Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Jiwa II,
menegnai Resiko Bunuh Diri. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Keperawatan JIwa II Jurusan S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Indra Gunawan, MSN. selaku pembimbing dan semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua..
Penyusun
A. Kasus
Resiko Bunuh Diri
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008)
2. Jenis Bunuh Diri
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
a. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa
seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang
ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia
tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau
mengomunikasikan secara non verbal.
b. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang
dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak
dicegah.
c. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan
atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak
bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh
diri, meliputi:
a. Bunuh diri anomik Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri
yang didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful)
sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri.
b. Bunuh diri altruistik Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri
yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam
melaksanakan tugasnya.
c. Bunuh diri egoistik Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri
yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau
putus harapan.
3. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri antara
lain :
a. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh
diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan
bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
4. Faktor Presifitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusan.
5. Penilaian Stresor/Tanda dan Gejala
a. Subjektif
1) Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4) Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari
keluarga.
5) Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan.
6) Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
7) Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekeasan saat
kecil.
b. Objektif
1) Impulsif.
2) Menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi
sangat patuh).
3) Ada riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan
penyalahgunaan alcohol).
4) Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit
terminal).
5) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau
kegagalan dalam karier).
6) Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun
7) Status perkawinan yang tidak harmonis
6. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali pasien
secara sadar memilih untuk bunuh diri.
7. Mekanisme Koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah
penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
8. Rentang Respon
a.
Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhksn pertahanan diri.
Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya
yang berbeda mengenai loyalitas terhadapt pimpinan di tempat
kerjanya.
b. Berisiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalalahkan diri sendiri terhadap situasi yang
seharusnya dapat mempertahankan diri seperti seoranf merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap
pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif)
terhadap situasi yang membutuhkan dirinya mempertahankan diri.
Misalnya karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak
loyal makan seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau
bekerja seenaknya dan tidak optimal
d. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
C. Rencana Tindakan Keperawatan