Anda di halaman 1dari 8

KTI tentang GASTRITIS BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran
pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan
penyakit maag yaitu penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar,
misalnya jika merasakan nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan
makan nasi, kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan cepat
maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorha gastritis) sehingga banyak darah yang keluar
dan berkumpuldi lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker
lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Harison, 2000:1550, dalam, Hastuti:2007).

Indonesia terus berupaya melakukan pembangunan Nasional, salah satunya dibidang


kesehatan yaitu MDGs. Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan Komitmen
Indonesia kepada masyarakat global yang merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan global
untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat ditunjukkan oleh paket berisi tujuan yang
mempunyai batas waktu dan target terukur. Komitmen Indonesia mencapai MDGs adalah
komitmen meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia (DKK Padang, 2011).
Permasalahan dalam sistem pencernaan tidak boleh diabaikan. Masalah pencernaan
yang paling umum terutama maag pada remaja adalah penyakit meningkatknya asam
lambung atau gastro-esophageal reflux, sebagian besar dikenal sebagai penyakit maag.
Gangguan ini harus diberi perlakuan khusus karena dapat menimbulkan masalah yang lebih
serius yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan. Pola makan adalah berbagai informasi
yang memberikan gambaran dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari guna untuk
mendapatkan kebutuhan zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan setelah
sakit, beraktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Apabila pola makan tidak sehat akan
terjadi gangguan pola makan seperti timbulnya gastritis. Maka perlu diperhatikan frekuensi,
waktu dan jenis makanan dan pada remeja yang paling rawan terserang penyakit ini (
Erna:http://repository.unand.ac.id/id/eprint/18360 ).
Penyakit gastritis terjadi karena dua hal, yaitu gangguan fungsional dari lambung
yang tidak baik dan terdapat gangguan struktur anatomi. Gangguan fungsional berhubungan
dengan adanya gerakan dari lambung yang berkaitan dengan sistem saraf di lambung atau
hal-hal yang bersifat psikologis. Gangguan suktur anatomi bisa berupa luka erosi atau juga
tumor. Faktor kejiwaan atau stres juga terhadap timbulnya serangan ulang penyakit gastritis
(Sukarmin, 2011).

Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa


negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia,
diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di
dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden
terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.
Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar
17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan
bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun
gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. Persentase dari
angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis
pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari
238,452,952 jiwa penduduk ( Kurnia, Rahmi:2011).

Sedangkan di Indonesia sudah pernah di lakukan penelitian kuman Helicobacter


Pylori tetapi belum dalam skala besar pada pasien gastritis yang dapat menimbulkan ulkus
lambung namun dari pemeriksaan yang dilakukan pada pasien gastritis sekitar 60-70%
ditemukan kuman (Harison, 2000:1551, dalam Hastuti:2007).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang, pada tahun 2011 penyakit Gastritis
menduduki peringkat kedua dari 10 penyakit terbanyak, kasus Gastritis yaitu sebesar 21.606
kasus (DKK Padang, 2011).

Survei awal sudah dilakukan peneliti pada tanggal 12 Februari 2013. Di Madrasah
Aliyah Negri 2 Padang. Setelah dilakukan wawancara dengan guru di UKS Madrasah Aliyah
Negri 2 Padang. Ditemukan kelas XII sebanyak 375 orang, terdiri dari kelas IPA yang
berjumlah 178 orang, IPS 136 orang, IAI 61 orang. Dari laporan UKS Madrasah Aliyah
Negeri 2 Padang, pada tahun 2012 terdapat 87 siswa kelas XI yang berkunjung ke UKS, dan
ditemukan 43 orang siswa yang mengalami gangguan pencernaan. Sedangkan dari hasil
wawancara dengan 5 orang siswa, 4 orang mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit
gastritis dan cara perawatannya. Jika hal ini tidak di tindak lanjuti dengan baik akan
berdampak negatif terhadap proses belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang dijelaskan diatas, peneliti tertarik
untuk meneliti tentang Gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang penyakit gastrtis di
MAN 2 Padang tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaiman gambaran


pengetahuan dan sikap siswa tentang gastritis di MAN 2 Padang tahun 2013? .

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang
gastritis di Madrasah Aliyah Negri 2 Padang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang pengertian gastritis
1.3.2.2 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang penyabab gastritis
1.3.2.3 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang tanda dan gejala gastritis
1.3.2.4 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang pencegahan gastritis
1.3.2.5 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang perawatan gastritis dirumah
1.3.2.6 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang pengobatan gastritis.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti


Sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh terutama riset keperawatan dan dapat menambah
pengetahuan dan keterampilan penulis dalam melakukan penelitian serta menambah wawasan
tentang gastritis.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan perencanaan program usaha
kesehatan sekolah, khususnya tentang penyakit gastritis.
1.4.3 Bagi Institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai data dasar bagi peneliti lainya yang ingin
melanjutkan penelitian dengan lingkup yang sama.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2013 di MAN 2
Padang pada siswa kelas XII, penelitian ini hanya untuk mengetahui gambaran pengetahuan
dan sikap siswa tentang penyakit gastritis di MAN 2 Padang dan metode yang digunakan
adalah deskriptif, populasinya adalah semua siswa kelas XII yang berkunjung ke UKS. Dan
teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dimana semua siswa kelas XII yang
berkunjung ke UKS akan dijadikan sampel.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Tinjaun Teoritis


2.1.1 Defenisi Gastritis
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini
dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan dalam saluran pencernaan.
Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung ( Sukarmin,
2012:147 ).
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi. Dan erosi itu sendiri adalahkerusakan yang terjadi tidak lebih
dalam daripada mukosa muskularis. Pada pemeriksaan mikroskopik menunjukan mukosa
merah, erosi kecil dan perdarahan (Doengus, 2008).
Gastritis kronik merupakan peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahan dan ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopalogi biopsi mukosa lambung. Dan
ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar disertai dengan kehilangan chief cell. Akibat
produksi asam klorida pepsin dan faktor intrinsik menurun, dinding lambung menjadi tipis
sehingga fungsi sebagai absorbsi menurun ( Mansjoer, 2001:493 ).
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1. Pemakaian obat NSAIDS ( Non Steroid Anti Inflamasi Drugs )
Pemakaian obat anti inflamasi non steroid seperti aspirin, asam mefenamat, aspilet
dalam jumlah besar. Obat antiinflamasi non steroid dapat memicu kenaikan produksi asam
lambung yang berlebihan sehingga mengiritasi mukosa lambung karena terjadinya difusi
balik ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu jenis obat ini dapat mengakibatkan kerusakan
langsung pada epitel mukosa karena dapat bersifat iritatif dan siftnya yang asam dapat
menambah derajat keasaman pada lambung.
2.1.2.2 Konsumsi alkohol berlebihan
Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar pada mukosa
lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
2.1.2.3 Faktor makanan
Pola kebiasaan makan yang tidak teratur, kebiasaan mengkonsumsi makanan dan
minuman seperti cuka, cabe, asam, kopi, alkohol,porsi makan terlalu banyak dan sering
terlambat makan.karena tidak ada makanan yang masuk
2.1.2.4 Rokok
Asam nikotin pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang berkontribusi
pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah ke lambung mengalami penurunan.
Penurunan ini dapat berdampak pada penurunan produksi mukus yang salah satu fungsinya
untuk melindungi lambung dari iritasi. Selain itu CO yang dihasilkan oleh rokok lebih mudah
di ikat oleh Hb daripada O2 sehingga memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada
lambung. Kejadian gastritis pada perokok juga dapat di picu oleh pengaruh asam
nikotinatyang menurunkan rangsangan pada pusat makan, perokok menjadi tahan lapar
sehingga asam lambung dapat langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena
tidak ada makanan yang masuk.
2.1.2.5 Pemberian obat kemoterapi
Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar meruak sel yang pertumbuhannya abnormal,
perusakan ini ternyata dapat juga mengenai sel inang pada tubuh manusia. Pemberian
kemoterapi dapat juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa lambung.
2.1.2.6 Stres
Stres psikologi akan meningkatkan aktifitas saraf simpatik yang dapat merangsang
peningkatan produksi asam lambung. Peningkatan hcl dapat di rangsang oleh mediator kimia
yang dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti epinefrin.
2.1.2.7 Infeksi sistemik
Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan merangsang
peningkatan laju metabolik yang berdampak pada peningkatan aktifitas lambung dalam
mencerna makanan. Peningkatan HCL lambung dalam kondisi seperti ini dapat memicu
timbulnya perlukaan pada lambung.
2.1.2.8 Iskemia dan syok
Kondisi iskemia dam syok hipovolemia mengancam mukosa lambung karena
penurunan perfusi jaringan lambung yang dapat mengakibatkan nekrosis lapisan lambung.
2.1.2.9 Trauma mekanik
Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen seperti benturan saat kecelakaan
yang cukup kuat juga dapat menjadi penyebab ganggguan keutuhan jaringan lambung.
Kadang kerusakan tidak sebatas mukosa, tetapi juga jaringan otot dan pembukuh darah
lambung sehingga pasien dapat mengalami perdarahan yang hebat. Trauma juga bisa
disebabkan tertelanyabenda asing yang keras dan sulit dicerna.
2.1.2.10 Infeksi mikroorganisme
Koloni bakteri yang menghasilkan toksikdapat merangsang pelepasan gastrin dan
peningkatan sekresi asam lambung.
2.1.3. Manifestasi klinik
2.1.3.1 Gastritis Akut
2.1.3.1.1 Hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan
karena kehilangan darah
2.1.3.1.2 Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan itu misalnya
nyeri timbul pada ulu hati.
2.1.3.1.3 Mual-mual dan muntah.
2.1.3.1.4 Perdarahan saluran cerna.
2.1.3.1.5 Pada kasus yang amat ringan perdarahan ber-manifestasi sebagai darah samar pada tinja dan
secara fisis akan di jumpai tanda-tanda anemia defesiensi dengan etiologa yang tidak jelas.
2.1.3.1.6 Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami
perdarahan yang hebat sehingga tanda dan gejala gangguan hemodinamika yang nyata seperti
hipotensi, pucat, keringat dingin, sampai gangguan kesadaran.
2.1.3.2 Gastritis Kronis
2.1.3.2.1 Gejalanya bervariasi antara satu orang dengan yang lain dan kadang tidak jelas.
2.1.3.2.2 Perasaan penuh, anoreksia.
Perasaan cepat penuh diakibatkan sekresi yang berlebihan pada lambung ketika ada
makanan yang masuk. Sehingga kapasitas makanan menjadi menurun karena sebagian besar
telah diisi mukus dan cairan hasil sekresi.

2.1.3.2.3 Distres epigastrik yang tidak nyata.


Distres epigastrik yang tidak nyata sering berkaitan dengan perasaan gaster seperti
penuh kalau dilakukan pengecekan secara detail lambung tidak mengalami peningkatan
intralumennya. Respon ini terkait dengan adaptasi psikologi yang berlangsung lama, jadi
penderita seolah-olah terbawa emosi lambung terasa penuh.
2.1.3.2.4 Cepat kenyang
Penjelasan mengenai cepat kenyang prosesnya seperti lambung terasa cepat penuh
(Sukarmin, 2012).

Anda mungkin juga menyukai