PROPOSAL PENELITIAN
Dosen pemimbing:
Ns. Fendy Yesayas, M.Kep
Disusun oleh:
Tri Halimah Nur Rahmadhani
2011114
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah
pneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “ Hubungan Stres dan Pola
Makan Dengan Kejadian Gastritis”. Peneliti menyadari dalam penyusunan proposal ini masih
banyak kekurangannya, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan
untuk perbaikan berikutnya. Peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dalam
menyelesaikan proposal kepada
1. Ns. Fendy Yesayas selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan proposal penelitian ini
2. Seluruh staf dosen dan tenaga pendidikan Stikes RS Husada yang telah membantu
dalam kelancaran studi
3. Ayahanda dan ibunda serta keluarga yang telah memberikan dukungan dan doanya
kepada peneliti
4. Seluruh rekan-rekan angkatan 33 atas kekompakan dan kebersamaannya selama
menempuh studi
5. Seluruh Civitas Stikes Rs Husada Jakarta yang telah memberikan dukungan dan
semangat selama peneliti menjalankan proses studi
Peneliti berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu dalam proposal penelitian ini
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
BAB 1 Pendahuluan………………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………………..
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………………………
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………………………………
1.4 Manfaat Peneliti……………………………………………………………………………
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………….
2.1 Konsep Stres………………………………………………………………………………
2.1.1 Pengertian Stres…………………………………………………………………………
2.1.2 Patofisiologi
Stres…………………………………………………………………………
2.1.3 Jenis Sres………………………………………………………………………………….
2.1.4 Penyebab Stres……………………………………………………………………………
2.1.5 Gejala Stres………………………………………………………………………………..
2.1.6 Dampak Stres……………………………………………………………………………..
2.1.7 Pengukuran Stres………………………………………………………………………….
2.2 Konsep Pola Makan………………………………………………………………………..
2.2.1 Pengertian Pola Makan
2.2.2 Komponen Pola Makan…………………………………………………………………
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan………………………………………
2.3 Konsep Gastritis…………………………………………………………………………..
2.3.1 Pengertian Gastritis………………………………………………………………………
2.3.2 Klasifikasi Gastritis……………………………………………………………………….
2.3.3 Etiologi Gastritis…………………………………………………………………………
2.3.4 Patofisiologi Gastritis……………………………………………………………………..
2.3.5 Manisfestasi Gastritis……………………………………………………………………..
2.3.6 Faktor Resiko Gastritis…………………………………………………………………...
iii
2.3.7 Komplikasi Gastritis……………………………………………………………………....
2.3.8 Pentalaksanaan Gastritis…………………………………………………………………..
2.4 Penelitian Terdahulu……………………………………………………………………
2.5 Kerangka Konsep………………………………………………………………………...
BAB 111 Kerangka Konsep, Hipotesis, Definisi Operasional……………………………
3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………………………..
3.2 Hipotesis Penelitian………………………………………………………………………
3.3 Definisi Operasional………………………………………………………………………
BAB 1V METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan metode penelitian…………………………………………………………………
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………………………
4.3 Waktu Penelitian……………………………………………………………………………
4.4 Populasi dan Sampel……………………………………………………………………
4.5 Pengumpulan Data…………………………………………………………………………
4.6 Etika Penelitian…………………………………………………………………………….
4.7 Pengolahan Data…………………………………………………………………………….
4.8 Analisa Data………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………
Lampiran Kusioner……………………………………………………………………………
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stres mempengaruhi perubahan kebiasaan makan sehingga menyebabkan gastritis,
jika seseorang stres maka nafsu makannya akan hilang karena selalu memikirkan masalah
yang mengganggunya. (Uwa et al., 2019)
Pola makan merupakan salah satu penyebab gastritis. Seseorang akan terhindar dari
penyakit gastritis jika dapat mengatur pola makan yang sehat dan teratur. Ini adalah salah
satu tindakan pencegahan untuk mencegah gastritis (Wahyuni et al., 2017).
Seseorang dapat mengalami gastritis jika seseorang mengalami stres dan kebiasaan
makan yang tidak sehat, karena stres dapat membuat orang tersebut tidak mau makan.
(Monica, 2019)
Gastritis adalah peradangan akut, kronis, difus atau lokal dari mukosa lambung yang
ditandai dengan anoreksia, rasa penuh pada perut, ketidaknyamanan epigastrium, mual
dan muntah (Ardiansyah, 2012). Gastritis dapat menyerang semua usia dan jenis kelamin.
Beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering terjadi pada orang usia
produktif karena kebiasaan makan yang tidak teratur dan stres akibat pengaruh faktor
lingkungan. (Imayani, 2017)
Di seluruh dunia, kejadian gastritis adalah sekitar 1,8 sampai 2,1 juta per tahun pada
total populasi (Sarley, 2015). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2014 ,
insiden gastritis tertinggi di Amerika Serikat dengan tingkat 47%, diikuti oleh India di
tempat kedua dengan tingkat 43%. Angka kejadian gastritis di Indonesia sebesar 40,5%,
27.396 kasus per 238.672.223 orang, dengan angka gastritis tertinggi di Medan sebesar
91,6%, Denpasar sebesar 46% (Depkes, 2014).
Berdasarkan catatan kesehatan Indonesia tahun 2013, kejadian gastritis termasuk
sepuluh besar pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan total 30.154
kasus (4,9%) (Zhaoshen, 2014). Di Kota Surabaya angka gastritis 31,2%, Denpasar 6%,
di Jawa Tengah angka gastritis tertinggi 79,6% (Riskesdas, 2013).
Hasil penelitian (Uwa et al., 2019) menunjukkan bahwa sebanyak 13 ( 43,3%)
responden mengalami stres sedang, sebanyak 25 (83,3%) responden mengalami pola
makan yang buruk dan sebanyak 23 orang (76,7%) mengalami stres. kejadian gastritis
kronis. Dan ada hubungan antara stres dengan kejadian gastritis dengan nilai p = (0,001)
dan lt; (0,050), ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis dengan p =
(0,000) dan lt (0,050) serta ada hubungan antara stres dan pola makan dengan kejadian
gastritis dengan p = (0,002) dan lt; (0,050)
1
1.2 Rumusan Masalah
Gastritis adalah peradangan akut, kronis, difus atau lokal dari mukosa lambung yang
ditandai dengan anoreksia, rasa penuh pada perut, ketidaknyamanan epigastrium, mual
dan muntah (Ardiansyah, 2012). Gastritis dapat menyerang semua usia dan jenis kelamin.
Beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering terjadi pada orang usia
produktif karena kebiasaan makan yang tidak teratur dan stres akibat pengaruh faktor
lingkungan. (Imayani, 2017)
Di seluruh dunia, kejadian gastritis adalah sekitar 1,8 sampai 2,1 juta per tahun pada
total populasi (Sarley, 2015). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2014 ,
insiden gastritis tertinggi di Amerika Serikat dengan tingkat 47%, diikuti oleh India di
tempat kedua dengan tingkat 43%. Angka kejadian gastritis di Indonesia sebesar 40,5%,
27.396 kasus per 238.672.223 orang, dengan angka gastritis tertinggi di Medan sebesar
91,6%, Denpasar sebesar 46% (Depkes, 2014).
Berdasarkan catatan kesehatan Indonesia tahun 2013, kejadian gastritis termasuk
sepuluh besar pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan total 30.154
kasus (4,9%) (Zhaoshen, 2014). Di Kota Surabaya angka gastritis 31,2%, Denpasar 6%,
di Jawa Tengah angka gastritis tertinggi 79,6% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah ʿʿ Bagaimana Hubungan Stres dan Pola Makan dapat
Mempengaruhi Kejadian Gastritis ?’’
1.3Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara stres dan pola makan dengan kejadian gastritis
2. Tujuan Khusus
1.Mengetahui tingkat stres dengan kejadian gastritis
2.Mengetahui pola makan dengan kejadian gastritis
3.Mengetahui kejadian gastritis
4.Mengetahui hubungan stres dan pola makan dengan kejadian gastritis
2
4. Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk
mengembangkan penelitian lain tentang faktor yang berubungan dengan kejadian
gastritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Stres
2.1.1 Pengertian Stres
Menurut Charles D. Speilberger, Stres didefinisikan sebagai tuntutan eksternal bagi
seseorang, seperti: objek di lingkungan atau rangsangan yang secara objektif
berbahaya. Stres juga dapat diartikan sebagai tekanan, ketegangan, atau gangguan
yang tidak menyenangkan yang datang dari luar,(Donsu, 2017)
3
amigdala (menyebabkan rasa takut) menyebabkan respons emosional untuk stresor,
seperti takut pada gempa atau marah pada musuh. Otak mengeluarkan neuropeptide S,
suatu protein yang mengatur stress dengan menghambat keinginan untuk tidur,
meningkatkan kewaspadaan dan rasa khawatir, Akibatnya keinginan mendesak
muncul dengan perilaku melawan atau lari (Nurdin, 2010).
4
Sedangkan ketidakpastian adalah suatu kondisi ketika seseorang sering ragu dan
merasa tidak pasti tentang masa depan atau pekerjaannya. Seseorang yang selalu
merasa bingung dan tertekan, merasa bersalah bahkan mengkhawatirkan sesuatu.
5
2.2.1 Pengertian Pola Makan
Pola makan adalah jumlah relatif, jenis makanan dan frekuensi
makan per hari atau dalam setiap kali makan yang terdiri dari makanan utama, lauk
pauk (hidangan hewani dan nabati) dan sayur-sayuran dan buah-buahan (Khairiyah,
2016)
Kebiasaan makan dikatakan seimbang apabila terdapat jadwal makan yang teratur dan
konsumsi makanan yang berkualitas. Pola makan mempengaruhi status gizi seseorang.
Makan berlebihan dapat menyebabkan gangguan psikososial, gangguan pertumbuhan
fisik, gangguan pernafasan, gangguan endokrin, obesitas dan penyakit tidak menular.
Sedangkan status gizi buruk dapat meningkatkan risiko penyakit menular (Khusniyati,
Komala Sari, 2015)
6
dibagi menjadi 2 yaitu makan dalam jumlah banyak, ada yang makan dalam jumlah
banyak dan makan di malam hari (Bagas, 2016)
7
Faktor Rumah Tangga adalah jumlah pendapatan sebenarnya seluruh anggota rumah
tangga dan seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kolektif dan individu anggota rumah tangga. (Gunawan, Eka, 2019)
8
lemari es. Keadaan ini sering terjadi di daerah dengan sosial ekonomi rendah.
(Soetomo, 2015)
2.3.4 Patofisologi Gastritis
Refluks gastroesofageal abnormal terjadi dari lambung ke kerongkongan. Dalam
beberapa kasus GERD, refluks dikaitkan dengan penurunan LES atau penurunan fungsi
sfingter esofagus. Dekompresi sfingter esofagus dapat terjadi secara spontan karena
dilatasi, peningkatan sementara tekanan intra-abdomen, atau tekanan sfingter esofagus
yang rendah. Penurunan LES dapat disebabkan oleh makanan atau obat-obatan.
(Pusmarani, 2019)
2.3.5 Manisfestasi Klinis
Menurut (Brunner dan Sudarth, 2019) manifestasi klinis gastritis dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1.Gastritis akut dapat berlangsung dengan cepat:
1) perut tidak nyaman
2) Sakit kepala
3) kelesuan
4) Mual
5) Anoreksia
6) Muntah
7) cegukan
2. Gastritis kronis
1) Mungkin tidak begejala
2) Keluhan anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa asam
di mulut, atau mual dan muntah
3) Penderita maag kronis akibat kekurangan vitamin umumnya diketahui mengalami
malabsorpsi vitamin B
2.3.6 Faktor Resiko Gastritis
1.Stres
Gastritis adalah salah satu masalah perawatan kesehatan yang paling sering. Gastritis
gastritis adalah gangguan umum dari gangguan mukosa lambung, yang disebabkan oleh
berbagai elemen seperti alkohol, stres, obat-obatan anti inflamasi, dll. Penderita maag
sering mengalami gangguan saluran cerna bagian atas, berupa nafsu makan menurun,
perut kembung dan rasa penuh, mual, muntah dan sendawa. Stres memiliki efek negatif
melalui mekanisme neuroendokrin pada saluran pencernaan, menempatkan pada risiko
gastritis. (Saroinsong, Mareyke, 2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa stres
berhubungan dengan kejadian gastritis.
2. Rokok
Rokok mengandung ± 4000 bahan kimia, asap dengan rokok mengandung berbagai
reaksi tinggi dengan lambung. Nikotin dan kadmium adalah dua zat yang sangat reaktif
yang dapat menyebabkan cedera lambung. Ketika seseorang merokok, nikotin
mengerutkan kening dan pembuluh darah terluka di dinding lambung. Stimulasi ini
9
mengaktifkan lambung untuk menghasilkan lebih banyak asam dan lebih sering dari
biasanya. Nikotin juga memperlambat mekanisme bekerja untuk sel-sel pelindung dalam
memberikan sekresi SAP yang berguna untuk melindungi dinding serangan asam
lambung. Jika sel-sel pelindung tidak dapat lagi melakukan fungsinya, gejalanya berasal
dari gastritis. (Rahma, Mawadah, 2013) dalam studinya menunjukkan bahwa merokok
adalah faktor risiko gastritis
3. Alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah kecil akan merangsang terlalu banyak asam
mengganggu lambung, mengurangi nafsu makan dan mual. Ini adalah gejala gastritis.
Sejumlah besar alkohol dapat merusak mukosa perut (Rahma, Mawadah, 2013)
4. Kopi
Kopi adalah minuman yang mencakup berbagai bahan kimia dan senyawa; Termasuk
jenis lemak, karbohidrat, asam amino, asam tumbuhan yang disebut fenol, vitamin dan
mineral. Kopi diketahui dapat merangsang lambung untuk memproduksi asam lambung,
menciptakan lingkungan yang lebih asam dan berpotensi mengiritasi lambung. Iritasi
lambung menyebabkan maag atau gastritis. Orang dengan tukak asam di perut sensitif.
Kafein dalam kopi dapat mempercepat pembentukan asam di lambung. Hal ini
menyebabkan produksi gas berlebih di perut dan menyebabkan perut terasa kembung.
(Rahma, Mawadah, 2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa konsumsi kopi
adalah faktor risiko dasar.
5.OAINS
Mengkonsumsi beberapa obat yang dapat menyebabkan gastritis, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) adalah obat yang menyebabkan gastritis. Obat anti-inflamasi non-
steroid adalah obat analgesik, demam dan anti-inflamasi. Menurut obat penghilang rasa
sakit, obat anti-inflamasi non-steroid hanya efektif dibandingkan dengan nyeri intensitas
rendah moderat. Sebagai obat anti-inflamasi, obat anti-inflamasi non-steroid akan
mengurangi suhu tubuh dibandingkan dengan demam dan status anti-inflamasi hanya
meningkatkan gejala rasa sakit dan peradangan terkait penyakit dalam gejala (Rahma,
Mawadah, 2013)dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OIME) adalah faktor risiko tinggi.
6.Riwayat Keluarga
Riwayat gastritis keluarga adalah revisi riwayat kesehatan keluarga dasar dan riwayat
kesehatan keluarga termasuk fase pengembangan keluarga saat ini, tahap keluarga
pengembangan dipenuhi, sejarah keluarga utama dan sejarah keluarga sebelumnya.
Untuk riwayat gastritis keluarga dipelajari, riwayat keluarga ini bukan karena hubungan
genetik yang berasal dari orang tua responden, tetapi kebiasaan anggota keluarga untuk
anggota gastritis.(Rahma, Mawadah, 2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
riwayat gastritis keluarga adalah faktor risiko gastritis
7.Pola makan
Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh kebiasaan makan yang kurang baik dan tidak
teratur yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan yang menyebabkan perut
10
menjadi lembek saat asam lambung meningkat. Pola makan atau pola konsumsi makanan
adalah pengaturan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau
sekelompok orang pada waktu tertentu. Diet merupakan variabel yang erat hubungannya
dengan kejadian gastritis. Hal ini didukung oleh penelitian(Rahma, Mawadah, 2013)
yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya gastritis.
2.3.7 Komplikasi Gastriti
Gastritis dapat menyebabkan beberapa komplikasi penyakit, antara lain: anemia
pernisiosa, malabsorpsi vitamin B12, stenosis pilorus, dan malabsorpsi besi.Jika tidak
diobati, dapat menyebabkan tukak lambung, pendarahan lambung, dan kemungkinan
kanker perut, terutama jika perut mulai menipis dan sel-sel di dinding perut berubah .
Gastritis dapat berhasil diobati dan dicegah agar tidak kambuh lagi dengan sering makan
dalam porsi kecil, minum air putih untuk menetralkan asam lambung yang tinggi, dan
makan makanan tinggi serat seperti buah-buahan dan sayuran.(Estefany, 2019)
11
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu
Jenis stres
Faktor resiko gastritis
1. Ringan
1 .Stres
2. Sedang
2. Rokok 123. Berat
3. Alkohol
4. Kopi
Kejadian Gastritis
Pola makan terdiri dari
1. Jenis makan
2. Porsi makan
3.Frekuensi makan
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERSIONAL
Independent Dependent
Stres
Kejadian Gastritis
Pola makan
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara terhadap hubungan antara dua
variabel atau lebih dan kebenarannya harus diuji (Siregar, 2014). Dari uraian
kerangka konsep diatas, dapat diberikan suatu hipotesis dalam penelitian ini, antara
lain:
13
3.3 Definisi Operasional
Variabel Dependent
Gastritis Gastritis, juga Kuisioner 2:Sering Oridinal
14
dikenal sebagai 1:Jarang
maag, adalah suatu 0:Tidak pernah
kondisi di mana
Rentang skor
lapisan perut
meradang atau 0:Tidak ada
berdarah karena gejala
iritasi, infeksi dan
1-6: Ringan
kebiasaan makan
yang tidak menentu. 7-16: Berat
Gejala Gastritis
1.Mual-mual
2.Muntah
3.Rasa terbakar
dilambung
4.Rasa tidak nyaman
di daerah lambung
bagian atas
5.Rasa perih di
lambung
6.Lambung terasa
penuh
7.Kehilangan nafsu
makan
8.Tidak mampu
makan dalam
jumlah sedikit
15
BAB IV
METODE PENELITIAN
16
Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2018)
n= N
1+N (d 2)
Keterangan
n: Jumlah sampel yang diperlukan
N: Jumlah populasi
d: Preisi mutlak (0,05)
berdasarkan rumus diatas,maka didapatkan penghitungan jumlah sampel sebagai
berikut:
n= 250
1+ 250 (0,052)
n= 250
1+250 (0,0025)
=147.058824 dibulatkan menjadi 147 sampel
17
3. Data entry Yaitu data dari masing-masing responden dalam format kode yang
dimasukkan ke dalam program/software komputer.
4. Buat tabel data sesuai dengan tujuan penelitian agregat dan permintaan peneliti.
5. Sanitasi Data Saat Anda memasukkan data dari setiap sumber data atau responden,
Anda harus memeriksa ulang data untuk mendeteksi potensi kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan kemudian melakukan koreksi. Selain itu, kami menggunakan
program komputer SPSS untuk melakukan teknik analisis data untuk mengetahui
hubungan stres dan pola makan dengan kejadian gastritis
18
Khairiyah, E. L. (2016). Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
Khusniyati, Komala Sari, dan R. (2015). Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status
Gizi Santri Pondok Pesantren Roudlatul Hidayah Desa Pakis Kecamatan Trowulan
Kabupaten Mojokerto.
Made, S. A. (2017). Hubungan Tingkat Stres Terhadap Motivasi Dalam Menyelesaikan
Skripsi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Monica. (2019). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Tingkat Stres Terhadap Kambuh
Ulang Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Sungai Penuh Tahun 2018. XIII(5).
176–184.
Mulyati. (2018). Pengatuan dan sikap tentang makanan serta pola makan pada siswa kelas
XI SMKN 4 Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitan Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
Nuari, A. N. (2015). Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta:
Trans Info Media.
Oetoro, S. (2018). 1000 Jurus Makan Pintar dan Hidup Bugar. Jakarta:
http:///www.google.com/m.republika.co.id
Priyoto. (2014). Konsep Manajemen Stres. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Pusmarani, J. (2019). Farmakoterapi Penyakit Sistem Gastrointestinal. Yayasan kita menulis.
Rachmadi, F. (2014). Pengaruh Tingkat Intensitas Belajar Terhadap Terjadinya Stres Pada
Mahasiswa.
Rahma, Mawadah, dkk. (2013). Hubungan Antara Pola Makan Dan Stres Dengan Kejadian
Penyakit Gastritis Di Rumah Sakit Umum Massenrempulu Enrekang. Jurnal STIKES
Nani Hasanudin., Vol 1 No 6.
Sandu Siyoto & Ali Sidik. (2015). Dasar Metodologi Penelitian Dr. Sandu Siyoto,SKM,
M.Kes M. Ali Sodik, M.A.I.
Sarley, S. (2015). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja
Puskesmas Posumaen Kecamatan Posumaen Kabupaten Minahasa Tenggara. E-Jurnal
Sariputra Oktober 2015, 2 ( 3 ).
Saroinsong, Mareyke, dkk. (2014). Hubungan Stres Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja
Kelas XI IPA DI SMA Negeri 9 Manado. Jurnal Keperawatan, Vol 2 No.
Siregar, S. (2014). Metode Penelitian kuantitatif dilengkapi dengan perbandingan
perhitungan manual dan SPSS. Jakarta: Kencana.
Soetomo. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press.
Sudargo, T. (2018). 1000 Hari Pertama Kehidupan. Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press.
Sudirjo, E. dan M. N. A. (2018). Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik: Konsep
Perkembangan dan Pertumbuhn Fisik dan Gerak Manusia. Jawa Barat: UPI Sumedang
Press.
19
Sugiharto, D. (2012). Hubungan Kecerdasan Dengan Daya Tahan Stres Mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Susiyanti, E. (2019). PANDUAN CERMAT UNTUK ORANG TUA SI ANAK SEHAT. Jakarta:
Laksana.
Usui, dkk. (2012). Effects Of Acute Prolonged Strenuous ExerciseOn The Salivary Stress
Markers And Inflammatory Cytokines. Journal of Physical Fitness and Sports Medicine,
1 (1): 1-8.
Uwa, L. F., Milwati, S., & Sulasmini. (2019). Hubungan Antara Stres Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Gastritis Yang Terjadi Di Puskesmas Dinoyo. Nursing News, 4, 237–
247. https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/1543
Wahyuni, S. D., Rumpiati, & LestaRiningsih, R. E. M. (2017). Hubungan Pola Makan
Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja. Global Health Science, 2(2), 149–154.
http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs
Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis dan
Komunitas. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Zhaoshen, L. (2014). Epidemiology of Peptic Ulcer Disease: Endoscopic Results of the
Systematic Investigation of Gastrointestinal Disease in China. Am J. AM J, 7, 42–58.
20
Lampiran 1
KUISIONER STRES
No Pernyataan 0 1 2 3
1 Saya mudah menjadi marah karena hal-hal kecil
atau sepele
2 Saya mudah cenderung bereaksi berlebih an pada
situasi
3 Saya mengalami kesulitan untuk relaksasi atau
bersantai
4 Saya mudah merasa kesal
5 Saya menjadi merasa banyak menghabiskan
energi karena cemas
6 Saya mudah menjadi tidak sabaran
7 Saya mudah tersinggung
8 Saya kesulitan untuk beristrahat
9 Saya mudah menjadi marah
10 Saya mengalami kesulitan untuk tenang setelah
sesuatu menganggu
21
11 Saya mengalami kesulitan untuk tenang setelah
sesuatu yang menganggu
12 Saya berada pada keadaan tegang
13 Saya tidak dapat memaklumi hal apa pun yang
menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang
saya anda lakukan
14 Saya mudah gelisah
Lampiran 2
22
pedas
11 Saya mengkonsumsi makanan
berlemak
12 Saya mengkonsumsi makanan
manis
13 Saya mengkonsumsi makanan
cepat saji
14 Saya mengkonsumsi mie instan
15 Saya makan dengan jumlah
karbohidrat sebanyak 5 porsi
(untuk perempuan) dan 8 porsi
(untuk laki-laki) dalam sehari
Nasi 1 porsi: 2 centong
nasi
16 Saya makan dengan jumlah
protein hewani sebanyak 3 porsi
dalam sehari
1 porsi daging ayam setara
1 potong sedang
17 Saya makan dengan jumlah
protein nabati sebanyak 3 porsi
dalam sehari
1 porsi setara 2 potong
tempe ukuran sedang
18 Saya makan sayur-sayuran dalam
sehari sebanyak 3 porsi tau 1,5-2
mangkuk dalam keadaan matang
19 Saya makan buah dalam sehari
sebanyak 5 porsi atau setara 1
buah mangga sedang
20 Saya sarapan setiap hari
21 Saya makan siang setiap hari
22 Saya makan malam setiap hari
23 Saya telat makan
23
Lampiran 3
KUISIONER GASTRITIS
24
25