Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Nama : Shintia Gita Rohayati

Nim : 21.14901.030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

I. KASUS (MASALAH UTAMA)

Ny. S usia 38 tahun pendidikan terakhir SMA. Saat pengkajian Ny.S mengatakan ia
merasa putus asa karena suaminya meninggal karena kecelakaan. Ny.S mengatakan
ia tidak bisa melanjutkan hidupnya sendiri dan ingin mati saja menyusul suaminya.
Ny.S juga menunjukan perlilaku yang mencurigakan, Ny.S selalu menanyakan obat
yang bisa membuatnya mati.

Definisi
Bunuh diri menurut Gail W. Stuart dalam buku ”Keperawatan Jiwa’
dinyatakan sebagai suatu aktivitas yang jika tidak dicegah, dimana aktivitas ini
dapat mengarah pada kematian(2007). Bunuh diri juga merupakan kedaruratan
psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan
koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri
timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri
atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri. (Yusuf, Fitryasari, & Endang, 2015,
hal. 140). Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Faktor Predisposisi

Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-


diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:

Sifat Kepribadian :
a. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi
yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab maslah,
respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotinin
dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman
gelombang otak Electro Encephalo Graph(EEG).

B. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri. ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.

C. Jenis

Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal


tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu:
1. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: "Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!" atau "Segal a sesuatu akan lebih baik tanpa saya''. Pada kondisi
ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya. narnun tidak
disertai ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan
perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putusasa/tidak berdaya. Pasien Juga
mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga
diri rendah.
2. Ancaman Bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat
untuk melaksanakan reneana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun
dalam kondisi ini pasien belum pemah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat
harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan Bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi.

D. Rentang Respon

Rentang respons, Yosep, Iyus (2009):


1. Peningkatan diri.

Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar


terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif.
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat
bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah
melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung.
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya,
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya tidak loyal, maka seorang
karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
4. Pencederaan diri.
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri.
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
E. Mekanisme koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah penyangkalan,
rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.

III. A. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan

Resiko Bunuh Diri Core Problem

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji

1. Masalah keperawatan
Risiko bunuh diri

2. Data subjektif:
a. Mengungkapkan keinginan bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
e. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan
f. Mengungkapkan adanyanya konflik interpersonal
g. Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat
kecil

3. Data subjektif:
a) Impulsif
b) Mennjukkan perilaku yang mencurigakan(biasaya menjadi sangat
patuh)
c) Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol)
d) Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal)
e) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan
dalam karir)
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Perilaku Tujuan Umum:
Risiko Bunuh Klien tidak akan membahayakan dirinya
Diri sendiri secara fisik.
Tujuan Khusus: Bina hubungan saling percaya dengan Bila sudah terbina hubungan saling
1. Setelah dilakukan ..... X pertemuan klien menggunakan prinsip komunikasi terapeutik : percaya diharapkan klien dapat
dapat membina hubungan saling percaya.  Sapa klien dg ramah baik verbal dan kooperatif , sehingga pelaksanaan
Kriteria hasil: non verbal asuhan keperawatan dapat berjalan
 Klien menjawab salam dari  Perkenalkan nama, nama panggilan dengan baik.
perawat. dan tujuan perawat berkenalan
 Klien menjawab pertanyaan  Tanyakan nama lengkap dan nama
dari perawat. panggilan yang disukai klien
 Klien dapat mempertahankan  Ciptakan lingkungan yang tenang
kontak mata terhadap  Buat kontrak yg
perawat. Jelas [topik, waktu, tempat]
 Klien dapat menyebutkan  Tunjukkan sikap jujur dan menepati
nama perawat janji setiap kali interaksi
 Klien dapat mengungkapkan  Tunjukkan sikap empati dan
perasaan tentang masalah menerima apa adanya
yang dihadapi  Beri perhatian pada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
 Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
 Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
2. Setelah ....x pertemuan, klien tidak akan  Observasi dengan ketat  Prioritas tertinggi yang
melakukan aktivitas yang mencederai  Pindahkan benda yang berbahaya diberikan pada aktivitas
dirinya.  Siapkan lingkungan yang aman penyelamatan hidup pasien
Dengan kriteria:  Berikan kebutuhan fisiologik dasar  Perilaku pasien harus diawasi
Klien dapat mengurangi ancaman terhadap  Kontrak untuk keamanan jika tepat sampai kendali diri memadai
integritas fisik atau sistem diri klien dalam  Pantau pengobatan untuk keamanan.
sifat, jumlah, asal,atau waktu.

 Identifikasi kekuatan klien


3.Setelah ... X pertemuan, klien akan
 Ajak klien untuk berperan serta dalam
mengidentifikasikan aspek-aspek positif Perilaku bunuh diri mencerminkan
aktifitas yg disukai dan dapat
yang ada pada dirinya. depresi yang mendasar dan terkait
dilakukannya
Dengan kriteria: dengan harga diri rendah serta
Klien dpt menyebutkan aspek positif yang  Dukung kebersihan diri dan keinginan
kemarahan terhadap diri sendiri.
dimiliki klien, keluarga untuk berhias
 Tingkatkan hubungan interpersonal
yang sehat

 Permudah kesadaran, penamaan dan


4. Setelah .....X pertemuan, klien akan ekspresi perasaan
mengimplementasikan dua respons  Bantu pasien mengenal mekanisme
protektif diri yang adaptif. koping yang tidak sesuai Mekanisme koping maladaptif harus
Dengan kriteria :  Identifikasi alternatif cara koping dirubah dengan yang sehat untuk
Klien dapat menyebutkan ,  Beri pujian untuk perilaku koping mengatasi stress dan ansietas.
mengimplementasikan dan mekanisme yang sehat
koping adaptif yang efektif bagi diri
sendiri guna mencegah perilaku
mencederai diri sendiri secara fisik.
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

5. Setelah ... X pertemuan, klien akan


mengidenti dua sumber dukungan sosial
yang bermanfaat.
Dengan Kriteria:  Bantu orang terdekat untuk Harga diri rendah menyebabkan
Klien dpt menyebutkan dua sember berkomunikasi secara konstruktif isolasi sosial dan depresi, mencetuskan
dukungan sosial yang bermanfaat guna dengan klien perilaku destruktif terhadap diri
mencegah perilakumencederai diri  Tingkatkan hubungan keluarga yang sendiri.
sendiri. sehat
 Identifikasi sumber komunitas yang
relevan
 Prakarsai rujukan untuk menggunakan
sumber komunitas

 Libatkan klien dan orang terdekat


dalam perencanaan asuhan Pemahaman dan peran serta dalam
6. Setelah ....X pertemuan, klien akan  Jelaskan karakteristik dari kebutuhan perencanaan pelayanan kesehatan
mampu menguraikan rencana pelayanan yang telah diidentifikasi, meningkatkan kepatuhan.
pengobatan dan rasionalnya. diagnosa medik, dan rekomendasi
Dengan kriteria: tindakan dan medikasi
 Klien dapat menggunakan obat  Dapatkan respons terhadap rencana
dengan benar baik jumlah, jenis, asuhan keperawatan
waktu dan dosis obat, serta
 Modifikasi rencana berdasarkan umpan
manfaatnya
balik pasien
 Obat diminum sesuai aturan
 Klien mengungkapkan
perasaannya selama minum obat
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC, 1995.
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Endang, H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
(A. Suslia, & F. Ganiajri, Eds.) Jakarta: Salemba Medika.
Captain, C. (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy,
\Volume 6(3).

Anda mungkin juga menyukai