Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TEORI KEPERAWATAN FLORANCE NIGHTINGALE

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1 (A2)

1. I Komang Arya Astawa :062STYC21


2. M. Isda Aditya Ramdani :082STYC21
3. Moh. Siswandi :092STYC21
4. M. Zikri Harizuan P :084STYC21
5. Nur Azizah Pitriani :103STYC21
6. Jumyatun Novita Hariani :071STYC21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2021

1 0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tinjauan Kepustakaan yang berjudul
“Teori Keperawatan Florance Nightingale” ini tepat waktu. Makalah ini dibuat
untuk melengkapi tugas mata kuliah falsafah dan teori meperawatan. Dalam
penyusunan Tinjauan Kepustakaan ini, penulis mendapat bimbingan, saran,
serta masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Istianah., S.Kep., Ners., M.Kep.
selaku pembimbing dalam penyusunan Tinjauan Kepustakaan ini.

Penulis menyadari bahwa responsi kasus ini masih jauh dari sempurna,
sehingga saran dan kritik yang membangun, sangat penulis harapkan. Semoga
Tinjauan Kepustakaan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mataram, 15 November 2021

Kelompok 1

1 0
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB 1.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan umum.....................................................................................................2
BAB 2.............................................................................................................................4
2.1 Tingkatan Teori Keperawatan...............................................................................4
2.2 Biografi Florance Nightingale..........................................................................8
2.3 Konsep Teori Keperawatan Menurut Florence Nightingale................................12
2.4 Komponen Lingkungan Menurut Teori Florence Nightingale............................14
2.5 Hubungan Teori Florence Nightingale Dengan Beberapa Konsep.....................16
2.6 Hubungan Teori Florence Nightingale Dengan Teori-teori Lain........................17
2.7 Aplikasi Teori Florence Nightingale Dalam Proses Keperawatan......................19
2.8 Asumsi Utama Teori Florence Nightingale.........................................................20
BAB 3...........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................23

ii

1 0
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Florence Nightingale lahir pada tanggal 12 Mei 1820 di Firenze Italia dan
meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1910 di London Inggris pada usianya yang
ke-90 tahun. Florence Nightingale dibesarkan dalam keluarga yang berada, namanya
diambil dari kota tempat ia lahir. Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst sebuah
rumah besar dan mewah milik ayahnya yang bernama William Nightingale yang
merupakan seorang tuan tanah terkaya di Derbishire dan ibunya adalah keturunan
ningrat dan terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan
yang bernama Parthenope.

Pada masa remajanya Florence Nightingale lebih banyak keluar rumah dan
membantu warga sekitar yang membutuhkan. Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial
keperawatan, hingga akhirnya pada usianya yang cukup muda ia hanya menghabiskan
waktu untuk merawat orang-orang yang sakit, Florence Nightingale menghidupkan
konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Kemudian,
Florence Nightingale dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (The Lady With The
Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada
perang Krimea.

Florence Nightingale adalah perawat yang pertama kali ada di dunia dan
beliau di kenal sebagai wanita yang pantang menyerah dalam merawat pasien dan
memiliki jiwa penolong serta sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu
keperawatan. Teori Florence Nightingale lebih mengemukakan tentang lingkungan.
Pandangan model konsep dan teori ini merupakan gambaran dari bentuk pelayanan
keperawatan yang akan diberikan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
berdasarkan tindakan dan lingkup pekerjaan dengan arah yang jelas dalam pelayanan

1 0
keperawatan. Dalam keperawatan terdapat beberapa model konsep keperawaratan
berdasarkan pandangan ahli dalam bidang keperawatan, yang memiliki keyakinan
dan nilai yang mendasarinya, tujuan yang hendak dicapai serta pengetahuan dan
keterampilan yang ada. Salah satunya adalah Model Konsep dan Teori Keperawatan
Florence Nigthingale. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan, sosial, politik,
ekonomi dan teknologi umat manusia, teori teori tersebut makin berkembang baik
kualitas maupun maupun kuantitasnya, seperti apa yang telah kita rasakan dewasa ini.
Apa yang tertulis dalam makalah ini sangat bermanfaat dan berguna terutama bagi
seorang perawat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan
makalah ini adalah sebagai berikut :

a) Apa saja tingkatan teori keperawatan?


b) Bagaimana biografi dari Florance Nightingale?
c) Apa saja teori keperawatan menurut Florance Nightingale?
d) Apa komponan lingkungan menurut Florance Nightingale?
e) Apa hubungan teori Florance Nightingale dengan beberapa konsep?
f) Apa hubungan teori Florance Nightingale dengan teori-teori lain?
g) Apa aplikasi teori Florance Nightingale dalam proses keperawatan?
h) Apa asumsi utama teori Florance Nightingale?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dalam penulisan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami tentang konsep keperawatan menurut Florence Nightingale.

1 0
1.3.2 Tujuan khusus

a) Untuk mengetahui tingkatan teori keperawatan


b) Untuk mengetahui biografi dari Florance Nightingale
c) Untuk mengetahui teori keperawatan menurut Florance Nightingale
d) Untuk mengetahui komponan lingkungan menurut Florance Nightingale
e) Untuk mengetahui hubungan teori Florance Nightingale dengan beberapa
konsep
f) Untuk mengetahui hubungan teori Florance Nightingale dengan teori-teori
lain
g) Untuk mengetahui aplikasi teori Florance Nightingale dalam proses
keperawatan
h) Untuk mengetahui asumsi utama teori Florance Nightingale

1 0
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkatan Teori Keperawatan

Profesi keperawatan mengenal 3 tingkatan teori, yaitu: grand theory, middle


range theory dan practice theory. Teori-teori tersebut diklasifikasikan berdasarkan
ruang lingkup atau tingkatan keabstrakannya, dimulai dari grand theory sebagai
yangpaling abstrak, hingga practice theory sebagai yang lebih konkrit.

1. Grand Theory

Grand Theory merupakan teori yang paling abstrak dari tiga tingkatan teori
yang diidentifikasi "untuk membuat pandangan keperawatan secara
menyeluruh" ( Liehr & Smith, 1999) diman mengatasi sifat, misi, dan tujuan asuhan
keperawatan ( Meleis, 1997) secara umum dan diciptakan melalui pengamatan dan /
atauwawasan dari teori tersebut.Pengembangan Grand Theory disajikan untuk
membedakan disiplin ilmu keperawatan dari disiplin ilmu kedokteran, simulasi
perluasan pengetahuan keperawatan (McKenna, 1997), dan menjelaskan "struktur
bidang keilmuan perawat" (Orem, 2011). Orem juga menegaskan bahwa sifat
tidakterstruktur grad theory atau umum memungkinkan untuk berbagai pengetahuan
yang tersedia untuk praktisi dan akademisi dalam kerangka peningkatan harga diri
keperawatan.

Grand teory sangat kompleks dan lingkup yang luas dan dapat menggabungkan
banyak teori lain yang terdiri dari konsep-konsep global yang relatif abstrak yang
berusaha untuk menjelaskan lingkup yang luas dalam disiplin ilmu yang
dikembangkan melalui penilaian bijaksana dan berwawasan ide yang ada (McEwen,
2007). Grand teori fokus pada berbagai "pengalaman, pengamatan, wawasan, dan
temuan penelitian" (Meleis, 2012, hal. 33). Teori ini dikembangkan selama praktek
dan belajar bertahun-tahun dan tidak mengalami pengujian empiris (Meleis, 2012).

1 0
Grand theory memiliki ruang lingkup luas dan konsep umum dan proposisi. Teori
pada tingkat ini mungkin baik mencerminkan dan memberikan wawasan yang
berguna untuk praktek tetapi tidak dirancang untuk pengujian empiris.

Hal ini membatasi penggunaan grand theory untuk mengarahkan, menjelaskan,


dan memprediksi keperawatan dalam situasi tertentu. Grand theory dibagi menjadi
empat sub-kelompok: kebutuhan, interaksi, hasil dan peduli (Meleis, 2012). Beberapa
masalah dalam grand teori berkonsentrasi pada pengembangan hubungan pasien-
perawat, kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan tantangan lingkungan, dan
defisit perawatan diri (Smith & Parker, 2010).

2.Middle Range Theory

Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan
praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Mertom
(1968),menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik,
selain itu Walker and Avant (1995) mempertahankan bahwa mid-range theories
menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep secara normal yang Nampak dalam
grand teori. Mid-range teori memberikan mamfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan
dalam praktik dan cukup abstrak secara ilmiah.

Teori Middle Range, tingkat keabstrakannya pada level pertengahan, inklusif,


diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah variabel terbatas, dapat diuji
secara langsung. Kramer (1995) mengatakan bahwa mid-range theory sesuai dengan
lingkup fenomena yang relatif luas tetapi tidak mexcakup keseluruhan fenomena
yang ada dan merupakan masalah pada disiplin ilmu. Bila dibandingkan dengan
grand teori, middle range theory ini lebih konkrit. Merton (1968) yang berperan
dalam pengembangan middle range theory, mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu
yang minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu teori.
Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan mengemukakan middle
range theory jika dibandingkan dengan grand theory:

1 0
a. ruang lingkupnya lebih sempit;
b. lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik;
c. terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit;
d. merepresentasikan bidang keperawatan yang lebihspesifik/ terbatas;
e. lebih dapat diuji secara empiris;
f. lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik.

Adapun ciri-ciri middle range theory, yaitu

a. Menurut Mc. Kenna h.p. (1997):

1) Bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi


2) Sulit mengaplikasikan konsep ke dalam teori
3) Tanpa indikator pengukuran
4) Masih cukup abstrak
5) Konsep dan proposisi yang terukur
6) Inklusif
7) Memiliki sedikit konsep dan variabel
8) Dalam bentuk yang lebih mudah diuji
9) Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik
10) Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara
induktif menggunakan studi kualitatif
11) Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak merupakan
hal ilmiah yang menarik
12) Berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat.
13) Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori
14) Mid-range theory tumbuh langsung dari praktik
b. Menurut Meleis, A. I.(1997):

1) Ruang lingkup terbatas,

1 0
2) Memiliki sedikit abstrak,
3) Membahas fenomena atau konsep yang lebih spesifik, dan
4) Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran)

c. Menurut Whall(1996):

1) Konsep dan proposisi spesifik tentang keperawatan


2) Mudah diterapkan
3) Bisa diterapkan pada berbagai situasi
4) Proposisi bisa berada dalam suatu rentang hubungan sebab akibat

3. Practice Theory

Teori praktik keperawatan memiliki lingkup dam tingkat abstraksi yang paling
terbatas dan dikembangkan untuk digunakan dalam rentang tertentu dari situasi
keperawatan. Teori yang dikembangkan pada tingkat ini memiliki dampak yang lebih
langsung pada praktek keperawatan dari pada teori-teori yang lebih abstrak. Teori
praktik keperawatan memberikan kerangka kerja untuk intervensi keperawatan, dan
memprediksi hasil dan dampak dari praktik keperawatan. Pada saat yang sama,
pertanyaan keperawatan, tindakan, dan prosedur dapat dijelaskan atau dikembangkan
sebagai teori praktek keperawatan. Idealnya, teori praktek keperawatan saling
berkaitan dengan konsep-konsep dari mid-range teori, atau mungkin disimpulkan
dari mid-range teori. Teori praktek juga harus mencerminkan konsep dan proposisi
dari tingkat yang lebih abstrak dari teori keperawatan.

Teori yang dikembangkan pada tingkat ini juga disebut teori preskriptif
(Dickoff, James, & Wiedenbach,1968;Crowley,1968),teori-situasi tertentu (Meleis,
1997), dan teori mikro (Chinn & Kramer, 1995). Pengalaman sehari-hari perawat
adalah sumber utama dari teori praktik keperawatan. Kedalaman dan kompleksitas
praktik keperawatan dapat sepenuhnya dihargai sebagai fenomena keperawatan dan

1 0
hubungan antara aspek situasi keperawatan tertentu dijelaskan dan dijelaskan. Benner
(1984) menunjukkan bahwa dialog dengan ahli perawat dalam praktek adalah
bermanfaat bagi penemuan dan pengembangan teori praktek. Temuan pemelitian
tentang berbagai masalah keperawatan menawarkan data untuk mengembangkan teori
praktik keperawatan sebagai perawat terlibat dalam pembangunan berbasis penelitian
dari teori dan praktek. Teori praktik keperawatan telah diartikulasikam menggunakan
beberapa cara untuk mengetahui melalui praktek reflektif (Johns & Air Tawar, 1998).
Proses ini meliputi refleksi yang tenang pada praktek, mengingat dan mencatat fitur
dari situasi keperawatan, menghadiri perasaan sendiri, mengevaluasi kembali
pengalaman, dan mengintegrasikan baru mengetahui dengan pengalaman lain(Gray &
Forsstrom,1991).

2.2 Biografi Florance Nightingale

Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal di


London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat
modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa
Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut
mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah
sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti
terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetail menggunakan statistik
sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di
hadapan pemerintahan Inggris.

Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan
dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia
dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze
dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Semasa kecilnya ia tinggal
di Lea Hurst , sebuah rumah besar dan mewah milik aahnya, William Nightingale

1 0
yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara
ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga
terpandang.

Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama


Parthenope. Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan
Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah.
Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung
bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah
dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. Pada tahun 1846 ia mengunjungi
Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir
yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh
biarawati Lutheran (Katolik). Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen
dan kepedulian yang dipraktikkan oleh para biarawati kepada pasien. Ia jatuh cinta
pada pekerjaan sosial ke perawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-
angan tersebut.

Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai
seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah.
Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus hal-

1 0
hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31
tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang
ningrat ( Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena pada tahun itu ia
sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia ke
perawatan. Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini
dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah
rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang
ke rumah dan dirawat di rumah.

Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan


mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian k eperawatan di Institute for the Care
of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley
Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya
memberinya 500 per tahun (setara dengan 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa
sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti kariernya.

Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka


menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan
diri, kecuali bila komite ini mengubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis
bahwa; rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi
juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan
dari pendeta- pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam. Komite
Rumah Sakit pun mengubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.

Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea.


Tentara Inggris bersama tentara Prancis berhadapan dengan tentara
Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih
menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan
luka-luka. Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel
pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana

10

1 0
prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama
sekali dan bertanya, "Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau
mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?".
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah
tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert,
untuk menjadi sukarelawan. Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap
bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea
prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak
adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta
Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.

Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat


pekerjaan sebagai pengawas bagian k eperawatan di Institute for the Care of Sick
Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street,
London,

2.3 Konsep Teori Keperawatan Menurut Florence Nightingale

Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai


fokus asuhan keperawatan,dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses

11

1 0
penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran, dalam artian keperawatan merupakan upaya mengoptimalkan lingkungan
akar individu sehat. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan
lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan,
kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuate (jumlah vitamin atau mineral yang
cukup), dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan
pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan
praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.

Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik


keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam
tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang
benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengarui proses perawatan pada pasien,
sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang
dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik,
lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial.

A. Lingkungan fisik (Physical environment)

Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan


udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang
selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus
bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat,
udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian
rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan
pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup,
jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur
sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.

B. Lingkungan psikologi (Psychology environment)

12

1 0
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena
itu, ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar
matahari, makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat merangsang semua faktor
untuk dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam
suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara
terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter
dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila
dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh
memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi
penyakitnya. Selain itu, membicarakan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada
atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat
memberikan rasa nyaman.

C. Lingkungan Sosial (Social environment)

Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama hubungan spesifik


(khusus), kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit,
sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus
menggunakan kemampuan observasi (pengamatan) dalam hubungan dengan kasus-
kasus secara spesifik lebih sekadar data- data yang ditunjukan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komoniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu
dibicarakan dalam hubungan individu pasien yaitu lingkungan pasien secara
menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit
tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara
khusus.

2.4 Komponen Lingkungan Menurut Teori Florence Nightingale

A. Lima (5) komponen pokok lingkungan sehat menurut Florence Nightingale

13

1 0
1) Peredaran hawa baik. Maksudnya adalah suatu keadaan dimana suhu berada
dalam keadaan normal.

2) Cahaya yang memadai Cahaya yang cukup dalam pemenuhan kesehatan pasien.

3) Kehangatan yang cukup Kehangatan yang diperlukan untuk proses pemulihan.

4) Pengendalian kebisingan Suatu cara agar pasien merasa nyaman dan tidak
terganggu oleh kebisingan (keributan).

5) Pengendalian effluvia (bau yang berbahaya) Menjauhkan pasien dari bau yang
menyebabkan gangguan dalam kesehatan.

B. Ada 12 macam Komponen Lingkungan dalam Teori Florence Nightingale

1) Kesehatan rumah Rumah yang sehat adalah rumah yang bersih, sehingga
seseorang merasa nyaman.

2) Ventilasi dan pemanasan Ventilasi merupakan perhatian utama dari teori


Nightingale. Ventilasi merupakan indikasi yang berhubungan dengan komponen
lingkungan yang menjadi sumber penyakit dan dapat juga sebagai pemulihan
penyakit.

3) Cahaya Pengaruh nyata terhadap tubuh manusia. Untuk mendapatkan manfaat dari
pencahayaan konsep ini sangat penting dalam teori Florence, dia mengidentifikasi
secara langsung bahwa sinar matahari merupakan kebutuhan pasien. Menurutnya
pencahayaan mempunyai sinar matahari, perawat diinstruksikan untuk
mengkondisikan agar pasien terpapar dengan sinar matahari.

4) Kebisingan Kebisingan ditimbulkan oleh aktivitas fisik di lingkungan atau


ruangan. Hal tersebut perlu dihindarkan karena dapat mengganggu pasien.

5) Variasi/keanekaragaman Berbagai macam faktor yang menyebabkan penyakit bagi


sesorang, misalnya makanan.

14

1 0
6) Tempat tidur Tempat tidur yang kotor akan mempengaruhi kondisi kesehatan
seseorang dan juga pola tidur yang kurang baik akan menyebabkan gangguan pada
kesehatan.

7) Kebersihan kamar dan halaman Kebersihan kamar dan halaman sangat


berpengaruh bagi kesehatan. Oleh karena itu, pembersihan sangat perlu dilakukan
pada kamar dan halaman.

8) Kebersihan pribadi Kebersihan pribadi sangat mendukung kesehatan seseorang


karena merupakan bagian dari kebersihan secara fisik.

9) Pengambilan nutrisi dan makanan Pengambilan nutrisi sangat perlu dalam hal
menjaga keseimbangan tubuh. Adanya nutrisi dan pola makan yang baik sangat
berpengaruh bagi kesehatan.

10) Obrolan, harapan dan nasehat Dalam hal ini, komponen tersebut menyangkut
kesehatan mental seseorang dalam menyikapi lingkungannya. Komunikasi sangat
perlu dilakukan antara perawat, pasien dan keluarga. Mental yang yang terganggu
akan mempengaruhi kesehatan pasien.

11) Pengamatan orang sakit Pengamatan sangat perlu dilakukan oleh seorang
perawat, dimana seorang perawat harus tahu sebab dan akibat dari suatu penyakit.

12) Pertimbangan sosial Tidak melihat dari suatu aspek, untuk mengambil suatu
keputusan tetapi dari berbagai sisi.

2.5 Hubungan Teori Florence Nightingale Dengan Beberapa Konsep

A. Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan

1) Individu/manusia memiliki kemampuan besar untuk memperbaikan kondisinya


dalam menghadapi penyakit.

15

1 0
2) Keperawatan bertujuan membawa/mengantar individu pada kondisi terbaik untuk
dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.

3) Sehat/sakit fokus pada perbaikan untuk sehat.

4) Masyarakaat/lingkungan melibatkan kondisi eksternal (lingkungan luar) yang


mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhu,
bau, suara dan cahaya.

B. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan

1) Pengkajian/pengumpulan data Data pengkajian Florence Nightingale lebih menitik


beratkan pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan sosial).

2) Analisa data Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental
yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan
keseluruhan.

3) Masalah difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya;

a) Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan


b) Ventilasi Merupakan indikasi yang berhubungan dengan komponen
lingkungan yang menjadi sumber penyakit dan dapat juga sebagai sumber
pemulihan penyakit.
c) Pembuangan sampah
d) Pencemaran lingkungan
e) Komunikasi sosial, dll

4) Diagnosa Keperawatan berbagai masalah klien yang berhubungan dengan


lingkungan antara lain :

a) Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan


b)Penyesuaian terhadap lingkungan.

16

1 0
c) Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.

5) Implementasi (Pelaksanaan) upaya dasar merubah/mempengaruhi lingkungan yang


memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan individu.

6) Evaluasi Mengobservasi (Pengamatan) dampak perubahan lingkungan terhadap


kesehatan individu.

2.6 Hubungan Teori Florence Nightingale Dengan Teori-teori Lain

1. Teori adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya.


Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya
sendiri. Berhasil tidaknya respon adaptasi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan
lingkungan yang dijelaskan Florence Nightingale.

2. Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari
lingkungannya berperan penting pada setiap individu dalam berespon adaptif (baik)
atau mal adaptif (tidak baik).

3. Teori kebutuhan Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori
Florence Ninghtingale, sebagai contoh kebutuhan oksigen dapat dipandang sebagai
udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan yang aman berhubungan dengan
saluran yang baik dan air yang bersih. Teori kebutuhan menekankan bagaimana
hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam
mempertahankan hidupnya.

4. Teori stress. Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam
lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada
hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan positip
dalam mencapai keinginan atau kebutuhan. Stress juga dapat menyebabkan kelelahan

17

1 0
hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31
tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang
ningrat ( Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena pada tahun itu ia
sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia ke
perawatan. Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini
dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah
rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang
ke rumah dan dirawat di rumah.

Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan


mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian k eperawatan di Institute for the Care
of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley
Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya
memberinya 500 per tahun (1setara 0dengan 25,000 atau Rp. 425 juta pada
masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti
kariernya.
Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka
menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan
diri, kecuali bila komite ini mengubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis
bahwa; rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi
juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan
dari pendeta- pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam. Komite
Rumah Sakit pun mengubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.

Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea.


Tentara Inggris bersama tentara Prancis berhadapan dengan tentara
Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih
menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan
luka-luka. Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel
pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana

10

1 0
prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama
sekali dan bertanya, "Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau
mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?".
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya
telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert,
untuk menjadi sukarelawan. Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap
bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea
prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena
tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta
Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.

Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat


pekerjaan sebagai pengawas bagian k eperawatan di Institute for the Care of Sick
Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street,
London,

1 0

2.3 Konsep Teori Keperawatan Menurut Florence Nightingale


Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai
fokus asuhan keperawatan,dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses

11

1 0
penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan
dan kedokteran, dalam artian keperawatan merupakan upaya mengoptimalkan
lingkungan akar individu sehat. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan
keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan
lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuate (jumlah vitamin atau
mineral yang cukup), dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan
tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu
menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.

Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik


keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam
tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang
benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengarui proses perawatan pada pasien,
sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang
dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik,
lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial.

A. Lingkungan fisik (Physical environment)

Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan


udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang
selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus
bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan
hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun
dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan
memberikan keleluasaan pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus
mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi
pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.

B. Lingkungan psikologi (Psychology environment)

12

1 0
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh
karena itu, ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan
sinar matahari, makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat merangsang semua
faktor untuk dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang
dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan
secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan
dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik
bila dilakukan diluar lingkungan p1asien a0tau jauh dari pendengaran pasien.
Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan
tentang kondisi

Anda mungkin juga menyukai