Anda di halaman 1dari 14

KONSEP TEORI MODEL SISTER CALLISTA ROY

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Teori Model Sister
Callista Roy”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Falsafah dan Teori Keperawatan dan disusun supaya para pembaca bisa menambah
wawasan serta memperluas ilmu pengetahuan yang ada.
Tersusunnya makalah ini tentu tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Irna selaku dosen mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan
datang. Terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan positif bagi
kita semua.

Jakarta, 09 November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………….………………………….ii


DAFTAR ISI ………………………………………….………………………………...iii
BAB I Pendahuluan.…….……….……..………………….…………………………….1
BAB II Pembahasan ……………………………………………………………………..3
BAB III Bagan Teori…..…………………………………………………………………6
BAB IV Penutup…… ……………………………………………………………...…...11
DAFTAR PUSTAKA …...……………………………………………………………...12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Sister Callista Roy, anggota susteran Saint Joseph, Corendelet, dilahirkan pada tanggal 14
Oktober 1939 di Los Angeles, California. Ia mendapatkan gelar sarjana keperawatan dari
Mount Saint Mary’s College di Los Angeles tahun 1963 dan gelar magister dari
University of California, Los Angeles, tahun 1966. Setelah mendapatkan gelar
keperawatan Roy mengawali pendidikannya di bidang sosiologi, menerima gelar master
sosiologi tahun 1973 dan gelar doktor sosiologi tahun 1977 dari University of California.
Pada waktu menjalani program masternya, dalam sebuah seminar, Roy ditantang oleh
Dorothy E. Jhonson untuk mengembangkan model konseptual keperawatan. Ketika ia
bekerja sebagai perawat di bagian pediatrik, Roy menyadari bahwa anak-anak memiliki
ketahanan dan kemampuan adaptasi yang baik dalam menghadapi perubahan fisik dan
psikologis yang besar. Roy terkesan dengan “adaptasi” sebagai suatu kerangka kerja
konseptual yang sesuai bagi keperawatan. Roy mengembangkan konsp dasar model ini
pada saat ia menjadi mahasiswa pascasarjana di University of California, los angels, dari
tahun 1964 sampai 1966. Roy mulai mengoperasionalisasikan modelnya pada tahun 1968
ketika Mount Saint Mary’s College mengadopsi kerangka kerja adaptasi sebagai landasan
filosofis pada kurikulum keperawatannya. Model adaptasi Roy pertama kali diterbitkan
dalam bentuk artikel di jurnal Nursing Outlook tahun 1970 dengan judul “Adaption: A
Conceptual Framework For Nursing” (Roy, 1970).
Roy adalah propesor asosiet dan ketua departemen keperawatan di Mount Saint Mary’s
College sampai tahun 1982. Ia diangkat menjadi profesor pada tahun 1983 Mount Saint

1
Mary’s College dan University of Portland. Roy membantu merintis dan mengejar
program megister musim panas di University of Portland tahun 1983 hingga 1985, ia
mengikuti program pasca doktoral di Univesitas California, San Fransisco, sebagai
perawat klinis dibidang neurosains. pada saat itulah ia menjalankan riset tentang
intervensi keperawatan untuk pemulihan kognitif pada kasus cedera kepala dan tentang
pengaruh model keperawatan terhadap pengambilan keputusan klinis. pada tahun 1987,
Roy mulai menjadi seorang teoris keperawatan disekolah keperawatan Boston College.
Roy telah menerbitkan banyak buku, bab buku, dan artikel rutin serta memberikan
berbagai kuliah atau lokakarya yang berfokus pada teori adaptasi keperawatan (Roy dan
Andrews, 1991). perbaikan pertanyaan kembali model aplikasi Roy diterbitkan tahun
1999 dalam bukunya, The Roy Adaptation Model ( Roy & Andrews, 1999).
Roy merupakan anggota Sigma Theta Tau, dan pada tahun 1981 iya menerima
penghargaan dari pendiri bangsa atas presentasinya dalam mengembangkan standar
keperawatan profesional. Pencapaian lainnya termsuk gelar Doktor Kehormatan Humane
Letters dari Alverno College (1984), Doktor Kehormatan dari Eastern Michigan
University (1985) dan St. Joseph’s College di Maine (1999) dan penghargaan buku tahun
ini dari American Journal of Nursing untung Essensials of the Roy Adaptation Model (
Andrews & Roy, 1986). Roy pun mendapatkan pengakuan sebagai World Who’s of
Women (1979); Personalities of America (1978); Fellow of the American Academy of
Nursing (1978); merima penghargaan ilmuwan Senior Fulbright dari yayasan Australia-
Amerika (1989), dan menerima penghargaan Martha Rogers Award untuk ilmu
keperawatan lanjut dari National League for Nursing (1991). Selain itu, Roy menerima
penghargaan alumni berpestasi dan Medali Carondelet yang prestisius dari almamaternya,
kampus Moun Saint Mary’s. American Academy of Nursing juga memberikan
penghargaan bagi Roy untuk pencapaiannya yang luar biasa dengan menganugrahi gelar
Living Legend (2007).

2
BAB II
PEMBAHASAN

Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu, kelompok,
situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus
adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia,
kesehatan dan lingkungan.
Berikut definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :

A. Keperawatan
Roy mendefinisikan keperawatan secara luas sebagai “profesi pelayanan kesehatan yang
berfokus pada proses kehidupan manusia beserta polanya dan menekankan pada promosi
kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan” (Roy &
Andrews, 1999, hlm.4). Secara spesifik, Roy mendefinisikan keperawatan berdasarkan
modelnya sebagai ilmu dan praktik yang memperluas kemampuan adaptif dan
meningkatkan transformasi manusia dan lingkungan. Ia mengidentifikasi aktivitas
keperawatan sebagai pengkajian perilaku dan stimulus yang mempengaruhi adaptasi.
Penilaian keperawatan didasarkan pada pengkajian ini, sedangkan intervensi keperawatan
adalah perencanaan yang disusun untuk mengelola stimulus tersebut (Roy & Andrews,
1999). Roy membedakan keperawatan sebagai ilmu dengan keperawatan sebagai disiplin
praktis. Keperawatan sebagai ilmu adalah…”suatu sistem pengembangan ilmu mengenai
manusia yang mengamati, mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses dimana
manusia membawa dampak positif pada status kesehatannya” (Roy, 1984 hlm.3-4).
Keperawatan sebagai disiplin praktik adalah “batang tubuh ilmu keperawatan yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan penting, yaitu untuk meningkatkan kemampuan
manusia dalam membawa dampak pada kesehatannya secara positif” (Roy, 1984 hlm.3-
4). Keperawatan bekerja untuk meningkatkan interaksi antara manusia dengan
lingkungannya-untuk meningkatkan adaptasi” (Andrew & Roy, 1991, hlm. 20).

Tujuan dari keperawatan menurut Roy yaitu meningkatkan adaptasi individu dan
kelompok pada keempat mode adaptif, sehingga berkontribusi pada kesehatan, kualitas
hidup, dan meninggal dengan terhormat. Keperawatan memiliki peran yang unik sebagai

3
fasilitator adaptasi dengan mengkaji perilaku dari empat mode adaptif ini besera faktor
yang mempengaruhi adaptasi, dan juga melakukan intervensi untuk meningkatkan
kemampuan adaptif dan interaksi dengan lingkungan (Roy & Andrews, 1999).

B. Manusia
Menurut Roy manusia adalah sistem yang holistik dan adaptif. “Sebagai sebuah sistem
adaptif, sistem manusia digambarkan sebagai suatu keseluruhan dengan bagian-bagiannya
yang berfungsi sebagai satu kesatuan untuk tujuan masing-masing. Sistem manusia
meliputi manusia sebagai individu atau dalam kelompok, termasuk keluarga, organisasi,
komunitas, dan masyarakat sebagai satu keseluruhan” (Roy & Andrews, 1999 hlm. 31).
Walaupun sangat beragam, semua manusia disatukan dalam takdir yang sama (Roy &
Andrews, 1999). “Sistem manusia memiliki kemampuan berfikir dan merasakan, yang
berakar dari kesadaran dan makna, di mana keduanya menyesuaikan diri secara efektif
terhadap perubahan lingkungan yang pada akhirnya akan mempengaruhi lingkungan
tersebut” (Roy & Andrews, 1999 hlm. 36). Manusia dan bumi memiliki pola yang sama
dan hubungan serta makna yang bersifat timbal balik (Roy & Andrews, 1999). Roy (Roy
& Andrews, 1999) mendefinisikan manusia sebagai fokus utama keperawatan, sebagai
sistem adaptif yang hidup dan kompleks dengan proses-proses internalnya (kognator dan
regulator) yang bekerja untuk mempertahankan adaptasi dalam keempat mode adaptif
(fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi).

C. Kesehatan
“Kesehatan adalah status dan proses ada atau menjadi seseorang yang utuh dan
menyeluruh. Kesehatan mencerminkan adptasi, yaitu interaksi antara orang dan
lingkungan” (Andrews & Roy, 1991, hlm 21). Definisi ini adalah turunan dari pemikiran
bahwa adaptasi adalah proses meningkatkan integritas fisiologi, psikologi, dan integritas
sosial, dan bahwa integritas menyiratkan kondisi yang tidak terganggu menuju suatu
kesatuan atau kelengkapan(Roy, 1984). Dalam karya sebelumnya Roy memandang
kesehatan sepanjang sebuah rentang dari titik kematian dan kesehatan yang sangat buruk
hingga titik kesejahteraan puncak dan tinggi (Brower & Baker, 1976). Pada akhir 1990-
an, tulisan-tulisan Roy lebih berfokus pada kesehatan sebagai proses dimana sehat dan
penyakit dapat berdampingan (Roy & Andrews, 1999). Roy menarik benang merah dari
karya-karya Illicha(1974, 1976): “Kesehatan bukanlah terbebas dari kematian, penyakit,

4
ketidakbahagiaan, dan stres yang tidak terhindarkan, melainkan kemampuan untuk
menghadapi semua itu dengan cara yang kompeten” (Roy & Andrew, 1999, hal. 52).
Kesehatan dan penyakit adalah satu dimensi yang tidak dapat dihindari, dapat saling
berdampingan dari pengalaman hidup seseorang (Riehl & Roy, 1980). Keperawatan
peduli dengan dimensi ini. Jika mekanisme koping tidak efektif, maka penyakit akan
muncul. Sehat akan terjadi jika manusia terus beradaptasi. oleh karena manusia
beradaptasi terhadap stimulus, manusia berespon terhadap stimulus lainnya. Pembebasan
energi dari upaya koping yang inefektif dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan
(Roy, 1984).

D. Lingkungan
Lingkungan, menurut Roy, adalah “semua kondisi, keadaan, dan pengaruh yang
melingkupi dan berdampak pada perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok,
dengan pertimbangan khusus pada hubungan timbal balik antara manusia dan sumber-
sumber bumi yang meliputi stimulus fokal, kontekstual, dan residual” (Roy & Andrew,
1999, hal. 81). “Adalah lingkungan yang berubah yang merangsang seseorang untuk
memberikan respon adaptif” (Andrews & Roy, 1991, hal. 18). Lingkungan adalah input
bagi seseorang sebagai sistem adaptif yang melibatkan faktor internal dan eksternal.
faktor-faktor ini dapat berupa faktor kecil atau besar, negatif atau postif. Akan tetapi,
perubahan lingkungan apapun membutuhkan peningkatan energi untuk beradaptasi
terhadap situasi tersebut. Faktor-faktor dalam lingkungan yang memengaruhi seseorang
dapat dikategorikan sebagai stimulus fokal, kontekstual, dan residual.

5
BAB III
BAGAN TEORI

Sistem adalah suatu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk
beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. Sistem
terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik.
A. INPUT
Roy mengidentifikasikan bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang daat menimbulkan respon,
dimana di bagi dalam tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
1. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya
segera, misalnya infeksi.
2. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus yang di alami seseorang baik internal
maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat di observasi, di ukur, dan secara
subjektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat
menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia dan isolasi sosial.
3. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang
ada, tetapi sukar untuk di observasi meliputi kepercayaan, sikap, sifat individu
perkembangan sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi dan ada yang
tidak.

6
B. PROSES KONTROL
Proses kontrol seseorang adalah bentuk mekanisme koping yang digunakan.
Mekanisme kontrol ini di bagi atas regulator dan koknator yang merupakan subsistem.
1. Stimulus untuk subsistem regulator mempunyai komponen-komponen: input-proses
dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem
adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respom neural dan brain
sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem.
2. Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output
dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem.
Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi,
penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal
dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses
imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan
penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan,
mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator subsistem diperkirakan
sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh
perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping. Penggunaan
mekanisme koping yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan
meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif. Untuk subsistem
kognator, Roy tidak membatasi konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka untuk
melakukan riset tentang proses kontrol dari subsitem kognator sebagai pengembangan
dari konsep adaptasi Roy.

C. OUTPUT
Output dari suatu sistem adalah oerilaku yang dapat diamati, di ukur atau secara subjektif
dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini merupakan
umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang
adaptif atau respon yang tidal mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan
integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu
melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal-adaptif perilaku yang tidak
mendukung tujuan ini.

7
Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi dengan
menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi.
A. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan
integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang
terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4
bagian yaitu:

a. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,


pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
b. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan
fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984
dalam Roy 1991).
c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. (
Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).

8
d. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan
semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas
danstruktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk
air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif
fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984,
dalam Roy 1991).
h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian
integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk
mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam
Roy, 1991).
i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator
koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).

B. Mode Konsep Diri


Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek
psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan
integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan
dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat
pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan
seksualitas.

9
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan
spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan
hal yang berat dalam area ini.

C. Mode Fungsi Peran


Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya
pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya.

D. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang,
perhatian dan saling menghargai.Interdependensi yaitu keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan
ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian
ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.
Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi
dan menerima.

10
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy memandang
person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara
konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya antara sistem dan lingkungan terjadi
pertukaaran informasi bahan dan energi. Interaksi yang konstan antara orang dan
lingkungannya akan menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam
menghadapi perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu
beradaptasi.

B. SARAN

Diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep dan model keperawatan
yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan model praktik yang sesuai
dengan ilmu keperawatan dan perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien
pada situasi sehat atau sakit. Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi
stimulus fokal, kontekstual, maupun residual dengan melakukan analisa sehingga
stimulus berada pada daerah adaptasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahkdk.blogspot.co.id/2016/10/konsep-dan-teori-calista-roy.html
(Diakses/diunduh pada 09 November 2017, pukul 21.35 WIB)
Railer, Martha.2014.Pakar Teori Keperawatan. Elsevier: Singapura.
Siokal, Brajakso dkk. 2017. Falsafah dan Teori Dalam Keperawatan, Jakarta:TIM

12

Anda mungkin juga menyukai