Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

DI SUSUN OLEH :
NAHDAH DYAH NADILLA
11212108

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PERTAMEDIKA JAKARTA
TAHUN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

A. Kasus ( Masalah Utama)


Resiko Bunuh Diri
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart dan
Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009). Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari
dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan
berupaya untuk mewujudkan hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini
meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan
kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010).

B. Proses Terjadinya Masalah


a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart & Sundeen (1995) dalam Fitria (2009) adalah faktor diagnosa
psikiatrik (lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk
bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan dan skizofrenia), faktor sifat
kepribadian (tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi ), faktor lingkungan
psikososial (baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan
yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri), faktor riwayat keluarga (riwayat keluarga yang
pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting untuk perilaku
destruktif) dan faktor biokimia (data menunjukkan bahwa secara serotogenik,
opiatergik, dan dopaminergik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
perilaku destruktif).
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor presipitasi bunuh diri terdiri dari keputusasaan, jenis kelamin laki
– laki, usia lebih tua, hidup sendiri, psikosis, penyalahgunaan zat. Perilaku
bunuh diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami individu.
Pencetusnya sering kali berupa kejadian kehidupan yang memalukan, seperti
masalah interpersonal, dipermalukan didepan umum, kehilangan pekerjaan, atau
ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang telah mencoba
atau melakukan bunuh diri atau membaca melalui media dapat juga membuat
individu makin rentan untuk melakukan perilaku destruktif diri.
c. Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptif Respon
Maladaptif

Peningkatan Beresiko Destruktif diri Pencederaan Bunuh


Diri destruktif tak langsung diri diri

1. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif
Seorang memiliki kecendrungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif
atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang yang patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seorang karyawan menjadi tak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan
tidak optimal.
4. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan situasi yang ada.
5. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori :
a. Upaya bunuh diri (suicide attempt)
Yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju bunuh diri dan bila kegiatan
sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah
tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.
b. Isyarat bunuh diri (suicide gesture)
Yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku
orang lain.
c. Ancaman bunuh diri (suicide threat)
Yaitu suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung verbal
atau non verbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri.
Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak
akan ada disekitar kita lagi, atau juga mengungkapkan secara non verbal
berupa pemberian hadiah, wasiat dan sebagainya.
d. Mekanisme Koping
Mekanisme koping dapat berupa denial, rasionalization, regression, dan
magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak
ditentang tanpa memberikan koping alternatif. Perilaku bunuh diri menunjukkan
kegagalan mekanisme koping, bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan
koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
C. Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan
a. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan

Resiko Bunuh Diri


Harga diri rendah

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


Resiko Bunuh Diri
Data Subyektif :
1. Mengatakan hidupnya tidak berguna lagi
2. Mengatakan putus asa dengan penyakit yang dialami
3. Mengatakan ingin mati
4. Menyatakan pernah mencoba bunuh diri
5. Mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
6. Mengatakan lebih baik mati saja, mengatakan sudah bosan hidup
7. Klien mengatakan hal – hal negatif terhadap dirinya

Data Obyektif :
1. Ekspresi murung
2. Tak bergairah
3. Ada bekas percobaan bunuh diri
4. Perubahan kebisaaan hidup
5. Perubahan perangai
6. Agitasi dan gelisah
7. Insomnia yang menetap
8. Kelainan afektif
9. Dimensia diri / status kekacauan mental pada lansia.

D. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh diri
E. Rencana Tindakan Keperawatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI

Nama Klien : Ruang :


No. CM : Dx Medis :

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Perilaku Tujuan Umum:
Risiko Klien tidak akan Bina hubungan saling percaya dengan Bila sudah terbina hubungan saling percaya diharapkan
Bunuh Diri membahayakan dirinya sendiri menggunakan prinsip komunikasi klien dapat kooperatif , sehingga pelaksanaan asuhan
secara fisik. terapeutik : keperawatan dapat berjalan dengan baik.
Tujuan Khusus:  Sapa klien dg ramah baik
1. Setelah dilakukan ..... X verbal dan non verbal
pertemuan klien dapat  Perkenalkan nama, nama
membina hubungan saling panggilan dan tujuan perawat
percaya. berkenalan
Kriteria hasil:  Tanyakan nama lengkap dan
 Klien menjawab nama panggilan yang disukai
salam dari klien
perawat.  Ciptakan lingkungan yang
 Klien menjawab tenang
pertanyaan dari  Buat kontrak yg
perawat. Jelas [topik, waktu, tempat]
 Klien dapat  Tunjukkan sikap jujur dan
mempertahanka menepati janji setiap kali
n kontak mata interaksi
terhadap
 Tunjukkan sikap empati dan
perawat.
menerima apa adanya
 Klien dapat
menyebutkan  Beri perhatian pada klien dan
nama perawat perhatikan kebutuhan dasar
 Klien dapat klien
mengungkapkan
 Tanyakan perasaan klien dan
perasaan
masalah yang dihadapi klien
tentang masalah
yang dihadapi  Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
2. Setelah ....x pertemuan, klien  Observasi dengan ketat  Prioritas tertinggi yang diberikan pada aktivitas
tidak akan melakukan penyelamatan hidup pasien
 Pindahkan benda yang
aktivitas yang mencederai
berbahaya  Perilaku pasien harus diawasi sampai kendali diri
dirinya.
memadai untuk keamanan.
Dengan kriteria:  Siapkan lingkungan yang aman
Klien dapat mengurangi Perilaku bunuh diri mencerminkan depresi yang mendasar
 Berikan kebutuhan fisiologik
ancaman terhadap integritas dan terkait dengan harga diri rendah serta kemarahan
dasar
fisik atau sistem diri klien terhadap diri sendiri.
dalam sifat, jumlah, asal,atau  Kontrak untuk keamanan jika Mekanisme koping maladaptif harus dirubah dengan yang
waktu. tepat sehat untuk mengatasi stress dan ansietas.

 Pantau pengobatan

3.Setelah ... X pertemuan, klien  Identifikasi kekuatan klien


akan mengidentifikasikan
aspek-aspek positif yang  Ajak klien untuk berperan serta

ada pada dirinya. dalam aktifitas yg disukai dan

Dengan kriteria: dapat dilakukannya

Klien dpt menyebutkan


 Dukung kebersihan diri dan
aspek positif yang dimiliki keinginan untuk berhias
klien, keluarga
 Tingkatkan hubungan
interpersonal yang sehat

4. Setelah .....X pertemuan,  Permudah kesadaran,


klien akan penamaan dan ekspresi
mengimplementasikan dua perasaan
respons protektif diri yang
 Bantu pasien mengenal
adaptif.
mekanisme koping yang tidak
Dengan kriteria :
sesuai
Klien dapat menyebutkan ,
mengimplementasikan dan  Identifikasi alternatif cara
mekanisme koping adaptif koping
yang efektif bagi diri sendiri
 Beri pujian untuk perilaku
guna mencegah perilaku
koping yang sehat
mencederai diri sendiri
secara fisik.

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

5. Setelah ... X pertemuan,  Bantu orang terdekat untuk Harga diri rendah menyebabkan isolasi sosial dan depresi,
klien akan mengidenti dua berkomunikasi secara mencetuskan perilaku destruktif terhadap diri sendiri.
sumber dukungan sosial konstruktif dengan klien
yang bermanfaat.  Tingkatkan hubungan keluarga Pemahaman dan peran serta dalam perencanaan pelayanan
Dengan Kriteria: yang sehat kesehatan meningkatkan kepatuhan.
Klien dpt menyebutkan dua  Identifikasi sumber komunitas
sember dukungan sosial yang relevan
yang bermanfaat guna  Prakarsai rujukan untuk
mencegah menggunakan sumber
perilakumencederai diri komunitas
sendiri.  Libatkan klien dan orang
6. Setelah ....X pertemuan, terdekat dalam perencanaan
klien akan mampu asuhan
menguraikan rencana  Jelaskan karakteristik dari
pengobatan dan kebutuhan pelayanan yang telah
rasionalnya. diidentifikasi, diagnosa medik,
Dengan kriteria: dan rekomendasi tindakan dan
 Klien dapat
menggunakan obat medikasi
dengan benar baik  Dapatkan respons terhadap
jumlah, jenis, waktu rencana asuhan keperawatan
dan dosis obat, serta  Modifikasi rencana berdasarkan
manfaatnya umpan balik pasien
 Obat diminum
sesuai aturan
 Klien
mengungkapkan
perasaannya selama
minum obat
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai