TUJUAN BELAJAR
TUJUAN KOGNITIF
Setelah membaca bab ini dengan seksama, maka anda sudah akan dapat :
1. Mengetahui perubahan fisiologis pada usia lanjut
1.1. Menceritakan kembali perubahan-perubahan fisiologis pada usia
lanjut
1.2. Menceritakan kembali perubahan-perubahan fisiologis pada usia
lanjut di Indonesia
2. Mengetahui komposisi dan asupan gizi pada usia lanjut
2.1. Menyebutkan zat-zat dan mineral penting yang berhubungan dengan
masalah gizi pada usia lanjut
2.2. Menceritakan kembali komposisi asupan gizi yang seimbang yang
dibutuhkan usia lanjut
TUJUAN AFEKTIF
Setelah membaca ini dengan penuh perhatian, maka penulis mengharapkan anda
sudah akan dapat :
1. Mengetahui perubahan jaringan aktif tubuh pada usia lanjut
1.1. Menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan jaringan
aktif tubuh pada usia lanjut
1.2. Menceritakan masalah gizi yang berkaitan dengan usia lanjut
2. Menerapkan pola gizi yang baik pada usia lanjut dalam dunia
kedokteran
2.1. Menentukan zat gizi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan usia
lanjut dengan komposisi yang tepat
2.2. Menerapkan pola gizi yang tepat pada usia lanjut agar dapat
menurunkan permasalahan gizi pada usia lanjut
60
III.1. PENDAHULUAN
Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya. Dengan demikian menua ditandai dengan
kehilangan secara progresif lean body mass (LBM = jaringan aktif tubuh) yang
sudah dimulai sejak usia 40 tahun disertai dengan menurunnya metabolisme
basal sebesar 2% setiap tahunnya (Pennington,1988) yang disertai dengan
perubahan disemua sistem didalam tubuh manusia. Bila seseorang berhasil
mencapai usia lanjut maka upaya yang harus dilakukan adalah mempertahankan
atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar
kualitas kehidupannya tetap baik.
Pengamatan pada manusia menunjukkan bahwa gizi yang tidak benar, aktivitas
fisik kurang, obesitas, stres, merokok dan mengkonsumsi alkohol yang
berlebihan memiliki kontribusi yang besar terhadap penurunan berbagai fungsi
organ dan perubahan status gizi di usia lanjut. Perubahan status gizi pada usia
lanjut dikaitkan dengan perubahan lingkungan dan status kesehatan mereka.
Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi adalah naiknya
insiden penyakit degenerasi maupun non degenerasi yang berakibat pada
perubahan asupan makanan, absorpsi, dan utilitas zat-zat gizi di jaringan.
Masalah gizi yang kerap kali menimpa usia lanjut dapat dicegah seandainya tiap
lansia dan tenaga kesehatan mampu mendeteksi secara dini. Pengetahuan
tentang gizi yang baik serta mempertahankan aktivitas fisik dapat menghambat
atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan dengan
bertambahnya umur.
i.
C.
Lambung
61
Tulang
Kepadatan tulang akan menurun, dengan bertambahnya usia. Kehilangan
massa tulang terjadi secara perlahan pada pria dan wanita dimulai pada
usia 35 tahun yaitu usia dimana massa tulang puncak tercapai.
Dampaknya tulang akan mudah rapuh (keropos) dan patah, mengalami
cedera, trauma yang kecil saja dapat menyebabkan fraktur.
E.
Otot
Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan
jaringan lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh bertambah pada usia 40
tahun dan berkurang setelah usia 70 tahun. Penurunan Lean Body Mass
( otot, organ tubuh, tulang) dan metabolisme dalam sel-sel otot
berkurang sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan
orang sering merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun
karena terjadi atrofi. Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak
tubuh. Perubahan metabolisme lemak ditandai dengan naiknya kadar
kolesterol total dan trigliserida.
F.
Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35 80 tahun. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,
dan reabsorbsi oleh ginjal. Reaksi asam basa terhadap perubahan
metabolisme melambat. Pembuangan sisa-sisa metabolisme protein dan
elektrolit yang harus dilakukan ginjal menjadi beban tersendiri.
G.
62
h.
Paru-paru
Elastisitas jaringan paru dan dinding dada berkurang,kekuatan kontraksi
otot pernapasan menurun sehingga konsumsi oksigen akan menurun
pada lansia.Perubahan ini berujung pada penurunan fungsi paru.
I.
Kelenjar endokrin
Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi,respon terhadap
stimulasi serta struktur kelenjar endokrin. Pada usia diatas 60 tahun
terjadi penurunan sekresi testosteron,estrogen,dan progesteron.
J.
K.
Fungsi imunologik
Penurunan fungsi imunologik sesuai dengan umur yang berakibat
tingginya
kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan.Ada
kemungkinan jika terjadi peningkatan pemasukan vitamin dan mineral
termasuk zinc, dapat meniadakan reaksi ini.
46 59 thn
25 50 thn
25 49 thn
50 74 thn
> 75 thn
49 59 thn
> 60 thn
Pria
2500 kkal
2200 kkal
Wanita
2100 kkal
1850 kkal
Amerika serikat
25 50 thn
51 tahun
Pria
2900 kkal
2300 kkal
Wanita
2200 kkal
1900 kkal
63
64
Energi
(kal)
Protein
(g)
Zat besi
(mg)
Kalsium
(mg)
Vit C.
(mg)
Indonesia
Laki-laki
Perempuan
>60 thn
>60 thn
2200
1850
Inggris
Laki-laki
Perempuan
>75 thn
>75 thn
2100
1900
62
54
53
48
13
14
10
10
500
500
500
500
60
60
30
30
Dibawah ini ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan pada orang lanjut usia:
A.
KARBOHIDRAT
Hidrat arang ( karbohidrat) memiliki beberapa fungsi,antara lain :
Sebagai sumber energi
Pemberi rasa manis pada makanan
Penghemat protein
Mengatur metabolisme lemak
Membantu pengeluaran feses
Pada umumnya lansia mengkonsumsi karbohidrat hanya 45-50%,
seharusnya 55-60% dari total kalori. Peningkatan asupan karbohidrat
kompleks memungkinkan peningkatan asupan mineral, vitamin dan
serat.
Umumnya lansia menderita kekurangan lactase, yaitu suatu enzim yang
berfungsi
menghidrolisislaktosa.
Ketiadaan
proses
hidrolisis
mengakibatkan laktosa tidak dapat diserap, yang kemudian dapat
menyebabkan diare, karena laktosa dimetaboliser oleh bakteri usus. Hal
inilah yang menyebabkan banyak lansia tidak mau mengkonsumsi susu.
Mengingat kandungan mikronutrien maka bila menderita intoleransi
laktosa maka dianjurkan untuk mengkonsumsi susu yang rendah laktosa.
Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian,
kacang-kacang kering, dan gula; termasuk juga hasil olahan bahanbahan seperti bihun, mie, roti, tepung - tepungan, selai, sirup, dan lainlain.
65
B.
PROTEIN
Protein berfungsi sebagai :
Mengatur keseimbangan air
Mengangkut zat-zat gizi
Sumber energi
Pertumbuhan dan pemeliharaan
Pembentukan antibodi
Pada lansia sehat,kebutuhan protein 12 15% dari total energi. Pada
lansia tidak dibutuhkan jumlah protein yang berlebihan karena akan
memperberat kerja ginjal dan hati. Menurut WHO kecukupan protein
pada usia > 60 tahun adalah 0,75 g/KgBB/hari. The Food and Nutrition
Board, kebutuhan protein pada lansia sehat adalah 0,8 g/KgBB/hari, baik
bagi pria maupun wanita.
Sumber protein ada 2,yaitu :
1. Hewani : telur, susu, daging, unggas , ikan, kerang
2. Nabati : kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe, tahu dan
kacang-kacangan lainnya.
C.
LEMAK
Fungsi lemak :
Sebagai sumber energi ( 2X karbohidrat )
Memberikan rasa kenyang dan kelezatan
Sumber asam lemak esensial
Pelaruk vitamin A,D,E,K
Sebagai bantalan organ ( terutama jaringan saraf )
Memelihara suhu tubuh (isolator )
Memberi bentuk tubuh ( terutama pada wanita)
Pada lansia dibutuhkan lemak 20 30% dari total kalori. WHO ( 1990 )
menganjurkan konsumsi lemak 15 30% dari total kalori. Dianjurkan
paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh
dan 3 7% dari lemak jenuh ganda.
66
D.
AIR
Fungsi air dalam tubuh,yaitu :
Katalisator
Fasilitator pertumbuhan
Pengatur suhu
Kebutuhan air pada lansia 30 ml/KgBB atau 1500 2000cc/hari.
Kebutuhan akan air sejalan dengan bertambahnya usia seseorang.
Semakin tua umur seseorang, fungsi kerja organ khususnya ginjal makin
berkurang. Air berguna untuk mengangkut sisa-sisa oksidasi tubuh dan
bermanfaat mendorong gerak peristaltik usus pada saat berlangsung
proses pencernaan.
E.
VITAMIN
Setiap jenis vitamin yang masuk kedalam tubuh, akan mengatur sendiri
dengan proses yang berbeda. Karena perannya yang amat spesifik, setiap
jenis vitamin tidak dapat menggantikan jenis vitamin yang lain.
Jenis vitamin ada yang larut lemak dan larut air. Yang termasuk dalam
larut lemak adalah vitamin A, D, E, K.
67
VITAMIN A
Fungsi : -
Penglihatan
Diferensiasi Sel
Fungsi kekebalan
Fungsi pertumbuhan dan perkembangan
Fungsi reproduksi
Pencegahan kanker dan penyakit jantung
68
Sumber :
- Tumbuhan : Padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan.
- Binatang : Hati, ginjal, telur, susu, daging babi.
VITAMIN B2 ( RIBOFLAVIN )
Fungsi :
- Menopang sistem kardiovaskuler dan saraf
- Membantu pembentukan protein, hormon, dan sel darah merah
Gambar 3.8. Sumber Vitamin B2
69
Sumber : ayam, pisang, kacang kedelai, ikan, susu, beras merah, hati,
kentang.
VITAMIN B6 ( Piridoksin )
Fungsi :
- Menopang sistem kardiovakuler dan saraf
- Metabolisme asam amino dan protein
- Membantu membentuk hormon dan sel darah merah
Defisiensi piridoksin dapat mengakibatkan neuritis perifer, gangguan
kulit dan kekurangan darah.
Gambar 3.9. Sumber Vitamin B6
Sumber : Ayam, pisang, kacang kedelai, ikan, susu, beras merah, hati,
kentang.
VITAMIN B12 ( SIANOKOBALAMIN )
Vitamin B12 mengandung C, H, O, N, P, dan Co. Vitamin B12 juga
berhubungan dengan anemia perniciosa.
Bentuk-bentuk aktif dari Cyanocobalamin :
- Cyanocobalamin ( Vitamin B12 ) : CN Co
- Hydoxycobalamin ( Vitamin B12a ) : OH Co
70
: H2O Co
: NO2 Co
Tabel 3.5. Asupan Vitamin B yang Dianjurkan Bagi Lansia (>60 tahun)
Jenis Vitamin B
Pria
Wanita
Vitamin B 1( Tiamin)
1,0 mg
1,0 mg
Vitamin B 2 ( Riboflavin)
1,2 mg
1,0 mg
Vitamin B 6 (Piridoksin )
2,0 mg
1,6 mg
Vitamin B 12 ( kobalamin )
1,0 mg
1,0 mg
Sumber : Buah jeruk, sayur berdaun hijau, hati, ginjal, pepaya, kiwi,
apel, strawberi.
Kadar vitamin C dalam buah dan sayur tergantung dari :
- Jenis buah ( asam ) dan sayuran
- Cara / tempat penyimpanan
- Iklim
- Kesuburan tanah
- Pengolahan
VITAMIN D
Fungsi :
- Membantu pembentukan tulang bersama vitamin A dan C, hormon
paratiroid dan kalsitonin, protein kaloen serta mineral mineral
kalsium, fosfor, magnesium, dan flour.
- Membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium
dan fosfor yang tersedia dalam darah diendapkan pada proses
pengerasan tulang.
Pada lansia dengan defisiensi kalsium, sangat dianjurkan untuk
mengkonsumsi kalsium 1000 1500 mg / hari.
Penambahan suplemen vitamin D ( 800 IU / Hari ) dapat diberikan pada
lansia yang sangat sedikit terpapar sinar matahari dan pada lansia yang
tidak mendapatkan vitamin D yang cukup pada makanan.
72
74
G.
SERAT
Serat merupakan komponen makanan yang berasal dari sumber nabati,
berguna untuk membuang segala materi sisa-sisa pencernaan dari dalam
saluran cerna.
Serat dalam tubuh sangat berguna dan membantu mendorong gerak
peristaltik usus serta dapat mencegah konstipasi ( mengerasnya feses )
pada masa usia lanjut, serta menghindari berbagai penyakit antara lain
mencegah kanker usus besar, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus
dan kegemukan.
Kebutuhan serat : 30 gram/hari.
Sumber : sayuran, buah-buahan
76
Pada masa tua, dapat dilakukan peningkatan kualitas hidup dengan cara tetap
sehat. Dengan tetap sehat dalam jangka waktu sepanjang mungkin, maka
kualitas hidup juga akan terjaga. Maka timbullah suatu konsep yang dinamakan
Healthy Aging yang dicetuskan pertama kali oleh Takemi (1997).
Salah satu cara untuk menunjang healthy aging ini kita bisa memanfaatkan
tumbuhan dan buah-buahan alami yang mengandung antioksidan dan berada
disekitar kita, karena Indonesia kaya akan bahan alami yang mengandung
antioksidan yang berpotensi tinggi. Berikut beberapa makanan yang kaya akan
antioksidan dan mudah ditemukan :
o Tempe
Tempe mempunyai khasiat antara lain mempercepat berhentinya diare
akut dan meningkatkan berat badan serta status gizi, hal ini
mengutungkan karena selain banyak lansia yang mengalami gangguan
pencernaan seperti diare akut dan kronis juga sering mengalami status
gizi yang buruk karena asupan protein yang kurang adekuat, juga dapat
mengurangi kadar kolesterol darah, selain itu tempe juga tepat untuk
diberikan bagi pasien dengan DM yang biasanya dialami oleh lansia.
o Brokoli
Brokoli adalah salah satu sumber vitamin K yang baik. Mengkonsumsi
brokoli dapat membantu menjaga agar tulang tetap sehat.
o Buncis
Menurut riset yang dilakukan Departemen Pertanian Amerika Serikat,
kulit buncis mengandung senyawa flavonoid, yaitu suatu antioksidan
yang melidungi tubuh dari penyakit kronis dan efek penuaan.
o Jeruk
Jeruk adalah suatu sumber viatmin C terbaik. Vitamin C dikenal sebagai
antioksidan yang berperan melawan gejala penuaan dan penyakit yang
berhubungan dengan usia.
o Apel
Apel yang belum dikupas mempunyai efek anti karsinoma terkuat,
karena mengandung lebih banyak antioksidan fitokimiawi.
o Wortel rebus
Wortel mengandung vitamin A dan vitamin C yang merupakan salah satu
antioksidan terbaik untuk melindungi tubuh dari radikal bebas.
o Teh
Penemuan terbaru antioksidan :
o L-Carnosine
L-Carnosine adalah antioksidan untuk anti penuaan, dengan
memperbaiki perubahan yang diakibatkan proses degeneratif seperti
kulit, otak, jantung dan jaringan tubuh lainnya. Setidaknya L-Carnosine
harus diberikan sebanyak 500 mg perhari dalam waktu jangka lama. LCarnosine secara alamiah terdapat pada tubuh kita (terutama diotot) dan
banyak terdapat juga pada makanan. Tetapi kadarnya berkurang seiring
denga bertambahnya usia.
o Actin
DR. Debasis Bagchi, kepala ilmuwan dari Creighton University
mengatakan bahwa daripada vitamin C dan E serta betakaroten, Actin
lebih baik sebagai pencegah radikal bebas dan fragmentasi DNA.
77
o N-Acetylcysteine (NAC)
NAC merupakan antioksidan yang baik dalam mempertahankan imunitas
/ kekebalan tubuh.
o Alfa-Lipoid Acid
Alfa-Lipoid Acid dapat larut dalam lemak dan air, artinya zat ini dapat
masuk kedalam semua bagian tubuh manusia yang terdiri dari cairan dan
lemak.
o Pycogenol
Menurut Dr. Richard Passwater pycogenol bermanfaat untuk ; fungsi
otak, mencegah aterosklerois, stres, kanker kulit, arthritis, penglihatan,
diabetes.
Fakta yang perlu diketahui adalah bahwa hingga saat ini para ahli masih sulit
memastikan berapa komposisi yang seimbang antara radikal bebas dan
antioksidan didalam tubuh. Dengan demikian, dosis suplemen antioksidan yang
tepat belum dapat dipastikan. Sementara beberapa penelitian menunjukan
bahwa kelebihan antioksidan justru akan merugikan.
Umumnya lansia terpengaruh untuk mengkonsumsi suplemen gizi karena
pengaruh iklan. Hasil survey di california mengungkapkan bahwa 72 % lansia
mengkonsumsi suplemen gizi vitamin C dan vitamin E dosis tinggi.
Sebagai pertimbangan, beberapa suplemen yang dianjurkan bagi lansia
diantaranya:
Vitamin E
Dikenal sebagai antioksidan, mencegah kerusakan karena radikal bebas
dan menurunkan resiko penyakit jantung
Selenium
Membantu tugas enzim glutation, yaitu enzim pengusir radikal bebas.
Merupakan komponen penting bersama vitamin C dalam memerangi
penyakit jantung juga kanker.
Seng
Berfungsi sebagai penghasil antibody, juga sebagai anti oksidan.
Beta Karoten
Mencegah terjadinya katarak
OMEGA 3
Dapat mencegah kerusakan sel otak sekaligus mempertajam daya ingat,
mengencerkan darah, mengurangi resiko penyakit jantung dan stroke
Vitamin C
Membantu pembentukan kolage, meningkatkan daya tahan tubuh serta
membantu pembentukan glikoaminoglikan dan chondoitin untuk
persendian.
Fe
Mencegah anemia
Sebenarnya selama asupan makanan cukup baik dan menjauhi pola hidup
tidak sehat, suplemen makanan seperti multivitamin sama sekali tidak
diperlukan.
78
III.5. KEADAAN
GIZI
DAN
PERUBAHAN
BERHUBUNGAN DENGAN USIA
YANG
B.
C.
D.
79
80
Pemeriksaan laboratorium :
1. Serum albumin
Kadar albumin sering dipakai sebagai petunjuk dalam menentukan
malnutrisi protein.
Penurunan kadar serum albumin dapat mengarah pada kondisi fisik
yang sangat buruk. Faktor faktor yang mempengaruhi konsentrasi
kadar serum albumin selain defisiensi asupan makanan, adalah stres,
infeksi, gangguan absorpsi,overhidrasi, sintesis yang inadekuat pada
penyakit hati yang kuat dan nefrotik sindrome.
2. Transferin
Penurunan kadar transferin merupakan petunjuk yang lebihspesifik
dalam menentukan malnutrisi protein dibandingkan dengan kadar
serum albumin.
3. Kolesterol
Kadar kolesterol yang sangat rendah mungkin terlihat pada keadaan
malnutrisi berat.
Penatalaksanaan :
Formula gizi
Beberapa formulasi gizi dalam bentuk hiperosmolar dan
berhubungan dengan diare. Diare yang terjadi pada pasien yang
menerima formulasi gizi biasanya disebabkan karena infeksi atau
obat-obatan.
Nutrisi parenteral
Biasanya ditujukan kepada pasien dengan kondisi kesehatan yang
lebih parah termasuk gangguan fungsi saluran pencernaan.
Program pelatihan
Lansia yang mengalami isolasi sosial dapat dilatih melalui programprogram seperti adult day health centers, senior center dan meals
on weels yang dapat mengarahkan pasien tersebut menjadi lebih
mandiri.
B.
Diabetes Mellitus
Gambar 5.1. Diagram Penderita Diabetes Mellitus (umur 2069),
81
19881992.
Obesitas
Kegemukan pada lansia harus dikonsultasikan guna pengaturan gizi
yang bertujuan untuk mengurangi berat badan dan meminimalkan
resiko. Obesitas merupakan salah satu jenis kondisi malnutrisi,
meskipun tidak selalu dapat dikatakan demikian.
Kegemukan ( obesitas ) ditentukan dari 20% berat badan ideal dan
menimbulkan konsekuensi klinis yang penting antara lain :
1. Peningkatan insiden penyakit kardiovaskuler, DM, hipertensi
2. Penurunan fungsi tubuh
3. Peningkatan resiko terjadinya trombo embolisme
Data statistik yang diteliti oleh maskapai asuransi kesehatan
membuktikan bahwa orang yang mempunyai berat badan berlebihan
( overweight ) mempunyai usia relatif lebih pendek. Salah satu penyebab
dari obesitas pada lansia adalah karena waktu kegiatan yang berkurang,
justru kalori makanannya tidak dikurangi, sehingga menumpuk sebagai
lemak dibawah kulit. Hal ini dapat dihitung dengan rumus Body Mass
Index.
D.
Hipertensi
Sebenarnya penyakit hipertensi tidak perlu diobati secara khusus jika
sifatnya tidak menetap atau hanya terjadi sewaktu-waktu dan normal
kembali pada pengukuran selanjutnya. Yang harus diwaspadai adalah
hipertensi yang bersifat menetap dan cukup lama. Lansia dikatakan
menderita hipertensi jika tekanan darahnya > 140 / 90 mml lg.
Pengobatan utama adalah mengetahui faktor pencetus, yang sering
terjadi adalah pola konsumsi makanan tinggi lemak yang disertai
rendahnya daya bakar kalori sehingga terjadi penyumbatan saluran
pembuluh darah oleh lemak.
Perencanaan makanan :
- Kurangi usapan garam sampai 70 90 mEq / hari atau sama dengan
2 g sodium atau 5 g NaCl / garam dapur.
- Kurangi makanan yang banyak mengandung garam
- Mempertinggi usapan kalsium
- Kurangi makanan yang mengandung lemak jenuh
- Tingkatkan konsumsi sayur dan buah
- Tidak mengkonsumsi alcohol dan merokok
E.
Osteoporosis
83
Anemia
Anemia banyak terjadi pada lansia yang biasanya disebabkan oleh
kekurangan Fe. Untuk mencegah anemia ini dapat dlakukan antara lain :
banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, jika perlu
ditambah suplemen yang mengandung Fe.
G.
Demensia
Salah satu kondisi khusus yang prevalensinya tinggi pada lansia dan
berdampak paling serius terhadap nutrisi mereka yaitu demensia
(Watson, 1990). Lansia dengan demensia beresiko tinggi mengalami
masalah nutrisi dibandingkan lansia yang normal, baik dikomunitas
maupun di rumah sakit. Beberapa penelitian memperlihatkan adanya
masalah metabolik yang dialami lansia akibat demensia, tetapi penderita
juga tidak dibiasakan untuk memakan makanan yang baik dan bergizi.
Lansia yang mengalami demensia tahap pertengahan dan akhir hampir
dipastikan akan mengalami kesulitan dalam proses makan.
84
III.8. KESIMPULAN
Proporsi lansia diseluruh dunia meningkat dengan tajam, sehingga status
kesehatan lansia dan sistem pelayanan kesehatan bagi lansia perlu diperhatikan.
Bertambahnya usia seseorang erat kaitannya dengan bertambahnya
ketidakmampuan karena terjadinya kemunduran kondisi fisik serta perubahan
dalam proses metabolisme dan meningkatnya ketergantungan yang berkaitan
dengan gangguan fungsional. Maka dari itu perlu adanya perhatian khusus agar
zat zat gizi yang diperlukan dapat diberikan secara adekwat.
Diantara para lansia banyak sekali variasi namun perubahan yang terjadi
diperkirakan sama. Jenis dan jumlah unsur-unsur zat gizi dalam makanan sangat
menentukan status gizi seseorang, juga berperan besar dalam penyembuhan
penyakit dan mempertahankan kualitas hidup yang baik. Mengenali tanda
tanda awal gangguan gizi pada lansia sangat penting karena kadang terlewati
oleh kita untuk memperhatikan dan memberi pertolongan serta terapi yang tepat
untuk mereka.
85
DAFTAR PUSTAKA
Doyle, Derek dkk. Oxford Textbook of Palliative Medicine 2nd edition. Oxford: Oxford
University Press, 2001
Hazzard, William R. dkk. Principles of Geriatric Medicine and Gerontology. USA: Mc
Graw Hill.Inc, 1990
Lubis, D.Bachtiar. Makalah: Kebutuhan pasien yang akan meninggal. Dibacakan di
Konas ke-2 API di Jakarta, 9-11 April 2005
Nugroho, Wahyudi. Keperawatan gerontologik edisi 2. Jakarta: EGC, 2000
Nuhonni, Siti Anisa. Makalah: Aspek Rehabilitasi pada End of Life Care. Dibacakan
di Konas ke-2 API di Jakarta, 9-11 April 2005
Setiabudhi, Tony; Hardywinoto. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek,
Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup para Lanjut Usia. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama, 1999
Setiabudhi, Tony; E. N. Kosasih; Hendro Heryanto. Peran Antioksidan Pada Lanjut
Usia. Pusat kajian nasional masalah lanjut usia
Watson, Roger : Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC, 2003
Yuwana, Arimanto. Makalah: Perawatan Terminal. Dibacakan di Konas ke-2 API di
Jakarta, 9-11 April 2005
http://www.google.com/
http://www.yahoo.com/
http://www.altavista.com/
http://www.emedicine.com/
86