips Breathing dilakukan dengan cara penderita duduk
dan bernapas dengan cara menghembuskan napas melalui mulut yang hampir
tertutup (seperti bersiul) selama 4-6detik.

4
.
3. COMPARATION
Efektifitas posisi tripod dan diaphragmatic breathing exercise
terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien PPOK Di RS Paru
Dr Ario Wirawan Salatiga. Peneliti Nurmalasari , Sri Puguh
Kristiyawati , M. Syamsul Arief SN. Hasil dari penelitian ini Hasil uji
paired t-test didapatkan hasil yang signifikan dari intervensi posisi
tripod dan diaphragmatic breathing exercise dengan masing-masing p-
value 0,000. Hasil analisis uji unpaired t-test menunjukkan p-value
sebesar 0,026 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
efektifitas antara intervensi posisi tripod dan diaphragmatic breathing
exercise terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien PPOK RS
Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Rekomendasi hasil penelitian ini
adalah untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien PPOK
dilakukan tehnik pernapasan diaphragmatic breathing exercese.

4. OUTCOME
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan latihan
nafas dalam pursed lip breathing, Oksigen terendah adalah 95% dan
tertinggi 99%, dimana saturasi oksigen responden mayoritas berada
pada angka 96 % yaitu sebanyak 33, 3 % dan minoritas saturasi
oksigennya 99% yaitu sebanyak 8,3 %. Jika penderita PPOK tidak
pernah melakukan Breathing exercise, maka fungsi otot-otot respirasi
tidak berjalan dengan baik, sehingga menurunkan ventilasi dan
oksigenisasi dan akibat nya menjadi sesak yang tidak terkontrol.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sesudah dilakukan latihan
nafas pursed lip breathing, nilai saturasi Oksigen terendah adalah 96%
dan tertinggi 99%, dimana saturasi oksigen responden mayoritas
berada pada angka 98 % dan 99 % yaitu masing-masing sebesar 38, 9
% dan minoritas saturasi oksigennya 96% yaitu sebanyak 5,6 %.
Penderita yang rutin melakukan latihan nafas bisa berefek positip
terhadap perkembangan paru-parunya.

5
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT PPOK


1. PENGERTIAN
PPOK adalah keadaan penyakit yang ditandai oleh keterbatasan aliran
tidara yang tidak sepemihnya reversibel. Keterbatasan aliran darah lini
hiasanya progresif dan berhubungan dengan respon peradangan yang
abnormal dar pani terhadap partikel atau udara yang berbahaya (David
et al. 2010). PPOK merupakan keadaan sesak nafas
saat aktivitas menngkat secara progresit dalam heberapa tahun,
seringkali > 5 tahun. Biasanya disertai dengan bronkitis kronis (batuk
produktif) di pagi har > 3 bulan selama 2 tahun berturut-turut (Davey.
2011).

2. PATOFISIOLOGI
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponenkomponen
asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel-
sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem escalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukusberfungsi
sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan
menjadi sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat.
Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit
dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. (Jackson,
2014).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya
peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara
progresif merusak strukturstruktur penunjang di paru. Akibat
hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka

6
ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru
secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian apabila tidak terjadi
recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran
udara kolaps. (Grece & Borley, 2011).

3. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinis pada PPOK menurut Mansjoer (2008) dan GOLD
(2010) yaitu: Malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang
manifestasi awalnya ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak
khususnya yang muncul di pagi hari. Nafas pendek sedang yang
berkembang menjadi nafas pendek, , sesak nafas akut, frekuensi nafas
yang cepat, penggunaan otot bantu pernafasan dan ekspirasi lebih lama
daripada inspirasi.

4. KOMPLIKASI
Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Grace et
al (2011) dan Jackson (2014) :
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal nafas kronik,
gagal nafas akut, infeksi berulang, dan kor pulmonal. Gagal nafas
kronis ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO2<60
mmHg dan PaCO2>50 mmHg, serta Ph dapat normal. Gagal nafas
akut pada gagal nafas kronis ditandai oleh sesak nafas dengan atau
tanpa sianosis, volume sputum bertambah dan purulen, demam, dan
kesadaran menurun. Pada pasien PPOK produksi sputum yang
berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan
terjadi infeksi berulang. Selain itu, pada kondisi kronis ini imunitas
tubuh menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar
limfosit darah. Adanya kor pulmonal ditandai oleh P pulmonal pada
EKG, hematokrit>50 %, dan dapat disertai gagal jantung kanan.

7
5. DERAJAT PPOK
Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for chronic
Obstritif Lung Disiase (GOLD) 2011.
a) Derajat I (PPOK Ringan) :
Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering.
Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa menderita
PPOK.
b) Derajat II (PPOK Sedang) :
Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan
gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien
mulai memeriksakan kesehatannya.
c) Derajat III (PPOK Berat) :
Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan
serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas
hidup pasien.
d) Derajat IV (PPOK Sangat Berat) :
Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas atau gagal jantung
kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup
pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa
biasanya disertai gagal napas kronik.

6. PENATALAKSANAAN PPOK
Penatalaksanaan harus mencakup pemeriksaan dan pengukuran faktor
risiko selama penatalaksanaan PPOK yang stabil maupun eksaserbasi.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain ( David, etal. 2010):
a) Rehabilitasi untuk penghentian merokok dan berolahraga
b) Bronkodilator yang digunakan untuk mencegah dan mengurangi
gejala
c) Obal steroid inhalasi yang digunakan pada pasien simtomatik
uniuk meningkatkan spirometri

8
B. KONSEP INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING
1. PENGERTIAN
Pursed lips breathing adalah latihan pernafasan dengan menghirup
udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih
dirapatkan atau dimonyongkan dengan waktu ekshalasi lebih di
perpanjang. Terapi rehabilitasi paru-paru dengan cara latihan ini adalah
cara yang sangat mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu
apapun, dan juga tanpa efek negatif seperti pemakaian obat-obatan
(Smeltzer et al, 2013).

2. TUJUAN PLB
Membantu klien memperbaiki transport oksigen, menginduksi pola nafas
lambat dan dalam, membantu pasien untuk mengontrol pernafasan,
mencegah kolaps dan melatih otot ekspirasi dalam memperpanjang
ekshalasi, peningkatan tekanan jalan nafas selama ekspirasi dan
mengurangi terjebaknya udara dalam saluran nafas (Smeltzer et al.,
2013).

3. TEHNIK PURSED LIPS BREATHING


Teknik Pursed Lip Breathing exercise diantaranya meliputi :
a) Mengatur posisi pasien dengan duduk ditempat tidur atau kursi.
b) Meletakkan satu tangan pasien di abdomen (tepat dibawah
proc.sipoideus) dan tangan lainnya ditengah dada untuk merasakan
gerakan dada dan abdomen saat bernafas.
c) Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada
dan abdomen terasa terangkat maksimal lalu jaga mulut tetap
tertutup selama inspirasi dan tahan nafas selama 2 detik.
d) Hembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit terbuka
sambil mengkontraksikan otot – otot abdomen selama 4 detik
(Smeltzer , 2013).

9
.

10
BAB IV
ANALISA PENERAPAN INTERVENSI (EBN)

A. ANALISA RUANGAN
Di RS. premier Bintaro pada ruang ICU jumlah tenaga 25orang dengan
kapasitas pasien sebanyak 10 orang, kasus PPOK sering terjadi di ruang
ICU. Saat ini beberapa perawat belu mengetahui teknik PLB ini. Pasien
baru yang menderita PPOK saat masuk ke ICU perawat biasanya langsung
memberikan oksigen sesuai instruksi dokter, namun tidak melakukan PLB
ini. Dan diharapkan perawat ICU bisa menerapkan PLB ini untuk
membantu pasien PPOK untuk menaikan saturasi oksigen.

B. ANALISA SWOT
1. STRONG/KEKUATAN
Pursed Lip Breathing exercise adalah merupakan tindakan mandiri
yang sangat efektif dapat dilakukan kapan saja tanpa mengguakan
biaya dna alat khusus. Dengan dilakukannya edukasi yang baik kepada
pasien dan keluarga tentang latihan ini dapat membantu perawat dalam
melakukan latihan ini.

2. WEAKNESS/KELEMAHAN
Latihan ini hanya bisa dilakuka pada pasien composmentis saja.
Terkadang pasien yang menderita PPOK yang berada di icu tidak
kooperatif atau kesadaran tidak adekuat sehingga latihan ini sulit
dilakukan pada pasien dengan kontak tidak adekuat atau tidak
kooperatif.

3. OPPORTUNITY/PELUANG
Bila latihan ini dapat dilakukan pada semua pasien PPOK yang berada
di ICU dapat meningkatkan angka hidup pasien tersebut, dan efektif
agar pasien tidak perlu penanganan lanjut seperti penggunaan alat
bantu napas mekanik.

11
4. TREST/ANCAMAN
Jika penderita PPOK tidak dilakukan latihan ini, maka fungsi otot-otot
respirasi tidak berjalan dengan baik, sehingga menurunkan ventilasi
dan oksigenisasi dan akibat nya menjadi sesak yang tidak terkontrol,
dan bisa terjadinya pasien tersebut memakai ventilator mekanik.

12
BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Diperlukan sumber daya perawat yang memiliki kompetensi dalam
memberikan Pursed Lip Breathing sehingga terapi komplementer ini dapat
diapli-kasikan kepada pasien PPOK yang mengalami penurunan saturasi
oksigen sehingga bisa tercapainya target saturasi pasien dan dilakukan
baik di rumah sakit maupun rawat jalan.
Walaupun Pursed Lip Breathing pada penelitian ini terbukti efektif, t
Pursed Lip Breathing tidak dimak-sudkan sebagai terapi pengganti
pengobatan konvensional tetapi sebagai terapi pelengkap atau
komplementer bagi terapi lainnya yang memiliki tujuan yang sama dalam
meningkatkan saturasi pasien PPOK.

B. SARAN
Hendaknya perawat ICU mau dan mampu untuk melatih penderita PPOK
dalam melakukan latihan pursed lip breathing sehingga penderita PPOK
tetap termotivasi untuk senantiasa melakukan rehabilitasi paru secara
mandiri.

13
DAFTAR PUSTAKA

Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora
Aksara Pratama
Global initiative for chronic Obstruktif Lung Disease (GOLD), (2010), Inc.
Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention.
http://www.goldcopd.com.
Jackson, D. (2014). Keperawatan Medikal Bedah edisi 1. Yogyakarta, Rapha
Pubising.
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Buku
Kedokteran.
Smeltzer. 2013. Endurance and Strength training with Chronic Obstructive
Pulmonar Disease (COPD) . London : St George’s University of London.

14

Anda mungkin juga menyukai