PENDAHULUAN
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu
diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan penting ialah
Penyakit gastritis yang dikenal dengan gastritis saluran pencernaan bagian atas yang
banyak dikeluhkan masyarakat dan paling banyak di bagian gastroenterologi (Mustakim, 2009).
Menurut Herlan (2011), Menyatakan gastritis bukanlah penyakit tunggal, Tetapi beberapa
kondisi yang mengacu pada peradangan lambung. Biasanya peradangan tersebut merupakan
akibat dari infeksi bakteri yang dapat mengakibatkan borok lambung yaitu Helicobacter Pylory.
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang daerah tersebut. Gastritis
merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis besar Gastritis dapat dibagi
menjadi beberapa macam. Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang
lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri
Keluhan gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita jumpai penderita gastritis kronis selama bertahun-tahun
pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk mengobati keluhan gratis tersebut. Berbagai
obat-obatan penekan asam lambung sudah pernah di minum seperti antasid, namun keluhan
selalu datang silih berganti. Keluhan yang berkepanjangan dalam menyembuhkan gratis ini dapat
menimbulkan stress gara-gara gastritis sekitar 10% dan biaya yang tidak sedikit. Bagi stress ini
bukan tidak mungkin justru menambah berat gastritis penderita yang sudah ada (Budiana, 2006).
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada penderita gastritis ialah perdarahan saluran
cerna bagian atas. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin.
Budiana (2006) mengatakan Bahwa gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan
diperkirakan diderita lebih dari 1,7 miliar. pada negara yang sedang berkembang infeksi
diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua. Apakah
kejadian gastritis helicobacter pylory pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan data yang
cukup tinggi. Menurut Maulidiah dan Unun (2006), di kota Surabaya angka kejadian Gastritis
sebesar 31,2 %, Denpasar 46%, sedangkan di MedanAngka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar
91,6%. adanya penemuan infeksi Helicobacter Pylory ini mungkin berdampak pada tingginya
kejadian gastritis.faktor ideologi gastritis lainnya adalah asupan alkohol berlebihan (20%),
merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%), dan terapi radiasi (2%)
(Herlan, 2001).
Dari hasil penelitian para pakar didapatkan jumlah penderita gastritis antara pria dan
wanita, ternyata lebih banyak pada wanita dan dapat menyerang sejak usia dewasa muda hingga
lanjut usia. Di Inggris 6-20% penderita gastritis pada usia 55 tahun dengan prevalensi 22%
insiden total untuk segala umur Pada tahun 1988 adalah 16 kasusr/1000 pada kelompok umur 45-
64 tahun. Insiden sepanjang usia untuk gastritis adalah 10% (Harun Riyanto, 2008)
Untuk itu, penulis ingin mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang
Gastritis.
mampu:
3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktik nyata sesuai dengan
4. Mampu melaksanakan tindakan apa adanya dan sesuai dengan masalah yang telah
diprioritaskan
5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada klien
hipertensi
dilaksanakan
7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang diperoleh dengan studi
kasus/penerapan di lapangan
memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang berlangsung melalui
proses keperawatan. adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh data dan
1. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas kesehatan lain untuk
2. Studi Dokumentasi
Data-data yang didapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti catatan keperawatan’
3. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep dasar penyakit maupun
4. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung kepada klien dan mengamati langsung
perubahan-perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serta mencatat hal-hal penting
Infeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat luka, ada
Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba, yaitu apakah ada masa
atau tidak.
Perkusi adalah pemeriksaan bisa dilakukan dengan cara mengetik dengan menggunakan
reflek hammer.
stetoskop.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang daerah tersebut adalah
peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal (Soeparman,
1998).
Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis besar garis
a. gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis
Bahan kimia misalnya: lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
b. Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh tikus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri helicobacter pylory. (Soeparman, 2001)
penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Kasus ini merupakan
kejadian biasa pada orang tua tapi diduga pada peminum alkohol dan merokok.
2.2 Etiologi
Gastritis dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar kasus, gastritis
erosive menyertai timbulnya keadaan klinis yang berat. Keadaan klinis yang sering
menimbulkan gastritis erosive misalnya trauma yang luas, opererasi besar, gagal ginjal, gagal
nafas, penyakit hati yang berat, renjangan, luka bakar yang luas, trauma kepala, dan septicemia.
Kira-kira, 80-90% pasien yang dirawat diruang intensif menderita gastritis akut erosive ini.
Gastritis akut jenis ini sering disebut gastritis akut stress.(Soeparman, 2001. Hal 127).
Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa
lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah infark kecil.
Di samping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan
kimia, obat, mukosa barrier rusak, menyebabkan difusi balik ion H+ menggi. Suasana asam yang
terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mukosa barrier oleh cairan usus.
1.3 Patofisiologi
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosife karena keadaan-keadaan
klinis yang berat belum diketahui benar. Faktor-faktor yang amat penting adalah ischemia
pada mukosa gaster di samping factor popsin, refluks empedu dan cairan pakreas. Aspirin
dan obat anti inflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melalui beberapa
mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas siklooksigenese mukosa.
Siklooksigenese merupakan enzim yang penting untung pembentukan prostaglandin dari
asam arakidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu factor defensive mukosa
lambung yang amat penting. Selain menghambat prostaglandin mukosa, aspirin dan obat
anti inflamasi nonsteroid tertentu dapat merusak mukosa secara topical. (Soeparman,
2001, hal 128).
Obat-obatan, alcohol, garam empedu atau enzim-enzim pancreas dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosive) mengganggu pertahanan mukosa lambung dan
memungkin difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini
menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab
iritasi tersebut adalah dengan refenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut
seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dapat terjadi
perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan
peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat
mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan
peritonitis.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar
lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu atau
abu kehijauan (gastritis atopik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat
berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atopik dapat
juga merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula
terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan
gastroyeyunostomi.
1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Baughman, D, C & Hackley, J, C. (2000). Manifestasi klinis pada pasien
dengan gastritis adalah sebagai berikut :
a. Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi.
b. Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesium, mual, dan anorexsia.
Mungkin terjadi muntah dengan cegukan.
c. Beberapa pasien menunjukan asimptomatik.
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makan yang mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi
malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan mungkin akan
hilang selama 1 sampai 3 hari.
a. Gastritis akut
Gastritis akut erosive sangat bervariasi mulai dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat,
gejala yang sangat mencolok adalah :
1) Hematemetis dan malena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi
renjatan karena kehilangan darah.
2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan-
keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat
ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3) Kadang-kadang disertai dengan mual-mual dan muntah.
4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala.
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada
tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda-tanda anemia definisi dengan etiologi
yang tidak jelas.
6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang
mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala
gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin,
takikardia sampai gangguan kesadaran.
b. Gastritis kronis
1) Bervariasi dan tidak jelas
2) Perasaan penuh, anoreksia
3) Distress epigastrik yang tidak nyata
4) Cepat kenyang
Faktor predisposisi
3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien
B. Riwayat Kesehatan
I. Keluhan Utama
Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari
keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:
Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan dirasakam semakin berat
bila melakukan aktivitas yang berat.
Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian
kepala.
S : Savety yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas atau
tidak, seperti bergantung pada derajad beratnya.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaran :
TTV :
a. Kepala :
b. Mata :
c. Mulut :
d. Hidung :
e. Telinga :
f. Leher :
g. Dada :
h. Abdomen :
i. Punggung :
j. Genetalia :
k. Anus :
l. Ekstremitas :
E. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan I
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan: Afterload ridak mengikat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
Kriteria Hasil: Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban
kerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima,
memperlihatkan norma dan frekwenai jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi:
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan teknik yang cepat.
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
o Catat edema umum.
o Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi.
o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
o Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher.
o Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
2. Diagnosa Keperawatan II
Intoleransi aktivitas berhubung dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan anatara
suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil : klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan,
melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
o Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter:
frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, cacat peningkatan TD,
dispnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau
pingsan. (parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas
dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung).
o Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk
memajukan tingkat aktivitas individual).
o Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (konsumsi oksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat menigkatkan jumlah oksigen yang ada.
Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung).
o Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi
dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
o Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. (seperti jadwal
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas dan mencegah kelemahan).
3. Diagnosa Keperawatan III
Gangguan rasa nyaman: nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
Tujuan: Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi:
o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan.
o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
o Batasi aktivitas.
o Hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin.
o Berikan obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, teknik relaksasi, bimbingan imijinasi, hindari konstipasi.
4. Diagnosa Keperawatan IV
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
kangguan sirkulasi.
Tujuan: sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria hasil: pasien mendemontrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukan dengan: TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Intervensi:
o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau
tekanan arteri jika bersedia.
o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
o Ukur masukan dan pengeluaran.
o Amati adanya hipotensi mendadak.
o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
o Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
G. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose
yang muncul.
H. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting untuk
menjamin kualitas dan ketatapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau
respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan
pasien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal 18 Desember 2017
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.P
Umur : 70 thn
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Desa Mayong, Kec. Seririt
B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Keluhan Utama/Gejala : Pasien mengeluh nyeri pada ulu hatinya, pasien mengatakan
tidak nafsu makan, masih mual dan muntah dan pasien mengatakan kurang mengerti
tentang penyakit yang diderita pasien TD: 110/60 mmHg, N: 82 x/mnt, RR: 20 x/mnt,
S: 37,2 C.
2. Kondisi atau keadaan klien saat pengkajian kondisi klien tampak lemah
Masalah Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah, kurang
pengetahuan tentang penyakit yang diderita b.d kurang terpaparnya dengan informasi.
C. RIWAYAT PENGOBATAN TERAKHIR
Apakah sudah berobat terkait keluhan : belum
Bila berobat biasanya kemana : puskesmas
Penanganan yang diterima : obat-obatan
Bila dirawat dimana : belum pernah dirawat
Berapa lama :-
Bila berobat jalan, obat-obatan yang diterima : antibiotik, analgesik
D. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
1. Penyakit yang pernah diderita : demam
2. Penyebab penyakit : perubahan cuaca
3. Apakah sudah berobat? : tidak
Bila sudah kemana :-
Penanganan yang diterima :-
Bila berobat jalan : Obat-obatan yang diterima (-)
Bila dirawat : Alasan dirawat (-)
4. Pernah dioperasi : tidak pernah
Bila pernah, kapan :-
Tempat :-
Lokasi operasi :-
5. Alergi : tidak ada riwayat alergi
2. Pola eleminasi
A. BAK
a. Sehat
Jumlah urine : 1200 ml
Warna : kuning
Bau : amoniak
Pola BAK : 3-4 x/hr
b. Sakit
Jumlah urine : 1100 cc
Bau : amoniak
Warna : kuning
B. BAB
a. Sehat
Konsistensi : padat
Warna : kuning
Bau : khas
Pola defekasi : 1-2 x sehari
Bentuk : semisolid
3. Pola Aktivitas/Latihan
a. Sehat
Pola aktivitas sehari-hari : bekerja
Latihan fisik
Jenis : renang
Frekwensi : 1x seminggu
Lama : 20 menit
Aktivitas yang membuat lelah : bekerja terlalu lama
Gangguan pergerakan
Penyebab : keletihan
Gejala : letih
Efek :-
b. Sakit
Pola aktivitas sehari-hari : berbaring ditempat tidur
Latihan fisik
Jenis : berjalan
Frekwensi : 2x sehari
Lama : 10-15 menit
Aktivitas yang membuat lelah : berbaring di tempat tidur terus menerus
5. Personal Hygiene
a. Sehat
Mandi : 2x sehari
Gosok gigi : 2x sehari
Cuci rambut : 2x seminggu
Potong kuku : 1x seminggu
Hambatan pemenuhan P.Hygiene : tidak ada
b. Sakit
Mandi : 1x sehari
Gosok gigi : 1x sehari
Cuci rambut : tidak pernah
Potong kuku : belum pernah
Hambatan pemenuhan P.Hygiene : tidak ada (dibantu keluarga)
G. CATATAN KHUSUS
1. Apa pasien mengerti tentang penyakit yang di deritanya? Tidak
2. Bila dulu pernah dirawat, macam kegiatan perawatan apa dirasakan terganggu? –
3. Bagaimana hubungan suami istri sebelum dan sesusah sakit? Baik
4. Apakah ada pertanyaan yang diajukan? Ada
5. Bila ada : penyakit yang dideritanya apakah bisa sembuh atau tidak, dan apa saja
yang harus dilakukan agar penyakitnya cepat sembuh
H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Umum
Keadaan umum : sedang
Tingkat kesadaran : komposmetis
Tinggi badan : 162 cm
Berat badan : 57 kg
2. Tanda-tanda Vital
Suhu : 37° C
Nadi : 82 x/mnt
Pernafasan : 20 x/mnt
Tekanan darah : 110/70 mmHg
3. Integumen
Kulit
Inspeksi
Kebersihan kulit : bersih
Warna kulit : normal
Kelembaban : lembab
Palpasi : suhu : hangat
Tekstur : kasar
Turgor : elastis
4. Kuku
Inspeksi : Warna : normal
Bentuk : normal
Lesi : -
Keadaan : bersih
Palpasi : capillary refill : normal
5. Rambut dan Kepala
Inpeksi : kuantitas : tipis
Distribusi : normal
Palpasi : tekstur : halus
Kulit kepala : normal
Keadaan rambut : bersih
Tekstur : halus
6. Wajah/Muka
Inspeksi : simetris : ya
Ekspresi wajah : meringis : gangguan rasa nyaman dan nyeri
7. Mata
Inspeksi : kesejajaran : normal
Palpera : normal
Conjungtiva : normal
Pupil : isokor
Reaksi pupil thd cahaya : mengecil
Keadaan mata : bersih
Palpasi : nyeri tekan : tidak
8. Telinga
Inspeksi : normal
Keadaan telinga : bersih
9. Hidung dan Sinus
Inspeksi : sinus : ya
Kesulitan bernafas : tidak
Warna kulit hidung : coklat
Pembekakan : tidak
Mukosa : lembab
Perdarahan : tidak
Keadaan hidung : bersih
Palpasi suhu sinus terhadap nyeri tekan
Frontal : tidak
Maxilaris : tidak
10. Mulut
Inspeksi : Bibir : normal
Gusi : normal
Gigi : normal
Lidah : simetris
Keadaan mulut : bersih
11. Leher
Inspeksi : Warna : normal
Palpasi : Leher : hangat
12. Thorax/Dada dan Paru-paru
Inspeksi : Postur : normal
Bentuk : normal
Pola nafas : reguler
Sifat nafas : dada
Retraksi torakalis : normal
Bentuk : -
Palpasi : normal
Ekspansi paru pd sisi kanan & kiri : simetris
Taktil fremitus : anterior : normal
Posterior : normal
Perkusi paru : resonan/normal
Auskultasi : vesikuler
13. Payudara
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
14. Kardiovaskuler
Inspeksi jantung : pulsasi apikal : -
Inspeksi dan palpasi : pulpasi apikal : normal
15. Abdomen/perut
a. Abdomen
Inspeksi : normal
Auskultasi : bising usus : hiperaktif
Perkusi heper : pekak
Limpa : redup
Abdomen : timpani
Palpasi ringan : normal
b. Anus : normal
16. Genetalia
Inspeksi : normal
Kateter : terpasang, warna urin kuning, jumlah 500 cc
Palpasi : normal
17. Muskuloskletal
Inspeksi
Otot : ukuran : normal
Kontraktur : ada
Tremor : tidak
Tulang : tidak normal
Tulang belakang : normal
Sendi : terputus
ROM : tidak sempurna
Palpasi
Otot : tidak normal
Tulang : tidak normal
Sendi : tidak normal
Lain-lain :-
Masalah keperawatan : immobilisasi fisik
18. Persafan/Neurologi
GCS (3-15) :-
Orientasi : orang
Atensi : baik
Berbicara : normal
Sensasi : sentuhan
Penciuman : baik
Pengecapan : baik
Ingesti-digesti : Menguyah : mampu
Menelan : mampu
Gerakan : berjalan : mampu
I. PROGRAM DOKTER
- Antasida doen 3x1
- Paracetamol 3 x 500 mg/hari
- Ranitidin 2 x 10 mg
- Vitamin B Complex 2 x 1
I. ANALISA DATA
TUJUAN &
TGL MASALAH RENCANA
NO KRITERIA RASIONAL
/JAM KEPERAWATAN TINDAKAN
HASIL
1. 18/12/2017 Nyeri akut b.d Tujuan -Evaluasi derajat -Merupakan
10.00 iritasi mukosa -setelah nyeri, cacat intervensi
WITA lambung dilakukan lokasi, monitoring yang
tindakan karakteristik dan efektif. Tingkat
keperawatan intensitasnya, kegelisahan
1x60 menit nyeri catat perubahan mempengaruhi
hilang atau tanda-tanda vital perpeksi reaksi
terkontrol. dan emosi nyeri
-Kolaborasi -untuk
pemberian obat menghilangkan
analgetik nyeri akut dan
menurunkan
aktifitas peristaltic
S : Ps mengatakan sudah
18/12/2017 3 -Tentukan persepsi tentang proses penyakit mengerti tentang proses
-Diskusikan program pengobatan jadwal dan penyakit, penyebab dan
kemungkinan efek samping obat-obatan terapi yang harus dilakukan
-Anjurkan melakukan aktifitas biasa secara O : Ps sudah tidak bingung
bertahap lagi
-berikan informasi tertulis untuk Ps atau -Ps tidak bertanya lagi
orang terdekat tentang penyakit dan
pengobatan penyakitnya
A : masalah teratasi
P :Tindakan dihentikan
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Data yang didapat setelah pengkajian yang dilakukan pada Tn. Z dirasa sudah cukup
sesuai dengan pengkajian berdasarkan tinjauan teoritis yang ada. Data-data tersebut sudah
menunjang untuk melakukan asuhan keperawatan selanjutnya, karena suma data sudah
1. Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan tinjauan teoritis, meskipun hanya sebagian
diagnose saja yang muncul namun sudah cukup mewakili dan disusun sesuai dengan priorotas
masalah.
Dx 1: -Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitasnya, catat perbahan tanda-
Doengoes, 2001.
IV. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan aplikasi dari intervensi yang telah disusun. Pada kasus Tn. P
semua intervensi yang telah disusun telah dilakuakn dengan baik sesuai dengan prosedur tetap
ada.
V. EVALUASI
Evaluasi hasil dari implementasi keperawatan yang didapat pada klien Ny. P setelah
dilakukan perawatan selama 1 x 60 menit sudah cukup memuaskan, karena masalah sudah
teratasi meskipun hanya sebagian. Sehingga masih perlu melanjutkan intervensi-intervensi yang
telah disusun.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang penulis laksanakan pada Ny. P dengan
gangguan Gastritis di Puskesmas Seririt III diperoleh kesimpulan bahwa dalam proses asuhan
keperawatan dengan gangguan Gastritis dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta menunjang
kea rah tercapainya tujuan. Salah satu koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara
perawat, dokter, demi peningkatan kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari
keluarga.
B. Saran
Diharapkan kilen mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju kea rah
berulangnya Gastritis.
Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningkatan status
kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada keluarga klien
sendiri.
Untuk puskesmas
Diharapkan penanganan klien dengan Gastritis dapat tepat dan mempercepat penyembuhan
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Smeltzer, Suzanne, C., Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart Edisi 8 Vol 2 Alih Bahasa H. Y. Kuncana, Andry Hartono, Monica Ester,