Anda di halaman 1dari 19

ILMU KEPERAWATAN DASAR 2

TEORI KEPERAWATAN TENTANG CARING

(JEAN WATSON)

ANGGOTA :

1. Arvyan E.Y.P. (1811003)


2. Delvia A.S. (1811004)
3. Guruh G.B. (1811010)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN

STIKES PATRIA HUSADA BLITAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul
“TEORI KEPERAWATAN CARING MENURUT JEAN WATSON”.
Makalah ini berisikan tentang Salah satu teoris dengan teorinya Philosophy
and Science of Caring yaitu Jean Watson menggunakan suatu filosofi untuk
mendeskripsikan teorinya. Dia percaya bahwa perawat harus mengembangan
filosofi kemanusiaan dan system nilai. Karena kedua hal tersebut merupakan
dasar yang kuat dari ilmu caring .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari Dosen dan Teman-teman yang bersifat membangun,
selalu saya harapkan demi lebih baiknya makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah
SWT senantiasa Meridhoi segala usaha dan urusan kita.

Blitar, 22 Februari 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1. LATAR BELAKANG 1
2. RUMUSAN MASALAH 1
3. TUJUAN 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2


1. KONSEP CARING 2
2. TEORI KEPERAWATAN 2
3. TEORI JEAN WATSON 6
4. ASUMSI WATSON 6
5. STRUKTUR ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT WATSON 7

BAB 3 PEMBAHASAN 9
1. CONTOH KASUS 9
2. PEMBAHASAN 9

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 14


1. KESIMPULAN 14
2. SARAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Konsep merupakan suatu ide di mana terdapat suatu kesan yang abstrak yang
dapat diorganisir menjadi simbul-simbul yang nyata sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang
membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu
proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah
diobservasi, tetapi kurang absolut (kurang adanya bukti) secara langsung. Teori
keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,
sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk mengaplikasikan ilmu
yang pernah didapat ditempat mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai
seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan
model praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi
tempat perawat tersebut bekerja. Mengingat dalam model praktek keperawatan
mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang mendasari
sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan
pelayanan ataupun asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua pasien, serta
adanya pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh perawat dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa teori yang dikemukakan oleh Jean Watson?
2. Apa hubungan teori yang dikemukakan oleh Jean Watson dengan konsep
keperawatan ?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui bagaimanakah teori keperawatan Jean Watson.
2. Mengetahui bagaimanakah hubungan antara teori Jean Watson dengan
Paradigma Keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP CARING


Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan
terhadap proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti
juga science lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring
mengakui kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam
lingkaran caring yang konsentrik dari individu, pada orang lain, pada masyarakat,
pada dunia, pada planet Bumi, pada alam semesta (Watson, 2004). Watson (1988)
dalam George (1990) mendefinisikan caring lebih dari sebuah exisestensial
philosophy ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya caring adalah ideal
moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spiritualnya
meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang
tinggi, kekuatan dari dalam diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatan
berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat
membantu partisipsi klien, membantu memperoleh pengetahuan dan
meningkatkan kesehatan. Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson
antara tahun 1975-1979, hanya berkisar pada sepuluh carative factors sebagai
suatu kerangka untuk memberikan suatu bentuk dan focus terhadap fenomena
keperawatan. Watson menganggap istilah “factors” terlalu stagnant terhadap
sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang
lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut
adalah “clinical caritas” dan “caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok
dengan ide-ide dan ara perkembangan teorinya (Watson, 2004).

2.2 TEORI KEPERAWATAN


Teori keperawatan adalah suatu kerangka kerja yang terorganisir konsep dan
tujuan yang dirancang untuk memandu praktik keperawatan. Profesiaonal
keperawatan menerapkan teori keperawatan untuk menggambarkan, menjelaskan,
memprediksi atau meresepkan praktik keperawatan. Ada empat tingkatan teori:
meta-teori, teori grand, teori mid range, dan teori praktek.

1. Meta Teori
Meta teory sangat abstrak dan tidak mudah untuk diuji coba, meta theory
menyediakan arti-arti, kalimat-kalimat, situasi struktur interkoneksi, dan bahkan
observasi oleh perawat-perawat dalam skala global. Meta theory dapat terdiri dari
beberapa grand theory, middle range theory, bahkan practice theory. teori Meta
theory keperawatan adalah teori keperawatan tentang teori keperawatan. Meta
theory dapat dikritik, terbatas, abstrak dan sangat sulit untuk diaplikasikan dalam
praktik. Metatheory adalah teori dengan level tertinggi dan dijelaskan dengan
prefix “meta”, yang berarti “perubahan pada posisi”, “diluar”, pada level tertinggi,
atau “melebihi” dan merujuk pada body of knowledge tentang body of knowledge
atau tentang suatu bidang pembelajaran seperti matematika. Metatheory dalam
keperawatan akan tampil sebagai superstruktur dengan aplikasi praktik ganda dan
kesempatan tambahan untuk peneliti-peneliti guna penemuan grand theory-grand
theory, middle range theory, paradigma yang berhubungan, serta model-model
dan mengeksplorasi bagaimana keperawatan merekonstruksi dan direkonstruksi.
Bates (2005) membahas perbedaan antara metateori, teori, dan model, yang
seringkali digunakan secara bergantian. Metateori merupakan landasan filsafat
dari sebuah teori; sebagai serangkaian ide mendasar tentang bagaimana
seharusnya sebuah fenomena tertentu dipikirkan dan dipelajari. Pengertian seperti
ini seringkali bertumpangan dengan pengertian “paradigma” yang dipopulerkan
oleh Thomas Kuhn dan yang oleh dia dianggap sebagai gabungan dari metateori,
teori, metodologi, dan etika yang dipakai oleh sebuah disiplin tertentu. Jadi,
paradigma lebih luas dari metateori, tetapi pada saat sama metateori adalah inti
dari paradigma itu.Sedangkan teori dapat dilihat sebagai keseluruhan generalisasi
dan prinsip yang dikembangkan untuk satu bidang tertentu. Selain itu, teori
juga adalah sebuah sistem asumsi, prinsip, dan antarhubungan yang dibuat untuk
menjelaskan serangkaian fenomena tertentu.
Meteteori hadir untuk menggambarkan dan menjelaskan perbedaan tersebut.
Sehingga saat mengkonstruksi sebuah teori, ilmuan atau peniliti dapat
menentukan teori mana yang cocok untuk mendukung teorinya.

2. Grand Teori
Grand theory merupakan satu atau beberapa konsep yang spesifik yang
didapatkan dari model konseptual, preposisi yang didapatkan dari konsep tersebut
dan preposisi tersebut nyata dan hubungan yang spesial antara dua konsep atau
lebih. Grand theory kurang abstrak dan lebih spesifik dibanding model konseptual
tetapi tidak se-konkrit dan sespesifik middle range theory (Fawcett, 2005). Grand
theory merupakan teori yang cakupannya luas dan kompleks, terdiri dari kerangka
kerja konseptual global yang mendefinisikan perspektif praktek keperawatan dan
melibatkan perbedaan cara dalam melihat fenomena keperawatan, memuat konsep
yang menggabungkan teori-teori dengan cakupan lebih kecil (Tomey & Aligood,
2010).
Grand theory menyebutkan tujuan, misi dan aturan nursing care yang
dihasilkan dari observasi/insight. Tujuan dari grand theory adalah untuk mengatur
beberapa informasi dan mengidentifikasi konsep atau point penting serta
menghubungkannya dengan praktik keperawatan. Manfaat grand theory adalah
sebagai alternatif panduan untuk praktik selain tradisi/intuisi, kerangka kerja
untuk pendidikan dengan mengusulkan fokus dan struktur kurikulum, dan bantuan
untuk profesional keperawatan dengan menyediakan dasar praktek (McKenna,
1997).

3. Teori Mid Range


Middle Range Theory memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian
dan praktek. Hubungan antara penelitian dan praktek menurut Merton (1968),
menunjukan bahwa Middle Range Theory amat penting dalam disiplin praktek,
selain itu Walker and Avant (1995) mempertahankan bahwa Middle Range
Theory menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep secara normal yang
nampak dalam Grand Theory.
Middle Range Theory memberikan manfaat bagi perawat, mudah
diaplikasikan dalam praktek dan cukup abstrak secara ilmiah. Middle Range
Theory, tingkat keabstrakannya pada level pertengahan, inklusif, memiliki
sejumlah variabel terbatas, dapat diuji secara langsung. Bila dibandingkan dengan
Grand theory, Middle Range Theory ini lebih konkrit. Merton (1968) yang
berperan dalam pengembangan Middle Range Theory mendefenisikan teori ini
sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan
suatu teori. Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan
mengemukakan middle range theory jika dibandingkan dengan grand theory:
a. Ruang lingkupnya lebih sempit (Fawcett, 2000)
b. Fenomena yang disajikan lebih spesifik dan kurang abstract (Fawccet,
2000)
c. Teridri dari konsep dan proposisi yang konkrit dan realitas (Fawccet, 2000,
Walker, 1995)
d. Merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik /nyata ( Jacox,
1974)
e. Lebih dapat diuji secara empiris (Parker, 2001)
f. Lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan klinik (Renpening,
2001)

4. Teori Praktek
Practice theory lebih spesifik dan jelas cakupannya dibanding middle range
theory, teori pada level ini juga didefinisikan juga sebagai prescriptive theory,
situations-spesific theory, dan micro theory. Practice theory menetukan tindakan
atau intervensi keperawatan yang cocok untuk mencapai tujuan tertentu, fokus
pada fenomena keperawatan yang spesifik dengan memberikan arahan langsung
pada praktek keperawatan dan mempunyai pernyataan teoritis yang jelas,
hipotesis dengan menguraikan kejelasan fenomone. Practice theory menyediakan
kerangka kerja untuk intervensi keperawatan dan memprediksi hasil dan efek dari
praktek keperawatan itu sendiri (Peterson & Bredow, 2004).
Practice theory berkembang dari middle range theory, pengalaman praktik
keperawatan dan uji empiris. Pengalaman praktik klinis perawat dapat menjadi
sumber utama untuk pengembangan practice theory keperawatan. Kedalaman dan
kompleksitas teori keperawatan digambarkan dan dijelaskan melalui apresiasi
secara mendalam terhadap fenomena keperawatan dan hubungan antara aspek
pada situasi keperawatan (McKenna, 1997). Contoh Practice theory yaitu bonding
attachment theory, therapeutic touch, exercise as selfcare, caring for patient with
chronic skin disease, quality of care, dll (Peterson & Bredow, 2004).

2.3 TEORI JEAN WATSON “Philosophical and Science of Caring”


Jean Watson lahir pada tahun 1940, dia adalah BS dalam keperawatan, MS
dalam Psychiatric-Mental Health Nursing dari University of Colorado, Denver,
dan PhD dalam Educational Psycology. Watson adalah pengarang banyak artikel,
chapter buku dan buku lainnya. Penelitiannya tentang perawatan manusia dan
kehilangan. Teorinya yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah
Human Science ang Human Care. Dia percaya bahwa focus utama dalam
keperawatan adalah pada carative factor dimana ia berasal dari Humanistik
perpective yang dikombinasikan dengan dasar ilmu pengetahuan ilmiah. Untuk
perawat pengembangan humanistic filisofi dan system nilai, serta latar belakang
seni yang kuat itu perlu. Filososfi dan system nilai akan memberikan fondasi yang
kokoh untuk ilmu asuhan keperawatan. Dasar seni dapat membantu perawat untuk
mengembangkan visi mereka serta nilai-nilai dunia dan mengembangkan
penampilan berfikir kritis. Pengembangan ketrampilan ini dibutuhkan dalam
asuhan keperawatan dimana focusnya lebih kepada peningkatan kesehatan
daripada pengobatan penyakit.

2.4 ASUMSI WATSON


Watson mengusulkan 7 asumsi tentang ilmu perawatan dan 10 carative factor
utama yang membentuk teorinya. Dasar asumsinya adalah :
1. Asuhan keperawatan dapat dutujukan secara efektif dan dapat dipraktekkan
hanya secara interpersonal.
2. Asuhan keperawatan terdiri dari carative factor yang menghasilkan kepuasan
pada kebutuhan manusia tertentu.
3. Efektifitas asuhan keperawatan meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan
individu dan keluarga.
4. Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya sebagai ia
sekarang tapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya.
5. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan
kemungkinan perkembangan sementara mengizinkan seseorang untuk
memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya pada saat diberikan kesempatan.
6. Asuhan lebih healthogenic dari pada pengbatan. Praktek asuhan terintegrasi
dengan pengetahuan biofisikal dengan perilaku manusia untuk meningkatkan
kesehatan orang yang sakit. Asuhan keperawatan melengkapi pengobatan.
7. Praktek asuhan adalah sentral dari keperawatan.

2.5 Struktur Asuhan Keperawatan Menurut Watson


Dalam penilaian Watson, penyakit mungkin diobati, tapi sakit akan tetap ada
tanpa perawatan sehingga sehat tidak tercapai. Asuhan merupakan intisari
keperawatan dan mengandung arti responsive antara perawat dan pasien. Asuhan
dapat membantu seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan dan dapat
meningkatkan kesehatan.
Struktur asuhan dibangun oleh 10 carative factor, yaitu :
1. Pembentukan nilai humanistic-altruisticsistem
2. Penamaan Faith –hope (kepercayaan – harapan)
3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.
4. Membangun hubungan helping –trust.
5. Meningkatkan dan menerima pengekspresian perasaan baik positif maupun
negative.
6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematik dalam
pengambilan keputusan.
7. Peningkatan pengalaman belajar-mengajar interpersonal.
8. Menyediakan dukungan melindungi dan atau memperbaiki lingkungan
mental, fisik, sosiokultural dan spiritual.
9. Membantu dengan memenuhi kebutuhan dasar manusia.
10. Menghargai untuk kekuatan eksistensial- phenomenological.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 CONTOH KASUS


Seorang wanita berumur 47 tahun menjalani perawatan di suatu klinik
penyakit hipertensi kronis untuk menjalani terapi hipertensi karena menyebabkan
kerusakan ginjal. Masalah pasien bermula saat pasien berusia 17 tahun ketika dia
masuk rumah sakit karena obstruksi pada ginjal kanan. Dia menjalani
pembedahan untuk mengatasi obstruksi tersebut. Tapi bagaimanapun juga
ginjalnya telah rusak. Dia berkata bahwa kerusakan akan permanen dan sebagai
akibatnya dia berpotensi untuk mengalami peningkatan tekanan darah dalam sisa
hidupnya. Selama 30 tahun pasien telah mengalami peningkatan tekanan darah
yang bervariasi, dan dengan peningkatan yang signifikan.

3.2 PEMBAHASAN
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, teori merupakan landasan
utama dari sebuah keilmuan. Teori terdiri dari konsep-konsep yang saling
berhubungan dan teruji secara empiris. Dalam pembahasan kali ini berkaitan
dengan tindakan perawat yang sesuai dengan teori dari Watson yaitu Struktur
Asuhan dibangun oleh 10 carative factor. 10 carative factor menurut Watson ini
dapat menjadi dasar penerapan proses keperawatan pasien hipertensi akut diatas.
Aplikasi teori Watson ini sebagai berikut :
1. Pembentukan nilai humanistic altruistic
Humanistic Altruistic disini berarti adalah sebuah tindakan sukarela dalam
melakukan tindakan kemanusiaan. Dalam proses keperawatan kita harus
memperlakukan pasien dengan senang hati dan sesuai dengan teori keperawatan
yang ada. Tindakan perawat yang bisa dilakukan dalam menangani pasien
hipertensi kronis ini adalah dengan memberikan waktu untuk bicara, bercanda
atau diajak bercerita, dan sering melakukan cek perkembangan kesehatan sang
pasien.
2. Penanaman Faith – hope (kepercayaan – harapan)
Disaat seseorang sakit, segi spiritual mereka akan menaik dan akan menjadi
waktu yang tepat untuk pemberian sugesti bahwa mereka akan sembuh dengan
ijin Tuhan yang Maha Esa. Semakin mereka percaya mereka akan sembh, maka
semakin besar pula tingkat kecepatan kesembuhan mereka karena sugesti yang
ditanamkan.
3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain
Pada saat menangani pasien, kita harus sensitive atau cepat tanggap dalam
mencukupi kebutuhan pasien seperti cek tensi dan control gizi san pasien.
Demikian juga dengan pasien yang juga harus sensitive terhadap kebutuhan
pribadinya untuk menunjang kesembuhan mereka, seperti minum obat resep
dokter secara teratur, tidak memakan makanan yang bisa membuat hipertensi
mereka kambuh.
4. Membangun hubungan helping – trust
Saat menghadapi pasien kita harus bisa membuat pasien percaya kepada
perawat, dengan begitu akan terjalin hubungan yang selaras antara perawat dan
pasien yang akan memperbesar peluang untuk pasien sembuh karena akan
menuruti kata-kata perawat yang akan menunjang tingkat kesehatan pasien.
Seperti minum obat secara teratur untuk mengontrol tensi pasien agar bisa normal
5. Meningkatkan dan menerima pengekpresian perasaan baik positif maupun
negative
Disaat seseorang mengalami musibah diantaranya adalah penyakit, pasti
mental seseorang akan menjadi menurun dan emosinya akan menjadi labil. Peran
perawat pada saat seperti ini adalah mendengarkan pengungkapan perasaan pasien
dan menenangkan pasien agar tidak terlarut – larut dalam bersedih ataupun marah.
6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematik dalam
pengambilan keputusan
Pasien yang mengalami hipertensi kronis pasti akan mengalami banyak
masalah dalam menyembuhkan penyakitnya. Dalam mengatasi permasalahan ini,
peran perawat adalah menyelesaikan masalah secara sistematik. Seperti pada kaus
hipertensi kronis, mereka tidak boleh mengkonsumsi daging kambing dan juga
makanan yang mengandung banyak garam. Kalaupun mengonsumsi tidak boleh
berlebihan dan sering. Dengan begitu, tensi pasien akan terkontrol dan tidak
mengalami peningkatan yang segnifikan.
7. Peningkatan pengalaman belajar-mengajar interpersonal
Dalam hal ini, seorang perawat akan melakukan pendekatan kepada pasien,
dan memulai pendekatan perasaan dengan klien. Setelah memulai pendekatan,
hasil evaluasi dari factor ini adalah perubahan perilaku dari klien. Misalnya ketika
perawat melakukan pendekatan tentang masalah dari pasien kemudian
memberikan saran dan masukan untuk klien dengan menyesuaikan kondisi
spikologis dan sosiokultural
8. Menyediakan dukungan melindungi dan atau memperbaiki lingkungan
mental, fisik, sosiokultural, dan spiritual
Peran perawat pada saat klien mengalami penurunan mental dan kondisi fisik,
perawat dituntut untuk menunjang tingkat kesembuhan klien dengan memberi
dukungan sesuai dengan sosiokultural klien dan meningkatkan kepercayaan
bahwa klien bisa sembuh. Dengan begitu peluang kesembuhan klien akan
semakin tinggi karena selain dengan proses perawatan yang diberikan, ditunjang
lagi oleh semangat yang ada didalam diri klien
9. Membantu dengan memenuhi kebutuhan dasar manusia
Memang didalam proses keperawatan, pemenuhan KDM adalah hal utama,
seperti mengatasi masalah kesehatan klien atau penyakit yang sedang diderita
dengan pemberian obat atau melakukan diet yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Lalu meningkatkan hubungan kekeluargaan dengan klien agar terjadi rasa saling
percaya untuk menunjang kesembuhan klien. Dan memberikan tambahan
dukungan secara emosional dan spiritual agar punya semangat hidup dan kekuatan
hati untuk menghadapi sakit yang diderita
10. Menghargai untuk kekuatan ekstensial – phenomenological
Kekuatan ekstensial – phenomenological atau pendekatan tradisi disini akan
berperan sebagai penunjang emosional dari klien karena akan meningkatkan
pengharapan klien untuk sembuh. Dengan menghargai sosiokultural klien akan
menjadi salah satu langkah untuk melakukan pengkajian lalu mengambil
kesimpulan dari pengalaman yang ada dan mengambil langkah yang tepat untuk
melakukan proses perawatan sesuai kultur dari klien.
Dengan menggunakan panduan 10 carative factor dari Watson Caring theory
yang kemudian diturunkan menjadi caritas proses yang lebih aplikatif perawat
dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi. Seperti
pada kasus di bab3 bahwa pasien mendapatkan penyakit hipertensi karena ada
penyakit ginjal yang telah mendahuluinya, karena kerja ginjal mempengaruhi
tekanan darah. Hal tersebut telah berjalan selama 30 tahun dengan tekanan darah
yang selalu tidak stabil. Dalam kasus tidak ditunjukkan bagaimana kondisi fisik
pasien, emosi dan kualitas hidup dari pasien tersebut. Penyakit hipertensi
sekunder seperti pada kasus tidak bisa disembuhkan tetapi bisa di stabilkan
dengan terapi yang meliputi modifikasi diet, perubahan gaya hidup, latihan, dan
tentunya dukungan dari perawat dengan melakukan kunjungan rumah.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Erci et al (2003), perawat yang
melakukan kunjungan rumah pada pasien hipertensi dengan tujuan meningkatkan
kualitas hidup mereka dibekali terlebih dahulu dengan pemahaman dan pelatihan
tentang model Caring dari Watson. Pada pertemuan mereka dengan pasien,
mereka memberi tahu tentang tujuan mereka datang yaitu membantu mereka
mengatasi hipertensi dengan memeberikankeyakinan dan harapan bahwa itu
semua akan berlalu. Perawat membuat hubungan tersebut hubungan yang saling
membantu dan saling percaya bahwa pasien dapat mengatasi hipertensinya.
Perawat memberikan edukasi mengenai hipertensi, peningkatan kesehatan diri,
dan system kepercayaan. Pasien di yakinkan bahwa perawat akanada dan selalu
mendukung pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka baik positif maupun
negative. Pasien dibantu untuk mengunakan cara kreatif untuk menggunakan
dirinya sebagai bagian dari proses caring. Perawat dapat menggunakan seni dari
caring-healing process pemenuhan kebutuhan dasar secara holistic.
Perawat memberikan pemikiran secara logis dan benar mengenai penyakit
pasien dan juga pasien dikuti selalu pengobatan medisnya, diet hipertensi, dan
pasien dilindungi dari posisi yang berisiko dari hipertensi.
Pada penilitian yang dilakukan oleh Erci et al (2003) Perawatan berdasarkan
caring theory ini dilakukan satu kali dalam semingguselama 3 bulan ternyata
dapat menurunkan tekanan darah dengan hasil perbedaan yang signifikan serta
komponen kualitas hidup yang lain seperti aktifitas fisik yang meningkat,
penurunan gejala, dan interaksi dengan pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Metateori merupakan level teori yang paling tinggi dibandingkan yang
lainnya dan dijadikan sebagai dasar pengembangan teori-teori selanjutnya.
Metateori berfokus pada filosofi yang mengakomodasi berbagai sudut pandang
mengenai teori keperawatan. Aplikasi teori keperawatan pada level meteteori
memang sulit, akan tetapi secara tersirat dapat dilihat pada aplikasi asuhan
keperawatan sehari-hari. Dalam pelaksanaanya metateori terintegrasi dengan teori
keperawatan lain yang dapat mendefinisikan metateori menjadi sebuah teori yang
aplikatif. Dalam hal ini, Watson mengemukakan teori philosophycal and science
caring yang berada pada level metateori, dimana dalam aplikasinya didukung
dengan teorinya yang lain yaitu clinical caritas caring yang lebih aplikatif dalam
proses asuhan keperawatan. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah metateori dapat
dilihat hasilnya dari pelaksanaan level teori dibawahnya.

3.2 SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian secara spesifik terhadap metateori agar terlahir
teori-teori baru yang aplikatif
2. Pengkajian ulang atau kritisi terhadap metateori sangat penting untuk
mengembangkan teori keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

1. Alligood &Tomey (2006) Nursing theory and their works 7th edition. USA :
Mosby
2. Current nursing (2011). Jean Watson's Philosophy of Nursing.
http://currentnursing.com/nursing_theory/Watson.html diakses tanggal 10
September 2014
3. Erci. B. et all (2003). The effectiveness of Watson’s Caring Model on the
quality of life and blood pressure of patients with hypertension. Journal Of
Advanced Nursing, 41(2), 130-139
A. PERTANYAAN
1. Mencoba menghargai dimensi manusia dalam keperawatan dan pengalaman
subjektif dari orang lain dan diri sendiri? (Gracia)
2. Contoh teori caring dalam konsep Grand Teori? (Fatma)
3. Peran perawat dalam helping – trust pada kasus yang disajikan? (Silvy)

B. JAWABAN
1. Berusaha menghargai manusia dalam keperawatan dan kehidupan serta
pengalaman pribadi seseorang yang kita beri perawatan
2. Didalam grand teori belum kelihatan caring dari perawat, caring akan terlihat
ketika di lingkup Praktice Teori / Teori Praktek
3. Ketika menghadapi orang sakit kita harus memberi dukungan ketika mereka
sedang mengalami penurunan mental. Peran perawat disini adalah
memberikan dorongan kepercayaan bahwa merek ,asih punya harapan
sembuh.

Anda mungkin juga menyukai