Anda di halaman 1dari 27

BAB III

MASALAH GIZI PADA LANJUT USIA

TUJUAN BELAJAR
TUJUAN KOGNITIF
Setelah membaca bab ini dengan seksama, maka anda sudah akan dapat :
1. Mengetahui perubahan fisiologis pada usia lanjut
1.1. Menceritakan kembali perubahan-perubahan fisiologis pada usia
lanjut
1.2. Menceritakan kembali perubahan-perubahan fisiologis pada usia
lanjut di Indonesia
2. Mengetahui komposisi dan asupan gizi pada usia lanjut
2.1. Menyebutkan zat-zat dan mineral penting yang berhubungan dengan
masalah gizi pada usia lanjut
2.2. Menceritakan kembali komposisi asupan gizi yang seimbang yang
dibutuhkan usia lanjut
TUJUAN AFEKTIF
Setelah membaca ini dengan penuh perhatian, maka penulis mengharapkan anda
sudah akan dapat :
1. Mengetahui perubahan jaringan aktif tubuh pada usia lanjut
1.1. Menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan jaringan
aktif tubuh pada usia lanjut
1.2. Menceritakan masalah gizi yang berkaitan dengan usia lanjut
2. Menerapkan pola gizi yang baik pada usia lanjut dalam dunia
kedokteran
2.1. Menentukan zat gizi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan usia
lanjut dengan komposisi yang tepat
2.2. Menerapkan pola gizi yang tepat pada usia lanjut agar dapat
menurunkan permasalahan gizi pada usia lanjut

60

III.1. PENDAHULUAN
Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya. Dengan demikian menua ditandai dengan
kehilangan secara progresif lean body mass (LBM = jaringan aktif tubuh) yang
sudah dimulai sejak usia 40 tahun disertai dengan menurunnya metabolisme
basal sebesar 2% setiap tahunnya (Pennington,1988) yang disertai dengan
perubahan disemua sistem didalam tubuh manusia. Bila seseorang berhasil
mencapai usia lanjut maka upaya yang harus dilakukan adalah mempertahankan
atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar
kualitas kehidupannya tetap baik.
Pengamatan pada manusia menunjukkan bahwa gizi yang tidak benar, aktivitas
fisik kurang, obesitas, stres, merokok dan mengkonsumsi alkohol yang
berlebihan memiliki kontribusi yang besar terhadap penurunan berbagai fungsi
organ dan perubahan status gizi di usia lanjut. Perubahan status gizi pada usia
lanjut dikaitkan dengan perubahan lingkungan dan status kesehatan mereka.
Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi adalah naiknya
insiden penyakit degenerasi maupun non degenerasi yang berakibat pada
perubahan asupan makanan, absorpsi, dan utilitas zat-zat gizi di jaringan.
Masalah gizi yang kerap kali menimpa usia lanjut dapat dicegah seandainya tiap
lansia dan tenaga kesehatan mampu mendeteksi secara dini. Pengetahuan
tentang gizi yang baik serta mempertahankan aktivitas fisik dapat menghambat
atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan dengan
bertambahnya umur.

III.2. PERUBAHANPERUBAHAN FISIOLOGIS PADA USIA


LANJUT
A.

i.

Perubahan pada panca indera terutama rasa.


Sekresi saliva berkurang mengakibatkan pengeringan rongga mulut.
Papil-papil pada permukaan lidah mengalami atrofi sehingga terjadi
penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis dan asin.
Keadaan ini akan mempengaruhi nafsu makan, dan dengan demikian
asupan gizi juga akan terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70
tahun. Perubahan indera penciuman, penglihatan dan pendengaran juga
mengalami penurunan fungsi seiring dengan bertambahnya usia.
Esofagus
Lapisan otot polos esofagus dan sfingter gastro esofageal mulai
melemah yang akan menyebabkan gangguan kontraksi dan refluk
gastrointestinal spontan sehingga terjadi kesulitan menelan dan makan
menjadi tidak nyaman.

C.

Lambung

61

Pengosongan lambung lebih lambat, sehingga orang akan makan lebih


sedikit karena lambung terasa penuh, terjadilah anoreksia. Penyerapan
zat gizi berkurang dan produksi asam lambung menjadi lebih sedikit
untuk mencerna makanan. Diatas umur 60 tahun, sekresi HCl dan pepsin
berkurang, akibatnya absorpsi protein, vitamin dan zat besi menjadi
berkurang. Terjadi overgrowth bakteri sehingga terjadi penurunan faktor
intrinsik yang juga membatasi absorbsi vitamin B12, Penurunan sekresi
asam lambung dan enzim pankreas, fungsi asam empedu menurun
menghambat pencernaan lemak dan protein, terjadi juga malabsorbsi
lemak dan diare.
D.

Tulang
Kepadatan tulang akan menurun, dengan bertambahnya usia. Kehilangan
massa tulang terjadi secara perlahan pada pria dan wanita dimulai pada
usia 35 tahun yaitu usia dimana massa tulang puncak tercapai.
Dampaknya tulang akan mudah rapuh (keropos) dan patah, mengalami
cedera, trauma yang kecil saja dapat menyebabkan fraktur.

E.

Otot
Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan
jaringan lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh bertambah pada usia 40
tahun dan berkurang setelah usia 70 tahun. Penurunan Lean Body Mass
( otot, organ tubuh, tulang) dan metabolisme dalam sel-sel otot
berkurang sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan
orang sering merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun
karena terjadi atrofi. Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak
tubuh. Perubahan metabolisme lemak ditandai dengan naiknya kadar
kolesterol total dan trigliserida.

F.

Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35 80 tahun. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,
dan reabsorbsi oleh ginjal. Reaksi asam basa terhadap perubahan
metabolisme melambat. Pembuangan sisa-sisa metabolisme protein dan
elektrolit yang harus dilakukan ginjal menjadi beban tersendiri.

G.

Jantung dan Pembuluh darah


Perubahan yang terkait dengan ketuaan sulit dibedakan dengan
perubahan yang diakibatkan oleh penyakit. Pada lansia jumlah jaringan
ikat pada jantung (baik katup maupun ventrikel) meningkat sehingga
efisien fungsi pompa jantung berkurang. Pembuluh darah besar terutama
aorta menebal dan menjadi fibrosis. Pengerasan ini, selain mengurangi
aliran darah dan meningkatkan kerja ventrikel kiri,juga mengakibatkan
ketidakefisienan baroreseptor (tertanam pada dinding aorta, arteri
pulmonalis, sinus karotikus). Kemampuan tubuh untuk mengatur
tekanan darah berkurang.

62

h.

Paru-paru
Elastisitas jaringan paru dan dinding dada berkurang,kekuatan kontraksi
otot pernapasan menurun sehingga konsumsi oksigen akan menurun
pada lansia.Perubahan ini berujung pada penurunan fungsi paru.
I.

Kelenjar endokrin
Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi,respon terhadap
stimulasi serta struktur kelenjar endokrin. Pada usia diatas 60 tahun
terjadi penurunan sekresi testosteron,estrogen,dan progesteron.

J.

Kulit dan rambut


Kulit berubah menjadi tipis,kering,keriput dan tidak elastis lagi.Rambut
rontok dan berwarna putih,kering dan tidak mengkilat.

K.

Fungsi imunologik
Penurunan fungsi imunologik sesuai dengan umur yang berakibat
tingginya
kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan.Ada
kemungkinan jika terjadi peningkatan pemasukan vitamin dan mineral
termasuk zinc, dapat meniadakan reaksi ini.

III.3. KEBUTUHAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA USIA


LANJUT
Tabel 3.1. AKGR(Angka Kecukupan Gizi Rata-rata)/RDA
(Recomended Daily Allowances)
Negara
Indonesia
Amerika
serikat
Canada
Jepang

46 59 thn
25 50 thn

Usia yang dibedakan


> 60 thn
> 51 thn

25 49 thn

50 74 thn

> 75 thn

Tiap dekade sampai 80 tahun keatas

Tabel 3.2. ENERGI YANG DIPERLUKAN


Indonesia

49 59 thn

> 60 thn

Pria

2500 kkal

2200 kkal

Wanita

2100 kkal

1850 kkal

Amerika serikat

25 50 thn

51 tahun

Pria

2900 kkal

2300 kkal

Wanita

2200 kkal

1900 kkal

63

Produksi energi menurun secara progresif dengan bertambahnya usia.


Penurunan ini terjadi oleh karena berkurangnya jaringan aktif (metabolizing
tissue). Kebutuhan energi untuk aktivitas menurun lebih besar daripada untuk
metabolisme basal.
Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air (62,4%), protein (16,9%), lemak
(13,8%), hidrat arang dan garam (6,9%). Agar dapat mencapai komposisi yang
tepat bagi tubuh, manusia memenuhinya melalui makanan yang berasal dari
sumber hewani dan nabati.
Gambar 3.1. USDA (United State Departement of Agriculture) Diet
Pyramid

Zat gizi dapat digolongkan kedalam 6 golongan yaitu :


Karbohidrat
Lemak
Protein
Mineral
Vitamin
Air
Zat-zat ini dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok besar yaitu :
- Zat yang memberikan energi untuk pergerakan tubuh maupun reaksi. Yang
tergolong ini adalah karbohidrat, lemak, dam protein.
- Zat yang membangun dan memperbaiki tubuh ( merupakan bahan
bangunan tubuh ). Yang termasuk golongan ini adalah air, protein, lemak,
karbohidrat, dan mineral.
- Zat yang bersifat sebagai pelumas berbagai reaksi kimia maupun reaksi
dalam tubuh. Termasuk didalamnya adalah vitamin dan mineral.

64

Tabel 3.3. Asupan yang dianjurkan

Energi
(kal)
Protein
(g)
Zat besi
(mg)
Kalsium
(mg)
Vit C.
(mg)

Indonesia
Laki-laki
Perempuan
>60 thn
>60 thn
2200
1850

Inggris
Laki-laki
Perempuan
>75 thn
>75 thn
2100
1900

62

54

53

48

13

14

10

10

500

500

500

500

60

60

30

30

Dibawah ini ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan pada orang lanjut usia:
A.

KARBOHIDRAT
Hidrat arang ( karbohidrat) memiliki beberapa fungsi,antara lain :
Sebagai sumber energi
Pemberi rasa manis pada makanan
Penghemat protein
Mengatur metabolisme lemak
Membantu pengeluaran feses
Pada umumnya lansia mengkonsumsi karbohidrat hanya 45-50%,
seharusnya 55-60% dari total kalori. Peningkatan asupan karbohidrat
kompleks memungkinkan peningkatan asupan mineral, vitamin dan
serat.
Umumnya lansia menderita kekurangan lactase, yaitu suatu enzim yang
berfungsi
menghidrolisislaktosa.
Ketiadaan
proses
hidrolisis
mengakibatkan laktosa tidak dapat diserap, yang kemudian dapat
menyebabkan diare, karena laktosa dimetaboliser oleh bakteri usus. Hal
inilah yang menyebabkan banyak lansia tidak mau mengkonsumsi susu.
Mengingat kandungan mikronutrien maka bila menderita intoleransi
laktosa maka dianjurkan untuk mengkonsumsi susu yang rendah laktosa.
Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian,
kacang-kacang kering, dan gula; termasuk juga hasil olahan bahanbahan seperti bihun, mie, roti, tepung - tepungan, selai, sirup, dan lainlain.

65

Gambar 3.2. Sumber Karbohidrat

B.

PROTEIN
Protein berfungsi sebagai :
Mengatur keseimbangan air
Mengangkut zat-zat gizi
Sumber energi
Pertumbuhan dan pemeliharaan
Pembentukan antibodi
Pada lansia sehat,kebutuhan protein 12 15% dari total energi. Pada
lansia tidak dibutuhkan jumlah protein yang berlebihan karena akan
memperberat kerja ginjal dan hati. Menurut WHO kecukupan protein
pada usia > 60 tahun adalah 0,75 g/KgBB/hari. The Food and Nutrition
Board, kebutuhan protein pada lansia sehat adalah 0,8 g/KgBB/hari, baik
bagi pria maupun wanita.
Sumber protein ada 2,yaitu :
1. Hewani : telur, susu, daging, unggas , ikan, kerang
2. Nabati : kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe, tahu dan
kacang-kacangan lainnya.

C.

LEMAK
Fungsi lemak :
Sebagai sumber energi ( 2X karbohidrat )
Memberikan rasa kenyang dan kelezatan
Sumber asam lemak esensial
Pelaruk vitamin A,D,E,K
Sebagai bantalan organ ( terutama jaringan saraf )
Memelihara suhu tubuh (isolator )
Memberi bentuk tubuh ( terutama pada wanita)
Pada lansia dibutuhkan lemak 20 30% dari total kalori. WHO ( 1990 )
menganjurkan konsumsi lemak 15 30% dari total kalori. Dianjurkan
paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh
dan 3 7% dari lemak jenuh ganda.

66

Konsumsi kolesterol yang dianjurkan 300mg/hari. Kolesterol


merupakan komponen penting dinding sel dan menjadi bahan dasar
pembentukan asam empedu dan hormon seks.
Kelebihan dan kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar
kolesterol darah. Peningkatan kadar kolesterol dapat mempertinggi
resiko penyakit jantung koroner.
Sumber lemak: Minyak, tumbuh-tumbuhan, mentega, margarin ,lemak
hewan, kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam gemuk, susu,
keju dan makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak.
Gambar 3.4. Sumber lemak

D.

AIR
Fungsi air dalam tubuh,yaitu :

Pelarut dan alat angkut

Katalisator

Pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh

Fasilitator pertumbuhan

Pengatur suhu
Kebutuhan air pada lansia 30 ml/KgBB atau 1500 2000cc/hari.
Kebutuhan akan air sejalan dengan bertambahnya usia seseorang.
Semakin tua umur seseorang, fungsi kerja organ khususnya ginjal makin
berkurang. Air berguna untuk mengangkut sisa-sisa oksidasi tubuh dan
bermanfaat mendorong gerak peristaltik usus pada saat berlangsung
proses pencernaan.

E.

VITAMIN
Setiap jenis vitamin yang masuk kedalam tubuh, akan mengatur sendiri
dengan proses yang berbeda. Karena perannya yang amat spesifik, setiap
jenis vitamin tidak dapat menggantikan jenis vitamin yang lain.
Jenis vitamin ada yang larut lemak dan larut air. Yang termasuk dalam
larut lemak adalah vitamin A, D, E, K.

67

VITAMIN A
Fungsi : -

Penglihatan
Diferensiasi Sel
Fungsi kekebalan
Fungsi pertumbuhan dan perkembangan
Fungsi reproduksi
Pencegahan kanker dan penyakit jantung

Gambar 3.5. Vitamin A

Tabel 3.4. Angka kecukupan Vitamin A yang dianjurkan


JenisKelamin/umur
Pria 60 thn
Wanita 60 thn

Angka kecukupan gizi yang


dianjurkan
600 g retnoil ( setara 3600 g
beta karoten )
500 g retnoil ( setara 3600 g
beta karoten )

Gambar 3.6. Sumber vitamin A

68

Sumber Vitamin A : Hati, kuning, telur, susu, mentega, wortel,


minyak ikan
Sumber karoten : Sayuran berwarna hijau tua, sayuran dan buah
berwarna jingga seperti daun singkong, bayam, kacang
panjang, buncis, tomat, pepaya, mangga, jeruk.
VITAMIN B1 ( TIAMIN )
Fungsi : Vitamin B1 di arbsorbsi melalui usus kecil, serta mengalami
fosfoilasi dalam selaput lendir.
Kekurangan Thiamine dapat menimbulkan gejala seperti kesemutan,
mudah lemas, capai.
Gambar 3.7. Sumber vitamin B1

Sumber :
- Tumbuhan : Padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan.
- Binatang : Hati, ginjal, telur, susu, daging babi.
VITAMIN B2 ( RIBOFLAVIN )
Fungsi :
- Menopang sistem kardiovaskuler dan saraf
- Membantu pembentukan protein, hormon, dan sel darah merah
Gambar 3.8. Sumber Vitamin B2

69

Sumber : ayam, pisang, kacang kedelai, ikan, susu, beras merah, hati,
kentang.
VITAMIN B6 ( Piridoksin )
Fungsi :
- Menopang sistem kardiovakuler dan saraf
- Metabolisme asam amino dan protein
- Membantu membentuk hormon dan sel darah merah
Defisiensi piridoksin dapat mengakibatkan neuritis perifer, gangguan
kulit dan kekurangan darah.
Gambar 3.9. Sumber Vitamin B6

Sumber : Ayam, pisang, kacang kedelai, ikan, susu, beras merah, hati,
kentang.
VITAMIN B12 ( SIANOKOBALAMIN )
Vitamin B12 mengandung C, H, O, N, P, dan Co. Vitamin B12 juga
berhubungan dengan anemia perniciosa.
Bentuk-bentuk aktif dari Cyanocobalamin :
- Cyanocobalamin ( Vitamin B12 ) : CN Co
- Hydoxycobalamin ( Vitamin B12a ) : OH Co
70

- Aquacobalamin ( Vitamin B12b )


- Nitrocobalamin ( Vitamin B12c )

: H2O Co
: NO2 Co

Peranan dari Cyanocobalamin :


- Pembentukan asam nukleat ( DNA an RNA )
- Cyanocobalamin + asam pantotenat = Purin dan Pirimidin
- Sintesa dan transfer gugus labil CH3

Tabel 3.5. Asupan Vitamin B yang Dianjurkan Bagi Lansia (>60 tahun)
Jenis Vitamin B

Pria

Wanita

Vitamin B 1( Tiamin)

1,0 mg

1,0 mg

Vitamin B 2 ( Riboflavin)

1,2 mg

1,0 mg

Vitamin B 6 (Piridoksin )

2,0 mg

1,6 mg

Vitamin B 12 ( kobalamin )

1,0 mg

1,0 mg

VITAMIN C ( Asam askorbat )


Fungsi :
- Antioksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas
- Membantu sintesis kalogen
- Membantu absorbsi zat besi dan kalsium
- Membantu pembentukan Iib
- Mencegah infeksi, kanker, serta penyakit jantung
Kebutuhan vitamin C Bagi lansia : 60 mg / hari
Defisiensi : Defisiensi vitamin C yang jelas, jarang ditemukan. Yang
banyak ditemui adalah defisiensi pada orang yang sedikit makan buah
dan sayur, orang dengan konsumsi alkohol tinggi, lansia dengan diet
yang terbatas, orang yang sakit berat dan lama.
Gejala defisiensi vitamin C yang klasik :
- Follicular hyperkeratosis
- Gusi bengkak dan meradang
- Gigi goyang dan mudah tanggal
- Kering pada mulut dan mata
- Kerontokan rambut
71

Kulit kering dan gatal


Kalau ada kelainan dalam sintesis kalogen, maka penyembuhan luka
akan lama, jaringan parut dapat pecah kembali, mudah terbentuk
infeksi sekunder pada daerah yang berdarah.

Gambar 3.10. Sumber Vitamin C

Sumber : Buah jeruk, sayur berdaun hijau, hati, ginjal, pepaya, kiwi,
apel, strawberi.
Kadar vitamin C dalam buah dan sayur tergantung dari :
- Jenis buah ( asam ) dan sayuran
- Cara / tempat penyimpanan
- Iklim
- Kesuburan tanah
- Pengolahan
VITAMIN D
Fungsi :
- Membantu pembentukan tulang bersama vitamin A dan C, hormon
paratiroid dan kalsitonin, protein kaloen serta mineral mineral
kalsium, fosfor, magnesium, dan flour.
- Membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium
dan fosfor yang tersedia dalam darah diendapkan pada proses
pengerasan tulang.
Pada lansia dengan defisiensi kalsium, sangat dianjurkan untuk
mengkonsumsi kalsium 1000 1500 mg / hari.
Penambahan suplemen vitamin D ( 800 IU / Hari ) dapat diberikan pada
lansia yang sangat sedikit terpapar sinar matahari dan pada lansia yang
tidak mendapatkan vitamin D yang cukup pada makanan.

72

Gambar 3.11. Sumber Vitamin D

Sumber : Sinar matahari dan dari makanan dalam bentuk kolekalsiferol


yaitu kuning telur, hati, mentega, dan minyak ikan.
VITAMIN E
Defisiensi vitamin E sangat jarang terjadi kecuali pada keadaan
malnutrisi dan kelemahan pada lansia. Vitamin E sangat berguna sebagai
antioksidan yang dapat menghambat jumlah radikal bebas yang
diproduksi oleh tubuh dan proses kimia yang dapat menyebabkan
penuaan, namun fakta kliniknya belum begitu nyata.
Gambar 3.12. Sumber Vitamin E

Sumber : Minyak sayur, kacang-kacangan mentah, biji-bijian, sayur


berdaun hijau dan buah-buahan.
73

Angka kecukupan gizi :


- Pria
> 60 tahun
: 10 mg / hari
- Wanita > 60 tahun
: 8 mg / hari
VITAMIN K
Fungsi :
Membantu pembekuan darah dan sebagai kofaktor enzim didalam tubuh.
Defisiensi vitamin K jarang terjadi. Defisiensi dapat terjadi pada :
- Malabsorbsi lipid
- Rusaknya flora usus akibat pengobatan dengan antibiotik dalam
waktu lama
- Penyakit hati yang berhubungan dengan vitamin K
Sumber :
- Daun hijau seperti brokoli, kol, lobak, slada
- Kuninr telur
- Hati
- Minyak kacang kedele
- Flora bakteri dalam usus
Gambar 3.13. Sumber vitamin K

Angka kecukupan gizi :


- Pria
> 60 tahun
: 80 g / hari
- Wanita > 60 tahun
: 65 g / hari
F. MINERAL
BESI ( Fe )
Fungsi : - Pembentukan hemoglobin
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Menambah energi
Keseimbangan zat besi ditentukan oleh penyerapan, penyimpanan, dan
pengeluaran zat besi. Penurunan asam lambung mempengaruhi

74

penyerapan. Obat- obatan juga berpengaruh dalam penyerapan seperti


kolestiramin yang banyak digunakan lansia untuk menurunkan kadar
kolesterol ternyata menurunkan penyerapan zat besi.
Kebutuhan yang dianjurkan : 10 mg/hari.
Sumber : Hati, daging, kacang-kacangan, gandum, sayur berdaun hijau.
SENG ( Zn )
Fungsi :
- Memelihara struktur protein
- Fungsi metabolisme
- Meningkatkan imunitas
- Replikasi sel
- Mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas
Kebutuhan pada lansia pria 15 mg/hari, dan untuk lansia wanita 12
mg/hari.
Defisiensi seng dapat menyebabkan dysgeusia, anorexia, penyembuhan
luka yang lama, menurunnya daya tahan tubuh dan berkurangnya nafsu
makan.
Sumber : Kacang-kacangan, ikan laut, tiram, telur
MAGNESIUM ( Mg )
Fungsi :
- Sintesis dan sekresi insulin
- Transport glukosa ke dalam sel
- Metabolisme glukosa
Kecukupan magnesium untuk pria dewasa 280 mg / hari dan untuk
wanita 250 mg / hari. Seplemen magnesium sangat
dibutuhkan bagi para lansia yang menjalani terapi diuretic.
Sumber : Sayuran hijau, cerellia, biji-bijian, kacang-kacangan, daging,
susu, dan hasil olahannya.
KALSIUM ( Ca )
Fungsi : Menjaga keseimbangan air dan garam dalam tubuh.
Kebutuhan minimum sebanyak 2000 mg / hari.
Sumber : Buah, sayuran, kacang-kacangan
Indikasi diberikan vitamin dan mineral pada lansia :
1. Pertimbangan dokter akan status gizi pasiennya.
2. Penyakit kronis yang menimbulkan malnutrisi.
3. Penyakit yang membutuhkan diet rendah protein, gangguan
penyerapan lambung, dehidrasi dimana dibutuhkan mineral
kalium/natrium.
Efek samping pemberian vitamin dan mineral pada lansia :
75

G.

Tidak ada, kecuali bila dimakan secara berlebihan. Vitamin B, C


larut dalam air, sehingga apabila terdapat dalam jumlah yang
berlebihan akan disimpan dalam tubuh dan akan menyebabkan
keracunan.
Vitamin A yang berlebihan akan mengakibatkan penglihatan
kabur,rambut rontok dan kulit kering/kuning.
Vitamin D yang berlebihan menyebabkan perubahan tulang,
penumpukan kalsium dalam otot/organ tubuh, batu/kegagalan ginjal
dan artritis.

SERAT
Serat merupakan komponen makanan yang berasal dari sumber nabati,
berguna untuk membuang segala materi sisa-sisa pencernaan dari dalam
saluran cerna.
Serat dalam tubuh sangat berguna dan membantu mendorong gerak
peristaltik usus serta dapat mencegah konstipasi ( mengerasnya feses )
pada masa usia lanjut, serta menghindari berbagai penyakit antara lain
mencegah kanker usus besar, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus
dan kegemukan.
Kebutuhan serat : 30 gram/hari.
Sumber : sayuran, buah-buahan

III.4. ANTIOKSIDAN DAN LANJUT USIA


Tanpa disadari dalam tubuh kita secara terus-menerus terbentuk radikal bebas
melalui peristiwa metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi dan
akibat respons terhadap pengaruh dari luar tubuh: polusi lingkungan, ultraviolet,
asap rokok, dll. Sebab itu tubuh kita memerlukan suatu substansi penting yakni
antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas
dengan meredam dampak negatif senyawa ini.
Pengurangan asupan kalori berarti mengurangi radikal bebas. Radikal bebas
bersifat merusak sel dan berperan dalam proses penuaan dan terjadinya penyakit
degeneratif seperti kanker dan gangguan kardiovaskular.
Supaya radikal bebas tidak merajalela, tubuh dengan sendirinya spontan
memproduksi zat antioksidan. Antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) adalah SOD (Superoxide Dismutase), GPx (Glutathion Peroxidase),
katalase dan senyawa glutation. Antioksidan tersebut bekerja denagn cara
menetralkan radikal bebas, dimana pekerjaannya dibantu oleh asupan
antioksidan dari luar (eksogen), yaitu vitamin E, C, betakaroten dan senyawa
flavonoid yang berasal dari tumbuhan. Sehingga diharapkan dengan pemberian
antioksidan tersebut proses tua dihambat atau paling tidak tidak dipercepat,
serta dapat mencegah terjadinya kerusakan tubuh dan timbulnya penyakit
degeneratif.

76

Pada masa tua, dapat dilakukan peningkatan kualitas hidup dengan cara tetap
sehat. Dengan tetap sehat dalam jangka waktu sepanjang mungkin, maka
kualitas hidup juga akan terjaga. Maka timbullah suatu konsep yang dinamakan
Healthy Aging yang dicetuskan pertama kali oleh Takemi (1997).
Salah satu cara untuk menunjang healthy aging ini kita bisa memanfaatkan
tumbuhan dan buah-buahan alami yang mengandung antioksidan dan berada
disekitar kita, karena Indonesia kaya akan bahan alami yang mengandung
antioksidan yang berpotensi tinggi. Berikut beberapa makanan yang kaya akan
antioksidan dan mudah ditemukan :
o Tempe
Tempe mempunyai khasiat antara lain mempercepat berhentinya diare
akut dan meningkatkan berat badan serta status gizi, hal ini
mengutungkan karena selain banyak lansia yang mengalami gangguan
pencernaan seperti diare akut dan kronis juga sering mengalami status
gizi yang buruk karena asupan protein yang kurang adekuat, juga dapat
mengurangi kadar kolesterol darah, selain itu tempe juga tepat untuk
diberikan bagi pasien dengan DM yang biasanya dialami oleh lansia.
o Brokoli
Brokoli adalah salah satu sumber vitamin K yang baik. Mengkonsumsi
brokoli dapat membantu menjaga agar tulang tetap sehat.
o Buncis
Menurut riset yang dilakukan Departemen Pertanian Amerika Serikat,
kulit buncis mengandung senyawa flavonoid, yaitu suatu antioksidan
yang melidungi tubuh dari penyakit kronis dan efek penuaan.
o Jeruk
Jeruk adalah suatu sumber viatmin C terbaik. Vitamin C dikenal sebagai
antioksidan yang berperan melawan gejala penuaan dan penyakit yang
berhubungan dengan usia.
o Apel
Apel yang belum dikupas mempunyai efek anti karsinoma terkuat,
karena mengandung lebih banyak antioksidan fitokimiawi.
o Wortel rebus
Wortel mengandung vitamin A dan vitamin C yang merupakan salah satu
antioksidan terbaik untuk melindungi tubuh dari radikal bebas.
o Teh
Penemuan terbaru antioksidan :
o L-Carnosine
L-Carnosine adalah antioksidan untuk anti penuaan, dengan
memperbaiki perubahan yang diakibatkan proses degeneratif seperti
kulit, otak, jantung dan jaringan tubuh lainnya. Setidaknya L-Carnosine
harus diberikan sebanyak 500 mg perhari dalam waktu jangka lama. LCarnosine secara alamiah terdapat pada tubuh kita (terutama diotot) dan
banyak terdapat juga pada makanan. Tetapi kadarnya berkurang seiring
denga bertambahnya usia.
o Actin
DR. Debasis Bagchi, kepala ilmuwan dari Creighton University
mengatakan bahwa daripada vitamin C dan E serta betakaroten, Actin
lebih baik sebagai pencegah radikal bebas dan fragmentasi DNA.

77

o N-Acetylcysteine (NAC)
NAC merupakan antioksidan yang baik dalam mempertahankan imunitas
/ kekebalan tubuh.
o Alfa-Lipoid Acid
Alfa-Lipoid Acid dapat larut dalam lemak dan air, artinya zat ini dapat
masuk kedalam semua bagian tubuh manusia yang terdiri dari cairan dan
lemak.
o Pycogenol
Menurut Dr. Richard Passwater pycogenol bermanfaat untuk ; fungsi
otak, mencegah aterosklerois, stres, kanker kulit, arthritis, penglihatan,
diabetes.
Fakta yang perlu diketahui adalah bahwa hingga saat ini para ahli masih sulit
memastikan berapa komposisi yang seimbang antara radikal bebas dan
antioksidan didalam tubuh. Dengan demikian, dosis suplemen antioksidan yang
tepat belum dapat dipastikan. Sementara beberapa penelitian menunjukan
bahwa kelebihan antioksidan justru akan merugikan.
Umumnya lansia terpengaruh untuk mengkonsumsi suplemen gizi karena
pengaruh iklan. Hasil survey di california mengungkapkan bahwa 72 % lansia
mengkonsumsi suplemen gizi vitamin C dan vitamin E dosis tinggi.
Sebagai pertimbangan, beberapa suplemen yang dianjurkan bagi lansia
diantaranya:
Vitamin E
Dikenal sebagai antioksidan, mencegah kerusakan karena radikal bebas
dan menurunkan resiko penyakit jantung
Selenium
Membantu tugas enzim glutation, yaitu enzim pengusir radikal bebas.
Merupakan komponen penting bersama vitamin C dalam memerangi
penyakit jantung juga kanker.
Seng
Berfungsi sebagai penghasil antibody, juga sebagai anti oksidan.
Beta Karoten
Mencegah terjadinya katarak
OMEGA 3
Dapat mencegah kerusakan sel otak sekaligus mempertajam daya ingat,
mengencerkan darah, mengurangi resiko penyakit jantung dan stroke
Vitamin C
Membantu pembentukan kolage, meningkatkan daya tahan tubuh serta
membantu pembentukan glikoaminoglikan dan chondoitin untuk
persendian.
Fe
Mencegah anemia
Sebenarnya selama asupan makanan cukup baik dan menjauhi pola hidup
tidak sehat, suplemen makanan seperti multivitamin sama sekali tidak
diperlukan.

78

III.5. KEADAAN
GIZI
DAN
PERUBAHAN
BERHUBUNGAN DENGAN USIA

YANG

Pertimbangan pertimbangan dalam pemberian kebutuhan nutrisi pada lansia


sangat bervariasi bagi tiap individu, tergantung dari keadaan kesehatan, aktivitas
fisik dan psikologisnya.
A.

B.

C.

D.

Kebiasaan dan tingkat aktivitas


Pada usia antara 40 80 tahun terjadi penurunan masa otot > 40%
disertai dengan penurunan cairan tubuh total dan peningkatan proporsi
lemak tubuh cadangan. Asupan kalori kemungkinan sangat rendah pada
usia lanjut. Pada salah satu penelitian, 16 20% lansia > 60 tahun
mengkonsumsi hanya 1000 kkal/hari. Perubahan yang nyata dalam
tubuh adalah hilangnya kalsium dalam tulang. Berkurangnya kalsium
dalam tulang disebabkan faktor faktor seperti penurunan hormon
estrogen pada wanita pasca menopause, penurunan aktifitas fisik,
penurunan intake kalsium, dan penurunan absorsi kalsium dalam usus.
Perubahan fisik
Tampak penurunan dari sensasi haus dan kompensasi dari Total Water
Loss ( berkurangnya jumlah cairan tubuh ) pada lansia pria. Hal ini
menunjukkan bahwa respon terhadap dehidrasi berkurang sehubungan
dengan bertambahnya usia.
Nafsu makan berkurang karena penurunan dari indera pengecap dan juga
indera penciuman.
Perubahan psikososial
Lebih dari 60% pria dan 20% wanita berusia 65 tahun keatas hidup
sendiri, hal ini mengarah pada penurunan asupan makanan dan dapat
menyebabkan defisiensi kalori protein atau defisiensi mikronutrien.
Penurunan pendapatan umumnya terjadi pada lansia wanita,
menyebabkan terbatasnya pemilihan makanan yang kaya akan gizi dan
dapat mengarah pada malnutrisi usia lanjut.
Keadaan lain yang berhubungan dengan usia lanjut
Keadaan lain pada usia lanjut yang dapat berpengaruh pada keadaan gizi
yaitu pengobatan, keadaan gigi yang buruk, demensia, neoplasma,
alkoholisme ( berhubungan dengan defisiensi tiamin dan folat ),
berkurangnya aktivitas hidup sehari-hari, infeksi, dan depresi.

III.6. MASALAH GIZI YANG MENGENAI GOLONGAN


USIA LANJUT
A.

Malnutrisi Energi Protein


Malnutrisi dapat berarti gizi kurang ataupun gizi lebih. Pada gizi lebih
terdapat susunan makanan mungkin seimbang, tapi jumlah yang
dikonsumsi secara keseluruhan melebihan apa yang dibutuhkan oleh
tubuh.
Pada gizi kurang, mungkin susunan makanan juga masih seimbang,
hanya jumlah keseluruhannya tidak mencukupi kebutuhan tubuh.

79

Walaupun penyebab yang tersering dari malnutrisi pada usia adalah


aspek sosial, gigi, psikologi dan farmakologi, penyebab lain seperti
infeksi kronis dan neoplasma harus diperhatikan.
Patofisiologi dari malnutrisi terjadi karena satu atau beberapa komponen
berikut :
- Berkurangnya asupan makanan dan mikronutrien
Menurunnya penyerapan makanan oleh karena penyakit saluran
pencernaan
Meningkatnya kebutuhan akan protein, kalori dan mikronutrien
karena
infeksi atau stres.
Faktor resiko untuk status gizi kurang pada lansia adalah :
- Antropometris, bila berat badan menurun > 10% dalam 6 bulan
terakhir.
- Riwayat gizi, bila ada :
o Berbagai intoleransi terhadap makanan ( diare )
o Tidak nafsu makan/menolak makan.
o Makanan tidak seimbang
o Penggunaan vitamin (suplemen makanan ) dengan dosis
berlebihan.
Yang terutama mempunyai andil besar untuk terjadinya miskin gizi pada
populasi geriatri adalah isolasi sosial, kemiskinan, dan keadaan gigi
yang buruk.
Gejala dan tanda :
Klinikus harus memperhatikan satu atau lebih faktor resiko seperti
isolasi sosial, masalah gigi, polifarmasi dan depresi yang merawat dalam
keadaan malnutrisi.
Tanda-tanda pada pasien sering ditemukan dalam keadaan avitaminosis,
defisiensi mineral atau hanya terdapat tanda berkurangnya berat badan,
cepat lelah atau penurunan kemampuan kognitif.
Status gizi secara kasar diukur dengan BMI ( Body Mass Index) atau
IMT (Indeks Massa Tubuh) dan RLPP (Rasio Lingkar Pinggang dan
Pinggul).
IMT = BB ( Kg)/TB ( m )
Tabel 5.1. Klasifikasi IMT menurut WHO (1995) :
IMT 18,49
Kekurangan berat badan
IMT 18,5 24,99
Normal
IMT 25 29,99
Kelebihan berat badan tingkat
ringan
IMT 30
Kelebihan berat badan tingkat
berat

80

Tabel 5.2. Skala ratio menurut klasifikasi Bray,1992 :


RLPP Pria
RLPP Wanita
0,95
Tidak beresiko terhadap
penyakit kardiovaskular
> 0,95
Beresiko
terhadap
penyakit kardiovaskular
0,8
Tidak berisiko terhadap
penyakit kardiovaskular
> 0,8
Berisiko
terhadap
penyakit kardiovaskuler

Pemeriksaan laboratorium :
1. Serum albumin
Kadar albumin sering dipakai sebagai petunjuk dalam menentukan
malnutrisi protein.
Penurunan kadar serum albumin dapat mengarah pada kondisi fisik
yang sangat buruk. Faktor faktor yang mempengaruhi konsentrasi
kadar serum albumin selain defisiensi asupan makanan, adalah stres,
infeksi, gangguan absorpsi,overhidrasi, sintesis yang inadekuat pada
penyakit hati yang kuat dan nefrotik sindrome.
2. Transferin
Penurunan kadar transferin merupakan petunjuk yang lebihspesifik
dalam menentukan malnutrisi protein dibandingkan dengan kadar
serum albumin.
3. Kolesterol
Kadar kolesterol yang sangat rendah mungkin terlihat pada keadaan
malnutrisi berat.
Penatalaksanaan :
Formula gizi
Beberapa formulasi gizi dalam bentuk hiperosmolar dan
berhubungan dengan diare. Diare yang terjadi pada pasien yang
menerima formulasi gizi biasanya disebabkan karena infeksi atau
obat-obatan.
Nutrisi parenteral
Biasanya ditujukan kepada pasien dengan kondisi kesehatan yang
lebih parah termasuk gangguan fungsi saluran pencernaan.
Program pelatihan
Lansia yang mengalami isolasi sosial dapat dilatih melalui programprogram seperti adult day health centers, senior center dan meals
on weels yang dapat mengarahkan pasien tersebut menjadi lebih
mandiri.
B.

Diabetes Mellitus
Gambar 5.1. Diagram Penderita Diabetes Mellitus (umur 2069),

81

19881992.

Seperti diketahui bahwa dengan meningkatnya umur, intoleransi


terhadap glukosa juga meningkat.
Intoleransi glukosa pada usia lanjut berkaitan dengan :
- obesitas
- aktivitas fisik yang berkurang
- kurangnya massa otot
- penyakit penyerta
- penggunaan obat-obatan
- penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin.
Keluhan umum untuk pasien DM seperti poliuria, polifagia dan
polidipsi. Sebaliknya yang sering dikeluhkan oleh pasien adalah akibat
komplikasi degenerasi kronik pada pembuluh darah dan saraf, misalnya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatan lazim. 20 50% DM usia lanjut dapat dikendalikan dengan
baik hanya dengan diet saja.
Perencanaan makan :
Susunan makanan yang baik pada penderitaan mengandung jumlah
kalori yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. Sebenarnya
tidak ada perbedaan antara anjuran makanan sehat untuk orang biasa
dengan penderita DM, yaitu gizi seimbang.
Susunan makanan yang baik bagi penderita DM, yaitu :
Komposisi makanan : - 10 15% protein
- 20 25% lemak
- 60 70% karbohidrat
Harus cukup kalori
Kalori adalah satuan energi yang sangat penting untuk semua aktivitas
kehidupan sel. Semua orang termasuk penderita DM harus cukup makan
agar kebutuhan kalorinya terpenuhi. Kebutuhan kalori ini sangat
individual sifatnya, tergantung dari aktivitas fisik, keadaan patologik
seperti infeksi, pasca trauma, operasi. Kalori yang dibutuhkan dapat
dihitung dengan rumus Harris Benedict.
82

Makanan yang beranekaragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan


sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Makanan sumber
karbohidrat kompleks lebih baik dikonsumsidaripada karbohidrat
sederhana yang refined, karena karbohidrat kompleks dicerna dan
diserap didalam tubuh lebih lama daripada karbohidrat sederhana
sehingga dengan mengkonsumsi karbohidrat kompleks orang tidak
segera merasa lapar.
C.

Obesitas
Kegemukan pada lansia harus dikonsultasikan guna pengaturan gizi
yang bertujuan untuk mengurangi berat badan dan meminimalkan
resiko. Obesitas merupakan salah satu jenis kondisi malnutrisi,
meskipun tidak selalu dapat dikatakan demikian.
Kegemukan ( obesitas ) ditentukan dari 20% berat badan ideal dan
menimbulkan konsekuensi klinis yang penting antara lain :
1. Peningkatan insiden penyakit kardiovaskuler, DM, hipertensi
2. Penurunan fungsi tubuh
3. Peningkatan resiko terjadinya trombo embolisme
Data statistik yang diteliti oleh maskapai asuransi kesehatan
membuktikan bahwa orang yang mempunyai berat badan berlebihan
( overweight ) mempunyai usia relatif lebih pendek. Salah satu penyebab
dari obesitas pada lansia adalah karena waktu kegiatan yang berkurang,
justru kalori makanannya tidak dikurangi, sehingga menumpuk sebagai
lemak dibawah kulit. Hal ini dapat dihitung dengan rumus Body Mass
Index.

D.

Hipertensi
Sebenarnya penyakit hipertensi tidak perlu diobati secara khusus jika
sifatnya tidak menetap atau hanya terjadi sewaktu-waktu dan normal
kembali pada pengukuran selanjutnya. Yang harus diwaspadai adalah
hipertensi yang bersifat menetap dan cukup lama. Lansia dikatakan
menderita hipertensi jika tekanan darahnya > 140 / 90 mml lg.
Pengobatan utama adalah mengetahui faktor pencetus, yang sering
terjadi adalah pola konsumsi makanan tinggi lemak yang disertai
rendahnya daya bakar kalori sehingga terjadi penyumbatan saluran
pembuluh darah oleh lemak.
Perencanaan makanan :
- Kurangi usapan garam sampai 70 90 mEq / hari atau sama dengan
2 g sodium atau 5 g NaCl / garam dapur.
- Kurangi makanan yang banyak mengandung garam
- Mempertinggi usapan kalsium
- Kurangi makanan yang mengandung lemak jenuh
- Tingkatkan konsumsi sayur dan buah
- Tidak mengkonsumsi alcohol dan merokok

E.

Osteoporosis

83

Osteoporosis terjadi karena proses demineralisasi tulang. Proses ini


mulai berlangsung pada usia 30 tahunan. Penyebab proses ini adalah :
- Defisiensi kalsium
- Penurunan oesterogen karena post menopause
- Kurangnya aktifitas fisik
Perencanaan makanan :
- Konsumsi susu dengan kadar kalsium tinggi
- Konsumsi makanan tinggi kalsium
- Hindari makanan tinggi protein
- Hindari minum alkohol, kopi, dan antasida yang mengandung
alumunium
- Tidak merokok
F.

Anemia
Anemia banyak terjadi pada lansia yang biasanya disebabkan oleh
kekurangan Fe. Untuk mencegah anemia ini dapat dlakukan antara lain :
banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, jika perlu
ditambah suplemen yang mengandung Fe.

G.

Demensia
Salah satu kondisi khusus yang prevalensinya tinggi pada lansia dan
berdampak paling serius terhadap nutrisi mereka yaitu demensia
(Watson, 1990). Lansia dengan demensia beresiko tinggi mengalami
masalah nutrisi dibandingkan lansia yang normal, baik dikomunitas
maupun di rumah sakit. Beberapa penelitian memperlihatkan adanya
masalah metabolik yang dialami lansia akibat demensia, tetapi penderita
juga tidak dibiasakan untuk memakan makanan yang baik dan bergizi.
Lansia yang mengalami demensia tahap pertengahan dan akhir hampir
dipastikan akan mengalami kesulitan dalam proses makan.

III.7. PRINSIP PENGELOLAAN GIZI BAGI LANSIA


Ada tiga faktor utama yang sangat berperan dalam menentukan kebutuhan zat
gizi pada lansia :
1. Menurunnya fungsi fisiologis
2. Meningkatnya frekuensi sakit
3. Menurunnya nafsu makan akibat bertambahnya usia
Mengingat pentingnya gizi ini, maka lansia dianjurkan untuk selalu
memperhatikan dan merencanakan kebutuhan makannya. Minimal tahu apa
yang harus di makan.
Ada beberapa langkah perencanaan makanan :
1. Jadwal makan harus dibuat lebih sering namun dengan porsi kecil.
Hal ini berkaitan dengan kemampuan fisik lansia yang sudah banyak
berkurang untuk mengolah makanan secara sempurna.
2. Banyak minum air putih dan mengurangi garam, sehingga kerja ginjal
akan lebih ringan dan pengeluaran sisa makanan menjadi lebih lancar.

84

3. Mengurangi asupan makanan sumber kalori untuk menjaga berat badan


agar tetap normal.
4. Bagi mereka yang benar benar lanjut usia, usahakan makan makanan
yang mudah dicerna dan hindari makanan yang terlalu gurih dan manis.
Bila ada kesukaran karena gigi yang ompong, lunakan terlebih dahulu.
Usahakan ada makanan selingan antara pukul 10.00 pagi, seperti susu,
biscuit, puding, atau sari buah.
5. Batasi minum kopi atau teh. Bila sudah menjadi kebiasaan usahakan
yang encer saja. Karena kedua jenis minuman ini merangsang gerakan
usus dan menambah nafsu makan.

III.8. KESIMPULAN
Proporsi lansia diseluruh dunia meningkat dengan tajam, sehingga status
kesehatan lansia dan sistem pelayanan kesehatan bagi lansia perlu diperhatikan.
Bertambahnya usia seseorang erat kaitannya dengan bertambahnya
ketidakmampuan karena terjadinya kemunduran kondisi fisik serta perubahan
dalam proses metabolisme dan meningkatnya ketergantungan yang berkaitan
dengan gangguan fungsional. Maka dari itu perlu adanya perhatian khusus agar
zat zat gizi yang diperlukan dapat diberikan secara adekwat.
Diantara para lansia banyak sekali variasi namun perubahan yang terjadi
diperkirakan sama. Jenis dan jumlah unsur-unsur zat gizi dalam makanan sangat
menentukan status gizi seseorang, juga berperan besar dalam penyembuhan
penyakit dan mempertahankan kualitas hidup yang baik. Mengenali tanda
tanda awal gangguan gizi pada lansia sangat penting karena kadang terlewati
oleh kita untuk memperhatikan dan memberi pertolongan serta terapi yang tepat
untuk mereka.

85

DAFTAR PUSTAKA
Doyle, Derek dkk. Oxford Textbook of Palliative Medicine 2nd edition. Oxford: Oxford
University Press, 2001
Hazzard, William R. dkk. Principles of Geriatric Medicine and Gerontology. USA: Mc
Graw Hill.Inc, 1990
Lubis, D.Bachtiar. Makalah: Kebutuhan pasien yang akan meninggal. Dibacakan di
Konas ke-2 API di Jakarta, 9-11 April 2005
Nugroho, Wahyudi. Keperawatan gerontologik edisi 2. Jakarta: EGC, 2000
Nuhonni, Siti Anisa. Makalah: Aspek Rehabilitasi pada End of Life Care. Dibacakan
di Konas ke-2 API di Jakarta, 9-11 April 2005
Setiabudhi, Tony; Hardywinoto. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek,
Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup para Lanjut Usia. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama, 1999
Setiabudhi, Tony; E. N. Kosasih; Hendro Heryanto. Peran Antioksidan Pada Lanjut
Usia. Pusat kajian nasional masalah lanjut usia
Watson, Roger : Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC, 2003
Yuwana, Arimanto. Makalah: Perawatan Terminal. Dibacakan di Konas ke-2 API di
Jakarta, 9-11 April 2005
http://www.google.com/
http://www.yahoo.com/
http://www.altavista.com/
http://www.emedicine.com/

86

Anda mungkin juga menyukai