Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

OSTEOPOROSIS PADA LANSIA

OLEH :

NUR HANIJA (F201801045)

RAHMAWATI PUJI ASTUTI (F201801010)

INDRIANI ANGRAINI (F201801041)

PUTRI ANASAGITA (F201801043)

JAMALIA NOSARI (F201801019)

SRI SUARTI (F201801050)

IIN SRIGUFANI (F201801016)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami sampaikan kehadiran ALLAH SWT, karena dengan
rahmat dan ridhonya kami mendapat hidayah sehingga kami telah dapat
Menyelesaikan makalah “ Osteoporosis pada lansia” ini yang disusun
berdasarkan materi yang telah ditentukan.

Materi yang kami tulis dalam makalah ini memang masih minim , karena
kami berharap mahasiswa dapat mengadakan pengembangan diri untuk mencari
lagi materi – materi yang belum lengkap. Kami bertujuan dengan makalah ini
dapat membantu kita untuk belajar mandiri dan juga membuat mahasiswa lebih
aktive dan giat dalam belajar.

Demikian makalah ini kami susun dan kami berharap bermanfaat dan
dapat mendapingi kita dalam proses belajar, dan kami juga mengucapkan terima
kasih banyak atas dukungan dari teman teman dan dosen pembimbing kami.

Kendari, 18 Oktober 2021

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
I.1 Latar Belakang................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
I.3 Tujuan Masalah...............................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
II.1 Pengertian Osteoporosis................................................................................4
II.2 Dampak Osteoporosis bagi lansia..................................................................5
II.3 Pencegahan Osteoporosis..............................................................................6
II.4 Penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien Osteoporosis.........................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Osteoporosis menjadi salah satu penyakit kelainan pada tulang

yang ditandai dengan penurunan massa tulang dan kemerosotan mikro-

arsitektur yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

Osteoporosis dapat meningkatkan risiko seseorang patah tulang karena

kepadatan mineral tulang yang rendah, mikroarsitektur tulang yang rusak

atau mineralisasi, dan penurunan tulang kekuatan (Tu et al., 2018).

Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai

saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama

di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25

juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50%

penduduk di atas umur 75-80 tahun.

Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun

dan pada wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause.

Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk

wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi.Hilangnya

hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena

osteoporosis.Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos

tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda.Tidak dapat

dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon

estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun,

penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

1
Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita,

pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis.Sama seperti pada

wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi

estrogen.Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga

osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia

diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025,

sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5

juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015.Mereka yang terserang

rata-rata berusia di atas 50 tahun, Satu dari tiga perempuan dan satu dari

lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. 5. Dua

dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis.

(Depkes, 2006)

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan osteoporosis

2. Bagaimana dampak bahaya dari penyakit osteoporosis

3. Bagaimana cara memperkecil angka osteoporosis

4. Bagaimana cara penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien


Osteoporosis.
5. Bagaimanakah tingkat pengetahuan lansia tentang osteoporosis

I.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa itu osteoporosis dan mengenalkan pada lansia

2. Masyarakat Indonesia dapat mengetahui dampak bahaya dari penyakit

osteoporosis

2
3. Untuk memperkecil angka osteoporosis

4. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien

Osteoporosis.

5. Untuk mengetahui tangkat pengetahuan lansia tentang osteoporosis.

3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis dikenal dengan sebutan silent epidemic disease,

karena menyerang secara diam-diam tanpa adanya tanda khusus

(Maryatun, Leni, & Sari, 2020).Model patofisiologi tradisional dari

oeteopor osis sering kali menekankan pada mekanisme endokrin,

misalnya, defisiensi estrogen dan hiperparatiroidisme sekunder pada lansia

karena kekurangan estrogen, diet berkurang asupan, dan defisiensi vitamin

D yang lazim, sebagai penentu utama osteoporosis pasca menopause

(Foger-Samwald et al., 2020). Diagnosis osteoporosis ditentukan oleh dual

X-ray absorptiometry (DXA) yang didasarkan pada nilai BMD ≤ 2,5

standar deviasi (SD) yang di bawah rata-rata rujukan populasi yang muda

dan sehat. Penurunan BMD yang bergantung pada usia menjadi pendorong

yang kuat dari peningkatan risiko patah tulang yang terlihat, terutama pada

lansia (Lorentzon, 2019).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan penyakit

osteoporosis sebagai masalah kesehatan global yang berbahaya selain

penyakit stroke, kanker dan penyakit jantung. Meskipun osteoporosis

dapat terjadi pada usia berapa pun dan dalam kedua jenis kelamin,

biasanya ini adalah penyakit terkait usia yang lebih sering menyerang

wanita daripada pria (Foger-Samwald et al., 2020).

4
Sejalan dengan pernyataan Shawashi & Darawad (2020), bahwa

penyakit ini lebih umum pada wanita dibandingkan pria dengan onset

variabel berdasarkan umur. Kelompok wanita lanjut usia paling banyak

yang terkena dampak patah tulang akibat osteoporosis dengan lokasi yang

berbeda. Hal ini berkaitan dengan defisiensi estrogen pada masa

menopause dan penurunan massa tulang karena proses penuaan.

Menurut Rolland et al., (2021), Lansia masuk dalam populasi

terbanyak penderita osteoporosis dengan pertumbuhan tercepat didunia.

Hal tersebut seiring dengan bertambahnya usia yang mengakibatkan massa

tulang menurun dan risiko patah tulang akibat osteoporosis semakin

meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya pengetahuan sejak dini mengenai

osteoporosis untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut dengan

membudayakan perilaku hidup yang sehat dan benar.

II.2 Dampak Osteoporosis bagi lansia

1. Faktor Fisik

Bentuk atau postur tubuh mengalami perubahan, misalnya menjadi

lebih pendek atau bongkok

2. Faktor Psikis atau Kejiwaan

Dengan terbatasnya gerak dapat mengakibatkan stres karena

keinginan beraktivitas terhalang

3. Faktor Ekonomi

Bagi penderita, harus minum obat secara teratur dan terus menerus,

padahal harga obat-obatan cukup mahal

5
4. Faktor Sosial

Keterbatasan gerak bahkan jika telah patah, perlu bantuan orang

lain yang dapat menyebabkan keterbatasan bersosialisasi, sehingga

silahturahmi dengan tetangga, teman, pengajian, dll, menjadi terhambat.

II.3 Pencegahan Osteoporosis

1) Rutin berolahraga

Pencegahan terhadap osteoporosis bisa dilakukan dengan rutin

berolahraga. Semakin aktif Anda bergerak dan berolahraga, kepadatan dan

kekuatan tulang akan semakin meningkat.Oleh karena itu, aktivitas fisik

selama masa kanak-kanak dan remaja sangat dianjurkan karena menjadi

bekal agar tulang tetap kuat di masa depan. Pada usia 30 tahun kepadatan

tulang mencapai puncak maksimalnya.

Salah satu cara olahraga terbaik untuk mencegah osteoporosis yaitu

dengan melalukan latihan beban (weight bearing) dan latihan ketahanan.

Jenis olahraga ini bisa dilakukan untuk pencegahan osteoporosis untuk

anak hingga dewasa.

2) Perbanyak asupan kalsium

Anda bisa memenuhi kebutuhan kalsium sebagai upaya

pencegahan terhadap osteoporosis dengan mengonsumsi makanan kaya

kalsium, seperti:

 Berbagai produk olahan susu yang rendah lemak

 Kacang almond

6
 Sayuran hijau

 Ikan salmon dan sarden kalengan

 Sereal tinggi kalsium

 Jus jeruk

 Produk olahan kedelai, seperti tahu

3) Konsumsi vit D

Vitamin D dapat meningkatkan kemampuan tubuh dalam

menyerap kalsium dan juga meningkatkan kesehatan tulang. Salah satu

cara memenuhi kebutuhan vitamin D adalah rutin berjemur di bawah sinar

matahari selama kurang lebih 10-15 menit lamanya.

4) Penuhi kebutuhan protein

Asupan protein yang rendah dapat mengurangi penyerapan kalsium

pada tulang.Akibatnya, proses pembentukan tulang terhambat dan tulang

jadi mudah rapuh. Maka itu, jika ingin melakukan pencegahan terhadap

osteoporosis, penuhi kebutuhan protein harian Anda dengan makan

makanan sumber protein yang baik seperti ikan, daging, telur, keju, susu,

dan sebagainya. Diet tinggi kalori dan protein juga dapat membantu

menurunkan berat badan sekaligus mempertahankan massa tulang.

5) Menjaga berat badan

7
Selain dengan makan makanan bergizi dan olahraga, menjaga berat

badan juga tak kalah penting untuk menjaga kesehatan tulang.Pasalnya,

orang yang berat badannya kurang berisiko osteopenia dan osteoporosis.

Berat badan rendah merupakan faktor utama penyebab turunnya

kepadatan tulang dan pengeroposan tulang.Biasanya, hal ini terjadi pada

wanita yang sudah mengalami menopause sebagai efek penurunan hormon

estrogen.

6) Hindari merokok

Menurut National Osteoporosis Foundation, kebiasaan merokok dapat

meningkatkan risiko osteoporosis. Maka itu, jika Anda seorang

perokok, lebih baik berhenti dan praktekkan gaya hidup sehat untuk

tulang, misalnya mengonsumsi makanan penguat tulang.

II.4 Penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien Osteoporosis

1) Terapi

Sasaran terapi osteoporosis bagi individu dengan kategori usia 20

sampai 30 tahun adalah mencapai kepadatan tulang yang optimal

Sedangkan untuk individu dengan kategori usia diatas 30 tahun,

sasarannya adalah mempertahankan kepadatan mineral tulang dan

meminimalkan keropos pada tulang yang diakibatkan karena pertambahan

usia atau karena keadaan post menopause.

Bagi individu yang mengalami patah tulang berkaitan dengan

Osteoporosis sasaran terapi adalah untuk mengontrol rasa

nyeri,memaksimalkan proses rehabilitasi untuk mengembalikan kualitas

8
hidup dan kemandirian pasien, serta mencegah terjadinya patah tulang

kembali atau bahkan kematian (Wells, 2006).

2) Penatalaksanaan

Tujuan pemberian terapi pasien osteoporosis adalah untuk

mengurangi morbiditas dan mortalitas termasuk mencegah terjadinya

fraktur dan komplikasinya berhubungan dengan Osteoporosis (Chisholm-

burns et.al, 2008). Pemberian terapi pasien osteoporosis meliputi terapi

non farmakologi dan farmakologi sebagai berikut:

 Terapi non Farmakologi

a) Nutrisi

Pasien osteoporosis sebaiknya mendapatkan nutrisi yang

cukup dan pemeliharaan berat badan yang ideal. Diet tinggi

kalsium penting untuk pemeliharaan densitas tulang nutrisi tersebut

dapat berupa vitamin D yang bisa didapatkan dari brokoli kacang-

kacangan ikan teri ikan salmon susu kuning telur hati dan sardin

serta paparan sinar matahari.

b) Olahraga

Olahraga seperti berjalan jogging senam osteoporosis dapat

bermanfaat dalam mencegah kerapuhan dan fraktur tulang hal

tersebut dapat memelihara kekuatan tulang (Chisholm-burns et.al,

2008).Prinsip latihan fisik untuk kesehatan tulang adalah latihan

pembebanan, gerakan dinamis dan ritmis, serta latihan daya tahan

9
(endurans) dalam bentuk aerobik low impact.senam osteoporosis

untuk pencegahan dan mengobati terjadinya pengeroposan tulang.

 Terapi farmakologi
Terapi farmakologi pada penderita osteoporosis dapat diberikan
kalsium, vitamin D, bifosfonat selective estrogen receptor modulator
(SERMs), kalsitonin,fitostrogen maupun dari teriparatide.

10
BAB III
PENUTUP

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang

total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan

resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan

penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan

mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan

menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

Adapun klasifikasi osteoporosis yaitu :

1) Osteoporosis Primer

 Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause

 Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita

2) Osteoporosis Skunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan

: Cushing's disease - Hyperthyroidism - Hyperparathyroidism -

Hypogonadism - Kelainan hepar - Kegagalan ginjal kronis - Kurang gerak

- Kebiasaan minum alcohol - Pemakai obat-obatan/corticosteroid -

Kelebihan kafein - Merokok

3) Osteoporosis Idiopatik Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui

penyebabnya dan di temukan pada :

a. Usia kanak-kanak (juvenil)

b. Usia remaja (adolesen)

c. Pria usia pertengah

11
DAFTAR PUSTAKA
Chisholm-burns et.al, 2008. Pharmacotherapy principles and practice, McGraw-
Hill Companies, New York.
Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan Dan Prosedur Rekam Medis
Rumah Sakit Di Indonesia. Jakarta : Depkes Ri.
Foger-Samwald et al., 2020. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : penerbit
cmedia imprint kawab pustaka.
Lorentzon, 2019. Dasar-dasar uronologi. Penerbit CV sagung seto. Fakultas
kedokteran univeraitas brawijaya.
Maryatun, Leni, & Sari, 2020. Penerapan asuhan keperawatan jiwa dirumah
sakit . jakarta: rineka cipta
Shawashi & Darawad, 2020. Osteoporosis knowledge, beliefs and self-efficacy
among female university students : A desriptive study. The open nursing
journal, 14, 211-219.
Wells,B.G., dkk. 2006. Pharmacotherapy handbook sixth edition. USA :McGraw-
Hill.

12
KONSELING APOTEKER DAN PASIEN OSTEOPOROSIS

Apoteker : Selamat pagi bu, silahkan duduk. Baik bu untuk memastikan kembali
bahwa ibu sudah sesuai dengan yang tertera pada resep, mohon untuk
menyebutkan nama lengkapnya ya bu!

Pasien : Selamat pagi juga mbak, nama saya rena restanti

Apoteker : Berapa usia ibu?

Pasien : Usia saya 50 tahun mbak

Apoteker : Dimana alamat tempat tinggal nya bu?

Pasien : Alamat saya jalan kakatua kecamatan Kambu mbak

Apoteker : Dari dokter siapa bu?

Pasien : Dari Dr. Anton mbak

Apoteker : Baik, perkenalkan saya Jamalia Nosari apoteker di apotek ini. Bisa kah
saya meminta waktu ibu 5-10 menit untuk menerangkan obat yang akan ibu
gunakan?

Pasien : Bisa mbak

Apoteker : Konseling ini bertujuan untuk memaksimalkan terapi, meminimalkan


resiko dan mengoptimalkan pengobatan yang akan ibu jalani

Pasien : Baik mbak..

Apoteker : Apa yang dokter katakan mengenai kegunaan obat ini?

Pasien : Dokter bilang, obat ini untuk meredakan nyeri punggung, nyeri leher,
nyeri bahu, nyeri lutut dan tungkai, nyeri pergelangan dan jari tangan. Membantu
meredakan pembengkakan dan peradangan sendi, meningkatkan mobilitas sendi
mbak

Apoteker : Apa yang dokter katakan tentang cara penggunaan obat ini?

Pasien : Dokter bilang, cara pemakaian nya terlebih dahulu saya harus
membersihkan, mencuci dan mengeringkan kulit sebelum membubuhi krim ini

13
kemudian di lanjutkan dengan mengoleskan krim dan memijat perlahan pada
sendi yang nyeri

Apoteker : Apa yang dokter katakan tentang harapan setelah mengkonsumsi obat
ini?

Pasien : Dokter mengatakan, setelah saya menggunakan krim ini kondisi saya
akan lebih membaik mbak

Apoteker : Baik, untuk memastikan bahwa pengobatan yang akan ibu jalani sdh
tepat, saya membutuhkan informasi lainnya terkait alergi obat maupun makanan .
Apakah ibu tidak keberatan jika saya menanyakan hal tersebut?

Pasien : Iya mbak, silahkan

Apoteker : Apakah ibu memiliki riwayat alergi terhadap obat-obat tertentu?

Pasien : Tidak mbak

Apoteker : Apakah ibu memiliki riwayat alergi makanan laut (seafood) hingga
saat ini?

Pasien : Tidak mbak

Apoteker : Baik terimakasih atas informasi yang sudah ibu berikan. Saya akan
mulai menerangkan mengenai obat yang akan ibu konsumsi. Obat yang
diresepkan oleh dokter adalah osteocream , obat ini di tujukan untuk meredakan
berbagai nyeri yang sedang ibu alami. Untuk memperoleh hasil yang optimal,
gunakan krim ini tiap hari selama minimal 2 minggu.

Cara penggunaan obat ini pertama-tama bersihkan, cuci dan keringkan kulit
sebelum dibubuhi krim. Kemudian oleskan menyeluruh pada sendi yang nyeri dan
pijatlah sampai krim tidak terlihat. Ulangi bila perlu. Krim ini tidak dianjurkan
untuk digunakan oleh pasien yang alergi makanan laut.

Pasien : Baik mbak

Apoteker : Jika ada yang kurang jelas dari apa yang saya sampaikan tadi, ibu bisa
meminta saya untuk mengulang kembali apa yang saya jelaskan atau bagian yang
tidak ibu pahami

Pasien : Sudah jelas mbak

Apoteker : Baik ibu, mungkin itu yang bisa saya beritahukan terkait pengobatan
ibu

14
Pasien : Baik mbak

Apoteker : Sebelum saya akhiri saya akan terlebih dahulu mendokumentasikan


kegiatan konseling ini. Saya meminta kesediaan ibu untuk menandatangani
dokumen konseling ini sebagai tanda bahwa ibu telah mengerti apa yang telah
saya informasikan

Pasien : Baik mbak

Apoteker : Baik bu, ada yang bisa saya bantu lagi?

Pasien : tidak mbak

Apoteker : Baik bu, terimakasih semoga lekas sembuh..

15

Anda mungkin juga menyukai